Askep Tumor Otak, Meningitis, Cedera Kepala KMB 3
Askep Tumor Otak, Meningitis, Cedera Kepala KMB 3
CEDERA KEPALA
2021
Pengertian Tumor Otak
Tumor otak merupakan kondisi yang ditandai dengan tumbuhnya sel-sel abnormal di dalam atau
di sekitar otak. Sel-sel abnormal itu tumbuh tak wajar dan tidak terkendali. Namun, tumor di
dalam otak ini tidak selalu berubah menjadi tumor ganas atau kanker.
Tingkatan tumor otak terbagi dari tingkat 1-4. pengelompokkannya berdasarkan perilaku tumor
tersebut. Misalnya, dinilai dari kecepatan pertumbuhan dan cara penyebarannya. Untuk tingkat 1
dan 2, tumor otak tergolong jinak, dan tidak berpotensi menjadi ganas. Sementara itu pada
tingkat 3 dan 4 berbeda lagi. Di tingkat ini, tumor biasanya berpotensi menjadi kanker. Oleh
sebab itu, kondisi ini sering disebut sebagai tumor otak ganas atau kanker otak
Etiologi
Tumor otak adalah perubahan genetik yang menyebabkan ketidakseimbangan onkogen dan
tumor suppressor genes. Etiologi pasti yang dapat menyebabkan perubahan genetik ini belum
diketahui
Faktor Risiko
Beberapa faktor risiko tumor otak, antara lain radiasi pengion dosis tinggi, genetik, dan
radiofrekuensi elektromagnetik.
Faktor risiko tumor otak yang telah diakui oleh International Agency for Research on
Cancer (IARC) adalah paparan terhadap radiasi pengion dosis tinggi (sinar X dan sinar
gamma). Radiasi pengion dalam dosis terapeutik juga berhubungan dengan peningkatan
risiko tumor otak. Sebuah penelitian systematic review melaporkan bahwa riwayat
paparan radiasi pengion berhubungan dengan peningkatan risiko seluruh jenis tumor
otak. Relative risk tumor otak setelah paparan radiasi pengion berkisar antara 0,19-5,6.
Radiasi pengion memiliki efek lebih besar terhadap risiko meningioma dibandingkan
dengan glioma. Paparan radiasi pengion terhadap anak-anak memiliki efek yang lebih
besar. Sebuah penelitian terhadap orang-orang yang selamat dari bom atom menunjukkan
ada 281 kasus tumor otak selama tahun 1958-1998. Insidensi pada kelompok anak yang
terpapar saat berusia 10 tahun adalah sebesar 17 kasus per 100.000 orang
2. Genetik
Kurang dari 5% tumor otak primer memiliki faktor risiko genetik. Beberapa penyakit
yang berkaitan dengan meningkatnya risiko tumor otak primer adalah neurofibromatosis
tipe 1 dan 2, kompleks sklerosis tuberosa, penyakit Cowden, Turcot syndrome, Gorlin
syndrome, dan Li-Fraumeni syndrome. Sebagian besar pasien memiliki faktor risiko yang
belum dapat diidentifikasi.
3. Radiofrekuensi Elektromagnetik
4. Faktor Lain
Beberapa faktor risiko lain yang diduga dapat meningkatkan namun tidak signifikan
adalah penggunaan alkohol, senyawa kimia (cat rambut), paparan okupasional seperti
produk plastik, karet, formaldehyde, vinyl chloride, arsenik, merkuri, infeksi (virus,
Toxoplasma gondii).[3,14] Toxoplasma gondii merupakan protozoa yang dapat
mengakibatkan infeksi,
Gejala tumor otak berbeda-beda tergantung jenisnya. Gejala yang muncul dipengaruhi oleh
ukuran, kecepatan pertumbuhan, dan lokasi tumor. Tumor otak yang berukuran kecil sering kali
tidak menimbulkan gejala. Seiring berkembangnya tumor otak, dapat muncul gejala berupa sakit
kepala, gangguan saraf, atau kejang,masalah penglihatan,bingung atau pikun.
Patofisiologi
Patofisiologi tumor otak dimulai dari instabilitas genetik sel. Setelah itu terjadi angiogenesis,
metastasis, dan akhirnya dapat menimbulkan edema otak dan peningkatan intrakranial.
Perubahan yang terjadi antara lain aktivasi gen yang berperan dalam proliferasi sel dan
terganggunya fungsi gen yang mengendalikan stabilitas genetik. Akibatnya, sel tersebut
melakukan pembelahan yang tidak terkendali dan menghasilkan mutasi. Perubahan
genetik yang dapat ditemukan pada tumor otak berupa mutasi, delesi, overekspresi, dan
translokasi. Perubahan epigenetik meliputi metilasi DNA pada regio promoter gen
supresor tumor yang menyebabkan inaktivasi gen-gen tersebut dan kegagalan supresi
tumor. Kebanyakan kanker tumbuh dari sel tunggal. Namun, karena karakteristik
pertumbuhan, tumor tersebut dapat menjadi heterogen. Instabilitas genetik dan epigenetik
tersebut menyebabkan sel berproliferasi tidak terkendali dan membentuk suatu massa
tumor.
Angiogenesis
Tumor tidak dapat bertumbuh >2 mm bila tidak memiliki suplai vaskular sendiri.
Angiogenesis adalah proses pembentukan vaskular baru yang berfungsi menunjang
pertumbuhan tumor. Salah satu agen yang mencetuskan angiogenesis adalah vascular
endothelial growth factor (VEGF).[10]
Metastasis
Metastasis sebuah kanker primer, misalnya kanker payudara atau kanker paru, didahului
oleh masuknya sel kanker ke dalam vaskular atau saluran limfe. Hanya sekitar 0,01% sel
kanker yang dapat mencapai sirkulasi darah dan melakukan metastasis.
Sel kanker masuk ke jantung sisi kanan melalui sirkulasi vena. Sel kanker tersebut diteruskan
melalui arteri pulmonalis ke kapiler paru. Di paru, sel-sel tersebut dapat bermetastasis atau
kembali lagi ke sisi kiri jantung dan masuk ke sirkulasi arteri untuk mencapai sirkulasi otak.
Tumor pada awalnya akan dorman dalam sistem saraf pusat, namun setelah beberapa waktu,
tumor akan bertumbuh dan melakukan invasi bila jaringan mendukung.
Tumor otak menimbulkan manifestasi klinis melalui berbagai mekanisme. Walaupun berukuran
kecil, tumor otak dapat menimbulkan kerusakan transfer impuls saraf otak. Tumor memiliki sifat
dapat melakukan invasi, infiltrasi, dan menggantikan jaringan parenkim otak normal sehingga
mengganggu fungsi normal jaringan tersebut dan menimbulkan defisit neurologis fokal.
Massa tumor dapat menghambat vaskularisasi otak sehingga menimbulkan edema dan juga
hipoksia jaringan. Ketika otak mengalami pembengkakan, terdapat kranium yang membatasi
volume otak sehingga lambat laun edema otak tersebut menimbulkan peningkatan tekanan
intrakranial.
Tumor yang terletak di ventrikel tiga dan empat dapat mengobstruksi aliran cairan serebrospinal
dan menyebabkan hidrosefalus. Tekanan intrakranial juga dapat meningkat oleh karena
hidrosefalus. Akibat peningkatan tekanan intrakranial, akan timbul gejala-gejala klinis tumor
otak seperti nyeri kepala, mual, muntah, dan defisit neurologis.
Peningkatan tekanan intrakranial kemudian akan semakin mengganggu perfusi darah ke otak dan
juga dapat menimbulkan herniasi jaringan otak di bawah falx serebri melalui tentorium
serebelum atau foramen magnum.
Meningitis
Pengertian Meningitis
Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meningen, yaitu lapisan pelindung yang
menyelimuti otak dan saraf tulang belakang. Meningitis terkadang sulit dikenali, karena penyakit
ini memiliki gejala awal yang serupa dengan flu, seperti demam dan sakit kepala.
Meningitis atau radang selaput otak dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur, atau
parasit. Kondisi-kondisi tertentu, seperti melemahnya sistem imun tubuh, juga dapat memicu
munculnya meningitis.
Semua golongan usia berpotensi terjangkit meningitis, termasuk bayi. Apabila meningitis tidak
ditangani dengan tepat, kondisi ini dapat memburuk dan memicu komplikasi seperti kejang,
gagal ginjal, atau bahkan kematian.
Etiologi
Meningitis sebagian besar adalah agen infeksius, yaitu bakteri, virus, fungi, atu parasit.
Virus yang dapat menyebabkan meningitis misalnya enterovirus, paromyxovirus, West Nile
virus, dan Human Herpes Virus. HIV juga dapat menyebabkan aseptik meningitis.
5. Demam dan menggigil, terutama pada bayi baru lahir dan anak-anak
13. Kebanyakan orang dengan meningitis virus ringan sembuh dengan sendirinya dalam 7-10
hari. Gejala awalnya mirip dengan radang selaput otak yang disebabkan oleh bakteri.
Namun, gejala meningitis bakteri biasanya lebih parah dan dapat menyebabkan komplikasi
serius, seperti kerusakan otak, gangguan pendengaran, dan kesulitan untuk focus. Infeksi bakteri
penyebabnya juga dapat dikaitkan dengan penyakit serius lainnya, yaitu sepsis (keracunan
darah). Tanpa perawatan segera, sepsis dapat dengan cepat menyebabkan kerusakan jaringan,
kegagalan organ, dan kematian.
Patofisiologi
Patofisiologi meningitis disebabkan oleh infeksi yang berawal dari aliran subarachnoid yang
kemudian menyebabkan reaksi imun, gangguan aliran cairan serebrospinal, dan kerusakan
neuron.Meningitis merupakan inflamasi pada daerah meninges yang disebabkan oleh infeksi.
Agen infeksius yang dapat menyebabkan terjadinya meningitis bisa berupa bakteri, virus, fungsi,
ataupun parasit.
Cedera kepala
Pengertian
(trauma kepala) adalah masalah pada struktur kepala akibat mengalami benturan yang berpotensi
menimbulkan gangguan pada fungsi otak. Masalah ini dapat berupa luka ringan, memar di kulit
kepala, bengkak, perdarahan, patah tulang tengkorak, atau gegar otak. Cedera kepala adalah
proses terjadinya trauma langsung atau deselerasi terhadap kepala yang menyebabkan kerusakan
tengkorak dan otak. ( pierce agrace & Neil. R borlei 2006 )
Etiologi
2. Jatuh
4. Kecelakaan kerja
6. Kecelakaan olahraga
1. Demam tinggi
2. Leher kaku
4. Kejang
8. Ruam
12. Faktor predisposisi : jenis kelamin laki-laki lebih sering dibandingkan dengan
13. wanita
14. Faktor maternal : ruptur membrane fetal, infeksi maternal pada minggu
18. Anak dengan kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang
Patofisiologi
Patofisiologi meningitis
Meningitis terjadi akibat dari penyebaran penyakit di organ atau jaringan tubuh yang lain. Virus
atau bakteri menyebar secara hematogen sampai ke selaput otak, misalnya penyakit Faringitis,
Tonsilitis, Pneumonia, dan Bronchopneumonia. Masuknya organisme melalui sel darah merah
pada blood brain barrier. Penyebaran organisme bisa terjadi akibat prosedur pembedahan,
pecahnya abses serebral atau kelainan sistem saraf pusat. Otorrhea atau rhinorrhea akibat fraktur
dasar tengkorak yang dapat menimbulkan meningitis, dimana terjadinya hubungan antara CSF
(Cerebro-spinal Fluid) dan dunia luar. Penumpukan pada CSF akan bertambah dan mengganggu
aliran CSF di sekitar otak dan medulla spinalis. Mikroorganisme masuk ke susunan saraf pusat
melalui ruang pada subarachnoid sehingga menimbulkan respon peradangan seperti pada
moonvia, arachnoid, CSF, dan ventrikel. Efek peradangan yang di sebabkan oleh
mikroorganisme meningitis yang mensekresi toksik dan terjadilah toksekmia, sehingga terjadi
peningkatan suhu oleh hipotalamus yang menyebabkan suhu tubuh meningkat atau terjadinya
hipertermi (Suriadi & Rita Yuliani 2001)
Cedera kepala
Meningitis
PEMERIKSAAN PENUNJANG DAN PENATALAKSANA PASIEN
4. Pemeriksaan refleks
7. CT scan
8. MRI
Tujuan MRI sama seperti CT scan. Namun pada MRI, pemindaian dilakukan dengan
medan magnet yang kuat dan gelombang radio.
10. PET scan merupakan prosedur pemindaian dengan media nuklir, yang dilakukan
untuk memeriksa penyebaran tumor di seluruh tubuh.
Penatalaksanaan tumor otak bergantung pada lokasi tumor, jenis jaringan asal tumor,
potensi malignansi, usia pasien, keadaan umum, dan penyakit komorbid yang menyertai.
Penatalaksanaan tumor otak melibatkan multidisiplin, yaitu bedah saraf, onkologi,
radiologi, dan ahli radioterapi. Penatalaksanaan tumor otak yang digunakan meliputi
pembedahan, radioterapi, kemoterapi, terapi medikamentosa, dan terapi suportif.
1. Glioma
1. Anamnesis
Pasien dengan kecurigaan cedera otak traumatik harus ditanyakan riwayat dan
mekanisme trauma. Penyebab paling sering adalah terjatuh, kecelakaan kendaraan
bermotor, olahraga, dan akibat penyerangan. Pada kecelakaan bermotor perlu
diperhatikan apakah pasien memakai alat pelindung kepala atau tidak. Pasien dapat
mengalami hal berikut ini dan harus digali karena penting untuk diagnosis penentuan
pemeriksaan penunjang
Penatalaksanaan cedera otak traumatik pada unit gawat darurat mengikuti protokol
advance trauma life support (ATLS). Pasien penurunan kesadaran harus selalu dilakukan
manajemen jalan napas, pemberian ventilasi dan oksigen yang adekuat, dan pemberian
cairan. Imobilisasi spinal harus dilakukan kecuali jika sudah dilakukan pemeriksaan
penunjang yang mengindikasikan bahwa imobilisasi dapat dihentikan. Penilaian skor
GCS dilakukan dan secepatnya diputuskan apakah memerlukan pemeriksaan CT-Scan
kepala atau tidak. Pasien dengan perdarahan (subdural, epidural) langsung dipersiapkan
untuk tindakan bedah. Pasien cedera otak traumatik berat pada umumnya mengalami
peningkatan tekanan intrakranial (trias peningkatan tekanan intrakranial yaitu muntah
proyektil, kejang, dan nyeri kepala) harus dikontrol dengan medikamentosa atau tindakan
antara lain:
4. Terapi hipersalin dengan cairan salin 3%, kadar elektrolit natrium dapat ditingkatkan
hingga batas atas 155 meq/L melalui infus kontinyu maupun bolus 250 mL cairan
NaCl 3%. Hipertonik salin tidak dapat dihentikan tiba-tiba karena dapat
menyebabkan kembalinya peningkatan tekanan intrakranial tiba-tiba. Harus dilakukan
tappering-off.
Trias klasik diagnosis awal meningitis adalah demam, nyeri kepala, dan kaku kuduk.
Pungsi lumbal masih menjadi pemeriksaan penunjang utama untuk diagnosis meningitis.
1. Anamnesis
Pasien dengan meningitis biasanya akan memperlihatkan trias klasik, yaitu demam,
nyeri kepala, dan kaku kuduk. Keluhan ini akan terjadi beberapa jam sampai 2 hari
setelah onset. Keluhan lain yang dapat timbul pada pasien dengan kecurigaan
meningitis adalah mual, muntah, fotofobia, penurunan kesadaran atau disorientasi.
Penatalaksanaan meningitis
Obat-obatan diberikan sesuai dengan etiologi meningitis.
Penanganan Awal
Pada pasien dengan keadaan syok atau hipotensif, pemberian infus kristaloid harus segera
diberikan sampai euvolemia. Pada pasien dengan gangguan status mental, perlu
dilakukan proteksi jalan napas dan kontrol agar tidak terjadi kejang. Pada pasien yang
memiliki kondisi cenderung stabil, dilakukan pemberian oksigen, akses intravena, dan
pungsi lumbal. Apabila diperlukan, dapat dilakukan pemeriksaan CT Scan sebelum
pungsi lumbal. Kultur darah segera dilakukan jika dianggap perlu dan dilanjutkan dengan
pemberian antimikroba empiris.
1. Data Demografi
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan
penanggung biaya.
a) Keluhan utama
e) Pengkajian psiko-sosio-spirituab
Pengkajian Keperawatan meningitis
Anamnesa
1) Identitas pasien.
Harus ditanya dengan jelas tetang gejala yang timbul seperti sakit kepala, demam, dan
keluhan kejang. Kapan mulai serangan, sembuh atau bertambah buruk, bagaimana sifat
timbulnya, dan stimulus apa yang sering menimbulkan kejang.
Riwayat sakit TB paru, infeksi jalan napas bagian atas, otitis media, mastoiditis, tindakan
bedah saraf, riwayat trauma kepala dan adanya pengaruh immunologis pada masa
sebelumnya perlu ditanyakan pada pasien. Pengkajian pemakaian obat obat yang sering
digunakan pasien, seperti pemakaian obat kortikostiroid, pemakaian jenis jenis antibiotic
dan reaksinya (untuk menilai resistensi pemakaian antibiotik).
5) Riwayat psikososial
Respon emosi pengkajian mekanisme koping yang digunakan pasien juga penting untuk
menilai pasien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran pasien dalam
keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari harinya
baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.
Pemeriksaan fisik
1. Pengkajian
a) Riwayat kesehatan
Waktu kejadian, penyebab trauma, posisi saat kejadian, status kesadaran saat
kejadian, pertolongan yang diberikan segera setelah kejadian.
b) Pemeriksaan fisik
a. Sistem respirasi:
Suara nafas, pola nafas (kusmaull, cheyene stokes, biot,
hiperventilasi,ataksik), nafas berbunyi, stridor,tersedak, ronki, mengi
positif(kemungkinan karena aspirasi).
b. Kardiovaskuler:
Pengaruh perdarahan organ atau pengaruh PTIK
c. Kemampuan komunikasi:
Kerusakan pada hemisfer dominan, disfagia atau afasia akibat kerusakan saraf
hipoglosus dan saraf fasialis.
d. Aktivitas/istirahat
S:Lemah, lelah, kaku dan hilang keseimbangan
O:Perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, guadriparese,
goyah dalamberjalan (ataksia), cidera pada tulang dan kehilangan tonus otot.
e. Sirkulasi
O:Tekanan darah normal atau berubah
(hiper/normotensi),perubahan frekuensi jantung nadi bradikardi, takhikardi
dan aritmia.
f. Neurosensori
S:Kehilangan kesadaran sementara, vertigo, tinitus, kehilangan pendengar-an,
perubahan penglihatan, diplopia, gangguanpengecapan/pembauan.
O:Perubahan kesadaran, koma. Perubahan status mental (orientasi,kewas-
padaan, atensi dan konsentarsi) perubahan pupil (respon terhadap cahaya),
/kehilangan penginderaan, pengecapan dan pembauan serta
pendengaran.Postur (dekortisasi, desebrasi), kejang.Sensitive terhadap
sentuhan / gerakan.
g. Nyeri/Keyamanan
S:Sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda.
O:Wajah menyeringai, merintih, respon menarik pada rangsang nyeri yang
hebat, gelisah.
c) Pemeriksaan Penunjang
a. CT Scan (tanpa/dengan kontras)
Mengidentifikasi adanya sol, hemoragik, menentukan ukuran ventrikuler, pergeseran
jaringan otak.
b. MRI Sama dengan scan CT dengan atau tanpa kontras.
c. Angiografi serebral
Menunjukan kelainan sirkulasi serebral, seperti pengeseran jaringan otak akibat
edema, perdarahan, trauma.
d. Sinar X
Mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (fraktur), pergeseran struktur dari garis
tengah (karena perdarahan, edema), adanya fragmen tulang.
e. GDA (Gas Darah Artery)
Mengetahui adanya masalah ventilasi atau oksigenasi yang akan dapat meningkatkan
TIK.
Observasi
Terapeutik
7. Hentikan pemberian makan melalui selang nasigastrik jika asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri, antiemetik), jika
perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
Data Subjektif
Dispnea
Data Objektif
Data Subjektif
Ortopnea
Data Objektif
1. Pernafasan pursed-lip
Observasi
Teraupetik
1. pertambahan kepatenan jalan nafas drnganhead-tilit dan chin-lift ( jaw - thrust jika curiga
trauma servikal)
8. berikan oksigen
Edukasi
Penyebab
Fisiologis
3. Disfungsi neuromuskuler
8. Proses infeksi
9. Respon alergi
Situasional
1. Merokok aktif
2. Merokok pasif
3. Terpajan polutan
Subjektif
(Tidak tersedia)
Objektif
3. Sputum berlebihan
Subjektif
1. Dispnea
2. Sulit bicara
3. Ortopnea
Objektif
1. Gelisah
2. Sianosis
2. Sklerosis mulitipel
3. Myasthenia gravis
6. Cedera kepala
7. Stroke
8. Kuadriplegia
Definisi: Melatih pasien yang tidak memiliki kemampuan batuk secara efektif untuk
membersihkan Laring trakea Dan bronkiolus dari Sekret atau benda asing di jalan nafas
Tindakan
Observasi
Terapeutik
Edukasi
2. Anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung selama 4detik, ditahan selama 2detik,
kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu(dibulatkan) selama 8detik
4. Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tariknapas dalam yang ke-3
Kolaborasi
Tanda gelajala
Hipertermi
Penyebab
1. Dehidrasi
6. Respon trauma
7. Aktivitas berlebihan
8. Pengunaan inkubator
Subjektif
Tidak tersedia
Objektif
Subjektif
Tidak tersedia
Objektif
1. Kulit merah
2. Kejang
3. Takikardi
4. Takipnea
5. Kulit terasa hangat
Tindakan:
Observasi
Trapeutik
5. Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis(keringat berlebih)
6. Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut hiportermia atau kompres dingin pada dahi,
leher, dada abdomen, aksila)
Edukasi
Kolaborasi
Definisi: Perasaa tidak nyaman pada bagian belakang tenggorokan atau lambung yang dapat
mengakibatkan muntah
Penyebab:
3. Distensi lambung
4. Iritasi lambung
5. Gangguan pankreas
7. Tumor terlokalisasi (mis neuroma akustik, tumor otak primer, atau sekunder,metastasis
tulang di dasar tenggorokan )
12. Kehamilan
Subjektif
1. Mengeluh mual
2. Merasa ingin muntah
Objektif
(tidak tersedia)
Subjektif
1. Mengeluh mual
1. Meningitis
2. Labrinitis
3. Uremia
4. Ketoasidosis diabetik
5. Ulkus peptikum
6. Penyakit esofagus
7. Tumor intraaabdomen
8. Penyakit meniere
9. Neuroma akustik
11. Kanker
12. Glukoma
Intervensi
Definisi: Mengidentifikasi dan mengelola perasaan tidak enak pada bagian tenggorokan atau
lambung yang dapat menyebabkan muntah
Tindakan
Observasi
2. Identifikasi syarat nonverbal ketidaknyamanan misal bayi anak-anak dan mereka yang
tidak dapat berkomunikasi secara efektif
3. Identifikasi dampak mual terhadap kualitas hidup misalnya nafsu makan aktivitas kinerja
tanggung jawab peran dan tidur
Teraupetik
1. Kendalikan faktor lingkungan penyebab misalkan bau tak sedap suara atau rangsang
rangsangan visual yang tidak menyenangkan
1. 4 . berikan makanan dingin cairan bening tidak berbau tidak berwarna Jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup 2. anjurkan sering membersihkan mulut kecuali
jika merasa mual
Kolaborasi