Anda di halaman 1dari 31

TUGAS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1

ASUHAN KEPERAWATAN LEUKIMIA

Dosen Pengampu :
Ns. Hidayatul Rahmi, M.Kep

Di Susun Oleh Kel III :

Afriawatrio Delfi (1914201005) Anggresya Putri Malini (1914201009)


Dhea Putri Azizah (1914201013) Frisca Helvira Sukma (1914201017)
Mita Angkana Putri (1914201021) Nisma Khairani Lubis (1914201025)
Pramita Dewi (1914201029) Renik Sri Utami (1914201033)
Rizky Yola Nofita (1914201037) Tiara (1914201041)
Wulan Purnama Sari (1914201045)

S-1 Ilmu Keperawatan


STIKES ALIFAH PADANG
TP.2020/2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang masih memberikan
kami kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini dengan
judul “Askep penyakit Leukimia”.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah 1 Dalam makalah ini mengulas tentang Askep Penyakit Leukimia. Kami
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam menyusun makalah ini. Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang konstruktif sangat kami
harapkan dari para pembaca guna untuk meningkatkan dan memperbaiki pembuatan makalah
pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.

Padang, 24 Desember 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................................

BAB I : PENDAAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................................
B. Rumusan Masalah......................................................................................................
C. Tujuan.........................................................................................................................

BAB II : KAJIAN TEORITIS

BAB III : PENUTUP


A. Kesimpulan................................................................................................................
B. Saran..........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Leukemia umumnya muncul pada diri seseorang sejak dimasa kecilnya,


Sumsum tulang tanpa diketahui dengan jelas penyebabnya telah memproduksi
sel darah putih yang berkembang tidak normal atau abnormal. Normalnya, sel
darah putih me- reproduksi ulang bila tubuh memerlukannya atau ada tempat
bagi sel darah itu sendiri. Tubuh manusia akan memberikan tanda/signal secara
teratur kapankah sel darah diharapkan be-reproduksi kembali.

Pada kasus Leukemia (kanker darah), sel darah putih tidak merespon kepada
tanda/signal yang diberikan. Akhirnya produksi yang berlebihan tidak terkontrol
(abnormal) akan keluar dari sumsum tulang dan dapat ditemukan di dalam darah
perifer atau darah tepi. Jumlah sel darah putih yang abnormal ini bila berlebihan
dapat mengganggu fungsi normal sel lainnya, Seseorang dengan kondisi seperti
ini (Leukemia) akan menunjukkan beberapa gejala seperti; mudah terkena
penyakit infeksi, anemia dan perdarahan.

B. Tujuan

Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana cara mencegah penyakit leukimia seperti kita


telah tahu bersama bahwa penyakit ini adalah penyakit mematikan.
2. Untuk mengetahui cara pengobatan dan penanganan leukimia kemudian
terapi2 apa saja yang harus dilakukan apabila sudah terkena lekimia.
BAB II
PEMBAHASA
N

A. DEFINISI LEUKIMIA

Leukemia atau kanker darah adalah sekelompok penyakit neoplastik yang


beragam, ditandai oleh perbanyakan secara tak normal atau transformasi
maligna dari sel-sel pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid.
Sel-sel normal di dalam sumsum tulang digantikan oleh sel tak normal atau
abnormal. Sel abnormal ini keluar dari sumsum dan dapat ditemukan di
dalam darah perifer atau darah tepi. Sel leukemia mempengaruhi
hematopoiesis atau proses pembentukan sel darah normal dan imunitas tubuh
penderita.

Kata leukemia berarti darah putih, karena pada penderita ditemukan


banyak sel darah putih sebelum diberi terapi. Sel darah putih yang tampak
banyak merupakan sel yang muda, misalnya promielosit. Jumlah yang
semakin meninggi ini dapat mengganggu fungsi normal dari sel lainnya.

Leukemia (kanker darah) adalah jenis penyakit kanker yang menyerang


sel-sel darah putih yang diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow).
Sumsum tulang atau bone marrow ini dalam tubuh manusia memproduksi
tiga type sel darah diantaranya sel darah putih (berfungsi sebagai daya tahan
tubuh melawan infeksi), sel darah merah (berfungsi membawa oxygen
kedalam tubuh) dan platelet (bagian kecil sel darah yang membantu proses
pembekuan darah).

Leukemia umumnya muncul pada diri seseorang sejak dimasa kecilnya,


Sumsum tulang tanpa diketahui dengan jelas penyebabnya telah
memproduksi sel darah putih yang berkembang tidak normal atau abnormal.
Normalnya, sel darah putih me-reproduksi ulang bila tubuh memerlukannya
atau ada tempat bagi sel darah itu sendiri. Tubuh manusia akan memberikan
tanda/signal secara teratur kapankah sel darah diharapkan be-reproduksi
kembali.

Pada kasus Leukemia (kanker darah), sel darah putih tidak merespon
kepada tanda/signal yang diberikan. Akhirnya produksi yang berlebihan tidak
terkontrol (abnormal) akan keluar dari sumsum tulang dan dapat ditemukan di
dalam darah perifer atau darah tepi. Jumlah sel darah putih yang abnormal ini
bila berlebihan dapat mengganggu fungsi normal sel lainnya, Seseorang
dengan kondisi seperti ini (Leukemia) akan menunjukkan beberapa gejala
seperti; mudah terkena penyakit infeksi, anemia dan perdarahan.

Menurut Ahmad Ramadi (1998) leukemia merupakan penyakit ganas,


progresif pada organ - organ pembentukan darah yang ditandai dengan
proliferasi dan perkembangan leukosit serta pendahulunya secara abnormal di
dalam darah dan sumsum tulang belakang. Proliferasi sel leukosit yang
abnormal, ganas, sering disertai bentuk leukosit yang tidak abnormal,
jumlahnya berlebihan, dapat ,menyebabkan anemia, trombositopenia, dan
diakhiri dengan kematian (Mansjoer, 1999).
B. ETIOLOGI

Penyebab leukemia belum diketahui secara pasti, namun diketahui


beberapa faktor yang dapat mempengaruhi frekuensi leukemia, seperti

Radiasi

Radiasi dapat meningkatkan frekuensi LMA dan LMA. Tidak ada


laporan mengenai hubungan antara radiasi dengan LLK. Beberapa laporan
yang mendukung:

 Para pegawai radiologi lebih sering menderita leukemia


 Penderita dengan radioterapi lebih sering menderita leukemia
 Leukemia ditemukan pada korban hidup kejadian bom atom Hiroshima
dan Nagasaki, Jepang

Faktor leukemogenik

Terdapat beberapa zat kimia yang telah diidentifikasi dapat


mempengaruhi frekuensi leukemia:

 Racun lingkungan seperti benzena


 Bahan kimia industri seperti insektisida
 Obat untuk kemoterapi

Virus

Virus dapat menyebabkan leukemia seperti retrovirus, virus leukemia


feline, HTLV-1 pada dewasa.

Menurut Smeltzer dan Bare (2001) meskipun penyebab leukemia


tidak diketahui, presdiposisi genetik maupun faktor-faktor lingkungan
kelihatannya memainkan peranan. Faktor lingkungan berupa paparan radiasi
pergion dosis tinggi disertai manifestasi leukemia yang timbul bertahun-tahun
kemudian. Zat-zat kimia (misalnya benzen, arsen, pestisida, kloramfenikol,
fenilbutazone, dan agen antineoplastil) dikaitkan dengan frkuensi yang
meningkat khususnya agen-agen alkil. Leukemia biasanya mengenai sel-sel
darah putih. Penyebab dari sebagian besar jenis leukemia tidak diketahui.
Virus menyebabkan beberapa leukemia pada binatang (misalnya kucing).
Virus HTLV-I (human T-cell lymphotropic virus type I), yang menyerupai
virus penyebab AIDS, diduga merupakan penyebab jenis leukemia yang
jarang terjadi pada manusia, yaitu leukemia sel-T dewasa.Pemaparan
terhadap penyinaran (radiasi) dan bahan kimia tertentu (misalnya benzena)
dan pemakaian obat antikanker, meningkatkan resiko terjadinya leukemia.
Orang yang memiliki kelainan genetik tertentu (misalnya sindroma Down dan
sindroma Fanconi), juga lebih peka terhadap leukemia.
Faktor Lingkungan

Di antara faktor-faktor lingkungan yang dianggap penyebab leukemia,


berikut adalah beberapa yang paling masuk akal:

 Merokok - merokok ini diyakini akan meningkatkan kemungkinan terkena


leukemia. Meskipun statistik menunjukkan bahwa sekitar 20 persen dari
kasus leukemia akut yang berhubungan dengan merokok, leukemia juga
terjadi kepada orang-orang yang tidak merokok dan karena itu tidak dapat
dianggap sebagai penyebab leukemia pada dirinya sendiri;
 Berkepanjangan paparan radiasi - Radiasi dianggap memfasilitasi
pengembangan leukemia. Hal ini diyakini bahwa paparan sinar-X dapat
menyebabkan leukemia;
 Pemaparan berkepanjangan untuk benzena - statistik mengungkapkan
bahwa ini merupakan faktor utama risiko dalam beberapa bentuk
leukemia, seperti leukemia myelogenous;
 Kemoterapi dan pengobatan kanker - pengobatan kanker dan kemoterapi
sebelumnya dikenal untuk memfasilitasi terjadinya dan pengembangan
leukemia dan dapat dianggap sebagai penyebab leukemia masuk akal.
Dalam beberapa tahun dari penyelesaian kemoterapi dan perawatan
lainnya untuk beberapa bentuk kanker, kebanyakan orang dapat
mengembangkan leukemia.

Diantara faktor-faktor genetik yang dianggap penyebab leukemia, yang


berikut ini dianggap paling penting:

 Kelainan kromosom - beberapa sindrom genetik jarang diketahui


berkontribusi pada penyebab leukemia.
 Sistem kekebalan masalah genetik - sistem kekebalan tubuh lemah sangat
mungkin untuk memfasilitasi terjadinya leukemia dan karenanya dapat
dianggap sebagai penyebab leukemia;
 Down syndrome - anak yang lahir dengan sindrom ini mempunyai risiko
yang tinggi mengembangkan leukemia akut.
Daftar kemungkinan penyebab leukemia dapat melanjutkan lebih lanjut,
tetapi ini adalah faktor yang paling umum yang dianggap terkait dengan
leukemia. Sementara beberapa dari mereka dapat dicegah, yang lain berada
dalam gen dan sekarang tidak dapat diperbaiki. Di masa depan, Namun,
berkat kemajuan medis, kami mungkin akan dapat mencegah leukemia dan
bentuk lain dari kanker.

C. PATOFISIOLOGI

Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan kita
dengan infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai dengan perintah,
dapat dikontrol sesuai dengan kebutuhan tubuh kita. Lekemia meningkatkan
produksi sel darah putih pada sumsum tulang yang lebih dari normal. Mereka
terlihat berbeda dengan sel darah normal dan tidak berfungsi seperti biasanya.
Sel lekemia memblok produksi sel darah putih yang normal , merusak
kemampuan tubuh terhadap infeksi. Sel lekemia juga merusak produksi sel
darah lain pada sumsum tulang termasuk sel darah merah dimana sel tersebut
berfungsi untuk menyuplai oksigen pada jaringan.

Menurut Smeltzer dan Bare (2001) analisa sitogenik menghasilkan banyak


pengetahuan mengenai aberasi kromosomal yang terdapat pada pasien dengan
leukemia,. Perubahan kromosom dapat meliputi perubahan angka, yang
menambahkan atau menghilangkan seluruh kromosom, atau perubahan
struktur, yang termasuk translokasi ini, dua atau lebih kromosom mengubah
bahan genetik, dengan perkembangan gen yang berubah dianggap
menyebabkan mulainya proliferasi sel abnormal. Leukemia terjadi jika proses
pematangan dari stem sel menjadi sel darah putih mengalami gangguan dan
menghasilkan perubahan ke arah keganasan. Perubahan tersebut seringkali
melibatkan penyusunan kembali bagian dari kromosom (bahan genetik sel
yang kompleks). Penyusunan kembali kromosom (translokasi kromosom)
mengganggu pengendalian normal dari pembelahan sel, sehingga sel
membelah tak terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel ini
menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang
menghasilkan sel-sel darah yang normal. Kanker ini juga bisa menyusup ke
dalam organ lainnya, termasuk hati, limpa, kelenjar getah bening, ginjal dan
otak.

Sedangkan pada penderita Leukemia itu sebdiri disebabkan sbb:

a. Normalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang malignan,


imaturnya sel blast.Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan
platelet terganggu sehingga akan menimbulkan anemia dan
trombositipenia.
b. Sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan
gangguan sistem pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi
c. Manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan
infiltrasi organ, sistem saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan
metabolisme. Depresi sumsum tulang yang akan berdampak pada
penurunan lekosit, eritrosit, faktor pembekuan dan peningkatan
tekanan jaringan.
d. Adanya infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat terjadinya
pembesaran hati, limfe,nodus limfe, dan nyeri persendian. (Suriadi, &
Yuliani R, 2001: hal. 175)

D. MANIFESTASI KLINIK

 Hematopoesis normal terhambat


 Penurunan jumlah leukosit
 Penurunan sel darah merah
 Penurunan trombosit

Leukimia diklasifikasikan dalam 4 bagian

1. Leukeumia Limfositik Kronik (LLK)

Leukemia Limfositik Kronik (LLK) ditandai dengan


adanya sejumlah besar limfosit (salah satu jenis sel darah putih)
matang yang bersifat ganas dan pembesaran kelenjar getah bening.
Lebih dari 3/4 penderita berumur lebih dari 60 tahun, dan 2-3 kali
lebih sering menyerang pria. Pada awalnya penambahan jumlah
limfosit matang yang ganas terjadi di kelenjar getah bening.
Kemudian menyebar ke hati dan limpa, dan kedua nya mulai
membesar. Masuknya limfosit ini ke dalam sumsum tulang akan
menggeser sel-sel yang normal, sehingga terjadi anemia dan
penurunan jumlah sel darah putih dan trombosit di dalam darah.
Kadar dan aktivitas antibodi (protein untuk melawan infeksi) juga
berkurang. Sistem kekebalan yang biasanya melindungi tubuh
terhadap serangan dari luar, seringkali menjadi salah arah dan
menghancurkan jaringan tubuh yang normal.

Manifestasinya adalah :

 Adanya anemia
 Pembesaran nodus limfa
 Pembesaran organ abdomen
 Jumlah eritrosi dan trombosit mungkin normal atau menurun
 Terjadi penurunan jumlah limfosit (limfositopenia)

2. Leukemia Mieloid Akut

LMA mempunyai insidensi tahunan 5-6 kasus tiap juta


anak kurang dari 15 tahun. Di Amerika ,350-500 kasus baru tiap
tahun .LMA merupakan 15-20% dari leukimia anak tetapi terutama
sebagai leukimia neonatal atau congenital .Tidak ada perbedaan
insidensi dalam hal jenis kelamin atau ras dan, kecuali sedikit
kenaikan selama remaja ,disitribusi kasus menurut umur konsisten
selama masa anak .

Insidensi LMA melebihi angka perkiraan pada kelainan


genetic, termasuk trisomi 21,anemia Fanconi ,anemia Diamond
Blackfan ,sindrom kostmann, dan sindrom Bloom. Anak yang
mendapatkan terapi keganasan sebelumnya juga mengalami rikiso :
insidensi LMA sekunder mendekati 5% seteelah terapi beberapa
malignitas. Insidensi itu mencapai puncak dalam 10 setahun dari
keganasan awal. Kejadian berkaitandengan terapi spesifik { obat
alkilasi seperti siklofosfamid, obat yang menghambat reparasi
DNA seperti etoposid}. Terapi radiasi yang diberikan bersama
kemoterapi juga meningkatkan risiko leukimia sekunder.
3. Leukemia Mielositik akut (LMA)

Menurut Smeltzer dan Bare (2001), Leukemia akut ini


mengenai sel stem hematopoetik yang kelak berdiferensiasi ke sua
sel mieloid;monosit, granulosit, eritrosit, dan trombosit. Semua
kelompok usia dapat terkena , insidensi meningkat sesuai dengan
bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang
paling sering terjadi. Gambaran klinis LMA, antara lain yaitu
;terdapat peningkatan leukosit, pembesaran pada limfe, rasa lelah,
pucat, nafsu makan menurun, anemia, ptekie, perdarahan , nyeri
tulang, Infeksi
4. Leukemia Mielogenus Kronik (LMK)

Leukemia Mielositik (mieloid, mielogenous, granulositik,


LMK) adalah suatu penyakit dimana sebuah sel di dalam sumsum
tulang berubah menjadi ganas dan menghasilkan sejumlah besar
granulosit (salah satu jenis sel darah putih) yang abnormal.

Dimasukkan kedalam keganasan sel stem mieloid. Namun


lebih banyak terdapat sel normal dibaniding dalam bentuk akut,
sehingga penyakit ini lebih ringan, jarang menyerang individu di
bawah umur 20 tahun, namun insidensinya meningkat sesuai
pertambahan umur.

Gambaran klinis LMK mirip dengan LMA, tetapi gejalanya


lebih ringan yaitu; Pada stadium awal, LMK bisa tidak
menimbulkan gejala. Tetapi beberapa penderita bisa mengalami:
kelelahan dan kelemahan, kehilangan nafsu makan, penurunan
berat badan, demam atau berkeringat dimalam hari, perasaan penuh
di perutnya (karena pembesaran limpa) (Smeltzer dan Bare, 2001).
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Diagnosa Penyakit Leukemia (Kanker Darah) Penyakit Leukemia dapat


dipastikan dengan beberapa pemeriksaan, diantaranya adalah ; Biopsy,
Pemeriksaan darah {complete blood count (CBC)}, CT or CAT scan,
magnetic resonance imaging (MRI), X-ray, Ultrasound, Spinal tap/lumbar
puncture.

Menurut Doengoes dkk (1999) menyatakan bahwa pemeriksaan


penunjang mengenai leukemia adalah :

 Hitung darah lengkap menunjukkan normositik, anemia normositik.


 Hemoglobin : dapat kurang dari 10 g/100 ml
 Retikulosit : jumlah biasanya rendah
 Jumlah trombosit : mungkin sangat rendah (<50.000/mm)
 SDP : mungkin lebih dari 50.000/cm dengan peningkatan SDP yang
imatur (mungkin menyimpang ke kiri). Mungkin ada sel blast leukemia.
 PT/PTT : memanjang
 LDH : mungkin meningkat
 Asam urat serum/urine : mungkin meningkat
 Muramidase serum (lisozim) : penigkatabn pada leukimia monositik akut
dan mielomonositik.
 Copper serum : meningkat
 Zinc serum : meningkat
 Biopsi sumsum tulang : SDM abnormal biasanya lebih dari 50 % atau
lebih dari SDP pada sumsum tulang. Sering 60% - 90% dari blast, dengan
prekusor eritroid, sel matur, dan megakariositis menurun.
 Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat
keterlibatan

Penatalaksanaan pengobatan Leukimia Mielogenus Kronik

Sebagian besar pengobatan tidak menyembuhkan penyakit, tetapi hanya


memperlambat perkembangan penyakit. Pengobatan dianggap berhasil
apabila jumlah sel darah putih dapat diturunkan sampai kurang dari
50.000/mikroliter darah. Pengobatan yang terbaik sekalipun tidak bisa
menghancurkan semua sel leukemik. Satu-satunya kesempatan penyembuhan
adalah dengan pencangkokan sumsum tulang. Pencangkokan paling efektif
jika dilakukan pada stadium awal dan kurang efektif jika dilakukan pada fase
akselerasi atau krisis blast. Obat interferon alfa bisa menormalkan kembali
sumsum tulang dan menyebabkan remisi. Hidroksiurea per-oral (ditelan)
merupakan kemoterapi yang paling banyak digunakan untuk penyakit ini.
Busulfan juga efektif, tetapi karena memiliki efek samping yang serius, maka
pemakaiannya tidak boleh terlalu lama. Terapi penyinaran untuk limpa
kadang membantu mengurangi jumlah sel leukemik. Kadang limpa harus
diangkat melalui pembedahan (splenektomi) untuk: mengurangi rasa tidak
nyaman di perut, meningkatkan jumlah trombosit, mengurangi kemungkinan
dilakukannya tranfusi.

Leukemia Limfoblastik Akut :

Tujuan pengobatan adalah mencapai kesembuhan total dengan


menghancurkan sel-sel leukemik sehingga sel noramal bisa tumbuh kembali
di dalam sumsum tulang. Penderita yang menjalani kemoterapi perlu dirawat
di rumah sakit selama beberapa hari atau beberapa minggu, tergantung
kepada respon yang ditunjukkan oleh sumsum tulang. Sebelum sumsum
tulang kembali berfungsi normal, penderita mungkin memerlukan: transfusi
sel darah merah untuk mengatasi anemia, transfusi trombosit untuk mengatasi
perdarahan, antibiotik untuk mengatasi infeksi. Beberapa kombinasi dari obat
kemoterapi sering digunakan dan dosisnya diulang selama beberapa hari atau
beberapa minggu. Suatu kombinasi terdiri dari prednison per-oral (ditelan)
dan dosis mingguan dari vinkristin dengan antrasiklin atau asparaginase
intravena. Untuk mengatasi sel leukemik di otak, biasanya diberikan suntikan
metotreksat langsung ke dalam cairan spinal dan terapi penyinaran ke otak.
Beberapa minggu atau beberapa bulan setelah pengobatan awal yang intensif
untuk menghancurkan sel leukemik, diberikan pengobatan tambahan
(kemoterapi konsolidasi) untuk menghancurkan sisa-sisa sel leukemik.
Pengobatan bisa berlangsung selama 2-3 tahun. Sel-sel leukemik bisa kembali
muncul, seringkali di sumsum tulang, otak atau buah zakar. Pemunculan
kembali sel leukemik di sumsum tulang merupakan masalah yang sangat
serius. Penderita harus kembali menjalani kemoterapi. Pencangkokan
sumsum tulang menjanjikan kesempatan untuk sembuh pada penderita ini.
Jika sel leukemik kembali muncul di otak, maka obat kemoterapi disuntikkan
ke dalam cairan spinal sebanyak 1-2 kali/minggu. Pemunculan kembali sel
leukemik di buah zakar, biasanya diatasi dengan kemoterapi dan terapi
penyinaran.

Pengobatan Leukeumia Limfositik Kronik

Leukemia limfositik kronik berkembang dengan lambat, sehingga banyak


penderita yang tidak memerlukan pengobatan selama bertahun-tahun sampai
jumlah limfosit sangat banyak, kelenjar getah bening membesar atau terjadi
penurunan jumlah eritrosit atau trombosit. Anemia diatasi dengan transfusi
darah dan suntikan eritropoietin (obat yang merangsang pembentukan sel-sel
darah merah). Jika jumlah trombosit sangat menurun, diberikan transfusi
trombosit. Infeksi diatasi dengan antibiotik. Terapi penyinaran digunakan
untuk memperkecil ukuran kelenjar getah bening, hati atau limpa. Obat
antikanker saja atau ditambah kortikosteroid diberikan jika jumlah
limfositnya sangat banyak. Prednison dan kortikosteroid lainnya bisa
menyebabkan perbaikan pada penderita leukemia yang sudah menyebar.
Tetapi respon ini biasanya berlangsung singkat dan setelah pemakaian jangka
panjang, kortikosteroid menyebabkan beberapa efek samping. Leukemia sel
B diobati dengan alkylating agent, yang membunuh sel kanker dengan
mempengaruhi DNAnya. Leukemia sel berambut diobati dengan interferon
alfa dan pentostatin.

Manifestasi klinik

Manifestasi leukemia akut merupakan akibat dari komplikasi yang


terjadi pada neoplasma hematopoetik secara umum. Namun setiap leukemia
akut memiliki ciri khasnya masing-masing. Secara garis besar, leukemia akut
memiliki 3 tanda utama yaitu:

 Jumlah sel di perifer yang sangat tinggi, sehingga menyebabkan terjadinya


infiltrasi jaringan atau leukostasis
 Penggantian elemen sumsum tulang normal yang dapat menghasilkan
komplikasi sebagai akibat dari anemia, trombositopenia, dan leukopenia
 Pengeluaran faktor faali yang mengakibatkan komplikasi yang signifikan

Alat diagnosa

 Leukemia akut dapat didiagnosa melalui beberapa alat, seperti:


 Pemeriksaan morfologi: darah tepi, aspirasi sumsum tulang, biopsi
sumsum tulang
 Pewarnaan sitokimia
 Immunofenotipe
 Sitogenetika
 Diagnostis molekuler

Pengobatan Leukimia dengan Tahitian Noni Juice

Tahitian Noni Juice bermanfaat untuk Leukimea karena Tahitian Noni


Juice bekerja ditingkat selular. Lebih jauh lagi dipercaya bahwa Tahitian Noni
Juice meningkatkan struktur selular yang di hancurkan oleh kanker darah.
Beberapa penelitian lain telah dilakukan di laboratorium-laboratorium untuk
menegaskan kemampuan Tahitian Noni Juice untuk melawan kanker . Dalam
suatu penelitian, empat orang ilmuwan dari Jepang menyuntikkan sel ras (sel
yang menjadi pemicu bagi pertumbuhan yang merusak) dengan substansi yang
disebut damnacanthal yang ditemukan dalam Tahitian Noni Juice. Mereka
mengobservasi bahwa pemberian damnachantal ternyata menghambat
reproduksi sel ras secara signifikan. Damnachantal adalah suatu substansi
didalam Tahitian Noni Juice yang di percaya sebagai agen anti kanker.

Sebagai tambahan, riset telah membuktikan bahwa Tahitian Noni Juice


merangsang tubuh untuk mereproduksi element-element yang melawan
kanker seperti nitrix oxide, interleukin (mediator sistem imunitas yang dibuat
oleh dan mempengaruhi limfosit-red), interferon (sitokin yang mencegah
terjadinya super infeksi oleh virus lain ? red), faktor nekrosis tumor,
lipopolisakarida dan sel-sel pembunuh alami.

Dipercaya juga bahwa Tahitian Noni Juice mempunyai fungsi pencegahan


dan perlindungan terhadap kanker pada tahap inisisasi, yang merupakan fase
pertama pada pembentukan kanker. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh
Mian-Ying Wang, M.D. di Fakultas Kedokteran Universitas Illionis,
Rockford, menunjukan bahwa tikus yang diberikan 10% Tahitian Noni Juice
selama seminggu dan kemudian disuntukan sel DMBA (agen penyebab
kanker) , mempunyai bercak tambahan DNA (suatu tes untuk melihat
keabnormalan DNA) yang secara signifikan lebih sedikit di bandingkan
dengan tikus yang juga disuntukan DMBA namun hanya diberi air. Semakin
sedikit jumlah bercak tambahan DNA, semakin tinggi perlindungan terhadap
kanker. Tikus yang diberi Tahitian Noni Juice mempunyai 50% bercak DNA
lebih sedikit di paru-paru, 60% lebih sedikit di jantung, 70% lebih sedikit di
lever, dan 90% lebih sedikit di ginjal. Tahitian Noni Juice telah terbukti
memiliki kemampuan anti oksidan. Hal ini berarti dapat mengikat radikal
bebas yang terdapat dalam tubuh. Radikal bebas dapat merusak sel dan
membentuk sel kanker.
Banyak yang berpendapat bahwa aktifitas anti oksidan adalah fungsi penting
dari Tahitian Noni Juice dan salah satu alasan mengapa begitu banyak orang
sukses dalam melawan kanker dengan Tahitian Noni Juice. Dari 27.000
pengguna Tahitian Noni Juice dalam survey saya 2.365 orang menderita
berbagai jenis kanker. Dari jumlah ini 60% dari mereka berhasil mengalami
kemajuan kesehatan yang luar biasa. Dosis Minum Tahitian Noni untuk
penderita kanker darah atau leukimia Dosis penggunaan Tahitian Noni Juice
untuk Terapi Kanker : jumlah konsumsi rata-rata dari 64% responden yang
mengalami kemajuan kesehatan adalah 105 cc setiap hari. Dalam riset
Dr.Neil Solomon juga menemukan ?RESEP NONI? yang telah digunakan
oleh para pasien penderita kanker untuk meningkatkan energi tubuh mereka
secara maksimal. Resep ini datang dari rekan sejawat dari profesional media,
Orlando Pile, M.D. Resepnya sebagai berikut:

 Liter Tahitian Noni Juice perhari selama 4 hari pertama


1. Penyakit Leukemia Akut dan Kronis Leukemia akut ditandai dengan
suatu perjalanan penyakit yang sangat cepat, mematikan, dan
memburuk. Apabila hal ini tidak segera diobati, maka dapat
menyebabkan kematian dalam hitungan minggu hingga hari.
Sedangkan leukemia kronis memiliki perjalanan penyakit yang tidak
begitu cepat sehingga memiliki harapan hidup yang lebih lama,
hingga lebih dari 1 tahun.
2. Leukemia diklasifikasikan berdasarkan jenis sel Ketika pada
pemeriksaan diketahui bahwa leukemia mempengaruhi limfosit atau
sel limfoid, maka disebut leukemia limfositik. Sedangkan leukemia
yang mempengaruhi sel mieloid seperti neutrofil, basofil, dan
eosinofil, disebut leukemia mielositik.
F. TANDA DAN GEJALA PENYAKIT LEUKIMIA

Gejala penderita leukemia bevariasi tergantung dari jumlah sel abnormal


dan tempat berkumpulnya sel abnormal tersebut. Gejala umum pasien
leukemia yaitu

 Demam atau keringat malam


 Sering mengalami infeksi
 Merasa lemah atau capai
 Pucat
 Sakit kepala
 Mudah berdarah atau memar.Misalnya gusi mudah berdarah saat sikat
gigi, muda memar saat terbentur ringan)
 Nyeri pada tulang dan/atau sendi
 Pembengkakan atau rasa tidak nyaman di perut, akibat pembesaran limpa
 Pembesaran kelenjar getah bening, terutama di leher dan ketiak
 Penurunan berat badan

Pada stadium dini leukemia kronik, sel leukemia dapat berfungsi hampir
seperti sel normal. Mungkin tidak ada gejala yang dirasakan selama beberapa
waktu. Diagnosis pada tahap ini mungkin ditentukan saat pemeriksaan check
up rutin. Jika muncul gejala, umumnya ringan dan perlahan-lahan semakin
memberat.

Pada leukemia akut gejala akan timbul dan memberat secara cepat. Gejala
leukemia akut lainnya yaitu muntah, penurunan konsentrasi, kehilangan
kendali otot, dan kejang. Sel leukemia juga dapat berkumpul di buah zakar
dan menyebabkan pembengkakan.

Gejala Leukemia yang ditimbulkan umumnya berbeda diantara penderita, namun


demikian secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:
 Anemia. Penderita akan menampakkan cepat lelah, pucat dan bernafas
cepat (sel darah merah dibawah normal menyebabkan oxygen dalam
tubuh kurang, akibatnya penderita bernafas cepat sebagai kompensasi
pemenuhan kekurangan oxygen dalam tubuh).
 Perdarahan. Ketika Platelet (sel pembeku darah) tidak terproduksi dengan
wajar karena didominasi oleh sel darah putih, maka penderita akan
mengalami perdarahan dijaringan kulit (banyaknya jentik merah
lebar/kecil dijaringan kulit).
 Terserang Infeksi. Sel darah putih berperan sebagai pelindung daya tahan
tubuh, terutama melawan penyakit infeksi. Pada Penderita Leukemia, sel
darah putih yang diterbentuk adalah tidak normal (abnormal) sehingga
tidak berfungsi semestinya. Akibatnya tubuh si penderita rentan terkena
infeksi virus/bakteri, bahkan dengan sendirinya akan menampakkan
keluhan adanya demam, keluar cairan putih dari hidung (meler) dan
batuk.
 Nyeri Tulang dan Persendian. Hal ini disebabkan sebagai akibat dari
sumsum tulang (bone marrow) mendesak padat oleh sel darah putih.
 Nyeri Perut. Nyeri perut juga merupakan salah satu indikasi gejala
leukemia, dimana sel leukemia dapat terkumpul pada organ ginjal, hati
dan empedu yang menyebabkan pembesaran pada organ-organ tubuh ini
dan timbulah nyeri. Nyeri perut ini dapat berdampak hilangnya nafsu
makan penderita leukemia.
 Pembengkakan Kelenjar Lympa. Penderita kemungkinan besar
mengalami pembengkakan pada kelenjar lympa, baik itu yang dibawah
lengan, leher, dada dan lainnya. Kelenjar lympa bertugas menyaring
darah, sel leukemia dapat terkumpul disini dan menyebabkan
pembengkakan.
 Kesulitan Bernafas (Dyspnea). Penderita mungkin menampakkan gejala
kesulitan bernafas dan nyeri dada, apabila terjadi hal ini maka harus
segera mendapatkan pertolongan medis.
Seperti semua sel-sel darah, sel-sel leukemia mengalir ke seluruh tubuh.
Tergantung pada jumlah sel-sel yang abnormal dan tempat sel-sel ini
terkumpul, pasien leukemia mempunyai sejumlah gejala umum antara lain:

 Demam atau keringat malam


 Infeksi yang sering terjadi
 Merasa lemah atau letih
 Sakit kepala
 Mudah berdarah dan lebam (gusi berdarah, bercak keunguan di kulit,
atau bintik-bintik merah kecil di bawah kulit)
 Nyeri di tulang atau persendian
 Pembengkakan atau rasa tidak nyaman di perut (akibat pembesaran
limpa)
 Pembengkakan, terutama di leher atau ketiak
 Kehilangan berat badan

G. PENANGANAN DAN PENGOBATAN LEUKIMIA

Penanganan kasus penyakit Leukemia biasanya dimulai dari gejala yang


muncul, seperti anemia, perdarahan dan infeksi. Secara garis besar
penanganan dan pengobatan Leukemia bisa dilakukan dengan cara single
ataupun gabungan dari beberapa metode dibawah ini:

1. Chemotherapy/intrathecal medications
2. Therapy Radiasi. Metode ini sangat jarang sekali digunakan
3. Transplantasi bone marrow (sumsum tulang)
4. Pemberian obat-obatan tablet dan suntik
5. Transfusi sel darah merah atau platelet.

Sistem Therapi yang sering digunakan dalam menangani penderita


leukemia adalah kombinasi antara Chemotherapy (kemoterapi) dan
pemberian obat-obatan yang berfokus pada pemberhentian produksi sel darah
putih yang abnormal dalam bone marrow. Selanjutnya adalah penanganan
terhadap beberapa gejala dan tanda yang telah ditampakkan oleh tubuh
penderita dengan monitor yang komprehensive.

Dapat juga dengan pengobatan :

 Protokol pengobatan
 Protokol pengobatan menurut IDAI ada 2 macam yaitu : Protokol half
dose metothrexate (Jakarta 1994) dan Protokol Wijaya Kusuma (WK-
ALL 2000)
 Pengobatan suportif ; Terapi suportif misalnya transfusi komponen darah,
pemberian antibiotik, nutrisi, dan psikososial.

Riwayat penyakit
Leukemia limfoblastik akut merupakan leukemia yang paling sering
dijumpai pada anak-anak. Dapat mengenai baik anak-anak laki-laki maupun
wanita dengan frekunsi yang sama. Gambaran penyakitnya bervariasi, pada anak
kecil ditandai dengan mendadak panas, pucat dan memar dikulit. Pada anak yang
lebih besar sering didahului dengan nyeri ditulang beberapa minggu/bulan
sebelum timbulnya ecchymosis, pucat dan panas badan. Perasaan lemah dan berat
badan yang tidak bertambah atau nafsu makan yang sangat menurun, kadang-
kadang epistaksis dan perdarahan gusi dapat merupakan keluhan-keluhan
tambahan.

Kelainan fisik
Anak biasanya terlihat pucat, tampak sakit berat, takikardi adalah merupakan
tanda yang selalu ditemukan demikian pula perdarahan fundus oculi.
Limfadenopati terdapat di leher, axila dan inguinal, biasanya bersifat simetris.
Terdapat hepatosplenomegali, demikian pula tonsil membesar.
Akan dapat ditemukan ptechiae dan ecchymosis. pada stadium awal
penyakit, susunan saraf pusat tidak akan terkena proses. Baru stadium lanjut
akan terlihat gejala rangsangan menigeal dan gejala cerebral dengan timbulnya
refleks-refleks patologis. Dapat terjadi perdarahan otak yang berakibat kematian
mendadak.

Kelainan hematologis
Anemia normokrom normositer dengan jumlah eritrosit yang menurun sekitar
1-3 juta. Tidak terlihat polikromasi dan jumlah retikulosit menurun. Lekositosis
dengan jumlah leukosit dapat mencapai rata-rata 100.000. Lekosit terdiri dari
limfoblas ( reaksi peroksidase negatif) dan jumlah granulosit sangat berkurang.
Kira-kira 10% leukemia limfoblastik akut memberikan gambaran leukemia
aleukemik dan limfoblas sangat jarang djumpai dalam darah tepi. Pada kasus
leukemia yang aleukemik limfosit yang tampak pada darah tepi biasanya
berbentuk limfosit yang atipik. Trombositopenia dengan jumlah trombosit rata-
rata 75.000/mm3
Kira-kira 10 % kasus mempunyai trombosit yang normal. Sum-sum tulang
hiperseluler disebabkan infiltrasi masif dengan limfoblas, megakarioblast dan
pronormoblas sangat jarang.
Contoh Kasus :

Anak perempuan dengan usia 10 tahun masuk rumah sakit seminggu yang lalu
dengan keluhan : badan lemas, cepat lelah, nafsu makan kurang, anak terlihat
pucat. Karena terlalu lemah, aktivitas anak dibantu oleh keluarga. Anak mual
dan muntah lelah. Pada pemeriksaan di dapatkan :

BB : 28 kg

TB : 140 cm

HB : 8 G/DL

HT (Hematokrit : 26% ( normal : 33-38%)

Leukosit : 20.000 ul

Konjungtiva : anemis

a. Pengkajian

Selain nama klien, ada juga identitas orang tua klien, umur, alamat, asal
kota dan daerah.

b. Riwayat kesehatan

1) Keluhan utama : penyebab utama klien sampai dibawa kerumah sakit,


mengatakan badan lemas, cepat lelah, nafsu makan berkurang dan klien
tampak pucat.

2) Riwayat penyakit sekarang : tanda dan gejala klinis dari leukimia.

3) Riwayat penyakit dahulu : untuk mengidentifikasi adanya faktor-faktor


penyulit atau faktor yang membuat kondisi pasien lebih parah

c. Riwayat sosial

1) Yang mengasuh klien : orang tua/ wali


2) Hubungan dengan anggota keluarga : baik/buruk

3) Hubungan dengan teman sebaya : baik/buruk

4) Pembawaan secara umum : periang/murung

5) Lingkungan rumah : lingkungan rumah bersih/kumuh

d. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan

Pertumbuhan fisik anak

BB : 28 kg

TB : 140 cm

Pemeriksaan fisik :

Suhu : 36,3ºC

RR : 20x/menit

HR : 90x/menit

BB : 28 kg

TB : 140 cm

Hb : 8 g/dl

Ht (Hematokrit) : 26% ( normal : 33-38%)

Leukosit : 20.000 ul

Konjungtiva : anemis

e. Diagnosa Keperawatan

Resiko infeksi berhubungan dengan imunosupresi ditandai dengan ibu


mengatakan anak tidak ada demam, anak batuk dan flu, ibu mengataka anak tidak
nafsu makan. Data objektif ditemukan suhu (36,3ºC) RR : 20x/menit HR :
90x/menit leukosit (20.000 ul), Hematokrit (26%).
f. Intervensi

Menurut NANDA NIC NOC

NOC : Diharapkan mengidentifikasi faktor resiko infeksi pada klien,


mengidentifikasi tanda dan gejala infeksi pada klien, ratio berat badan/tinggi
badan ideal, status hidrasi adekuat.

NIC :

1. Kontrol innfeksi, aktivitas keperawatannya seperti batasi jumlah


pengunjung, anjurkan pasien mengenai teknik cuci tangan yang benar,
anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan saat memasuki dan
meninggalkan ruangan pasien, monitor selama pemberian obat
kemoterapi, menganjurkan pasien memakai masker apabila keluar ruangan

2. Monitor nutrisi, aktivitas keperawatannya seperti timbag berat badan


pasien, monitor kecenderungan naik dan turun bedan anak, identifikasi
perubahan berat badan terakhir.

3. Pencegahan kulit, aktivitas keperawatannya seperti amati warna,


kehangatan, bengkak, pulasi, tekstur, edema dan ulserasi pada ekstremitas.
Monitor warna dan suhu kulit, monitor warna kulit untuk memeriksa
adanya ruam atau lecet, monitor kulit untuk adanya kekeringan atau
kelembapan, monitor infeksi.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Leukemia atau kanker darah adalah sekelompok penyakit neoplastik yang


beragam, ditandai oleh perbanyakan secara tak normal atau transformasi
maligna dari sel-sel pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid.
Sel-sel normal di dalam sumsum tulang digantikan oleh sel tak normal atau
abnormal. Sel abnormal ini keluar dari sumsum dan dapat ditemukan di dalam
darah perifer atau darah tepi. Sel leukemia mempengaruhi hematopoiesis atau
proses pembentukan sel darah normal dan imunitas tubuh penderita.

Kata leukemia berarti darah putih, karena pada penderita ditemukan


banyak sel darah putih sebelum diberi terapi. Sel darah putih yang tampak
banyak merupakan sel yang muda, misalnya promielosit. Jumlah yang
semakin meninggi ini dapat mengganggu fungsi normal dari sel lainnya.

B. Saran

Diharapkan kepada seluruh masyarakat agar dapat mengetahui tanda dan


gejala leukimia dan segera melakukan terapi bagi yang telah menderita
leukimia. Kemudian bagi yang belum terkena leukimia dapat mengetahui
pencegahan-pencegahannya.
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, gary dkk.2006.Obstetri Williams Edisi 21. Jakarta : EGC

Buku Nelson Edisi ke 15 Behrman, kliegman dan Arvin.2000.Ilmu


Kesehatan Anak Edisi 15 Volume 3.Jakarta : EGC

Viethanurse,2009.Leukimia.diakses

19 april 2011 http://viethanurse.wordpress.com/2009/02/25/asuhan-


keperawatan-anak-dengan-leukemia/

News-medical,2011.Leukimia.diakses

20 april 2011 http://www.news-medical.net/health/Acute-Myeloid-


Leukemia-Diagnosis-%28Indonesian%29.aspx

Buku Nelson Edisi ke 15 Behrman, kliegman dan Arvin.2000.Ilmu


Kesehatan Anak Edisi 15 Volume 2.Jakarta : EG

Anda mungkin juga menyukai