Ilmu yang berkembang ke segala arah. Pertumbuhan dan perkembangsan sains terjadi
dengan sangat pesat yang pada awalnya hanya berlandaskan satu sumber, yaitu filsafat. Akan
tetapi, berkat adanya upaya pemikiran manusia, setiap penemuan baru ini akan menghasilkan
serangkaian penemuan baruyang merupakan derivasi dari penemuan baru tersebut menurut
beberapa sudut pandang.
Penemuan baru memiliki metode baru lintas ilmu yang berkembang dengan sangat
pesat dan memiliki peminat yang antusias pula sehingga memerlukan klasifikasi atau cabang
ilmu baru. Dengan demikian, cabang ilmu baru tersebut dapat memperdalam ruang lingkupnya
sehingga dapat diperoleh kumpulan pengetahuan yang sangat spesifik di masing-masing cabang
ilmu tersebut. Ilmu yang berkembang ke segala arah tersebut mengalami spesifikasi secara terus
menerus sehingga terjadi pemisahan bidang yang semakin spesifik.
Jurnal ilmiah sangat berguna sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan. Hal ini
sangat membantu para ilmuan dalam bertukar informasi yang saling dibutuhkan. Jurnal ilmiah
juga berguna sebagai basis data kebijakan publik. Tanpa adanya dasar ilmiah, kebijakan publik
bisa dikatakan dibuat dengan semana-mena. Penggunaan komputer sebagai sarana komunikasi
untuk memudahkan komunikasi antar ilmuwan pada saat ini. Banyak jurnal ilmiah yang
menyediakan edisi elektronik berupa file sehingga bisa diunduh kapan saja dan dimana saja.
Ada beberapa pendapat para ilmuwan yang dominan dalam mengamati perkembangan
sains dari zaman ke zaman. Ilmuwan tersebut hidup di awal abad ke-20 dimana perkembangan
sains sedang pesat-pesatnya. Penemuan demi penemuan terus berinovasi dan membawa
penemuan baru dan dibesarkan oleh penemuan lain. Setiap ilmuwan memiliki cara berpikir serta
sikapnya masing-masing terhadap sains yang mengalami spesifikasi wilayah kajian. Dengan
demikian, lahirlah falsifikasi atau falibisme (Popper), verifikasi yang berkelanjutan (Lingkaran
Wina), perubahan paradigma (Kuhn), sains sebagai program penelitian (Lakatos), gaya anarkis
ilmuwan dalam bekerja (Feyerabend), juga akhirnya ilmuwan seperti dipaksa untuk menengok
ke sejarah (Bachelard). Pendapat para ilmuwan tersebut mempunyai dasar kuat tersendiri dan
diperdebatkan satu sama lain agar memperluas proses perkembangan sains hingga saat ini.
Lingkaran Wina (Wiener Kreis/Vienna Circle) memiliki sebuah tujuan utama, yaitu
kesatuan ilmu alam serta memperbaiki laju ilmu pengetahuan di jalur positivisme di Inggris
yang sangat empiristis, dengan memberi masukan dari beberapa aliran lain. Sekelompok
cendekiawan para sarjana ilmu alam yang berdiskusi dalam kurun waktu 1922-1938
mengenai perkembangan ilmu alam terutama fisika. Hasil diskusi lingkaran Wina memiliki
warna khusus atas masukan dari aliran positivism dan empirisme (David Hume, J.S. Mill)
dibantu dengan metodelogi empiris dari para ahli matematika-fisika modern (Helmholz,
Poincare, Boltzmann, Einstein) dan diperjelas dengan adanya perkembangan logika simbolik
dan analisis logis (Frege, Whitehead, Russel, khususnya Wittgenstein).
Kelompok ini secara umum membahas bahwa pengetahuan bersumber utama pada
pengalaman walaupun dibantu dalil logika dan matematika yan tidak didapat dari
pengalaman yang membantu mendeskripsikan dan memberi makna pengalaman tadi serta
memberi pernyataan mengenai data tersebut.
Beberapa pandangan yang mewarnai Lingkaran Wina yang suarakan oleh ilmuwan dari
kelompok ini, yaitu :