Anda di halaman 1dari 14

Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan

Dosen Pengampu : Khairunnisa, S.Pd., M.Pd.

INTELEGENSI, MINAT DAN BAKAT

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 6

1. KHAIRUNNISA 4193131046
2. ZENY AFRISKA BARUTU 4193131016

PENDIDIKAN KIMIA 2019 A


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya
yang berlimpah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Intelegensi, Minat dan Bakat” ini sebagai tugas rutin untuk memenuhi mata
kuliah Psiklogi Pendidikan. Tanpa pertolongan-Nya kami tidak akan sanggup
menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Kami mengucapkan terima kasih kepada para pendukung penulis dalam
menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Ibu Khairunnisa, S.Pd, M.Pd.
selaku dosen mata kuliah yang telah memberikan bimbingan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca agar menjadi lebih baik lagi. Kami
juga berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca baik secara pribadi
maupun kelompok.

Medan, 07 Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
2.1 Defenisi Intelegensi 3
2.2 Defenisi Minat 4
2.3 Dafenisi Bkat 6
2.4 Perbedaan Intelegensi, Minat dan Bakat 7
2.5 Keterkaitan Intelegeni, Minat dan Bakat dengan
Proses Belajar Siswa 8
BAB III KESIMPULAN 10
DAFTAR PUSTAKA 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan kemajuan
bangsa dan negara, hal ini dikarenakan bahwa pendidikan merupakan proses
budaya yang bertujuan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Setiap
indivuidu pastinya berbeda. Perbedaan yang dimaksud pada pembahasan ini
adalah perbedaan dalam intelegensi, bakat dan minat anak didik. Perbedaan-
perbedaan ini menjadi parameter yang sangat penting dalam kehidupan seorang
anak didik dalam mengembangkan dirinya terutama di lingkungan sekolah.
Setiap individu seharusnya mendapatkan kesempatan yang sama untuk
berkembang secara maksimal sesuai dengan kapasitas intelegensi, bakat dan minat
yang dimilikinya. Keberagaman-keberagaman yang dimiliki setiap individu
menjadikan mereka berbeda satu sama lain. Sehingga dalam proses belajar
tertentu akan ada kemajuan belajar siswa yang berbeda-beda pula.
Seorang guru merupakan fasilitator dalam pembelajaran sehingga ia turut
andil dalam perkembangan siswa didiknya. Dengan memahami perbedaan
intelegensi, bakat dan minat diharapkan seorang guru akan mampu
mengarahkan, mengembangkan dan mendukung pencapaian prestasi anak
didiknya sesuai dengan potensi yang dimilikinya sebab potensi tersebut tidak akan
berkembang tanpa adanya latihan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan intelegensi?
2. Apakah yang dimaksud dengan minat?
3. Apakah yang dimaksud dengan bakat?
4. Apakah perbedaan antara intelegensi, minat dan bakat?
5. Bagaimana keterkaitan intelegensi, bakat dan minat dalam proses belajar
siswa?

1
1.3 Tujuan
1. Memahami apa yang dimaksud dengan intelegensi.
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan minat.
3. Mengetahui apa yang dimaksud dengan bakat.
4. Memahami perbedaan intelegensi, minat dan bakat.
5. Mengetahui keterkaitan intelegensi, minat dan bakat dalam proses belajar
siswa.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Intelegensi


Beberapa pakar psikologi mengemukakan pendapat mereka terkait
pengertian intelegensi.
1. Alferd Binet (1857-1911) dan Theodeore Simon
Intelegensi adalah kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau
mengarahkan tindakan, kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan
tersebut telah dilaksanakan dan kemampuan untuk mengkritik diri sendiri.
2. Wechlsler (1965)
Intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak dengan mencapai suatu
tujuan, untuk berpikir secara rasional dan untuk berhubungan dengan lingkungan
secara efektif.
3. Walters dan Gardner (1986)
Intelegensi adalah serangkaian kemampuan yang memungkinkan individu
memecahkan masalah atau produk sebagai konsekuensi eksistensi suatu budaya
tertentu.
4. Flynn (1987)
Intelegensi adalah kemampuan untuk berfikir secara abstrak dan kesiapan
belajar dari pengalaman.
Dari beberapa definisi yang disampaikan oleh beberapa pakar psikologi
diatas dapat disimpulkan bahwa Intelegensi adalah kemampuan yang dibawa
sejak lahir yang dapat digunakan untuk menyesuaikan diri terhadap kebutuhan
baru dengan menggunakan alat-alat berpikir yang sesuai dengan tujuannya.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi intelegensi seseorang. Menurut
M. Ngalim Purwanto (2004: 55-56), ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi intelegensi yang mengakibatkan terjadinya perbedaan antara
intelegensi seseorang dengan yang lain. Adapun faktor yang dapat mempengaruhi
tingkat intelegensi seseorang, yaitu :

3
a. Pembawaan
pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang dibawa sejak lahir
batas kesanggupan kita, yakni dapat tindaknya seseorang memecahkan suatu soal,
pertama-tama ditentukan oleh pembawaan kita.
b. Kematangan
Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan
perkembangan, Tiap organ (fisik dan psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia
telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.
c. Pembentukan
Pembentukan ialah segala keadaan diluar diri seseorang yang
mempengaruhi perkembangan intelegensi.
d. Minat dan Pembawaan yang Khas
Minat mengarahkan pembuatan kepada suatu tujuan dan merupakan
dorongan bagi pembawaan itu. Dorongan-dorongan (motif-motif) yang
mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar.
e. Kebebasan
kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang
tertentu dalam memecahkan masalah. Manusia mempunyai kebebasan memilih
metode juga bebas dalam memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya.
Sedangkan menurut Bayley, faktor-faktor yang mempengaruhi
kemampuan intelektual individu, yaitu:
a. Keturunan
b. Latar belakang sosial ekonomi
c. Lingkungan hidup
d. Kondisi fisik
e. Iklim emosi

2.2 Defenisi Minat


Menurut Tampubolon (1991:41) minat adalah suatu perpaduan keinginan
dan kemauan yang dapat berkembang jika ada motivasi. Djali (2008:121)
mengemukakan bahwa minat adalah penerimaan akan sesuatu hubungan antara
diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Selain itu Mohamad Surya (2003:100)

4
mengartikan bahwa minat sebagai rasa senang atau tidak senang dalam
menghadapi suatu objek. Sedangkan Slameto (2003:180) mengatakan bahwa
minat itu sebagai suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau
aktivitas, tanpa ada yang memerintah.
Ada beberapa jenis minat menurut Guilford (1956), diantaranya adalah :
1. Minat vokasional, merujuk pada bidang – bidang pekerjaan.
 Minat profesional : minat keilmuan, seni dan kesejahteraan sosial.
 Minat komersial : minat pada pekerjaan dunia usaha, jual beli,
periklanan,akuntansi, kesekretariatan dan lain–lain.
 Minat kegiatan fisik, mekanik, kegiatan luar, dan lain–lain.
2. Minat avokasional, yaitu minat untuk memperoleh kepuasan atau hobi.
Misalnya petualang, hiburan, apresiasi, ketelitian dan lain–lain.

Menurut Samsudin (1961: 8) minat jika dilihat dari segi timbulnya terdiri
dari dua macam yaitu:
1. Minat spontan, minat yang timbul dengan sendirinya secara langsung.
2. Minat yang disengaja, minat yang dimiliki karena dibangkitkan atau
ditimbulkan.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa. Menurut


Crow (1973:22), ada beberapa faktor yang mempengaruhi minat. Faktor-faktor
tersebut adalah :
1. The Factor Inner Urge
Rangsangan yang datang dari lingkungan atau ruang lingkup yang sesuai
dengan keinginan atau kebutuhan seseorang akan mudah menimbulkan
minat. Misalnya kecenderungan terhadap belajar, dalam hal ini seseorang
mempunyai hasrat ingin tahu terhadap ilmu pengetahuan.
2. The Factor Of Social Motive
Minat seseorang terhadap obyek atau sesuatu hal. Disamping itu juga
dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri manusia dan oleh motif sosial,
missal seseorang berminat pada prestasi tinggi agar dapat status sosial
yang tinggi pula.

5
3. Emosional Factor
Faktor perasaan dan emosi ini mempunyai pengaruh terhadap obyek
misalnya perjalanan sukses yang dipakai individu dalam suatu kegiatan
tertentu dapat pula membangkitkan perasaan senang dan dapat menambah
semangat atau kuatnya minat dalam kegiatan tersebut. Sebaliknya
kegagalan yang dialami akan menyebabkan minat seseorang berkembang.

2.3 Defenisi Bakat


Chaplin (1972) dan Reber (1988) mendeskripsikan bahwa Bakat (aptitude)
adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa yang akan dating. Sedangkan menurut Semiawan dkk,
(1984:1) bakat adalah kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih
perlu dikembangkan atau dilatih. Sementara menurut Wijaya (1988:66) bakat
adalah suatu kondisi pada seseorang yang memungkinkannya dengan suatu
latihan khusus untuk mencapai suatu kecakapan, pengetahuan, dan keterampilan
khusus, misalnya berupa kemampuan berbahasa, kemampuan bermain musik, dan
lain sebagainya.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa bakat adalah
kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk memperoleh pengetahuan atau
keterampilan yang bersifat umum ataupun khusus. Namun bakat juga harus
disertai dengan latihan khusus untuk mencapai suatu kecakapan, pengetahuan, dan
keterampilan khusus.
Sri Milfayetti (2015: 62) menyebutkan karakteristik individu yang di
golongkan berbakat secara akademik adalah :
1. Kemampuan untuk belajar tinggi.
2. Kekuatan dan kepekaan pikiran.
3. Keingintahuan dan dorongan tinggi.
Terdapat beberapa jenis-jenis bakat. Berikut ini pembahasan mengenai
jenis-jenis bakat.
1. Kinetik Fisik (Bodily Kinesthic)
Bakat dalam menggunakan badan untuk memecahkan masalah dan
mengekspresikan ide serta perasaan.

6
2. Bahasa (Linguistic)
Bakat untuk menggunakan kata-kata, baik oral maupun verbal, secara
efektif.
3. Logika dan Matematis (Logical-Mathematical)
Bakat untuk mengerti dan menggunakan angka secara efektif, termasuk
mempunyai kemampuan kuat untuk mengerti logika.
4. Pemahaman Alam (Naturalist Intelligence)
Mengenali dan menggolongkan dunia tumbuhan dan binatang, termasuk
dalam memahami fenomena alam.
5. Musikalitas (Musical)
Bakat untuk memahami musik melalui berbagai cara.

2.4 Perbedaan Intelegensi, Minat dan Bakat


Intelegensi dan Bakat merupakan kemampuan yang berasal dari hereditas
(pembawaan). Cepat atau lambatnya seseorang misalnya dalam menyelesaikan
tugas-tugasnya dipengaruhi tingkat intelegensinya dan bakatnya. Akan tetapi
tingkat intelegensi seseorang dapat berubah karena dipengaruhi faktor-faktor
tentu, misalnya orang yang rajin mengasah kemampuan akademiknya dengan
berlatih terus menerus akan mengalami peningkatan IQ. Sedangkan bakat akan
terus ada dalam diri seseorang, apakah ia latih atau tidak kemampuan bakat
seseorang akan selalu sama (bersifat permanen).
Intelegensi dan bakat merupakan kemampuan yang berasal dari genetik,
sementara minat merupakan kemampuan yang berupa kemauan seseorang yang
tinggi terhadap sesuatu yang dipengaruh oleh lingkungannya. Minat sangat
dipengaruhi oleh lingkungan sebab dapat berubah karena perubahan trend maupun
perubahan hobby seseorang (berorientasi pada hobby). Akan tetapi minat akan
berpengaruh besar dalam perkembangan intelegensi dan bakat seseorang sebab
dengan memiliki minat akan membangkitkan motivasi seseorang dalam mengasah
kemampuan yang ada pada dirinya.
Untuk mempermudah pembaca, perbedaan antara intelegensi, minat dan
bakat dapat dilihat pada tabel berikut ini.

7
Intelegensi Bakat Minat
Pembawaan (Hereditas) Pembawaan (Hereditas) Lingkungan
Lepas dari aspek suka Lepas dari aspek suka Orientasi pada hobi/
atau tidak suka atau tidak suka kesukaan semata
Permanen, tetapi dapat
Tidak mudah berubah Mudah berubah sesuai
berubah jika dipengaruhi
dan bersifat permanen dengan tren yang ada
faktor-faktor tertentu
Genetik lebih dominan Genetik lebih dominan Genetik tidak dominan
Membutuhkan latihan Membutuhkan latihan Membutuhkan latihan
Tidak selalu berdasarkan
Membutuhkan motivasi Membutuhkan motivasi
motivasi

2.5 Keterkaitan Intelegensi, Minat dan Bakat dengan Proses Belajar


Siswa
Intelegensi, bakat dan minat pada hakikatnya memiliki persamaan dalam
konsep perkembangan. Intelegensi dan bakat yang tidak diasah atau dilatih tidak
akan mengalami kemajuan. Sementara tanpa adanya minat dalam
mengembangkan intelegensi dan bakat akan mempengaruhi perkembangan atau
tidak akan mengalami kemajuan sama sekali sebab minat merupakan indikator
motivasi anak didik dalam mempelajari dan menunjukkan kinerja yang tinggi
dalam proses belajar.
Bakat akan sulit berkembang dengan baik apabila tidak diawali dengan
adanya minat untuk hal tersebut atau hal yang berkaitan dengan bidang yang akan
ditekuni, misalnya seni, musik, hitung menghitung, bahasa, dan lain-lain
merupakan hasil interaksi antara bakat bawaan dan faktor lingkungan serta
didukung dengan faktor kepribadian dan sikap kerja seseorang.
Intelegensi, bakat dan minat memiliki hubungan satu sama lain, dimana
jika salah satunya tidak terpenuhi maka akan mempengaruhi yang lain. Hal ini
dapat kita cermati dari hasil penelitian Heller, Monks, dan Passow (Wimbarti :
2000), bahwa dari 100 anak yang memiliki IQ tinggi di California yang diteliti
sejak tahun 1920 hingga sekarang diantara mereka ada yang menjadi orang
terkenal, diantaranya senator, sebagian menerima hadiah nobel untuk Iptek,
menjadi bintang film terkenal, sutradara tersohor, novelis dan lain-lain. Namun

8
ada juga diantara mereka yang menjadi pembersih kantor, tukang sapu jalan, dan
pekerja kasar lainnya.
Dengan demikian orang-orang yang memiliki kemampuan IQ yang tinggi
tidak selamanya akan berhasil dalam hidupnya. Penelitian serupa juga dilakukan
oleh Harjito dkk., (1993) pada siswa SMA di Indonesia yang memperoleh prestasi
belajar rendah atau yang mempunyai permasalahan kesukaran belajar di sekolah.
Hasilnya menunjukkan tidak selamanya siswa yang memiliki prestasi belajar
rendah dan memiliki kesukaran belajar berasal dari siswa yang memiliki
inteligensi rendah. Kenyataan menunjukkan beberapa siswa yang memiliki IQ
diatas rata-rata memiliki prestasi belajar yang rendah dan beberapa memiliki
permasalahan dalam belajar.
Maka dapat disimpulkan bahwa Intelegensi, bakat dan minat pada peserta
didik harus dikembangkan secara bersamaan dan bertahap. Sebab ketiganya
memiliki keterkaitan satu sama lain. Seorang anak didik yang tahu akan kapasitas
intelegensi, bakat dan minatnya sejak dini akan mampu menjadikan bakat tersebut
sebagai bekal untuk memperoleh kekuatan saat mereka dewasa nanti dan akan
membuka peluang bagi mereka untuk menjadi orang yang sukses. Adapun guru
sebagai fasiliatator pembelajaran yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan siswa sebaiknya dapat mengenali kemampuan seperti apa yang
dimiliki oleh siswanya.
Untuk meningkatkan kemampuan intelegensi, bakat dan minat peserta
didik dengan baik maka seorang pendidik harus mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut:
1. Dorongan. Dorongan secara berlebihan (pemaksaan) pada anak didik dapat
melunturkan motivasi anak untuk mengembangkan diri mereka.
2. Pujian. Pujian yang berlebihan tanpa kendali emosi dapat membawa anak
terjebak ke dalam sikap lupa diri.

BAB III
KESIMPULAN

9
Setiap individu memiliki tingkat intelegensi yang berbeda satu sama lain.
Sama juga halnya juga dengan minat dan bakat. Sesorang tidak bias dipaksakan
untuk menyukai atau mampu dalam suatu hal karena setiap individu memiliki
dorongan tersendiri untuk menyukai sesuatu. Dimana dorongan itu dating dari
dalam diri individu itu sendiri. Perbedaan yang khas dan unik pada individu
disebut dengan keberagaman individual. Keberagaman individual menyebabkan
perbedaan kemampuan intelegensi, bakat dan minat pada setiap individu.
Dengan memahami kapasitas (intelegensi, bakat dan minat) anak didiknya,
seorang guru akan mampu merancang model pembelajaran seperti apa yang sesuai
dengan kemampuan intelegensi anak didiknya sehingga dapar meningkatkan
minat dan motivasi yang tinggi dalam proses belajar peserta didik. Proses
pembelajaran yang dilandasi oleh pemahaman terhadap peserta didik juga dapat
mengembangkan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Selain itu seorang
guru yang mengenali bakat dan minat peserta didik akan mampu mengarahkan
anak didiknya dalam mengikuti kegiatan ekstrakulikuler di sekolah. Sehingga
dengan adanya perkembangan-perkembangan tersebut diharapkan dapat menjadi
indikator meningkatnya hasil prestasi belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA

10
Milfayetty, Sri. 2015. Psikologi Pendidikan. Medan : Unimed
Press.
Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Sit, Masganti. 2012. Perkembangan Peserta Didik. Medan : Perdana Publishing.

11

Anda mungkin juga menyukai