Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

MATA KULIAH PEMISAHAN ANALITIK

Dosen Pengampu :

Purnama Ningsih, S.Pd., M.Si., Ph.D

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

1. Mawar A 251 19 002


2. Winarsih A 251 19 016
3. Khafizatul Khairiyah A 251 19 029
4. Nadya Marbelina A 251 19 046
5. Rahmi Handayani A 251 19 103

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini dengan tepat waktu. Makalah ini merupakan salah satu tugas dari mata kuliah
Pemisahan Analitik. Selain itu, penyusunan makalah ini juga bertujuan untuk
meningkatkan pemahaman para mahasiswa mengenai Kromatografi Lapis Tipis
yang nanti nya akan menjadi pedoman para mahasiswa dalam kegiatan mengajar.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dan mendidik untuk perbaikan selanjutnya. Walaupun demikian penulis
tetap berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua yang membacanya. Terima
kasih.

Palu, 14 April 2021

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ i

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................

1.1.Latar Belakang ...................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 1

1.3 Tujuan ................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................

2.1 Pengertian Kromatografi Lapis Tipis ................................................... 3

2.2 Prinsip Kromatografi Lapis Tipis ......................................................... 7

2.3 Metode Analisis Kromatografi Lapis Tipis .......................................... 7

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Kromatografi Lapis Tipis.......................... 11

2.5 Penggunaan Kromatografi Lapis Tipis .................................................. 12

BAB III PENUTUP ............................................................................................

3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 14

3.2 Saran ...................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Kromatografi merupakan suatu cara pemisahan fisik dengan unsur-unsur yang


akan dipisahkan terdistribusikan antara dua fasa, satu dari fasa-fasa ini membentuk
lapisan stasioner dengan luas permukaan yang besar dan yang lainnya merupakan
cairan yang merembes lewat atau melalui lapisan yang stasioner. Dalam banyak hal,
kromatografi dapat disamakan dengan proses penyarian Craig. Keduanya
menggunakan dua fasa, satu fasa bergerak terhadap lainnya. Pada kromatografi fasa
gerak bergerak kontinyu. Pada setiap titik sepanjang kolom, terjadi keseimbangan
antara fasa-fasa itu dengan sangat cepat, walaupun tidak pernah tercapai seimbang
sempurna. Proses Craig terbatas pada dua pelarut yang tidak bercampur, sedangkan
pada kromatografi dapat digunakan macam lain dari fasa-fasa itu. Dibandingkan
dengan kerumitan alat Craig, pemisahan kromatografi dapat dilakukan dengan
selembar kertas dan gelas kimia, atau sebuah buret yang diisi dengan fasa diam
(Sudjadi, 1988).
Kromatografi memiliki memiliki banyak macam. Diantaranya Kromatogarfi
cairan-padat atau kromatografi serapan, kromatografi cairan-cairan atau kromatografi
partisi, kromatografi gas-padat, kromatografi gas-cairan, kromatografi kertas,
kromatografi lapis tipis, kromatografi penukar ion, penyaringan gel dan
elektroforesis. Pada makalah ini akan dibahas mengenai kromatografi lapis tipis.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang dapat dituliskan kesimpulan yaitu sebagai berikut.
1. Apa pengertian kromatografi lapis tipis?
2. Bagaimana prinsip kerja kromatografi lapis tipis?
3. Bagaimana tahapan metode analisis kromatografi lapis tipis?
4. Bagaimana kelebihan dan kekurangan kromatografi lapis tipis?
5. Bagaimana penggunaan kromatografi lapis tipis?

1.3. Tujuan
Berdasarkan tujuan di atas, berikut tujuan dari pembuatan makalah yaitu
sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian kromatografi lapis tipis
2. Untuk mengetahui dan memahami prinsip kerja kromatografi lapis tipis
3. Untuk mengetahui dan memahami Tahapan Metode Analisis
Kromatografi Lapis Tipis
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan kromatografi lapis tipis
5. untuk mengetahui penggunaan/pengaplikasian kromatografi lapis tipis
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan atas perbedaan


distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut diantara dua fase, yaitu fase
diam (padat atau cair) dan fase gerak (cair atau gas) yang menyebabkan terjadinya
perbedaan migrasi dari masing-masing komponen. Perbedaan migrasi merupakan
hasil dari perbedaan tingkat afinitas masing-masing komponen dalam fase diam dan
fase gerak. Afinitas senyawa dalam fase diam dan fase gerak ditentukan oleh sifat
fisika kimia dari masing-masing senyawa. Faktor –faktor yang menyebabkan
perbedaan migrasi komponenkomponen dalam sampel meliputi faktor pendorong
migrasi analit dan faktor penghambat migrasi analit. Faktor pendorong migrasi
meliputi gaya gravitasi, elektrokinetik, dan hidrodinamik. Faktor penghambat migrasi
meliputi friksi molekul, elektrostatik, adsorbsi, kelarutan, ikatan kimia dan interaksi
ion

Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis kualitatif dari suatu
sampel yang ingin di deteksi dengan memisahkan komponen-komponen sampel
berdasarkan perbedaan kepolaran. Kromatografi lapis tipis adalah metode pemisahan
fisika-kimia dengan fase gerak (larutan pengembang yang cocok), dan fase diam
(bahan berbutir) yang diletakkan pada penyangga berupa plat gelas atau lapisan yang
cocok. Pemisahan terjadi selama perambatan kapiler (pengembangan) lalu hasil
pengembangan di deteksi. Zat yang memiliki kepolaran yang sama dengan fase diam
akan cenderung tertahan dan nilai Rf-nya paling kecil. Kromatografi lapis tipis
digunakan untuk memisahkan komponen-komponen atas dasar perbedaan adsorpsi
atau partisi oleh fase diam di bawah gerakan pelarut pengembang.
Pada identifikasi noda atau penampakan noda, jika noda sudah berwarna dapat
langsung diperiksa dan ditentukan harga Rf. Rf merupakan nilai dari Jarak relative
pada pelarut. Harga Rf dihitung sebagai jarak yang ditempuh oleh komponen dibagi
dengan jarak tempuh oleh eluen (fase gerak) untuk setiap senyawa.

Rf juga menyatakan derajat retensi suatu komponen dalam fase diam. Karena
itu Rf juga disebut factor referensi.
. Derajat retensi pada kromatografi lempeng biasanya dinyatakan sebagai
faktor retensi, Rf :

Rf =

Jarak yang telah ditempuh pelarut dapat diukur dengan mudah dan jarak
tempuh cuplikan diukur pada pusat bercak itu, atau pada titik kerapatan maksiumum.
Definisi koefisien distribusi K adalah perbandingan dingin kadar senyawa terlarut
dalam fasa gerak CM dan kadar senyawa terlarut dalam fasa diam Cs,
CS
K
CM

Ada hubungan sederhana antara harga K dan R f. Jarak tempuh rata-rata


molekul terlarut berbanding langsung dengan kecepatan alir pelarut dikalikan dengan
fraksi waktu senyawa terlarut terdapat dalam fasa gerak. Kemudian dapat dinyatakan
sebagai jumlah molekul dalam setiap fasa, atau sebagai distribusi senyawa terlarut
dalam dua fasa :

Rf =

CM AM

CM AM  CS AS
Dimana AM dan AS, adalah luas penampang melihat dua fasa itu (tegak lurus
lempeng). Penjabaran lebih lanjut persamaan di atas, diperoleh
AM AM
Rf  
AM  AS CS CM AM  KAS
Luas penampang melintang sukar diukur, oleh karena itu persamaan di
atas kurang praktis, tetapi dapat menunjukan bahwa harga R f adalah bentuk
modifikasi dari tetapan keseimbangan. Karnanya harga R f dapat diharapkan
tergantung pada parameter sama seperti pada metode kromatografi kolom. Harga R f
juga merupakan subyek terhadap beberapa pengaruh, seperti macam penyerapan,
ketebalan, metode arah pengembangan, kadar dan jumlah cuplikan, dan juga jarak
yang ditempuh bercak. Dengan seperti diatas, lebih mudah dan lebih tepat
menggunakan harga Rf relatif atau Rstandar, dimana suatu senyawa standar
ditambahkan pada cuplikan. Harga Rstd adalah angka banding jarak tempuh dua
bercak itu dalam waktu pengembangan yang sama.

Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan noda dalam kromatografi lapisan


tipis yang juga mempengaruhi harga Rf adalah :
 Struktur kimia dari senyawa yang sedang dipisahkan.
 Sifat dari penyerap dan derajat aktifitasnya.
Biasanya aktifitas dicapai dengan pemanasan dalam oven, hal ini akan menge-
ringkan molekul-molekul air yang menempati pusat-pusat serapan dari penyerap.
Perbedaan penyerap akan memberikan perbedaan yang besar terhadap harga Rf
meskipun menggunakan fase bergerak dan zat terlarut yang sama tetapi hasil akan
dapat diulang dengan hasil yang sama, jika menggunakan penyerap yang sama,
ukuran partikel tetap dan jika pengikat (kalau ada) dicampur hingga homogen.
 Tebal dan kerataan dari lapisan penyerap.
Pada prakteknya tebal lapisan tidak dapat dilihat pengaruhnya, tetapi perlu
diusahakan tebal lapisan yang rata. Ketidakrataan akan menyebabkan aliran pelarut
menjadi tak rata pula dalam daerah yang kecil dari plat.
 Pelarut (dan derajat kemurniannya) fase bergerak.
Kemurnian dari pelarut yang digunakan sebagai fase bergerak dalam
kromatografi lapisan tipis adalah sangat penting dan bila campuran pelarut digunakan
maka perbandingan yang dipakai harus betul-betul diperhatikan.
 Derajat kejenuhan dan uap dalam bejana pengembangan yang digunakan.
 Teknik percobaan.
Arah pelarut bergerak di atas plat. (Metoda aliran penaikan yang hanya
diperhatikan, karena cara ini yang paling umum meskipun teknik aliran penurunan
dan mendatar juga digunakan).
 Jumlah cuplikan yang digunakan.
Penetesan cuplikan dalam jumlah yang berlebihan memberikan hasil
penyebaran noda-noda dengan kemungkinan terbentuknya ekor dan efek tak
kesetimbangan lainnya, hingga akan mengakibatkan kesalahan-kesalahan pada harga-
harga Rf.
 Suhu.
Pemisahan-pemisahan sebaiknya dikerjakan pada suhu tetap, hal ini terutama
untuk mencegah perubahan-perubahan dalam komposisi pelarut yang disebabkan
oleh penguapan atau perubahan-perubahan fase.
 Kesetimbangan.
Ternyata bahwa kesetimbangan dalam lapisan tipis lebih penting dalam
kromatografi kertas, hingga perlu mengusahakan atmosfer dalam bejana jenuh
dengan uap pelarut. Suatu gejala bila atmosfer dalam bejana tidak jenuh dengan uap
pelarut, bila digunakan pelarut campuran, akan terjadi pengembangan dengan
permukaan pelarut yang berbentuk cekung dan fase bergerak lebih cepat pada bagian
tepi-tepi dan keadaan ini harus dicegah.
Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau
kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak
mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang terdapat dalam
campuran. Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda.
Sedangkan fase diam untuk kromatografi lapis tipis seringkali juga
mengandung substansi yang mana dapat berpendar flour dalam sinar ultra violet.
Pendaran ini ditutupi pada posisi dimana bercak pada kromatogram berada, meskipun
bercak-bercak itu tidak tampak berwarna jika dilihat dengan mata. Namun, apabila di
sinarkan dengan sinar UV pada lempengan, akan timbul pendaran dari posisi yang
berbeda dengan posisi bercak-bercak. Bercak tampak sebagai bidang kecil yang
gelap.
Sementara UV tetap di sinarkan pada lempengan, harus dilakukan penandaan
posisi-posisi dari bercak-bercak dengan menggunakan pensil dan melingkari daerah
bercak-bercak itu. Ketika sinar UV dimatikan, bercak-bercak tersebut tidak tampak
kembali.

2.2. Prinsip Kerja Kromatografi Lapis Tipis

Prinsip kerjanya adalah berdasarkan adsorpsi dan partisi, dimana sampel akan
berpisah berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang
digunakan. Teknik ini biasanya menggunakan fase diam dari bentuk plat silika dan
fase geraknya disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin dipisahkan. Semakin dekat
kepolaran antara sampel dengan eluen maka sampel akan semakin terbawa oleh fase
gerak tersebut.

Fase diam (adsorben) contohnya silika gel (asam silikat), alumina (aluminium
oksida), kieslguhr (diatomeous earth), dan selulosa. Dari keempat jenis adsorben
tersebut, yang paling banyak dipakai ialah silika gel dan masing-masing terdiri dari
beberapa jenis yang mempunyai nama perdagangan bermacam-macam. Silika gel ini
menghasilkan perbedaan dalam efek pemisahan yang tergantung kepada cara
pembuatannya. Selain itu harus diingat bahwa penyerap yang berpengaruh nyata
terhadap daya pemisahnya.

2.3. Tahapan Metode Analisis Kromatografi Lapis Tipis

a. Pembuatan lempeng
Ukuran lempeng gelas yang biasa digunakan 20 x 20, 20 x 10 dan 20 x 5
cm. Sebelum dilapisi lempeng kaca ini dibersihkan dengan air dan deterjen,
kemudian dikeringkan. Cuci lagi dengan aseton dan permukaan kaca yang bersih
jangan samapi tersentuh.
30 gram silika gel atau penyerap lain dibuat bubur dengan sejumlah air atau
pelarut lain, dan segera dipindahkan dalam alat perata. Ratakan bubur itu untuk
4-5 lempeng (20x20 cm) dalam waktu 4 menit jika digunakan bahwa pengikat
dalam bubur penyerap itu dapat juga ditambahkan dapar untuk membuat
keasaamn tertentu atau kandungan air pada lapisan fasa diam. Pindahkan
lempeng itu dengan hati-hati pada rak dan setelah 30 menit keringkan pada 100-
120o selama 1 jam untuk mengaktifkan fasa diam. Dinginkan dan simpan
lempeng itu dalam desikator. Tebal lapisan fasa diam biasanya 0,25 mm,
sedangkan untuk pemisahan preparatif digunakan tebal 0,5-2,0 mm.
Perbandingan bahan dan pelarut untuk pembuatan lempeng
Perbandingan bahan dan
Nama
air
Silika gel 1 : 1,5
Silika gel G atau GF 1:2
Alumina 1 : 1,1
Alumina oksida G 1:2
Serbuk selulosa MN 300 1:5
Serbuk selulosa MN 300G 1:6
Keiselguhr G 1:2
Serbuk poliamida 1:9

b. Penotolan cuplikan
Pada lempeng lapis tipis konvensional (20 x 20 cm, 10 x 20 cm, 5 x 20
cm, tebal 0,2 mm) cuplikan biasanya di totolkan sebagai bercak bulat atau garis,
1,5-2,0ncm dari tepi bawah. Bercak sebaiknya berukuran sama dan mempunyai
diameter 3-6 mm.
Pentotolan dapat dilakukan dengan mikropipet atau dengan
“microsyringe”, biasanya diperlukan 1-20 ul. Volume lebih besar dari itu dapat
ditotolkan terhadap dalam bagian-bagian kecil dengan pengeringan di antara
penotolan itu. Kelebihan beban menyebabkan bercak asimetri dan peruabahan
harga Rf, yang dapat dihindari jika cuplikan kurang dari 10-20 µg.
Pada lempeng kromatografi lapis tipis efesiensi tinggi (KLTET) (biasanya
10x10 cm atau 10x20 cm) hanya diperlukan dalam nano sampai samapai
pikogram setiap bercak. Diameternya tidak harus lebih 1-1,5 mm dan volume
cuplikan tidak lebih 0,2 ul. Diperlukan tehnik penotolan khusus, yaitu dengan
syringe 1 µl yang dihubungkan dengan sekrup mikrometer, atau dengan sebuah
kapiler platina iridium dalam aplikator otomatis.
c. Pengembangan kromatogram
Kromatogram biasanya dikembangkan dengan tehnik naik linier dengan
menggunakan bejana pengembang gelas atau logam. Pada bejana itu diberi kertas
saring dan fasa gerak sampai kedalaman 0,5 cm. Supaya kedapat-ulangya baik,
jarak antar permukaan fasa gerak dan garis batas harus sama (1-2 cm). Harga Rf
sering tidak sama karena perbedaan kejenuhan.
Pengembangan menurun atau horisontal dapat dapat digunakan dalam
beberapa kasus, yaitu pada lapisan tebal atau dengan fasa gerak kental. Fasa
gerak dialirkan pada lapisan melalui kertas saring. Pengembangan horisontal
biasanya digunakan pada KLTET. Untuk memperbaiki pemisahan dapat
dilakukan tehnik
Pengembangan berkelanjutan. Fasa gerak dialirkan pada bagian atas dari
lempeng pengembangan horisontal dan dihisap oleh fasa diam. Tehnik ini
terutama dilakukan untuk senyawa yang mempunyai harga R f 0,05-0,2 setelah
pengembangan pertama.
Pengembangan dua dimesi. Cuplikan di totolkan pada lempeng 3-4 cm
dari salah satu pojok dan dikembangkan seperti biasanya. Lempeng kemudian
diputar 90o sehingga pita pemisahan dari hasil pengembangan pertama terletak
pada bagian bawah lempeng, dan kemudian dilakukan pengembangan kedua.
Fasa gerak harus diganti sehingga diperoleh pengaruh pemisahan berbeda pada
arah kedua. Tehnik ini berguna untuk cuplikan yang mengandung banyak
senyawa penyusun.
Pengembangan sirkuler. Pada kromatografi sirkuler fasa gerak dialirkan
dengan sebuah sumbu atau pompa melalui pipa kapiler ditengah lapisan fasa
diam.senyawa terlarut bergerak cepat dari tengah penotolan menghasilkan
lingkaran-lingkaran sempit.
Pengembangan beberapa kali. Fasa gerak biasanya mudah menguap dapat
diuapkan setelah pengembangan dan lempeng itu dapat dikembangkan lagi
dengan fasa gerak sama atau fasa gerak lain. Tehnik ini dinamakan
pengembangan beberapa kali. Bercak cuplikan berbentuk bulat telur dengan
aksisi pendek kepada arah fasa gerak bergerak.

d. Metode identifikasi
Untuk melihat senyawa tak berwarna pada lempeng, biasanya digunakan
metode sebagai berikut:
1. Melihat kromatogram dibawah sinar ultraviolet (245 atau 366 nm)
a. Pada lapisan berfluoresensi, misalnya silica gel GF245, bercak muncul
sebagai noda hitam.
b. Untuk senyawa berfluoresensi digunakan lapisan biasa, bercak terlihat
berfluoresensi.
2. Menyemprot dengan pereaksi yang menghasilkan warna dan atau
berfluoresensi.
Metode yang sering digunakan adalah deteksi asam sulfat. Reaksi ini dapat
terbentuk dalam keadaan dingin atau dengan pemanasan lempeng pada 100-
200o. Cara ini tidak dapat digunakan pada fasa diam organik atau dimana
sebagai pengikat digunakan pati. Pereaksi lain yang banyak digunakan
adalah uap yodium.
Data batas deteksi yang tertera dalam buku sering sukar dicapai karena
jumlah terkecil suatu senyawa yang masih dapat diamati tergantung pada harga
Rf-nya.
e. KLT preparatif
Pemisahan preparatif sering dilakukan pada lapisan yang agak tebal (0,5-2,0
mm). Cuplikan ditotolkan sebagai garis sempit dengan alat yang sesuai. Ukuran
maksimum cuplikan tergantung pada jumlah relatif senyawa penyusun,
perbedaan Rf-nya dan lebar lempeng. Jika selisih harga Rf lebih besar dari 0,2
dapat ditotolkan 50-100 mg cuplikan pada lempeng 20 cm.
2.4. Kelebihan dan Kekurangan Kromatografi Lapis Tipis

A. Kekurangan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)


Kromatografi lapis tipis juga memiliki beberapa kekurangan, diantaranya yaitu:
1. Pelat kromatografi lapis tipis tidak memiliki fase diam yang lebih lama.
2. Jika dibandingkan dengan teknik kromatografi lainnya, panjang pemisahan
dibatasi.
3. Hasil yang dihasilkan dari KLT sulit untuk direproduksi.
4. Karena KLT beroperasi sebagai sistem terbuka, beberapa faktor seperti
kelembaban dan suhu dapat mempengaruhi hasil akhir kromatogram.
5. Batas deteksi tinggi dan oleh karena itu jika kita menginginkan batas deteksi
yang lebih rendah, kita tidak dapat menggunakan KLT.
6. Kromatografi lapis tipis hanya teknik analisis kualitatif dan bukan kuantitatif.

B. Kelebihan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)


1. KLT lebih banyak digunakan untuk tujuan analisis.
2. Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna,
fluoresensi, atau dengan radiasi menggunakan sinar ultraviolet.
3. Dapat dilakukan elusi secara mekanik (ascending), menurun (descending), atau
dengan cara elusi 2 dimensi.
4. Ketepatan penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang akan
ditentukan merupakan bercak yang tidak bergerak.
5. Hanya membutuhkan sedikit pelarut.
6. Biaya yang dibutuhkan terjangkau.
7. Jumlah perlengkapan sedikit.
8. Preparasi sample yang mudah
9. Dapat untuk memisahkan senyawa hidrofobik (lipid dan hidrokarbon) yang
dengan metode kertas tidak bisa.

2.5. Penggunaan Kromatografi Lapis Tipis

Penggunaan umum KLT adalah untuk menentukan banyaknya komponen


dalam campuran, identifikasi senyawa, memantau berjalannya suatu reaksi,
menentukan efektivitas pemurnian, menentukan kondisi yang sesuai untuk
kromatografi kolom, serta memantau kromatografi kolom, melakukan screening
sampel untuk obat.

Analisa kualitatif dengan KLT dapat dilakukan untuk uji identifikasi senyawa
baku. Parameter pada KLT yang digunakan untuk identifikasi adalah nilai Rf. Dua
senyawa yang dikatakan jika mempunyai nilai Rf yang sama jika diukur pada kondisi
KLT yang sama. Untuk meyakinkan dapat dilakukan dengan menggunakan senyawa
baku yang sudah diketahui sangat disarankan untuk lebih memantapkan pengambilan
sampel senyawa. Analisis kuantitatif dilakukan dengan 2 cara, yaitu mengukur bercak
langsung pada lengpeng dengan menggunakan ukuran luas atau dengan teknik
densitometry dan cara berikutnya adalah dengan mengerok bercak lalu menetapkan
kadar senyawa yang terdapat dalam bercak dengan metode analisis yang lain,
misalnya dengan metode spektrofotometri. Pada cara pertama tidak terjadi keaslahan
yang disebbkan oleh pemindahan bercak atau kesalahan ekstraksi, sementara pada
cara kedua sangat mungkin terjadi kesalahan karena pengambilan atau karena
ekstraksi. Analisis kuantitatif dari suatu senyawa yang telah terkoreksi dengan KLT
biasanya dilakukan dengan densitometer yang langsung pada lempeng KLT (atau
secara in situ). Densitometer dapat bekerja secara serapan atau fluoresensi.
Kebanyakan densitometer mempunyai sumber cahaya, monokromator untuk memilih
panjang gelombang yang cocok, sistem untuk memfkuskan sinar pada lempeng,
pengganda foton, dan rekorder. Dan untuk analisis preparatif, sampel yang ditotolkan
dalam lempeng dengan lapisan yang besar lalu dikembangkan dan dideteksi dengan
cara yang nondekstruktif. Bercak yang mengandung analit yang dituju selanjutnya
dikerok dan dilakukan analisis lanjutan.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis kualitatif dari suatu
sampel yang ingin di deteksi dengan memisahkan komponen-komponen sampel
berdasarkan perbedaan kepolaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan noda
dalam kromatografi lapisan tipis yang juga mempengaruhi harga R f Prinsip kerjanya
adalah berdasarkan adsorpsi dan partisi, dimana sampel akan berpisah berdasarkan
perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan.

Kekurangan Kromatografi Lapis Tipis (KLT), pelat kromatografi lapis tipis


tidak memiliki fase diam yang lebih lama, jika dibandingkan dengan teknik
kromatografi lainnya, panjang pemisahan dibatasi dan lain-lain. Kelebihan
Kromatografi Lapis Tipis (KLT), KLT lebih banyak digunakan untuk tujuan analisis,
identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna,
fluoresensi, atau dengan radiasi menggunakan sinar ultraviolet, dan lain-lain.

Analisa kualitatif dengan KLT dapat dilakukan untuk uji identifikasi senyawa
baku. Parameter pada KLT yang digunakan untuk identifikasi adalah nilai Rf. Dua
senyawa yang dikatakan jika mempunyai nilai Rf yang sama jika diukur pada kondisi
KLT yang sama.

3.2. Saran

Kedepannya diharapkan dapat memperbaiki segala kekurangan yang ada


terdapat dalam makalah ini, sehingga nantinya makalah ini benar-benar dapat
bermanfaat dan menjadi pegangan yang berguna bagi semua mahasiswa.
DAFTAR ISI

Gritter RJ, Bobbit JM, Arthur SE. 1991. Pengantar Kromatografi. Bandung :
Penerbit ITB.

Hamzah, B. 2019. Modul Pemisahan Kimia Analitik. Palu : Universitas Tadulako.

Ibnu Gholib Gandjar. Abdul Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.

Kealey D dan Haines PJ. 2002. Instant Notes: Analytical Chemistry. BIOS Scientific.
New York : Publishers Limited.

Soebagio. 2002. Kimia Analitik. Makassar : Universitas Negeri Makassar Fakultas


MIPA

Wulandari, L. 2011. Kromatografi Lapis Tipis. Jember : PT. Taman Kampus Presido

Anda mungkin juga menyukai