Anda di halaman 1dari 7

JURNAL RUAYA VOL. 5. NO .2.

TH 2017
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 - 3155

PEMBERIAN PAKAN ALAMI ARTEMIA, CHLORELLA SP DAN TUBIFEX


SP TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LARVA
IKAN KOMET (Carassius auratus)

NATURAL FEEDING ARTEMIA SP, CHLORELLA SP AND SP TUBIFEX TO GROWTH


AND SURVIVAL LARVAE FISH COMET (Carassius auratus).

Hendra Septian1), Hastiadi Hasan(2) Farida(3)


1. Alumni Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Muhammadiyah Pontianak
2. Staff pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Muhammadiyah Pontianak
3. Staff pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Muhammadiyah Pontianak
hendraseptian@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jenis pakan alami yang terbaik untuk mendukung pertumbuhan dan
kelangsungan hidup larva pada ikan komet. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) menurut
Hanafiah (2012), yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 ulangan. Susunan perlakuan adalah Perlakuan A, pakan alami
kuning telur (kontrol), Perlakuan B, pakan alami Artemia sp, Perlakuan C, pakan alami Chlorella sp, Perlakuan D,
pakan alami Tubifex sp Hasil penelitian menunjukkan perlakuan. Hasil pertumbuhan berat mutlak, pertumbuhan
panjang mutlak dan kelangsungan hidup terbaik terdapat pada perlakuan (B) Pakan Alami Artemia sebesar 0,23 g
1,16 cm dan 84,00 %.

Kata Kunci : Pakan Alami, Larva Komet, Pertumbuhan, Kelangsungan Hidup.

ABSTRACT

This study aims to determine the best type of natural food to support the growth and survival of fish larvae in
komet. Research using a completely randomized design (CRD) according to Hanafi (2012), which consists of 4
treatments and 3 replications. The composition of the treatment is treatment A, a natural food yolk (control), treatment
B, natural feed Chlorella sp, Treatment C, natural feed Artemia sp, Treatment D, natural feed Tubifex sp results showed
treatment. The result of the growth of specific weight, length growth and survival absolute best there is in treatment (B)
Natural Feeding Artemia amounted to 0,23 g, 1,16 cm and 84.00 %.

Keywords : Natutal Feed, Fish Larva Komet, Growth, Survival Rate

21
JURNAL RUAYA VOL. 5. NO .2. TH 2017
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 - 3155

PENDAHULUAN meningkatkan pertumbuhan dan kelulusan hidup


Budidaya ikan hias air tawar ternyata mampu (Chilmawati dan Suminto, 2007). Sedangkan tubifex
memberikan kehidupan bagi banyak orang yang sp juga mudah dicerna dalam tubuh ikan karena tanpa
menekuninya. Selain orang suka akan keindahan ikan kerangka (Subandiyah, 1990). Oleh karena itu, pakan
hias ini, banyak pula orang yang menggantungkan alami larva yang diberikan diantarnya berupa
hidupnya dari membudidayakan dan memasarkan zooplankton artemia sp, daphnia dan tubifex
ikan hias yang jenisnya bermacam-macam. Tidak (Djariyah, 2001). Tujuan penelitian ini adalah untuk
jarang beberapa petani yang semula mengetahui salah satu jenis pakan (alami artemia sp,
menekuni budidaya ikan konsumsi beralih menekuni chlorella sp dan tubifex sp) yang terbaik untuk
budidaya ikan hias. Semua itu dilakukan karena mendukung pertumbuhan dan kelangsungan hidup
peluang usaha dan potensi ekonomis budidaya ikan larva pada ikan komet.
hias lebih menggiurkan dibandingkan dengan ikan
konsumsi. Ikan komet berasal dari Cina, dengan METODE PENELITIAN
nama asing goldfish. Ikan tersebut hidup di sungai Waktu dan Tempat Penelitian
dan daerah kawasan hulu dan hilir bahkan dimuara.
Kemudian ikan komet banyak diminati karena Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Basah
keindahan warna, bentuk tubuh yang cantik bagian Fakultas Perikanan dan Ilmu KelautanUniversitas
sirip lebih panjang. Selain itu ikan komet merupakan Muhammadiyah Pontianak pada bulan Desember
ikan yang mudah dipelihara baik itu dikolam maupun 2016. Penelitian dilakukan Selama 20 hari yang
di akurium dengan padat tebar yang tinggi. Namun terdiri dari 5 hari masa persiapan dan 15 hari masa
dibalik segala kelebihannya ikan komet termasuk pengamatan.
ikan yang sulit dibudidayakan terutama pada fase
larva (Indarti et al, 2012). Alat dan Bahan Penelitian
Larva ikan komet membawa cadangan Alat
makanan (energy) dalam bentuk kuning telur. Larva Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
ikan komet memanfaatkan cadangan energi tersebut toples bervolume 2 liter sebagai wadah uji sebanyak
(endogenous feeding) untuk perkembangan organ 12 buah, thermometer, DO meter, pH test, aerator,
tubuh, terutama untuk keperluan pemangsaan timbangan digital, alat tulis, millimeter blok, kamera
(feeding) seperti sirip, mata, mulut dan saluran sebagai alat dokumentasi.
pencernaan. Oleh karena itu, kuning telur akan
menyusut dan habis sejalan dengan perkembangan Bahan
organ tubuh larva. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
Seiring berkembangnya usaha budidaya ikan adalah larva ikan komet umur 4 hari. Pakan yang
hias membuat para pembudidaya tergerak untuk digunakan dalam penelitian ini adalah artemia sp ,
mengoleksi ikan hiasnya, namun pada budidaya ikan chlorella sp dan tubifex sp serta kuning telur. Larva
hias khsusnya ikan komet yaitu tingginya kematian ikan komet didatangkan dari (UPTD AGRIBISNIS
pada stadia larva. Stadia larva merupakan fase yang Raiser Pontianak).
paling kritis dalam siklus hidup ikan (Effendi, 2009). Persiapan Penelitian
Tingginya angka kematian tersebut menunjukkan Persiapan yang akan dilakukan sebelum
rendahnya pertumbuhan. Pertumbuhan sangat melakuan penelitian ini adalah mempersiapkan alat
ditentukan oleh ketersediaan pakan sebagai sumber dan bahan penelitian baik wadah, larva ikan biawan,
energi untuk pertumbuhan (Affandi et al, 2005). aerator dan alat – alat yang akan dipergunakan dalam
Salah satu upaya mengatasi rendahnya penelitian ini.
pertumbuhan dan kelangsungan hidup yaitu dengan Setelah alat dan bahan disediakan selanjutnya
pemberian pakan yang tepat baik dalam ukuran, menempatkan wadah penelitian sesuai dengan
jumlah, dan kandungan gizi dari pakan tersebut rancangan percobaan yang digunakan yaitu
(Lingga & Susanto, 1989). Pakan larva ikan komet rancangan acak lengkap (RAL).
umumnya berupa pakan alami (artemia sp, chlorella Kegiatan penelitian selanjutnya yaitu
sp dan tubifex sp,) pada artemia sp memiliki ukuran memasukan larva dengan padat tebar 25 ekor larva
yang sesuai dengan bukaan mulut larva, selalu dalam tiap perlakuan muchlisin et al (2003), wadah
bergerak sehingga menarik perhatian ikan, mudah penelitian yang digunakan berupa toples yang
dicerna, tingkat pencemaran pada air kultur lebih berukuran dengan volume 5 liter. Toples tersebut
rendah dan memiliki gizi tinggi. Chlorella sp banyak dibersihkan, kemudian diisi air bersih, dengan
terdapat pigmen hijau (klorofil) yang berfungsi volume air 2 liter pada masing - masing toples
sebagai katalisator dalam proses fotosintesis untuk diberikan aerasi sebagai suplai oksigen. Pakan alami

22
JURNAL RUAYA VOL. 5. NO .2. TH 2017
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 - 3155

berupa artemia sp, dan chlorella sp di beli dan HASIL DAN PEMBAHASAN
dikultur. sedangkan pakan alami berupa kuning telur
dan tubifex sp yang dibeli langsung dari penjual. Pertumbuhan Berat dan Panjang Mutlak
Selanjutnya pakan alami berupa artemia sp, chlorella Pertumbuhan secara umum adalah perubahan
sp dan tubifex sp akan dilakukan analisi proksimat dimensi (panjang, berat, volume, dan ukuran)
persatuan waktu baik individu maupun komoditas
Penelitian (Effendi, 2007), adapun faktor yang mempengaruhi
Selama waktu penelitian pada masing - dalam pertumbuhan adalah faktor internal yaitu
masing ikan uji diberi pakan dengan frekuensi keturunan (genetik), jenis kelamin, parasit dan
pemberian pakan setiap 4 kali dalam sehari yaitu penyakit. Serta umur dan maturitas (Moyle and
pada pukul 07:00, 11:00, 15:00 dan 19:00 selama Cech 2004).
penelitian dan mengacu pada penelitian menurut Berdasarkan penelitian yang dilakukan selama
Agus et. al., (2010), pemberian pakan alami yang 15 hari menunjukkan adanya pengaruh perbedaan
berbeda pada ikan lele dumbo dengan pemberian perlakuan pakan alami yang berbeda pada
pakan yang terbaik yaitu pakan artemia dimana pemeliharaan larva ikan komet terhadap pertumbuhan
kelangsungan hidup mencapai 96% (Muchlisin et al, berat. Rata-rata pertumbuhan berat mutlak larva ikan
2003). Pemberian pakan secara adlibitum (pemberian komet pada perlakuan A sebesar 0,11 g, perlakuan B
pakan sampai kenyang) adapun indikator kenyang sebesar 0,23 g , perlakuan C sebesar 0,15 g dan
pada larva ikan adalah larva ikan tidak merespon lagi perlakuan D sebesar 0,12 g. Sedangkan Rata-rata
pakan yang diberikan. Pakan yang diberikan pada pertumbuhan panjang mutlak larva ikan komet pada
masing-masing perlakuan berupa pakan alami yaitu perlakuan A sebesar 0,69 cm, perlakuan B sebesar
artemia sp, Chlorella dan Tubifex sp (Priyadi, 2010) 1,16 cm, perlakuan C sebesar 0,93 cm dan perlakuan
D sebesar 0,83 cm (Tabel 1).
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan 4 perlakuan Tabel 1. Rata-rata laju pertumbuhan berat
dan 3 ulangan dan mengacu pada penelitian spesifik (%) larva ikan biawan selama
muchlisin et. al., (2003), Pemberian Pakan Alami penelitian.
yang Berbeda pada ikan Lele Dumbo dengan
pemberian pakan yang terbaik yaitu pakan Artemia Pertumbuhan Pertumbuhan
Salina. Adapun perlakuan yang diterapkan adalah P Berat Panjang
sebagai berikut: Mutlak (g) ± SD Mutlak (cm) ± SD
A 0,11 ± 0,02a 0,69 ± 0,10a
a. Perlakuan A, pakan alami kuning telur (kontrol) B 0,23 ± 0,04 b
1,16 ± 0,05b
b. Perlakuan B, pakan alami Artemia sp
C 0,15 ± 0,02c 0,93 ± 0,07c
c. Perlakuan C, pakan alami Chlorella sp c
d. Perlakuan D, pakan alami Tubifex sp D 0,12 ± 0,02 0,83 ± 0,06c
Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang
Parameter Kualitas Air tidak sama berbeda sangat nyata pada
Parameter kualitas air yang ingin diketahui taraf 5% Uji BNJD dan Uji BNT
adalah suhu air, pH, DO dan Amoniak yang akan (P>0,05)
dilakukan pengukuran pada awal dan akhir
penelitian. Berdasarkan hasil uji normalitas Lilliefors
pertumbuhan berat didapatkan nilai L hitung maks
Analisa Data 0,16667 lebih kecil dari L tabel 5% (0,242) dan L
Untuk mengetahui pengaruh terhadap tabel 1% (0,275), maka data tersebut dapat dikatakan
pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan berdistribusi normal kemudian dilanjutkan dengan uji
biawan dilakukan uji nilai tengah (Uji F). Sebelum homogenitas Ragam Bartlet didapatkan nilai x2
dilakukan uji nilai tengah terlebih dahulu diuji hitung 8,32 lebih kecil dari x2 tabel 5% (14,07) dan x2
normalitas Lilliefors (Hanafiah, 2012). tabel 1% (18,48), maka data tersebut berdistribusi
homogen kemudian dilanjutkan dengan analisis
variansi (Anava).
Hasil analisis variansi (Anava) pertumbuhan
berat mutlak didapatkan F hitung sebesar 12,21 lebih
besar dari F tabel 5% (4,07) dan F tabel 1% (7,59)
yang berarti antara perlakuan menunjukan perbedaan

23
JURNAL RUAYA VOL. 5. NO .2. TH 2017
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 - 3155

yang sangat nyata dari hasil analisis variansi Tabel 2. Uji proksimat protein dan lemak pada
pertumbuhan berat mutlak. pakan alami
Adapun uji lanjut yang digunakan adalah Uji Nilai Nilai
Lanjut (Beda Nyata Jarak Duncan) BNJD karena No Nama Bahan Proksimat Proksimat
berbeda sangat nyata dan Koefisien Keragaman (KK) Potein (%) Lemak (%)
yang dihasilkan 17,76 %. Pada Uji Lanjut BNJD 1 Kuning Telur 12,00 31,9
diketahui bahwa perlakuan berbeda sangat nyata 2 Artemia sp 56,62 10,24
(P>5% dan P>1%) antara perlakuan A dengan
3 Chlorella sp 46,49 9,43
perlakuan D dengan C berbeda tidak nyata sedangkan
D dengan B berbeda sangat nyata. Perlakuan C 4 Tubifex sp 41,79 10,93
dengan B Berbeda sangat nyata. Sumber: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Sedangkan uji normalitas Lilliefors dan ULPPMHP Pontianak (2016)
pertumbuhan panjang mutlak didapatkan nilai L
hitung maks 0,17304 lebih kecil dari L tabel 5% Tabel 2 menunjukkan hasil uji analisis
(0,242) dan L tabel 1% (0,275), maka data tersebut proksimat protein dan lemak yaitu pada pakan alami
dapat dikatakan berdistribusi normal kemudian artemia sp (56,62 %), chlorella sp (46,49 %) dan
dilanjutkan dengan uji homogenitas Ragam Bartlet tubifex sp (41,79 %). Sedangkan hasil uji analisis
didapatkan nilai x2 hitung 1,09 lebih kecil dari x2 proksimat pada lemak yaitu artemia sp (10,24 %),
tabel 5% (14,07) dan x2 tabel 1% (18,48), maka data chlorella sp (9,43 %) dan tubifex sp (10,93 %).
tersebut berdistribusi homogen kemudian dilanjutkan Protein dari Artemia merupakan sumber
dengan analisis variansi (Anava). protein hewani yang mudah dicerna dan termasuk
Hasil analisis variansi (Anava) pertumbuhan sumber protein hewani dengan rantai protein yang
panjang mutlak didapatkan F hitung sebesar 21,72 lebih pendek dan non komplek. Hal ini terbukti dan
lebih besar dari F tabel 5% (4,07) dan F tabel 1% perlakuan pemberian pakan kuning telur yang
(7,59) yang berarti antara perlakuan menunjukan merupakan sumber protein hewani,yang kandungan
perbedaan yang sangat nyata dari hasil analisis proteinnya lebih rendah dibandingkan dengan
variansi pertumbuhan panjang mutlak. Chlorella sp. dan tubifex (Mudjiman, 1989).
Adapun uji lanjut yang digunakan adalah Uji Selain faktor protein makanan yang dimakan,
Lanjut (Beda Nyata Terkecil) BNT karena berbeda faktor daya tarik makanan diduga juga memainkan
sangat nyata dan Koefisien Keragaman (KK) yang peran yang penting dalam pertumbuhan larva ikan
dihasilkan 8,09 %. Pada Uji Lanjut BNT diketahui komet. Makanan yang memiliki daya tarik yang lebih
bahwa perlakuan berbeda sangat nyata (P>5% dan baik akan dapat merangsang nafsu makan larva ikan.
P>1%) antara perlakuan A dengan perlakuan B dan C Artemia merupakan pakan alami yang aktif bergerak
berbeda sangat nyata dan D berbeda tidak nyata. sehingga menarik perhatian larva ikan untuk
Perlakuan B dengan C dan D berbeda sangat nyata menangkap dan memakannya, sementara pakan
selanjutnya perlakuan C dengan perlakuan D berbeda Chlorella sp. dan cacing tubifex masih banyak tersisa,
tidak nyata. bahkan pakan kuning telur sudah banyak yang larut
Pakan berupa artemia pada pemeliharaan dalam air wadah sehingga wama air berubah keruh.
dapat memberikan pertumbuhan yang tinggi pada Mujiman (1984) menyatakan bahwa warna dan bau
larva ikan komet dikarenakan ada kaitannya dengan khusus suatu jenis pakan juga dapat mempengaruhi
kandungan protein dan enzim pencernaan yang ada daya tarik dan nafsu makan ikan.
pada artemia sp. Artemia mengandung protein 40%
hingga 60 %, tergantung pada umurnya, dan Artemia Kelangsungan Hidup (SR)
dewasa memiliki kandungan protein lebih tinggi Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata
daripada nauplii (Isnansetyo dan Kuniastuty, 1995), kelangsungan hidup benih ikan komet selama
sedangkan Chlorella sp. 21%, tubifex 22 % dan penelitian berkisar 62,67 – 84,00 %. Rata-rata
suspensi kuning telur 12%. Hal ini sesuai dengan kelangsungan hidup benih ikan komet pada perlakuan
hasil uji proksimat di Unit Laboratorium Penendalian A sebesar 62,67 %, perlakuan B sebesar 84,00 %,
dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (ULPPMHP) perlakuan C sebesar 70,67 % dan perlakuan D
Propinsi Kalimantan Barat dan Kementerian sebesar 66,67 % (Gambar 1).
Kesehatan Republik Indonesia (Tabel 2).

24
JURNAL RUAYA VOL. 5. NO .2. TH 2017
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 - 3155

100,00 84,00 ± 4,00 Disamping itu kerja enzim proteolitik yang


90,00 70,67 ± 6,11
tinggi terdapat ketika ikan masih berukuran larva
Kelangsungan hidup (%)

66,67 ± 6,11
80,00 62,67 ± 6,11 karena ususnya kecil. Oleh sebab itu ikan harus
70,00
diberikan pakan yang mengandug protein tinggi.
60,00
50,00
Kelangsungan hidup benih ikan komet paling rendah
40,00 yang diberi pakan kuning telur. Hal ini disebabkan
30,00 karena kuning telur merupakan pakan buatan yang
20,00 kandungan nutrisinya mengandung karbohidrat,
10,00 dimana kandungan karbohidarat akan menghambat
0,00 aktifitas dalam usus kecil (Murtidjo, 2001).
A (Kuning B (Artemia) C (Chlorella) D (Tubifex)
Telur)

Perlakuan Pakan Alami Parameter Kualitas Air


Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang Tabel 3.Hasil pengamatan kualitas air larva
tidak sama berbeda sangat nyata pada ikan biawanselama penelitian.
taraf 5% Uji BNT (P>0,05).
Parameter
Gambar 1. Kelangsungan hidup (%) benih ikan P Suhu NH3
komet selama penelitian pH DO (mg/l)
(°C) (ppm)
Berdasarkan hasil uji normalitas Lilliefors
A 5,0-6,0 28-29 5,0-5,5 1,00-1,50
didapatkan nilai L hitung maks 0,12547 lebih besar
dari L tabel 5% (0,242) dan L tabel 1% (0,275), maka B 5,5-6,0 28-29 5,0-6,5 0,25-0,50
data tersebut dapat dikatakan berdistribusi normal. C 5,5-6,0 28-29 5,0-6,0 0,30-0,50
Sedangkan berdasarkan hasil uji homogenitas Ragam
Bartlet didapatkan nilai x2 hitung 0,461 lebih kecil D 5,0-6,0 28-29 5,0-5,5 0,50-1,00
dari x2 tabel 5% (14,07) dan x2 tabel 1% (18,48),
maka data tersebut berdistribusi homogen dilanjutkan Derajat Keasaman (pH)
dengan analisis variansi (Anava). Hasil pengukuran pH selama penelitian
Hasil analisis variansi (Anava) kelangsungan didapat pH berkisar antara 5,0-6,0 pada perlakuan A
hidup benih ikan komet didapatkan F hitung sebesar dan D nilai pH pada awal pengamatan tergolong
8,04 lebih besar dari F tabel 5% (4,07) dan F tabel rendah, hal ini dikarenakan pada masa pengamatan
1% (7,59) yang berarti antara perlakuan menunjukan terjadi perubahan CO2 yang bersifat asam sehingga
perbedaan yang sangat nyata dari hasil analisis dapat menghambat organisme salah satunya ikan.
variansi kelangsungan hidup. Setelah beberapa hari pH terjadi perubahan yang
Adapun uji lanjut yang digunakan adalah Uji sesuai dengan kehidupan ikan. Hal ini serupa yang
Lanjut (Beda Nyata Terkecil) BNT karena berbeda terjadi pada perlakuan B dengan C pH tersebut cukup
sangat nyata dan Koefisien Keragaman ( KK ) yang baik untuk kelangsungan hidup larva ikan komet,
dihasilkan 7,97 %. Pada Uji Lanjut BNT diketahui menurut Effendi (2003) menyatakan bahwa air yang
bahwa perlakuan berbeda sangat nyata (P>5% dan baik untuk budidaya ikan adalah kisaran netral
P>1%) antara perlakuan A dengan B berbeda berbeda dengan pH 6,0-8,0. Sedangkan menurut Cholik et al.,
nyata sedangkan C dan D berbeda tidak nyata. (2003) mengatan bahwa bila pH air didalam kolam
Perlakuan B dengan C berbeda nyata dan D berbeda sekitar 6,5-9,0 adalah kondisi yang baik untuk
sangat nyata. Perlakuan C dengan D bebedatidak produksi ikan. .
nyata.
Keberhasilan kelangsungan hidup ditentukan Suhu
oleh rangsangan ketika makanan memiliki syarat Berdasarkan hasil pengukuran suhu air media
nutrisi dalam hal ini kandungan protein, lemak, pemeliharaan larva ikan komet selama penelitian
karbiohidrat, vitamin dan mineral. Disamping itu juga pada setiap perlakuan diperoleh suhu 28-29°C. Suhu
memiliki aspek fisik yang tidak kalah pentingnya ini sangat sesuai untuk kelangsungan hidup larva ikan
yaitu bentuk dan ukuran makanan, teknik pemberian komet, menurut pendapat Effendi (1997),
makan dan frekuensi pemberian pakan. Hal ini menyatakan suhu optimum untuk selera makan ikan
disebabkan makanan yang dicerna larva diabsorsi adalah 25-27ºC sedangkan untuk kelangsungan hidup
secara difusi, pengangkutan aktif dan beberapa ikan berkisar antara 25-31°C. Suhu mempunyai
partikel dari makanan diabsorsi secara fagositosis. pengaruh penting bagi kelangsungan hidup ikan
menurut Effendi (2003) menerangkan bahwa suhu air

25
JURNAL RUAYA VOL. 5. NO .2. TH 2017
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 - 3155

mempunyai pengaruh besar pertukaran zat atau Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
metabolisme mahluk hidup diperairan. mengenai jenis pakan pakan alami yang berbeda.
Untuk pakan alami jenis artemia merupakan pakan
Oksigen Terlarut (DO) terbaik terhadap pertumbuhan dan kelangsungan
Berdasarkan hasil pengukuran, kandungan hidup larva ikan komet.
oksigen terlarut cukup baik di setiap perlakuannya
yaitu berkisar antara 5,0-6,5 mg/l. selama penelitian DAFTAR PUSTAKA
oksigen terlarut dari aerator berfungsi dengan baik. Affandi, R,. D.S. Syafei,.M. F. Rahardjo &
Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Sulistiono, 2005. Fisiologi Ikan,
oleh Boyd, (1979) menyatakan pada umumnya ikan Pencemaran dan Penyerapan Makanan.
hidup normal pada konsentrasi 4,0 mg/l, jika Departemen Manajemen Sumberdaya
persediaan oksigen dibawah 20% dari kebutuhan Perairan FPIK- IPB, Bogor : xii +214 hl
normal, ikan akan lemah dan menyebabkan kematian. Agus, M., T.M. Yusufi dan Bisrul Nafi.
Najiyati (1992) menambahkan kandungan oksigen 2010.pengaruh perbedaan jenis pakan
yang terlalu tinggi akan menyebabkan timbulnya alami daphnia, jentik nyamuk dan cacing
gelembung dalam jaringan tubuh ikan, sebaliknya sutera terhadap pertumbuhan ikan
penurunan kandungan oksigen secara tiba-tiba dapat cupang hias ( betta splendens ). PENA
mengakibatkan kematian pada ikan. Kandungan Akuatika. Volume 2 : No (1).
oksigen dapat menurun karena banyaknya bahan Agus P., Eni Kusrini’., dan Tom Megawat P. 2010.
organik yang terurai atau banyaknya binatang yang Perlakuan Berbagai Jenis Pakan Alami
hidup didalamnya. Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Dan
Sintasan Larva Ikan Upside Down Catfish
Amoniak (NH3) (Synodontis nigñwntns). Balai Budidaya
Berdasarkan hasil pengukuran amoniak pada Ikan Hias. Depok.
perlakuan A dan D didapatkan hasil berkisar 1,00,5- Arlia.1994. Penggunaan Vitamin E Pada Pakan
1,50 ppm. Amoniak yang dihasilkan sangat tinggi hal Untuk Kematangan Ikan Kapiek (Puntius
ini dikarenakan tumpukan sisa pakan kuning telur Schwanefeldi Blkr). Lembaga Penelitian
dapat meningkatkan racun pada perairan pada wadah Universitas Riau
penelitian. Menurut Boyd (1982), amonia dalam Barnes, R.D. 1974. Invertebrate Zoology. 3rd
bentuk tidak terionisasi (NH3) bersifat toksik bagi Edition. W.B. Sounders Comp.
ikan. Dari hasil pengukuran, konsentrasi NH3 media Philadelphia. 870 p.
pemeliharaan adalah < 0.20 mg/L. Kadar amonia < 1 Bold, H. C. and M. J Wynne. 1985. Introduction to
mg/L NH3 masih layak untuk budidaya ikan. the Algae. Second edition. Prentice
Keracunan amonia pada ikan akan mengakibatkan Hall,Inc. Engelwoods Cliffs. New Jersey.
peningkatan konsumsi oksigen, kerusakan pada 720 pp.
insang, dan mereduksi kemampuan darah dalam Boyd, C.E., 1979. Water Quality in Ponds for
mentransfer oksigen. (Boyd, 1990). Aquaculture. Albama Agricultural.
Experiment Station. Alburm univesity,
KESIMPULAN DAN SARAN Albama. 477pp.
Chalik, F., A.G. Jagatraya, Poernomo dan A. Jauzi.
Kesimpulan 2003. Akuakultur : Tumpuan Harapan
Pemberian pakan alami yang berbeda Masa Depan Bangsa. Penerbit
berpengaruh nyata terhadap, pertumbuhan dan Masyarakat Perikanan Nusantara dengan
kelangsungan hidup larva ikan komet. Taman Akuarium Air Tawar, TMII.
1. Nilai pertumbuhan berat mutlak (g) yang terbaik Jakarta.
terdapat pada perlakuan B (Artemia sp) yaitu Chumaidi dan Priyadi. A. 2005. Pengaruh Pemberian
0,23 g. Pakan Alami Yang Berbeda Terhadap
2. Nilai pertumbuhan panjang mutlak (cm) Biomassa dan Nisbah konversi Pakan Ikan
tertinggi terdapat pada perlakuan C (Artemia sp) Tilam Merah. Jurnal Penelitian Perikanan,
menghasilkan penjang sebesar 1,16 cm. IV : 89-91.
3. Nilai kelangsungan hidup larva ikan biawan De Silva, S. S. and Anderson. 1995. Fish Nutrition in
tertinggi terdapat pada perlakuan C (Artemia sp) Aquaculture : The First
dengan persentase 84,00 %. Djajasewaka. 1985. Tingkat kelangsungan hidup
larva di perairann CV. Yasguna. Jakarta.
Saran

26
JURNAL RUAYA VOL. 5. NO .2. TH 2017
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 - 3155

Djajasewaka. 1985. Pakan ikan. (Makanan Kawaroe, M. T. Prartono, A. Sunuddin, D.W. Sari,
Ikan).Yasaguna. Jakarta. dan Augustine, D. 2010. Mikroalga :
Djariah, A.S. 1995. Pakan Ikan Alami. Potensi dan Pemanfaatannya untuk
Kanisius.Yogyakarta. 87 Hal Produksi Bio Bahan Bakar. Penerbit
Djariah, A. S. 2001. Pakan Ikan Alami. Penerbit Institut Pertanian Bogor Press. Bogor
Kanisius. Yogyakarta : 87 hlm Kairuindah, N. 2013. Pemeliharaan benih ikan komet
Effendi. A. Rizal, 2009. Pengantar Akuakultur. (mystus nemurus c.v) pada system
Penebar Swadaya resirkulasi dengan menggunakan filter
Effendi, H. 2007. Telaah Kualitas Air Bagi yang berbeda. Skripsi. Fakultas Perikanan
Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan dan Ilmu Kelautan Universitas
Perairan. PenerbitKansius. Yogyakarta. Riau.Pekanbaru.
Effendie, M. I. 1997. Metoda Perancangan Khairuman, Amri K, dan Sihombing T. 2008.
Percobaan. CV Armico. Bandung. 472 hal Peluang Usaha Budidaya Cacing Sutra.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Jakarta: PT Agromedia Pustaka
Pengelolaan Sumber Daya dan Kordi, K. M. G. H. 2010. Budidaya Ikan Lele di
Lingkungan Perairan. Kanisius. Kolam Terpal. Andi Offset, Yogyakarta.
Yogyakarta. 258 hal. Kitri, W. 2010. Pengaruh Pemberian Pakan Alami
Goenarso, 2005. Fisiologi Hewan. Universitas Yang Berbeda Terhadap Sintasan dan
Terbuka. Jakarta. Pertumbuhan Benih Ikan Palmas. Skripsi.
Hanafiah. 2012. Rancangan Percobaan: Teori Dan Universitas Indonesia
Aplikasi Edisi Ketiga. PT Raja Grafindo Lingga, P. & H. Susanto.1989. Ikan Hias Air Tawar.
Persada, Jakarta. 260 hal. Penebar Swadaya, Jakarta : Viii : 236 hlm.
Hidayati, I., Y. Basri. dan L. Deswati. 2014. Lucas, W.G.F., J.K. Ockstan dan C. Lumentra. 2015.
Pengaruh Pemberian Pakan Alami yang Petumbuhan dan Kelangsungan Hidup
Berbeda Terhadap Kelangsungan Hidup Larva Gurame (Osphronemus gouramy)
dan Pertumbuhan Larva Ikan Sepat Siam dengan Pemmberian Beberapa Jenis
(Trichogaster leeri). Fakultas Perikana Pakan.Jurnal Budidaya Perairan. Program
dan Ilmu Kelautan. Universitas Bung Studi Budidaya Perairan FPIK UNSRAT.
Hatta. Padang Manado. Vol 3 (2): 19-28
Indarti. S,. M. Muhaemin,. dan S. Hudaidah. 2012. Moyle dan Cech. 2004. Fishes An Intoduction to
Modified Toca Colour Finder (M-TCF) Icthylogy. Prentice Hall, Upper Saddle
dan Kromatofor Sebagai Penduga River.
Tingkat Kecerahan Warna Ikan Komet Mokoginta, I., D. Jusadi, M. Setiawati, T.
(Carasius auratus auratus) yang diberi Takeuchi & M. A. Suprayudi. 2000.
Pakan Dengan Proporsi Tepung Kepala The effect of different levels of dietary n
Udang (TKU) Yang Berbeda -3 fatty acid on the egg quality of
Isnansetyo. A dan Kurniastuty (1995), Teknik Kultur catfish (Pangasius hypophthalmus). JSPS-
Phytoplankton Zooplankton. Pakan Alami DGHE International Symposium,
untuk pembenihan organism laut, Sustainable Fisheries in Asia in the New
Kanisius, Yokyakarta. Millenium. pp: 252-256.
Irmawan. 1987. Tingkat Kematangan Gonad
Beberapa Ikan Pelagis Kecil Dari Laut
Jawa. Jurnal Perikanan Laut. (92) : 1-8.
Jauhari, P. 1990. Jumlah kandungan Prorein pada
pakan alami, Zooplaknton (artemia sp).
Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial
Ekonomi Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Kamaruddin, M,S. 1999. Curent Status Of Baung
Larval Nutrition. Bulletin Agronomic
Research 6 (1): 4-9
Jangkaru, Z. 1974. Makanan Ikan. Lembaga
Penelitian Perikanan Darat. Direktorat
Jendral Perikanan. Bogor.
Jusadi, D. 2003. Penetasan Artemia. Departemen
Pendidikan Nasional. Jakarta

27

Anda mungkin juga menyukai