Anda di halaman 1dari 17

TUGAS RUTIN V

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

OLEH :

NAMA : SYIFA ANNISA SIRAIT


NIM : 4201121001
KELAS :A
NO. ABSEN : 36
DOSEN PENGAMPU :

Dra. RAHMULYANI, M.Pd. Kons

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
KATA PENGANTAR

1|Intelegensi,Bakat dan Minat


KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah saya panjatkan kepada Allah SWT, yang memberikan rahmat serta
karunianya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan “Tugas Rutin” dengan baik dan
tepat pada waktunya. Tugas ini di buat untuk memenuhi salah satu mata kuliah Saya yaitu
“Intelegensi,Bakat dan Minat”.

Penyusunan Makalah ini merupakan salah satu tugas Mata Kuliah Psikologi pendidikan yang
diampukan oleh Ibu Dra. RAHMULYANI, M.Pd. Kons dengan adanya tugas ini diharapkan
dapat mempermudah saya dan pembaca dalam memahami Intelegensi,Bakat dan Minat.

Saya mohon maaf jika ada kesalahan dalam penyusunan makalah ini karena sesungguhnya
pengetahuan dan pemahaman saya masih terbatas,karena keterbatasan ilmu dan
pemahaman saya yang belum seberapa. Karena itu saya sangat menantikan saran dan kritik
dari pembaca yang sifatnya membangun guna menyempurnakan tugas ini. Atas
perhatiannya saya mengucapkan terimakasih.

P.Berandan, 7 Maret 2021

Syifa Annisa Sirait

2|Intelegensi,Bakat dan Minat


DAFTAR ISI
Cover 1
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
1. BAB I PENDAHULUAN 4
I. Latar Belakang 4
II. Rumusan Masalah 4
III. Tujuan 4
BAB II PEMBAHASAN 5
I. Intelegensi 5
II. Bakat 5

III. Minat 7
IV. Hubungan Intelegensi,Bakat dan Minat 8
BAB III Penutup 9
I. Kesimpulan 9
II. Saran 9

DAFTAR PUSTAKA 10

3|Intelegensi,Bakat dan Minat


BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Setiap manusia sudah mendapat anugerah dari Tuhan berupa potensi dasar
dan kapasitas yang berbeda-beda setiap individunya. Seiring perjalanan
kehidupan, potensi tersebut akan berkembang sesuai pengalaman-
pengalaman yang diperolehnya. Dalam perkembangannya, anak akan semakin
meningkatkan berbagai kemampuan untuk memenuhi kebutuhannya.
Kecerdasan (intelegensi) individu sendiri berkembang berhubungan dengan
interaksi antar aspek perkembangan yang satu dengan aspek perkembangan
yang lainnya serta antar individu yang satu dengan individu yang lainnya,
begitu juga dengan alamnya. Sehigga, individu mempunyai kemampuan untuk
belajar dan meningkatkan potensi kecerdasan apa yang dimiliki. Kemudian,
bakat adalah anugerah yang tidak boleh disia – siakan dan harus
dikembangkan secara maksimal. Setiap manusia terlahir dengan memiliki bakat
tertentu yang dimiliki secara alamiah, yang pasti memerlukan latihan untuk
membangkitkan dan mengembangkannya.
Sebagai mahasiswa sekaligus calon guru, hendaknya memahami atau
setidaknya mempelajari ilmu mengenai intelegensi dan bakat serta minat yang
dimiliki seorang anak didik.
II. Rumusan Masalah
a) Apa yang pengertian dari Intelegensi,bakat dan Minat?
b) Apa saja faktor yang mempengaruhi intelegensi,bakat dan minat?
c) Apa saja tahap perkembangan Intelegensi,bakat dan minat?
d) Apa saja Apa saja bentuk dari intelegensi,bakat dan minat?
e) Apa hubungan antara intelegensi,bakat dan minat?
III. Tujuan
Adapun penyusunan Makalah ini untuk memenuhi tugas rutin mata kuliah
Psikologi pendidikan. Selain penulis berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi
penulis maupun pembaca makalah ini.

4|Intelegensi,Bakat dan Minat


BAB II
PEMBAHASAN

I. Intelegensi
A. Pengertian Intelegensi
Menurut William Stern inteligensi adalah kesanggupan untuk menyesuaikan
diri kepada kebutuhan baru dengan menggunakan alat-alat berfikir yang
sesuai dengan tujuan. (Agus Sujanto,1986:66).
Sebagai pembahasan perbincangan tentang inteligensi harus didasarkan
pada empat hal pokok yakni:
a. Bahwa inteligensi itu ialah faktor total. Berbagai macam daya jiwa erat
bersangkutan di dalamnya (ingatan, fantasi, perasaan, perhatian, minat, dan
sebagainya untuk mempengaruhi inteligensi seseorang).
b. Bahwa manusia hanya dapat mengetahui inteligensi dari tingkah laku atau
perbuatannya yang tampak. Inteligensi hanya dapat kita ketahui dengan cara
tidak langsung, melalui “kelakuan inteligensinya”.
c. Bahwa bagi suatu perbuatan inteligensi bukan hanya kemampuan yang
dibawa lahir saja yang penting. Faktor faktor lingkungan dan pendidikan pun
memegang peranan.
d. Bahwa manusia dalam kehidupannya senantiasa dapat menentukan
tujuan tujuan yang baru, dapat memikirkan dan menggunakan cara cara
untuk mewujudkan dan mencapai tujuan itu (M. Ngalim Purwanto,1987:53).
B. Faktor yang mempengaruhi Perkembangan Intelegensi
 Perbawaan, ialah gejala kesanggupan kita yang telah kita bawa sejak lahir,
dan yang tidak sama pada setiap orang.
 Kemasakan, ialah saat munculnya sesuatu daya jiwa kita yang kemudian
berkembangan dan mencapai saat puncaknya.
 Pembentukan, ialah segala faktor luar yang mempengaruhi inteligensi
dimasa perkembangannya.
 Minat, inilah yang merupakan motor penggerak dariinteligensi kita. (Agus
Sujanto,1985:66).
C. Teori-Teori Intelegensi
1. Lewis Terman (1900)
Terman melanjutkan kerja yang dilakukan oleh Binet dalam melakukan
pengukuran inteligensi dengan mempertahankan konsep Binet mengenai
usia mental . Menurut Terman, inteligensi merupakan satu kemampuan tunggal
yangdisebut usia mental (mental age). Usia mental adalah kemampuan yang
seharusnya dimiliki ratarata anak pada usia tertentu. Dia mendefinisikan
inteligensi sebagai kemampuan untuk berpikir abstrak (Winkel, 1996:139). Dia
yakin bahwa inteligensi merupakan faktor tunggal yang merupakan kemampuan

5|Intelegensi,Bakat dan Minat


individu dalam verbalisasi dan berpikir abstrak. Menurut Thornburg (1984:179),
inteligensi merupakan monogenetik karena didasarkan pada faktor umum
tunggal (general, disingkat g) yang diwarisi. Di samping usia mental, dikenal pula
konsep usia kronologis (chronological age). Usia kronologis adalah usia anak
menurut perhitungan kalender.
2. Charles Spearman (1927)
Menurut Spearman, inteligensi bukanlah kemampuan tunggal, melainkan terdiri
dari dua faktor, sehingga teorinya dikenal sebagai teori inteligensi dwifaktor
atau bifaktor. Kecerdasan dapat dibagi menjadi dua yaitu kecerdasan umum
(general ability) dan kecerdasan khusus (specificability), sehingga inteligensi
mempunyai dua faktor. Dua faktor itu adalah faktor yang bersifat umum
(general factor, disingkat g) dan yang bersifat khusus (specific factor, disingkat s).
Faktor umum mendasari semua tingkah laku, sedang faktor khusus hanya
mendasari tingkah laku tertentu.
Menurut Spearman (Atkinson, Atkinson, Smith dan Bem, t.th:174), semua
individu memiliki faktor inteligensi umum (g) dalam jumlah yang bervariasi.
Seseorang dapat dikatakan secara umum cerdas atau bodoh tergantung pada
jumlah g yang ia miliki. Faktor g merupakan determinan utama kemampuan
mengerjakan soal tes inteligensi.
3. Sternberg (1931)
Menurut Sternberg inteligensi mempunyai tiga bagian sehingga teorinya dikenal
dengan teori inteligensi triarkhis. Tiga bagian inteligensi itu adalah konseptual,
kreatif dan kontekstual (Good dan Brophy, 1990: 597). Pertama, konseptual
adalah komponen pemrosesan informasi yang digunakan dalam inteligensi.
Menurut Winkel (1996 : 140), bagian konseptual mempunyai tiga fungsi
yai tu komponen pengatur dan pengontrol (metacomponent atau
metacognition), komponen pelaksanaan (performance) dan komponen untuk
memperoleh informasi baru (knowledge acquisition). Kedua, kreatif merupakan
kemampuan seseorang untuk menghadapi tantangan baru secara efektif dan
mencapai taraf kemahiran dalam berpikir sehingga mudah berhasil mengatasi
segala permasalahan yang muncul . Ketiga, kontekstual adalah kemampuan
untuk menempatkan diri dalam lingkungan yang memungkinkan akan berhasil,
menye suaikan diri dengan lingkungan dan mengadakan perubahan terhadap
lingkungan bila perlu, misalnya memilih kasus, menyesuaikan dengan lingkungan
kerja baru dan kelincahan pergaulan sosial.
4. Louis L Thurstone (1938)
Thurstone memandang inteligensi bersifat multi faktor. Faktor-faktor yang
membentuk inteligensi adalah faktor umum (common factors,
disingkat c) dan faktor khusus (specific factors). Faktor umum terdiri dari tujuh
faktor yang membentuk perilaku tertentu yang bersifat umum. Faktor khusus
adalah faktor- faktor yang mendasari perilaku yang bersifat khusus.

6|Intelegensi,Bakat dan Minat


Menurut Thurstone, tidak ada faktor g seperti dalam teori Spearman.
Kemampuan umum bukanlah faktor g melainkan kombinasi faktorfaktor c.
Faktor c adalah kemampuan mental utama (primary mental abilities) yang
merupakan kombinasi dari tujuh faktor umum. Oleh karenanya
teori Thurstone kadang dikenal sebagai teori kemampuan mental utama
(primary mental abilities theory). Menurut Anastasi dan Urbina (1997: 312 –
313)
Faktor meliputi : (1) penalaran verbal (verbal comphrehension, disingkat V),
kelacaran kata (word fluency, disingkat W), angka (number, disingkat N), ruang
(space, disingkat S), memori asosiatif (associative memory, disingkat M),
kecepatan perseptual (perceptual speed, disingkat P), dan induksi atau
penalaran umum (general reasoning, disingkat R).
5. JP Guilford (1967)
Menurut Guil ford , faktor yang membentuk inteligensi bukan hanya satu faktor
(Terman), dua faktor (Spearman), tiga faktor (Sternberg) atau tujuh faktor
(Thurstone), melainkan 120 faktor.
Berdasarkan analisis faktor, Guilford mengusulkan model berbentuk kubus yang
disebut model struktur intelektual dengan 120 faktor. Sejumlah 120 faktor itu
merupakan kombinasi dari tiga dimensi. Ketiga dimensi inteligensi itu adalah
dimensi operasi/proses, dimensi isi/materi/ konten, dan dimensi hasil/produk
(Guilford, 1971: 61 – 62). Operasi mempunyai lima faktor yaitu kognisi, memori,
berpikir konvergen, berpikir divergen dan evaluasi. Konten mempunyai empat
faktor yaitu figural, simbolik, semantik dan perilaku. Sedang produk mempunyai
enam faktor yaitu unit, kelas, hubungan, sistem, transformasi
dan implikasi. Secara keseluruhan inteligensi mempunyai 5 x 4 x 6 = 120 faktor.
6. Howard Gardner (1983)
Menurut Gardner, inteligensi bukanlah satu kemampuan sebagaimana
disampaikan oleh Terman, Spearman, Sternberg, Thurstone, dan Guilford.
Inteligensi merupakan kemampuan ganda (multiple intelligence). Kemampuan
ganda dalam konsep inteligensi menurut Gardner, terdiri dari sembilan
kemampuan (Suparno, 2004: 19). Kesembilan kemampuan itu adalah (1)
linguistik, (2) matematis – logis, (3) ruang, (4) kinestetik – badani, (5) musikal, (6)
interpersonal, (7) intrapersonal, (8) lingkungan / naturalis, dan (9) eksistensial.
Masing-masing kemampuan dalam inteligensi
Menurut Gardner bersifat independen. Gardner (Good dan Brophy, 1990: 595)
menyatakan bahwa inteligensi bukanlah tunggal tetapi jamak, yang masing-
masing penting untuk bidangnya dan independen satu sama lain. Tiap-tiap
kemampuan bersifat independen.
Menurutnya, independensi kemampuan didasarkan adanya bukti: (1) kerusakan
otak pada bagian tertentu tidak mengakibatkan gangguan pada bagian lain, (2)

7|Intelegensi,Bakat dan Minat


orang sering menyolok pada suatu inteligensi tapi tidak pada inteligensi yang
lain.
D. Pengukuran inteligensi
Pengukuran inteligensi adalah pro sedur pengukuran yang meminta peserta
untuk menunjukkan penampilan maksimum, sehingga pengukuran inteligensi
dilakukan menggunakan tes yang dikenal dengan tes inteligensi. Tes inteligensi
awalnya dikembangkan oleh Sir Francis Galton. Dia tertarik dengan perbedaan
individu dari teori evolusi Charles Darwin.
Macam-macam tes Intelegensi :
1. Tes Wechsler
Tes inteligensi ini dibuat oleh Wechsler Bellevue, yang terdiri dari 3 macam
sesuai dengan usia individu yakni:
a. WAIS (Wechsler Adult Intelligence Scale).
b. WISC (Wechsler Intelligence Scale for Children).
c. WPPSI (Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence).
2. Tes Progressive Matrices
Aslinya dibuat pada tahun 1938 dengan sebutan raven’s progressive matrices,
yang merupakan alat tes nonverbal dan hanya berupa stimulus gambar saja.
Pemberian tes ini dapat dilakukan secara individual maupun kelompok/
bersama-sama. Dalam tes ini mengukur kemampuan individu.
Dalam tes ini mengukur kemampuan individu dalam membandingkan,
menganalogikan, dan menggabungkan bagian-bagian yang terpecah menjadi
satu kesatuan. (Sattler, 1988: 308). Tes progressive matrices ini tidak bisa
mengukur inteligensi karena hanya mengukur satu aspek saja (aspek abstrak),
sehingga akan lebih baik jika dipadukan dengan pemberian alat tes lainnya. Ada
3 jenis untuk tes Raven’s progressive matrices ini, diantaranya:
1. CPM (Coloured Progressive Matrices)
2. SPM (Standard Progressive Matrices)
3. APM (Advance Progressive Matrices)
3. Tes Army Alpha dan Beta
Tes inteligensi yang ini digunakan untuk mentes calon calon tentara di Amerika
Serikat. Dimana tes army alpha khusus untuk calon tentara yang pandai
membaca sedang army beta untuk calon yang tidak pandai membaca. Tes ini
diciptakan awalnya untuk memenuhi keperluan yang mendesak dengan
menseleksi calon tentara waktu perang dunia II.
4. Tes Binet-Simon
Pak untuk tes binet ini, saya hanya menambahkan saja dari apa yang sudah
bapak masukkan dalam buku. Skala inteligensi Stanford-Binet ini pertama sekali
diciptakan oleh Alfred Binet, yang lahir di Perancis 8 Juli 1857 dan wafat pada
tanggal 18 Oktober 1911. Sejak pertama sekali dibuat pada tahun 1905 hingga
tahun 1973, alat tes binet ini mengalami beberapa kali revisi untuk memperoleh

8|Intelegensi,Bakat dan Minat


kesempurnaan dengan beberapa orang penulis diantaranya Binet, Simon,
Terman, Merrill, dan Thorndike. Alat tes binet ini terdiri dari 15 subtes, yang
diperuntukan pada anak usia 2 hingga 23 tahun. Ke 15 subtes tersebut berisi 4
area kemampuan kognitif, diantaranya verbal reasoning, abstract/
2. Bakat
A. Pengertian Bakat
Euis (2004) menyatakan bahwa, bakat (Aptitude) diartikan sebagai kemampuan
bawaan, sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar
terwujud. Dalam hal ini bakat memerlukan latihan dan pendidikan agar suatu
tindakan dapat dilakukan dimasa yang akan datang. Kemampuan menunjukan
bahwa suatu tindakan (Performance) yang dapat dilakukan saat ini. Prestasi
merupakan perwujudan dari bakat dan kemampuan. Prestasi yang sangat
menonjol dalam salah satu bidang mencerminkan bakat yang unggul dalam
bidang tersebut.
Beberapa ahli cenderung membedakan bakat atas bakat umum dan bakat
khusus. Berbakat atau gifted, diartikan sebagai bakat intelektual (baik umum
atau khusus) dan talent sebagai bakat-bakat khusus, misalnya dalam seni musik
atau seni rupa. Bakat-bakat tersebut, baik yang masih potensi maupun yang
sudah terwujud, meliputi:
a) Kemampuan intelektual umum
b) Kemampuan akademik khusus
c) Kemampuan berpikir secara kreatif-produktif
d) Kemampuan dalam salah satu bidang seni
e) Kemampuan psikomotorik/kinestetik
f) Kemampuan psikososial atau bakat kepemimpinan
B. Jenis-Jenis Bakat
Beberapa ahli cenderung membagi kategori bakat yaitu bakat umum dan
bakat khusus.
1) Bakat Umum
Bakat Umum adalah kemauan berupa potensi yang bersifat umum.
Biasanya bakat umum berkenaan dengan kemampuan intelektual
seseorang yang sering dinamakan gifted. Menurut R. Conny Semiawan dan
Utami Munandar bakat dapat di kelompokkan menjadi:
a) Bakat akademik khusus, yaitu bakat dalam bidang angka, logika Bahasa
dan sebagainya. Contoh orang yang mempunyai bakat akademik khusus
adalah J. H Rowling, penulis serial Harry Potter.
b) Bakat kreatif produktif, yaitu bakat untuk menciptakan sesuatu
penemuan baru, misalnya menghasilkan rancangan arsitektur baru,
menciptakan teknologi terbaru dan lainnya. Orang yang mempunyai bakat
ini, misalnya Thomas Alva Edison, penemu lampu pijar.

9|Intelegensi,Bakat dan Minat


c) Bakat Sosial, yaitu bakat yang dimiliki oleh orang-orang yang mahir
dalam melakukan negosiasi, mahir dalam kepemimpinan, mahir dalam
organisasi, mahir dalam komunikasi serta mahir mencari koneksi. Misalnya
seperti Helmy Yahya dan Oprah Winfrey.
d) Bakat kinestik/psikomotorik, yaitu bakat seseorang dalam olah tubuh.
Orang yang mempunyai bakat ini misalnya olahragawan. Misalnya bakat
dalam bidang sepakbola, bulu tangkis, tenis, dan keterampilan teknik.
e) Bakat khusus dalam bidang seni, misalnya mampu mengaransemen
musik dan sangat dikagumi, menciptakan lagu hanya dalam waktu 30
menit, mampu melukis dengan sangat indah dalam waktu singkat dan
sejenisnya. Misalnyaseperti Iwan Fals.
2) Bakat Khusus
Bakat khusus adalah seperangkat nilai yang dianggap sebagai tanda
kemampuan individu untuk menerima latihan atau respon, seperti
kemampuan berbahasa, musik, berhitung, mekanik, olahraga, dan
sebagainya. Dalam bakat khusus ini terbagi menjadi diantaranya:
a) Bakat Verbal, yaitu bakat tentang konsep-konsep yang diungkapkan
dalam bentuk kata-kata.
b) Bakat Numerikal, yaitu bakat tentang konsep-konsep dalam bentuk
angka.
c) Bakat bahasa (linguistik), yaitu bakat tentang penalaran analitis bahasa
(ahli sastra) misalnya untuk jurnalistik, stenografi, penyiaran, editing,
hukum, pramuniaga dan lainlainnya.
d) Bakat kecepatan, ketelitian, yaitu bakat tentang tugas tulis menulis,
ramu-meramu untuk laboratorium, kantor dan dalam kerohanian.
e) Bakat Relasi Ruang (spasial), yaitu bakat untuk mengamati, menceritakan
pola dua dimensi atau berpikir dalam 3 dimensi. Mempunyai kepekaan
yang tajam terhadap detail visual dan dapat menggambarkan sesuatu
dengan begitu hidup, melukis atau membuat sketsa ide secara jelas, serta
dengan mudah menyesuaikan orientasi dalam ruang tiga dimensi.
f) Bakat Mekanik, yaitu bakat tentang prinsip-prinsip umum IPA, tata kerja
mesin, perkakas dan alat-alat lainnya.
g) Bakat Abstrak, yaitu bakat yang bukan kata maupun angka tetapi
berbentuk pola, rancangan, diagram, ukuran-ukuran, bentuk-bentuk dan
h) Bakat Skolastik, yaitu kombinasi kata-kata (logika) dan angka-angka.
Termasuk didalamnya kemampuan dalam penalaran, mengurutkan,
berpikir dalam pola sebab-akibat, menciptakan hipotesis, mencari
keteraturan konseptual atau pola numerik, pandangan hidupnya umumnya
bersifat rasional.
C. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bakat
1. Faktor internal

10 | I n t e l e g e n s i , B a k a t d a n M i n a t
Faktor internal adalah faktor yang terdapat dalam diri seseorang tersebut.
Faktor internal itu terdapat di antaranya:
 Faktor hereditas sebagai faktor pertamamunculnya bakat. Dari segi
biologi, bakat sangat berhubungan dengan fungsi otak. Bila otak kiri
dominan, segala tindakan dan verbal, intelektual sequensial, teratur rapi,
dan logis. Sedangakan otak kanan berhubungan dengan spasial, non
verbal, estetik dan artistik serta atletis.
 Faktor kepribadian yaitu keadaan psikologis dimana perkembangan
potensi anak tergantung pada diri dan emosi anak itu sendiri. Hal ini akan
membantu anak dalam membentuk konsep serta optimis dan percaya
diri dalam mengembangkan minat bakatnya
2. Faktor Eksternal
 Anak itu sendiri. Misalnya anak itu tidak atau kurang berminat untuk
mengembangkan bakat-bakat yang ia miliki, atau kurang termotivasi untuk
mecapai prestasi yang tinggi, atau mungkin pula mempunyai kesulitan atau
masalah pribadi sehingga ia mengalami hambatan dalam pengembangan driri
dan berprestasi sesusai dengan bakatnya.
 Lingkungan Anak. Misalnya orang tuanya kurang mampu untuk menyediakan
kesempatan dan sarana pendidikan yang ia butuhkan atau ekonominya cukup
tinggi tetapi kurang memberi perhatian terhadap pendidikan anak.
D. Aspek Bakat
Ada sembilan aspek terkait bakat, yaitu visual, penalaran angka, verbal, urutan
gambar, spasial, tiga dimensi, sistematisasi, kosakata, dan figural angka.
Kesembilan aspek tersebut terjabarkan dalam bentuk subtes yang akan
diperinci lebih jauh pada penjelasan berikutnya.
 Aspek visual ini adalah salah satu tes yang paling dekat dalam mengukur
kecerdasan ‘alami’, yaitu, kecerdasan yang di dapat saat kita dilahirkan
dibandingkan dengan kemampuan yang diperoleh. Tes visual adalah salah satu
langkah ‘murni’ dari bakat, pengujian penalaran Individu dengan petunjuk
yang tidak memiliki kata-kata atau angka.
 Aspek penalaran angka melibatkan pemahaman terkait hubungan antara
angka dan mendeteksi pola. Meskipun beberapa keterampilan ilmu hitung
diperlukan, tes ini mengukur potensi matematika dengan cara yang lebih luas
daripada keterampilan aritmatika.
 Aspek verbal yaitu keterampilan menyelidiki yang membutuhkan analisis kritis
dari fakta-fakta yang diberikan, dan menuntut bahwa Individu membuat
asumsi logis tentang informasi yang hanya bisa berasal dari apa yang telah
diberikan selama ini, karena informasi penting tidak diberikan kepada Individu
secara langsung. Aspek urutan gambar dilakukan untuk mengukur
kemampuan penalaran secara kualitatif dengan menggunakan urutan gambar
dengan mendeteksi komponen yang hilang.

11 | I n t e l e g e n s i , B a k a t d a n M i n a t
 Aspek spasial ini adalah tes yang berguna untuk mendeteksi, potensi dalam
memahami masalah abstrak serta yang sering berhubungan dengan seni dan
desain. Kemampuan untuk memahami rotasi bentuk dalam beberapa cara
dengan mengubah hal-hal di atas dalam pikiran seseorang. Kemampuan yang
relevan dengan berbagai bidang usaha di mana fleksibilitas berpikir seseorang
adalah hal yang penting.
 Aspek tes sistematisasi ini mengukur kemampuan untuk menganalisa dan
kemampuan untuk mengorganisasi simbol dan ruang. Aspek tes Kosa Kata
dilakukan mengukur kecerdasan dalam memilih dan mengekspresikan diri
melalui penggunaan kata-kata, mengingat kata-kata, bentuk konsep dan
ekspresi informasi serta ide-ide yang abstrak. Sedangkan aspek tes Figural
Angka ini mengukur kemampuan Individu dalam aritmatika pada situasi
sehari-hari. Tes Spasial digunakan untuk mengukur kemampuan dalam
mendeteksi potensi diri dalam memahami masalah abstrak dalam
berhubungan dengan seni dan desain. Aspek tes Tiga Dimensi mengukur
kemampuan individu dalam melihat sesuatu secara lebih luas untuk melihat
indikator potensi kreatif.
 Aspek tes Kosa Kata digunakan untuk mengukur kecerdasan dalam memilih
dan mengekspresikan diri melalui penggunaan kata-kata, mengingat kata-
kata, bentuk konsep serta ekspresi informasi serta ide-ide yang abstrak Tes
Figural Angka digunakan untuk mengukur kemampuan aritmatika pada situasi
sehari-hari.
3. Minat
A. Pengertian Minat
Syah (2008) secara sederhana mengungkapkan bahwa minat berarti
kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar
terhadap sesuatu. Slameto (2003) menambahkan bahwa minat terhadap
sesuatu dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta
mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Jadi minat terhadap
sesuatu merupakan hasil belajar selanjutnya. Walaupun minat terhadap
sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong kegiatan belajar
selanjutnya, minat juga merupakan suatu pemusatan perhatian yang
tidak disengaja yang terlahir dengan penuh kemauannya dan tergantung
dari bakat dan lingkungan. Minat merupakan salah satu faktor penentu
dalam keberhasilan pendidikan.
Minat bisa berhubungan dengan daya gerak dan pendorong seseorang
untuk cenderung merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan ataupun
dapat berupa pengalaman yang efektif yang dirangsang oleh kegiatan
sendiri. Minat dapat menjadi penyebab partisipasi dalam suatu kegiatan.
Minat dianggap sebagai respon sadar, sebab jika tidak demikian tidak
akan berarti apa-apa. Minat bersifat sangat pribadi, meskipun bersifat

12 | I n t e l e g e n s i , B a k a t d a n M i n a t
sangat pribadi, minat dipengaruhi oleh lingkungan. Setiap orang harus
mengembangkan minat yang dimilikinya.
B. Ciri-ciri Minat
Menurut Slameto (2003), ciri-ciri minat yang ada pada diri masing-masing
individu adalah sebagai berikut:
 Minat tidak dibawa sejak lahir melainkan dibentuk dan dipelajari
kemudian.
 Minat dapat diekspresikan melalui suatu pertanyaan yang
menunjukkan bahwa peserta didik lebih menyukai suatu hal daripada
hal lain.
 Minat dapat dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas.
 Minat mempunyai segi motivasi dan perasaan. Peserta didik yang
memiliki minat terhadap suatu obyek akan cenderung memberikan
perhatian yang lebih besar terhadap obyek tersebut.

C. Individu dapat dikatakan menaruh minat terhadap suatu objek


 Kecenderungan untuk memikirkan objek yang diminati.
 Keinginan untuk memperhatikan objek yang diminati.
 Rasa senang terhadap objek yang diminati.
 Keinginan untuk mengetahui atau mengikuti objek yang diminati.
D. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Minat
Mappiare (1982) mengemukakan bahwa bentuk minat seseorang
dipengaruhi oleh latar belakang lingkungan, tingkat ekonomi, status
sosial, dan pengalaman. Minat seseorang dapat berkembang sebagai
akibat perubahan fisik dan sosial masyarakat.
Proses terbentuknya minat menurut Wells dan Prensky (1996) berasal
dari perpaduan internal dan eksternal. Faktor internal berupa sikap
untuk melakukan sesuatu yang terbentuk dari keyakinan bahwa perilaku
akan mengarahkan ke tujuan yang diinginkan dan evaluasi terhadap hasil
yang dicapai. Faktor eksternal berupa norma subjektif yang terbentuk
dari keyakinan bahwa kelompok referensi untuk melakukan atau tidak
dan motivsi untuk identifikasi dengan kelompok referensi.
Surachmad (1980) menyatakan minat dipengaruhi oleh jenis kelamin,
inteligensi, kesempatan, lingkungan, teman sebaya, kesanggupan dan
banyak faktor lainnya. Hadipranata (1989) menyatakan bahwa minat
adalah perpaduan antara kebutuhan (individual needs) dan tuntutan
masyarakat (social need).

Crow dan Crow (1972) menyatakan bahwa minat dapat merupakan


sebab atau akibat dari suatu pengalaman. Oleh karena itu minat
berhubungan dengan dorongan, motif – motif dan respon – respon

13 | I n t e l e g e n s i , B a k a t d a n M i n a t
manusia. Selanjutkan Crow dan Crow menyatakan ada 3 faktor yang
mempengaruhi minat, yaitu;
 Faktor dorongan atau keinginan dari dalam (inner urges), yaitu
dorongan atau keinginan yang berasal dari dalam diri seseorang
terhadap sesuatu akan menimbulkan minat tertentu. Termasuk di
dalamnya berkaitan dengan faktor – faktor biologis yaitu faktor –
faktor yang berkaitan dengan kebutuhan – kebutuhan fisik yang
mendasar.
 Faktor motif sosial (social motive), yaitu motif yang dikarenakan
adanya hasrat yang berhubungan dengan faktor dari diri seseorang
sehingga menimbulkan minat tertentu. Faktor ini menimbulkan
seseorang menaruh minat terhadap suatu aktifitas agar dapat diterima
dan diakui oleh lingkungan termasuk di dalamnya faktor status sosial,
harga diri, prestise dan sebagainya.
 Faktor emosional (emotional motive), yaitu motif yang berkaitan
dengan perasaan dan emosi yang berupa dorongan – dorongan, motif
– motif, respon – respon emosional dan pengalaman – pengalaman
yang diperoleh individu.
Dari pendapat – pendapat yang dikemukakan oleh Engel (1994), Kotler
(1994), dan Loudon & Bitta (1993), faktor – faktor yang berpengaruh
pada minat dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal meliputi pengalaman, kepribadian, sikap dan
kepercayaan, serta konsep diri. Faktor eksternal meliputi budaya, sosial,
kelompok referensi dan keluarga. Faktor internal individu berupa
pengalaman merupakan hasil dari proses belajar yang akan menambah
wawasan individu. Pada saat proses terjadi, individu akan
mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan objek. Hasil
pemrosesan akan menentukan sikap individu terhadap objek.
4. Hubungan Intelegensi,Bakat dan Minat
Inteligensi merupakan suatu konsep mengenai kemampuan umum individu
dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam kemampuan yang
umum ini, terdapat kemampuan-kemampuan yang amat spesifik.
Kemampuan-kemampuan yang spesifik ini memberikan pada individu suatu
kondisi yang memungkinkan tercapainya pengetahuan, kecakapan, atau
ketrampilan tertentu setelah melalui suatu latihan. Inilah yang disebut Bakat
atau Aptitude. Karena suatu tes inteligensi tidak dirancang untuk
menyingkap kemampuan-kemampuan khusus ini, maka bakat tidak dapat
segera diketahui lewat tes inteligensi.

Alat yang digunakan untuk menyingkap kemampuan khusus ini disebut tes
bakat atau aptitude test. Tes bakat yang dirancang untuk mengungkap

14 | I n t e l e g e n s i , B a k a t d a n M i n a t
prestasi belajar pada bidang tertentu dinamakan Scholastic Aptitude Test
dan yang dipakai di bidang pekerjaan adalah Vocational Aptitude Test dan
Interest Inventory. Contoh dari Scholastic Aptitude Test adalah Tes Potensi
Akademik (TPA) dan Graduate Record Examination (GRE). Sedangkan contoh
dari Vocational Aptitude Test atau Interest Inventory adalah Differential
Aptitude Test (DAT) dan Kuder Occupational Interest Survey.

Hubungan antara intelegensi dengan prestasi belajar


Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk
menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini
sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal selalu
menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya.
Adakalany perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang
berbeda antara satu anak dengan anak yang lainnya, sehingga seseorang
anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kawan sebayanya. Oleh karena itu jelas bahwa faktor
intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar
mengajar.
Menurut Kartono (1995:1) kecerdasan merupakan “salah satu aspek yang
penting, dan sangat menentukan berhasil tidaknya studi seseorang. Kalau
seorang murid mempunyai tingkat kecerdasan normal atau di atas normal
maka secara potensi ia dapat mencapai prestasi yang tinggi.”
Slameto (1995:56) mengatakan bahwa “tingkat intelegensi yang tinggi akan
lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.”
Muhibbin (1999:135) berpendapat bahwa intelegensi adalah “semakin tinggi
kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin besar peluangnya
untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi
seseorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk meraih sukses.”
Dari pendapat di atas jelaslah bahwa intelegensi yang baik atau kecerdasan
yang tinggi merupakan faktor yang sangat penting bagi seorang anak dalam
usaha belajar.

BAB III
PENUTUP

15 | I n t e l e g e n s i , B a k a t d a n M i n a t
a. Kesimpulan
Kecerdasan (intelegensi) individu sendiri berkembang berhubungan dengan
interaksi antar aspek perkembangan yang satu dengan aspek perkembangan
yang lainnya serta antar individu yang satu dengan individu yang lainnya, begitu
juga dengan alamnya. Sehigga, individu mempunyai kemampuan untuk belajar
dan meningkatkan potensi kecerdasan apa yang dimiliki. Kemudian, bakat
adalah anugerah yang tidak boleh disia – siakan dan harus dikembangkan secara
maksimal. Setiap manusia terlahir dengan memiliki bakat tertentu yang dimiliki
secara alamiah, yang pasti memerlukan latihan untuk membangkitkan dan
mengembangkannya.
b. Saran
Psikologi pendikan ini penting bagi semuanya bagi pendidik maupun peserta
didik, maka dari itu kita harus mempelajarinya dengan benar dan paham agar
proses pembelajaran bisa berjalan baik dan terwujudnya tujuan nasional negara
Indonesia. Sebagai mahasiswa sekaligus calon guru, hendaknya memahami atau
setidaknya mempelajari ilmu mengenai intelegensi dan bakat serta minat yang
dimiliki seorang anak didik.

[ CITATION Pur10 \l 1033 ][ CITATION IPu10 \l 1033 ][ CITATION cos13 \l 1033 ]


[ CITATION rep18 \l 1033 ]

Bibliography

16 | I n t e l e g e n s i , B a k a t d a n M i n a t
cosynook. (2013, 2 14). Teori Minat. Retrieved 3 7, 2021, from cosynook:
https://cosynook.wordpress.com/2013/02/14/teori-minat/#:~:text=Nugroho
%20(1982)%20menyatakan%20bahwa%20minat,hubungan%20tersebut%2C%20semakin
%20besar%20minatnya.

Kemendikbud, D. P. (2016, Januari). Buku minat dan baka hires. Retrieved Maret 7, 2021, from
repositori kemdikbud: http://repositori.kemdikbud.go.id/281/1/Buku%20minat%20dan
%20bakat%20hires%20new.pdf.pdf

Mardianto. (2017). Psikologi pendidikan: Landasan bagi pengembangan strategi pembelajaran.


Medan: Perdana Publishing.

Purwanto. (2010). Intelegensi: Konsep dan Pengukurannya. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 480-
482.

repository.uin. (2018, 2 7). Retrieved 3 7, 2021, from repository.uin: http://repository.uin-


suska.ac.id/12596/7/7.%20BAB%20II_2018270KI.pdf

Sutrisna, I. P. (2010, 11 7). Mari Berbagi Pengetahuani . Retrieved 3 7, 2021, from Mari Berbagi
Pengetahuani : http://putusutrisna.blogspot.com/2010/11/hubungan-intelegensi-minat-
bakat-serta.html

17 | I n t e l e g e n s i , B a k a t d a n M i n a t

Anda mungkin juga menyukai