Anda di halaman 1dari 10

CRITICAL BOOK REPORT

NAMA MAHASISWA : MELI MIRANDA TAMBUNAN

NIM : 2202111001

DOSEN PENGAMPU : ELLY PRIHASTY S.Pd M.Pd

MATA KULIAH : MENULIS KREATIF SASTRA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MARET 2021

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sastra adalah suatuhal yang cukup rumit untuk dipahami. Selain itu sastra
juga memiliki banyak sekali jenisnya. Dari beberapa jenis sastra, Critical Book
Report ini akan membahas tentang drama.
Drama juga memiliki banyak sekali jenis dari berbagai segi
penglihatannya. Critical Book report ini akan memberikan pandangan kepada
pembaca untuk memilih buku yang lebih baik untuk dibaca oleh para pembaca
khususnya mahasiswa di jurusan sastra Indonesia.
B. Tujuan Penulisan
Penulisan ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui ringkasan dari kdua buku yang dikritik.
2. Mengetahui kelebihan dan kelemahan dalam kedua buku
C. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan ini adalah:
1. Untuk mengetahui ringkasan buku
2. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan isi buku

2
BAB II
IDENTITAS BUKU

A. IDENTITAS BUKU I
1. Judul Buku : Analisis Drama dan Teater Bagian 1
2. Pengarang : Soediro Satoto
3. Penerbit : Ombak
4. Tahun Terbit : 2012
5. Kota Terbit : Yogyakarta
6. Tebal Buku : 262

B. IDENTITAS BUKU II
1. Judul Buku : Membaca Sastra Pengantar Memahami Sastra untuk
Perguruan Tinggi
2. Pengarang : Melani Budianta dkk.
3. Penerbit : INDONESIATERA
4. Tahun Terbit : 2008
5. Kota Terbit : Yogyakarta
6. Tebal Buku : 256

3
BAB III
RINGKASAN ISI BUKU

A. RINGKASAN BUKU I
BAB I DRAMA DAN TEATER SEBAGAI BENTUK SENI
1. Pengertian Drama
Kata ‘drama’ berasal dari kata Greek (bahasa Yunani)’draien’, yang
diturunkan dari kata ‘draomai’, yang semula berarti berbuat, bertindak, dan
beraksi. Selanjutnya kata drama mengandung arti kejadian, risalah, dan karangan.
Panuti Sujiman (editor), dalam “Kamus istilah Sastra” (1984: 20) memberi
batasan ‘drama’ adalah karya sastra yang bertujuan menggambarkan kehidupan
dengan mengemukakan tikaian atau konflik dan emosi lewat lakuan dan dialog,
dan lazimnya dirancang untuk pementasan di panggung.
Herymawan RMA dalam “Dramaturgi” Bagian Ke I merumuskan
pengertian drama berdasarkan beberapa pendapat, yaitu: (1) drama adalah kualitas
komunikasi, situasi, aksi, yang menimbulkan perhatian, kehebatan, dan tegangan
pada pendengar atau penonton, (2) menurut Moultan “Drama” adalah kehidupan
yang dilukiskan dengan gerak, (3) drama adalah ceritera konflik manusia dalam
bentuk dialog, yang diproyeksikan pada pentas, yang menggunakan bentuk
cakapan dan gerak atau penokohan perwatakan di hadapan penonton.
2. Pengertian Teater
Kata ‘teater’ juga berasal dari bahasa Yunani, Teatron yang diturunkan
dari kata ‘theomai’, yang berarti takjub melihat, memandang. Jadi jelas, jika kita
berbicara tentang ‘teater’, sebanarnya kita bicarakan soal proses kegiatan dari
lahirnya, penggarapan, penyajian, atau pementasan smpai dengan timbulnya
tanggapan atau reaksi penonton atau public. Dengan kata lain, teater memiliki arti
yang lebih luas, sekaligus menyangkut seluruh kegiatan dan proses penjadian dari
proses penciptaan, penggarapan, penyajian atau pementasan, dan penikmatan.
3. Pengertian Seni Drama dan Teater
Drama adalah jenis sastra di samping jenis puisi dan prosa. Hakikat drama
adalah konflik atau tikalan. Karena sastra termasuk cabang kesenian, maka drama
merupakan bentuk kesenian juga. Drama sering disebut seni pertunjukan. Teater

4
adalah istila lain dari drama, tetapi dalam arti yang lebih luas; yakni meliputi;
proses pemilihan naskah, penafsiran, penggarapan, penyajian/pementasan, dan
proses pemahaman atau penikmatan dari publik.
Perbedaan seni drama dan teater dapat dilihat pada ciri-ciri sebagai
berikut:

Drama Teater

Lakon (play) Pertunjukan (performance)

Naskah (script) produksi (production)

Teks (text) pemanggungan (staging)

Pengarang pemain, pelaku, pemeran (actor/aktris)

Kreasi (creation) penafsiran (interpretation)

Teori (theory) praktek (practice)


Bisa dikatakan perbedaan seni drama dan teater adalah;
Drama : - merupakan lakon yang belum dipentaskan.
a. skripsi yang belum diproduksi
b. teks yang belum dipanggungkan
c. hasil kresi pengarang yang masih harus ditafsirkan untuk merebut makna.
d. teori yang harus dipraktekkan/dipentaskan.
e. Teater : naskah yang telah dipanggungkan untuk dinikmati.
4. Hakikat, Fungsi, dan Sifat Seni Drama dan Teater
a. Hakikat Seni Drama dan Teater.
Yang dimaksud ‘hakikat’ di sini juga sesuatu yang ‘esensial’ (yang hakiki,
yang harus ada). Hakikat drama adalah ‘tikaian’ atau ‘konflik’. Perwujudannya
dalam teater dapat berupa gerak, cakapan (baik dialog maupun monolog) atau
penokohan. Tikaian ini dapat berupa; tikaian yang terjadi antara manusia dengan
manusia, manusia dengan binatang, yang terjadi antra individu dengan individu
lain, dlll.

b. Fungsi Seni Drama dan Teater.

5
Fungsi drama dan teater pada umumnya dan khusunya adalah harus
berguna dan menyenangkan. Maksudnya, disamping berfungsi sebagai penghibur,
seni ini juga bermanfaat, artinya dapat member ‘sesuatu’ kepada penikmatnya.
‘Sesuatu’ itu dapat berupa pengetahuan, pendidikan, pengajaran, penerangan, dll.
c. Sifat Seni Drama dan Teatar.
Berdasarkan kurikulum 1975 dan 1984, seni drama dan teater
merupanakan subbidang kesenian. Penempatan, Pengkajian Puisi, Pengkajian
Cerkam Pengkajian Drama, serta Seminar Puisi memberi indikasi bahwa puisi,
ragam sastra, tetapi bidang studi sastra yang berdiri sendiri. Sebagai salah satu
jenis sastra dan salah satu bdiang kajian sastra, drama memiliki kelebihan jika
dibandingkan dengan dua jenis atau bidang studi sastra lainnya yaitu puisi dan
prosa. Kelebihan terletak pada sifatnya yang lebih objektif, kolektif, kompleks
dan multikontekstual. Itulah sebabnya seni drama dan teater juga ‘seni objektif’,
‘seni kolektif’, ‘seni ansambel’, ‘seni kompleks’, dan ‘seni multikontekstual’.
5. Hubungan Seni Drama dan Teater dengan Cabang-cabang Seni lainnya
Seni drama dan teater merupakan seni yang sekaligus kompleks, hampir
semua cabang seni ada di dalamnya. Sebuah drama dan teater bagai cermin
tanpa bingkai. Keduanya menggambarkan gerak kehidupan. Adapun cabang-
cabang seni yang berfungsi sebagai pendukung dan penunjang berhasil
tidaknya sebuah pementasan drama antara lain:
a. Seni Bahasa dan Sastra
b. Seni gerak (acting)
c. Seni Rias ( make-up)
d. Seni Busana (costum)
e. Seni Dekorasi (scenery)
f. Seni Suara dan Musik
g. Seni Tata Lampu (lighting)
h. Seni Tari dan Koreografi
i. Seni Rupa
j. Seni Pentas,dll.

6
B. RINGKASAN BUKU II
BAB XI HAKIKAT DRAMA
1. Pengantar
Tujuan belajar mengajar dalam bab ini adalah agar mahasiswa mampu
mengenal dan memahami salah satu genre sasra, yaitu drama, serta mampu
mencirikan maupun membedakan drama dari genre sastra lainnya.
2. Konsep dan Defenisi
Drama adalah sebuah genre sastra yang penampilan fisiknya
memperlihatkan secara verbal adanya dialogue atau cakapan di antara tokoh-
tokoh yang ada. Selain didominasi oleh cakapan yang langsung itu, lazimnya
sebuah karya drama juga memperlihatkan adanya semacam petunjuk
pemanggungan yang akan memberikan gambaran tentang suasana, lokasi, atau
apa yang dilakukan oleh tokoh.
Dalam kenyataannya, seperti telah disinggung pada bagian awal uraian ini,
tidak semua karya drama ternyata berkesempatan untuk dipentaskan. Ada
sejumlah karya drama yang sangat pupoler, yang berkali-kali dipentaskan di
berbagai kesempatan dan di berbagai tempat.
3. Sejarah Ringkas
Sebagai istilah, drama dan teater ini datng atau kita pinjam dari khazanah
kebudayaan Barat. Secara lebih khusus, asal kedua istilah ini adalah dari
kebudayaan atau tradisi bersastra di Yunani. Pada masa awal pertumbuhannya di
Barat, sebagai bentuk upacara agama, drama dilaksanakan di lapangan terbuka.
Para penonton duduk melingkar atau membentuk setengah lingkaran, sedangkan
upacara dilakukan di tengah lingkaran tersebut. Sementara pada teater di Yunani
khususnya, tempat penonton berada membentuk setengah lingkaran yang semakin
besar radiusnya, semakin tinggi tempat dudk bersangkutan. Perkembangan drama,
pada gilirannya kemudian, memperlihatkan adanya pergeseran dari ritual
keagamaan menuju kepada suatu oratoria, suatu seni berbicara yang
mempertimbangkan intonasi untuk mendapatkan efektivitas komunikasi.

7
BAB IV
KRITIK TERHADAP BUKU

A. Buku I

Kelebihan Kekurangan
Cover buku ini cukup menarik Isi setiap bab dalam buku ini kurang
karena menggambarkan seseorang lengkap dan tidak memuaskan
yang sedang memakai kostum dan pembaca yang ingin mendalami
memperjelas isi buku tersebut ilmu sastra.
Isi buku ini cukup mudah untuk
dipahami

B. Buku II

Kelebihan Kekurangan
Di dalam buku ini membahas Cover buku ini tidak terlalu menarik
tentang sesuatu hal secara terperinci, minat pembaca
setiap babnya menjelaskan tentang
suatu masalah hingga jelas.
Bahasa yang digunakan oleh penulis Bab dalam buku ini tidak jelas
cukup jelas dan mudah dipahami. dituliskan sehingga membuat
pembaca bingung sudah membaca
sampai di bab mana.

8
BAB V
PENUTUP

A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil kritik buku diatas, dapat disimpulkan bahwa kedua buku
memiliki kelebihan dan kekurangan. Kedua buku saling melengkapi untuk lebih
memperdalam pemahaman pembaca dalam memahami sastra. Kedua buku
mempunyai cara tersendiri dalam susunan penulisan di setiap bab bukunya.
B. SARAN
Bagi pembaca yang ingin memperdalam ilmu tentang sastra, sebaiknya
tidak hanya menggunakan satu buku sebagai acuan dalam memahami sastra.
Sebaiknya pembaca memiliki banyak buku untuk lebih melengkapi pemahaman
karena ada beberapa buku yang justru saling melengkapi.

9
DAFTAR PUSTAKA

Budianta, Melani, dkk. 2008. Membaca Sastra Pengantar Memahami Sastra


untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta: INDONESIATERA.

10

Anda mungkin juga menyukai