Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL BISNIS

JUDUL:
JAMU PENGGEMUK SAPI POTONG (JALORPA)

Diusulkan oleh:
SITI CHOIRIN NISA
NIM. 061811133005

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2020
BAB I
RINGKASAN EKSEKUTIF

1.1 Latar Belakang


Sapi potong merupakan salah satu ternak ruminansia yang mempunyai kontribusi
terbesar sebagai penghasil daging, serta untuk pemenuhan kebutuhan pangan khususnya
protein hewani (Yuliana et al., 2014). Berdasarkan penelitian oleh UGM atau Universitas
Gajah Mada bersama Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia atau APFINDO
menyatakan pada tahun 2015 kebutuhan daging sapi mencapai jumlah sebanyak 640.000
ton dan mengalami kenaikan sejumlah 8,5 persen dari tahun 2014 yang mana pada tahun
sebelumnya hanya berjumlah 590.000 ton (Udin, 2015).
Tetapi sayangnya permintaan daging sapi tersebut tidak seimbang dengan jumlah
sapi siap potong yang tersedia. Kebutuhan atau permintaan akan daging jauh lebih besar
daripada ketersediaan daging dalam negeri (Riyanto et al., 2015). Pada tahun 2015 konsumsi
daging per kapita 2.56 kg pertahun, yang artinya sebanyak 653.980 ton. Para peternak
lokal memasok sapi sebanyak 416.090 ton (64%), atau sejumlah 2.447.000 ekor sapi
hidup, sedangkan sisanya adalah sapi impor sebanyak 237.89 ton (36%), atau sejumlah
1.400.000 ekor sapi hidup (Wijayanto, 2015). Oleh karena itu, pemerintah melakukan
suatu kebijakan berupa sapi impor, yaitu sapi potong yang didatangkan dari luar negeri.
Apabila masih belum ada perbaikan sistem manajemen dan strategi peternakan,
tentunya akan berdampak buruk bagi para peternak sapi lokal akibat ketergantungan dengan
sapi impor. Strategi pengembangan sapi potong harus mendasarkan kepada sumber pakan dan
lokasi usaha. Untuk itu dibutuhkan identifikasi dan strategi pengembangan kawasan
peternakan agar kawasan peternakan yang telah berkembang di daerah dapat dioptimalkan
pemanfaatannya, sehingga mampu menumbuhkan investasi baru untuk budidaya sapi potong
(Sodiq, 2011). Penambahan nutrisi tambahan juga penting untuk meningkatkan bobot sapi
potong, dengan meningkatnya bobot sapi potong, maka jumlah pasokan daging sapi dari
dalam negeri juga bertambah.
Pemenuhan nutrisi tambahan pada sapi potong dapat dilakukan dengan memanfaatkan
kelor (Moringa oleifera) dan pegagan (Centella asiatica) untuk diolah menjadi jamu
penambah bobot ternak sapi potong. Kelor dan Pegagan nantinya akan diolah higga menjadi
jamu yang bermanfaat untuk meningkatkan bobot sapi potong. Menurut Hasil Analisis
Laboratorium Kimia Makanan Ternak Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin (2016) dalam 100 gramnya, daun kelor mengandung
protein kasar 25,70%, lemak kasar 10,20%, dan serat kasar 9,84% (Jumriah et al, 2018).
Selain itu, dalam 100 g pegagan terdapat 1,6 gram protein, 0,6 gram lemak, 6,9 gram
karbohidrat, dan 2,0 gram serat (Dalimartha, 2006).
Kelor dan pegagan memiliki banyak kelebihan, antara lain: (1) kandungan nutrisinya
baik untuk meningkatkan bobot sapi potong. (2) mudah ditemukan disekitar lingkungan
sekitar dengan harga yang stabil. (3) dapat dikembangkan secara komersial yang dapat
meningkatkan mutu produk.
Dengan adanya produk ini, diharapkan kelor dan pegagan dapat menjadi inovasi baru
nutrisi tambahan pakan ternak. Selain itu, kelor dan pegagan menjadi lebih dimanfaatkan oleh
masyarakat sekitar secara komersial walau harga bahan dasarnya yang murah.
BAB II
PERNYATAAN VISI MISI
2.1 Visi dan Misi
2.1.1 Visi perusahaan
Menjadi jamu penggemuk sapi potong yang mampu berkompetisi dan mempunyai
daya  saing yang tinggi.
2.1.2 Misi perusahaan
a.   Terwujudnya pengembangan inovasi teknologi pada usaha produk pakan sapi potong yang alami
dan kaya akan manfaat dengan harga yang terjangkau.

b.  Membantu peternak dan pemerintah dalam meningkatkan kualitas sapi potong.

BAB III
LINGKUNGAN BISNIS
3.1 Strategi Perusahaan
Menciptakan produk jamu penggemuk ternak sapi potong dari bahan alami yaitu kelor dan
pegagan yang dapat meningkatkan bobot sapi potong yang kaya manfaat dengan harga yang
terjangkau sebagai strategi utama perusahaan.
3.2 Tujuan Perusahaan
Dengan terciptanya produk jamu penggemuk sapi potong yang bergerak dalam bidang
perdagangan khususnya pakan ternak dengan bahan alami yang kaya akan manfaat dan
harganya yang cukup terjangkau sehingga dapat membantu peternak dan pemerintah dalam
upaya meningkatan bobot ternak sapi potong dalam negeri. Sehingga, kebutuhan daging sapi
bagi masyarakat dapat terpenuhi tanpa harus melakukan impor daging dari luar negeri.
3.3 Lokasi
Jl. Raya Tuban No.22 Tuban, Jawa Timur dipilih sebagai lokasi perusahaan Kami karena
lokasi itu merupakan tempat yang stretegis dan berada di daerah yang sebagian besar
penduduknya bekerja sebagai petani dan peternak, bisa dilihat disetiap rumah penduduk pada
umunya terdapat kandang yang memelihara sapi potong secara individu sehingga akan
mudah bagi Kami untuk menarik para konsumen untuk membeli produk Kami. Di daerah ini
juga sangat mudah untuk mendapatkan daun kelor dan pegagan karena daerah Tuban masih
terkenal dengan kawasan hutan dan pertanian yang luas.
3.3.1 Bangunan
Lahan yang kami butuhkan untuk mendirikan bisnis ini adalah 5.000 m² dengan luas
bangunan 4.000 m² yang terdiri dari 3 lantai:
- Lantai 1 untuk gudang bahan baku, bahan jadi dan pra proses
- Lantai 2 untuk proses pengemasan, gudang bahan kemas dan kantor
- Lantai 3 untuk penunjang produksi dan alat-alat utility
BAB IV
RENCANA PEMASARAN
4.1 Strategi Pasar
4.1.1 Peluang Pasar
Strenghtness (Kekuatan)
1. Masyarakat Indonesia banyak yang menekuni usaha dibidang peternakan.
2. Bahan baku kelor dan pegagan mudah ditemui di lingkungan sekitar.
3. Nutrisi yang terkandung pada kelor dan pegagan sudah dipercaya dapat
meningkatkan bobot ternak sapi potong.
4. Produk JALORPA dapat dipesan secara online melalui media sosial yang kami
miliki, produk juga dapat diantarkan langsung melalui kurir yang kami miliki,
sehingga mempermudah pembeli dalam mendapatkan produk.
Weakness (Kelemahan)
1. Produk dibuat dengan bahan alami sehingga mudah terjadi pembusukan.
Oppurtunity (Peluang)
1. Kelor dan pegagan kebanyakan hanya diolah sebagai bahan sayur dan obat
tradisional bagi masyarakat Indonesia.
2. Banyaknya populasi ternak sapi potong di Indonesia.
Threat (Ancaman)
1. Banyaknya pesaing produk jamu peningkatan bobot sapi potong selain berbahan
dasar kelor dan pegagan.
4.1.2 Penjualan dan Distribusi

Penjualan dilakukan secara online dan offline, secara offline perusahaan ini bekerja sama dengan
toko-toko pakan dan obat ternak sebagai agen. Secara online produk ini dipasarkan melalui media
sosial seperti Facebook, WhatsApp dan Instagram dengan fitur iklan berbayar yang akan
memudahkan kami dalam menjangkau konsumen yaitu peternak di Indonesia bahkan diseluruh dunia.
Kemudian, kami juga menjual produk ini melalui marketplace seperti Shopee, Lazada, Tokopedia dan
lain sebagainya.

4.2 Penetapan Harga

Harga yang akan kami tetapkan untuk produk jamu penggemuk sapi potong ini adalah harga
yang dapat di jangkau semua kalangan masyarakat terutama peternak sapi potong. Setelah
kami pertimbangkan dengan sangat matang kami menetapkan harga dari produk kami yaitu
Rp 29.000,00/pcs. Sedangkan untuk agen kami memberikan harga Rp 28.000,00 untuk
pembelian lebih dari 100 pcs.

4.3 Periklanan dan Promosi

Strategi periklanan dan promosi yang kami terapkan yaitu :


 Membuat pamflet, banner dan brosur yang berisikan gambaran dan manfaat produk yang
kami jual
 Memasang iklan di dunia internet khususnya social-media seperti facebook dan instagram
 Bekerjasama dengan marketplace seperti Shopee, Lazada, Tokopedia, dan lain sebagainya
4.4 Lokasi Pemasaran
 Mendatangi seluruh toko pakan dan obat ternak untuk diajak bekerjasama sebagai agen
dari produk penggemuk sapi potong ini
 Media sosial facebook, WhatsApp dan Instagram
 Marketplace seperti Shopee, Lazada, Tokopedia, dan lain sebagainya
BAB V
RENCANA PRODUKSI
5.1 Deskripsi Produk
Tanaman kelor (Moringa oleifera) merupakan tanaman perdu yang banyak dijumpai
di Indonesia sebagai tanaman pagar yang mempunyai banyak manfaat. Daun kelor belum
banyak digunakan dalam pakan ternak. Padahal menurut penelitian yang dilakukan oleh
Sjofjan (2008) menunjukkan bahwa pemberian daun kelor dalam pakan memberikan
peningkatan terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot hidup, konversi pakan, berat
karkas, faktor efisiensi produksi dan income over feed cost (IOFC).

Tanaman Pegagan (Centella asiatica) merupakan tanaman liar yang mempunyai


prospek cukup baik sebagai tanaman obat (Sutardi, 2016). Sama halnya seperti kelor,
pemanfaatan pegagan sebagai pakan ternak juga belum banyak digunakan. Padahal
kandungan nutrisi dari kedua tanaman ini sangat baik bagi penambahan bobot pakan
ternak terutama ternak ruminansia.

Inovasi dari produk ini adalah dengan menggabungkan kedua bahan kelor dan
pegagan menjadi jamu yang telah dipercaya dapat meningkatkan bobot ternak khususnya
ruminansia. Alasan kelor dan pegagan dipilih sebagai bahan baku utama pembuatan jamu
supaya pemanfaatannya. Selain itu, produk ini dinilai menarik, praktis, dan inovatif
karena dibuat tanpa ada campuran bahan kimia sehingga dinilai lebih baik walau tidak
tahan lama.

Nama produk yang menurut kami sesuai yakni “JALORPA” yang merupakan
kependekan dari Jamu Kelor dan Pegagan. Nama ini dirasa cocok karena unik dan
mudah diingat oleh orang lain. Sehingga produk ini lebih mudah untuk dikenali oleh
kalangan masyarakat.

5.2 Gambaran Produk

Gambar 1. Brosur Produk JALORPA


Gambar 2. Desain Kemasan Produk JALORPA

Gambar 3. Tampak Depan dan Belakang Kemasan Produk JALORPA

5.3 Keunggulan Produk

Produk kelor dan pegagan ini sudah dipercaya dapat meningkatkan bobot ternak sapi
potong dengan bahan utama yang mudah ditemukan di lingkungan sekitar. Selain itu,
produk ini mampu besaing dengan produk lain karena dilengkapi dengan desain kemasan
yang menarik serta harganya yang terjangkau. Walaupun dijual dengan harga yang
terjangkau namun tiak mengurangi kualitas dari bahan yang diguankan serta hasil dan
manfaat yang diberikan.

BAB VII
RENCANA KEUANGAN
7.1 Perkiraan Finansial
Untuk memproduksi sebanyak 20 botol jamu dan kelor dan pegagan 10kg
dibutuhkan dana sebagai berikut :
Biaya Tetap

Mesin giling Rp50.000,00

Timbangan Rp10.000,00

Panci Besar Rp15.000,00

Alat Penyaring Rp5.000,00

Transport Rp25.000,00

Total Rp105.000,00

Biaya Variabel

Daun Kelor Rp30.000,00

Biji Kelor Rp5.000,00

Daun Pegagan Rp30.000,00

Buah Mengkudu Rp10.000,00

Daun Mengkudu Rp10.000,00

Air Bersih Rp20.000,00

Kemasan Botol Rp200.000,00

Listrik Rp20.000,00

Total Rp325.000,00

Total biaya produksi = Biaya tetap+Biaya Variabel


= Rp105.000,00+Rp325.000,00

= Rp430.000,00

Harga Pokok Produksi = Rp430.000,00 : 20 botol

= Rp21.500,00

Penentuan Margin Keuntungan = 34,8%

Harga Jual = HPP+ Margin keuntungan

= Rp21.500,00 + (34,8% x Rp21.500,00)

= Rp29.000,00

BEP Unit = Biaya Tetap

P - (BV/unit)

= Rp105.000,00

Rp29.000,00 - (Rp325.000/20)

= 8 unit

BEP Rupiah = biaya tetap

1 - ( BV/ total penjualan)

= Rp105.000,00

1 - (Rp325.000,00/Rp430.000,00)
= Rp430.000,-

Anda mungkin juga menyukai