Anda di halaman 1dari 15

CRITICAL JOURNL REVIEW

MK. STRTEGI PEMBELAJARAN


BAHASA INDONESIA
PRODI S1 FBS

(Perbedaan Model Pembelajaran Konstruktivisme dan Model Pembelajaran Langsung) ,


(Pengembangan Bahan Ajar Teks Ulasan Berbasis Proyek Pada
Siswa Kelas VIII Smp Negeri 2 Bululawang)

DOSEN PENGAMPU : Dra. ROSDIANA SIREGAR, M.Pd

NAMA : MELI MIRANDA TAMBUNAN


NIM : 2202111001
KELAS : REGULER-C
MATA KULIAH : STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA
INDONESIA

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt, Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat dan hidayah-Nya, Penulis dapat menyelesaikan tugas “Critical Jurnal
Review” ini.
 Terima kasih pula penulis ucapkan kepada  Ibu Dra. RUMASI SIMARE-MARE
,M.Pd. selaku dosen pengampu dalam mata kuliah Strategi Pembelajaran yang sudah
memberikan penulis kesempatan untuk menyelesaikan tugas ini sebagaimana mestinya
untuk memenuhi proses pengumpulan nilai.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyelesaian makalah ini tidak terlepas
dari peran dan dukungan dari banyak pihak. Kerena itu dalam kesempatan ini, Penulis
ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan sedalam-dalamnya kepada semua
pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan tugas ini. Selain itu Penulis
juga menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini masih terdapat banyak kekurangan,
sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap
semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin

           

                                                                                                   Medan, 14 FEBRUARI 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................................... i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB. I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Tujuan .................................................................................................... 1
1.3 Identitas Jurnal ...................................................................................... 1
BAB. II RINGKASAN JURNAL ......................................................................... 2
BAB. III PEMBAHASAN ..................................................................................... 6
3.1 Analisis .................................................................................................. 6
3.2 Kelebihan dan Kelemahan Jurnal .......................................................... 9
BAB. IV KESIMPULAN & SARAN ................................................................... 10
4.1 Kesimpulan ............................................................................................ 10
4.2 Saran ...................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 11

iii
Perbedaan Model Pembelajaran Konstruktivisme dan Model Pembelajaran Langsung

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Mengingat begitu pentingnya pelajaran matematika, maka usaha untuk mencapai
keberhasilan siswa dalam belajar matematika sangat diperlukan. Untuk itu pembelajaran
matematika harus membentuk wawasan siswa dalam berpikir kritis, logis, dan  kreatif,
sehingga mereka dapat mengembangkan, mengkolaborasikan dengan permasalahan-
permasalahan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari. Faktanya, perkembangan
pengetahuan dan teknologi yang menopang perkembangan budaya dan kehidupan manusia
diberbagai belahan dunia sejak masa lalu , kini, dan masa yang akan datang juga sangat
dipengaruhi oleh kemajuan dalam bidang matematika. Dalam pembelajaran matematika
pemecahan masalah merupakan kegiatan yang sangat penting, karena prosedur pemecahan
dapat melatih kemampuan analisis siswa yang diperlukan untuk menghadapi masalah-
masalah yang ditemuinya dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan dan keterampilan
berpikir juga diperlukan dalam menyelesaikan masalah matematika supaya dapat dialihkan
pada bidang lain dalam kehidupan.
1.2  Tujuan
Menganalisis perbedaan model pembelajaran konstruktivisme dan pembelajaran
langsung.
1.3 Identitas Jurnal 1
Judul                            : Perbedaan Model Pembelajaran Konstruktivisme dan Model
Pembelajaran Langsung
Pengarang : Mohammad  Dadan Sundawan
Download : www.e-journal.unswagati-crb.ac.id
Volume dan No : Volume XVI,  No 1
Tahun terbit :  Maret 2016
Jurnal :  Logika 
ISSN : 1978-2560

1.4 Identitas Jurnal 2


Judul                     : Pengembangan Bahan Ajar Teks Ulasan Berbasis Proyek Pada
Siswa Kelas VIII Smp Negeri 2 Bululawang
Penulis                   : Rohmatul Jamilah
4
Perbedaan Model Pembelajaran Konstruktivisme dan Model Pembelajaran Langsung

Tahun Terbit      : 2017

Jenis Jurnal        : NOSI

Volume (No)        : 5(3)


Hal                       :  395 – 415

5
Perbedaan Model Pembelajaran Konstruktivisme dan Model Pembelajaran Langsung

BAB II
RINGKASAN JURNAL

A. RINGKASAN JURNAL 1

2.1 Model Pembelajaran Konstruktivisme


Menurut Ruseffendi, E.T. (1991:240) “Model pembelajaran adalah suatu jalan,
cara atau kebijaksanaan yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam pencapaian tujuan
pengajaran dilihat dari sudut bagaimana proses pengajaran atau materi pengajaran itu,
umum atau khusus dikelola”.
Teori belajar konstruktivisme beranjak dari psikologi perkembangan intelektual
Piaget yang memandang belajar sebagai proses pengaturan sendiri (self regulation) yang
dilakukan seseorang dalam mengatasi konflik kognitif. Piaget dan para konstruktivis
(Dahar, Ratna Willis 1991:167) mengemukakan ”Dalam mengajar, seharusnya
diperhatikan pengetahuan yang telah diperoleh siswa sebelumnya”. Menurut teori belajar
konstruktivisme, pengetahuan fisik dan pengetahuan logika matematika dibangun sendiri
oleh anak melalui pengalaman dimana terjadi interaksi antara struktur kognisi
(pengetahuan) awal yang telah dimiliknya dengan informasi dari lingkungan.
Menurut  Hosley (Hamzah 2001:8) teori belajar konstruktivisme yang secara
umum meliputi empat tahap teori belajar sebagai berikut :
a. Tahap apersepsi (mengungkapakan konsepsi awal dan membangkitkan motivasi belajar
siswa).
b. Tahap eksplorasi.
c. Tahap diskusi dan penjelasan konsep.
d. Tahap pengembangan dan aplikasi konsep.
             Yager (Hamzah 2001:29) mengajukan penahapan belajar dengan konstruktivisme
lebih lengkap lagi, hal ini dapat menjadi pedoman dalam pembelajaran secara umum dalam
pembelajaran matematika sebagai berikut:
a. Tahap pertama, siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang
konsep yang akan dibahas. Bila perlu guru memancing tentang pertanyaan
problematis tentang fenomena yang sering dijumpai sehari-hari oleh siswa dan
mengaitkannya dengan konsep yang akan dibahas. Selanjutnya siswa diberi
kesempatan untuk mengkomunikasikan dan mengilustrasikan pemahamannya
tentang konsep tersebut.
6
Perbedaan Model Pembelajaran Konstruktivisme dan Model Pembelajaran Langsung

b. Tahap kedua, siswa diberi kesempatan pengumpulan, pengorganisasian, dan


menginterprestasikan data dalam suatu kegiatan yang telah dirancang oleh guru.
Secara keseluruhan pada tahap ini akan terpenuhi rasa keingintahuan siswa tentang
fenomena dalam lingkungannya.
c. Tahap ketiga, siswa memikirkan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil
observasi siswa, ditambah dengan pengetahuan guru. Selanjutnya siswa
membangun pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari.
d. Tahap keempat, guru berusaha mencipatakan iklim pembelajaran yang
memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman konseptualnya, baik
melalui kegiatan maupun melalui pemunculan masalah-masalah yang berkaitan
dengan isu-isu dalam lingkungan siswa tersebut.
              Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang
mengacu pada pembelajaran konstruktivisme lebih memfokuskan pada kesuksesan siswa
dalam mengorganisasikan pengalaman, dengan kata lain siswa lebih diutamakan untuk
mengkonstruksi sendiri pengalaman mereka.

2.2 Model Pembelajaran Langsung


              Model pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan
minat belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang
terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Depdiknas
(Widaningsih, Dedeh 2005:7) mengemukakan ciri-ciri model pembelajaran langsung
sebagai berikut :
a. Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur penilaian hasil belajar.
b. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran.
c. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung berlangsung dan
berhasilnya pengajaran.
              Di dalam penerapan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
langsung terdapat fase-fase yang harus ditempuh sebagai berikut :
1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
2. Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
3. Membimbing pelatihan
4. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
5. Memberikan latihan dan penerapan konsep

7
Perbedaan Model Pembelajaran Konstruktivisme dan Model Pembelajaran Langsung

2.3 Teori Belajar yang Mendukung Model Pembelajaran Konstruktivisme


Teori-teori yang mendukung pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran konstruktivisme antara lain, sbb :
a. Teori Ausubel
Teori Ausubel terkenal dengan belajar bermaknanya dan pentingnya pengulangan
sebelum belajar dimulai. Ausubel membedakan antara belajar menemukan dengan belajar
menerima. Kaitan antara belajar Ausubel dengan model pembelajaran konstruktivisme
adalah belajar bermakna. Belajar bermakna yang dikemukakan oleh Ausubel sesuai dengan
model pembelajaran konstruktivisme karena siswa secara aktif mengkonstruksi sendiri
pengetahuannya dengan cara mengemukakan kembali.
b.    Teori Plaget
 Kaitan antara teori belajar Piaget dengan model pembelajaran konstruktivisme
yaitu pada pembelajaran konstruktivisme siswa secara aktif mengkonstruksi sendiri
pemahaman dengan cara interaksi dengan lingkungan melalui proses asimilasi dan
akomodasi. Begitu juga dengan teori belajar Piaget, seorang individu dapat memberikan
respon terhadap stimulus disebabkan karena bekerjanya skema.
c.    Teori Burner
Teori belajar yang dikemukakan oleh Bruner sejalan dengan model pembelajaran
konstruktivisme. Bruner memandang proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif
jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori,
aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.
Begitu juga pembelajaran matematika menurut pandangan konstruktivisme adalah
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengonstruksi pengetahuan dengan
membandingkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa
sebelumnya.
2.4  Teori Belajar yang Mendukung  Pembelajaran Langsung
Salah satu teori yang mendukung pembelajaran langsung adalah teori belajar
bermaknanya Ausubel. Teori Ausubel terkenal dengan belajar bermaknanya dan
pentingnya pengulangan belajar sebelum belajar dimulai. Sesuai dengan pendapat Ausubel
diatas, cocok diterapkan dalam menggunakan model pembelajaran langsung karena dalam
pelaksanaanya guru hanya memberikan konsep-konsep dan setiap konsep diberikan guru
dengan memberikan contoh-contoh dalam penerapannya. Selain itu, dalam model

8
Perbedaan Model Pembelajaran Konstruktivisme dan Model Pembelajaran Langsung

pembelajaran langsung pengaturan awal mengarahkan siswa ke materi yang akan mereka
pelajari, dan mendorong mereka untuk mengingat kembali informasi yang berhubungan
yang dapat digunakan dalam membantu menanamkan pengetahuan baru, dalam
pelaksanaan pembelajaran hal ini disebut apersepsi. Apersepsi dilaksanakan oleh guru pada
model pembelajaran langsung.

B. RINGKASAN JURNAL 2
A. PENDAHULUAN
Kurikulum 2013 dirancang untuk menyongsong model pembelajaran Abad ke-21,
yang di dalamnya terdapat pergeseran dari siswa diberitahu menjadi siswa mencari tahu
dari berbagai sumber belajar melampaui batas pendidik dan satuan pendidikan. Dengan
demikian, peran bahasa menjadi sangat sentral. Menurut Sifa (2014:25) ada empat hal baru
atau setidaknya ada pembaharuan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah.
Keempat hal dimaksud adalah: (1) konsep pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks;
(2) bahasa Indonesia sebagai penghela ilmu pengetahuan; (3) pendekatan saintifik dalam
pembelajaran bahasa Indonesia; dan (4) penilaian otentik dalam pembelajaran bahasa
Indonesia.
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning/PjBL) adalah model kegiatan
pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai pembelajaran untuk mencapai
kom-petensi sikap, pengetahuan, dan kete-rampilan (Kemendikbud, 2013:1). Pem-
belajaran Berbasis Proyek/PjBL mem-berikan penekanan pada aktivitas-aktivitas siswa
untuk menghasilkan produk dengan menerapkan kete-rampilan meneliti, menganalisis,
mem-buat, sampai dengan mempresentasikan produk pembelajaran berdasarkan
pengalaman nyata.Pendekatan ini memperkenankan pesera didik untuk bekerja secara
mandiri maupun berkelompok dalam menghasilkan produk nyata.
B. MANFAAT PENGEMBANGAN
Penelitian pengembangan ini didasarkan pada pengamatan, pengala-man, dan
pemikiran pada fakta yang ada di lapangan/sekolah, yaitu (1)buku siswa yang diwajibkan
oleh pemerintah memang telah menggunakan pendekat-an saintifik, namun untuk
pendekatan PjBL yang diamanatkan oleh Kurikulum 2013, masih terdapat kelemahan
secara teoritis maupun praktis, khususnya pada Kompetensi Dasar (KD 4.12) yaitu
menyajikan tanggapan tentang kualitas karya (film, cerpen, puisi, novel, karya seni daerah,
dll), dalam bentuk teks ulasan secara lisan dan tulis dengan memperhatikan struktur, unsur
kebahasaan, atau aspek lisan; (2)guru memerlukan panduan operasional maupun buku ajar
9
Perbedaan Model Pembelajaran Konstruktivisme dan Model Pembelajaran Langsung

yang memberikan informasi dan gambaran utuh langkah-langkah PJBL dalam kegiatan
operasional pada tahap pendahuluan, inti, dan penutup; (3)idealnya, seorang guru dapat
mengembangkan sendiri bahan ajar yang dapat memfasilitasi kebutuhan dan sumber
belajar siswa. Namun, berdasarkan hasil wawancara, guru merasa kesulitan dan enggan
mengembangkan bahan ajar karena minimnya kemampuan dan kemauan guru dalam
mengembangkan bahan ajar.
Alasan digunakannya penelitian pengembangan (R&D) ini didasarkan pada pertimbangan
berikut. (1) Metode ini berangkat dari pengukuran kebutuhan (needs assessment) yang
berupa identifikasi kebutuhan dan permasalahan yang ada; (2) model pengembangan ini
sederhana dan fleksibel, sehingga cocok digunakan untuk model pengembangan bahan ajar
teks ulasan berbasis proyek, yang nantinya mudah digunakan dalam pembelajaran teks
ulasan; (3) uji coba produk, baik uji ahli maupun uji praktisi, memungkinkan bahan ajar ini
memenuhi syarat keterterimaannya sesuai dengan tujuan yang diharapkan; (4) penilaian
dan revisi yang dilakukan secara berulang kali, memungkinkan dihasilkannya produk yang
efektif; (5) langkah-langkah pelaksanaan pengem-bangan ini sangat jelas, rinci, dan
sistematis.
C. METODE PENGEMBANGAN
Model pengembangan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Research and
Development (R&D). R&Dadalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan
produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut.
Dalam penelitian ini, ada langkah-langkah yang akan disederhanakan menjadi delapan
langkah. (1) Studi pendahuluan dengan mengumpulkan informasi untuk menganalisis
produk yang akan dikembangkan, (2) mengem-bangkan produk awal, (3) uji coba produk
terhadap kelompok kecil dan kelompok besar, (4) melaku-kan revisi pertama terhadap
produk, (5) uji prak-tisi, (6) revisi kedua terhadap produk, (7) uji validasi ahli, dan (8)
revisi akhir terhadap produk.
D. HASIL PENGEMBANGAN
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif.
Teknik analisis ini dilakukan untuk memperoleh data tingkat efektivitas, efisiensi, dan
kelayakan penggunaan produk bahan ajar teks ulasan berbasis proyek ini. Sedangkan untuk
data yang sifatnya kuantitatif dianalisis secara statistik deskriptif, yaitu skor yang diperoleh
dari validasi oleh tim ahli dan praktisi, serta uji lapangan oleh siswa berupa hasil tes.
E. DATA HASIL ANALISIS KEBUTUHAN BAHAN AJAR

10
Perbedaan Model Pembelajaran Konstruktivisme dan Model Pembelajaran Langsung

Berdasarkan hasil pengumpulan informasi terkait kebutuhan bahan ajar teks ulasan
yang dilakukan dengan cara mencermati (1) kurikulum mata pelajaran bahasa Indonesia,
jenis teks yang harus diajarkan di kelas VIII SMP/MTs, (2) ketersediaan materi teks ulasan
di BTBI, (3) mencermati metode pembe-lajaran yang efektif untuk membela-jarkan teks
ulasan, dan (4) menjaring data kebutuhan siswa dan guru terhadap bahan ajar teks ulasan.
Dari keempat hal tersebut telah diperoleh informasi terkait dengan jenis dan spesifikasi
kebutuhan bahan ajar teks ulasan untuk siswa kelas VIII SMP yang akan dikembangkan
yaitu teks ulasan ber-basis proyek.
F. HASIL ANALISIS TIM AHLI
Analisis hasil validasi  produk bahan ajar oleh ahli dilaksanakan dalam
empat  pembahasan yaitu  (1) analisis hasil validasi produk oleh ahli isi/materi bahan ajar,
(2) analisis hasil validasi pro-duk oleh ahli bahasa, (3) analsisi hasil validasi produk oleh
ahli peran-cang pembelajaran, dan (4) analsisi hasil validasi produk oleh ahli kegrafikaan.
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data validasi produk bahan ajar ini
merupakan angket tertutup  dan komentar atau saran seba-gai bahan revisi produk.
Instrumen validasi penyajian bahan ajar ini memuat (1) komponen/ aspek validasi, (2) sub
aspek validasi, (3) butir pernya-taan/indikator, (4) skor yang diberikan dengan skala Likert
rentangan 4, (5) alasan penilaian, dan(6) saran, serta simpulan kelayakan produk bahan ajar
G. ANALISIS HASIL VALIDASI AHLI ISI/MATERI
Data hasil validasi produk oleh ahli isi/materi dapat diketahui dari lembar instrumen
diketahui bahwa validator memberikan skor penilaian terhadap bahan ajar teks ulasan
berbasis proyek ini antara 3 dan 4 untuk tiap aspek. Skor 3 diberikan untuk beberapa aspek
antara lain: (1) kesesuaian materi dengan tingkat perkembangan kognitif siswa, (2) aspek
kejelasan topik pembelajaran dan kejelasan petunjuk kegiatan, (3) keruntutan materi, dan
(4) ketuntasan materi.
H. ANALISIS HASIL VALIDASI AHLI BAHASA
Berdasarkan data hasil validasi kelayakan bahasa oleh ahli linguistik dan pembelajaran
bahasa terhadap produk bahan ajar  teks ulasan berbasis proyek ini, dapat ditarik
kesimpulan bahwa dari segi kelayakan bahasa, produk bahan ajar ini masih perlu perbaikan
di beberapa aspek. Terbukti dari 6 butir indikator, hanya 1 butir yang mendapatkan skor
4.  Sedangkan untuk indikator yang lain memperoleh skor 3.  Skor 4 diberikan untuk aspek
kejelasan dan kekomunikatifan kalimat. Sedang-kan untuk aspek keterbacaan, kesesuai-an,
dan keefektifan kalimat, produk bahan ajar ini masih perlu dilakukan perbaikan.

11
Perbedaan Model Pembelajaran Konstruktivisme dan Model Pembelajaran Langsung

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Analisis Review Jurnal


            Jurnal ini secara umum membahas mengenai perbedaan model pembelajaran
konstruktivisme dan model pembelajaran langsung serta teori yang mendukung kedua
model pembelajaran tersebut. Dalam jurnal ini dijelaskan bahwa model pembelajaran
konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang
menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) diawali dengan
terjadinya konflik kognitif. Model pembelajaran konstruktivisme juga merupakan salah
satu metode pembelajaran yang efektif jika diterapkan dalam pelajaran matematika. Dalam
jurnal ini juga dijelaskan mengenai model pembelajaran langsung. Model pembelajaran
langsung adalah model pembelajaran yang dirancang khusus untuk menunjang proses
belajar  siswa berkenaan dengan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dan dapat
dipelajari selangkah demi selangkah. Model pembelajaran langsung adalah pembelajaran
menggunakan lima fase, yaitu menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa,
mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan, membimbing pelatihan, mengecek
pemahaman dan memberikan umpan balik, memberikan latihan dan penerapan konsep.
       
3.2 Kelebihan dan Kelemahan Jurnal
A. Kelebihan
 Kelebihannya sebagai berikut :
 Bahasanya mudah dimengerti.
 Pembahasannya sangat menarik
 Memiliki issn
 Memiliki Kajian Teori
B. Kelemahan
 Dalam jurnal tersebut tidak dijelaskan secara langsung mengenai perbedaan model
pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung..
 Data yang digunakan penulis untuk mendukung gagasan teorinya hanya berupa
data sekunder ( data yang bersumber dari buku sejenis dan teori para ahli ).
 Kalimat yang digunakan kurang padu atau jelas.

12
Perbedaan Model Pembelajaran Konstruktivisme dan Model Pembelajaran Langsung

A. Kelebihan Jurnal 2

 Tiap elemen informasi yang dikemukakan pada masing-masing jurnal dijelaskan


dengan jelas mulai dari latar belakang sampai kesimpulan. Judul pada masing-
masing jurnal sangat berkaitan dengan isi jurnal dan tidak ada yang lari dari
pembahasan. Pada masing-masing jurnal sama-sama menjelaskan
tentang pengembangan bahan ajar teks ulasan

 Penelitian yang dibahas dalam masing-masing jurnal tersebut sangat original


karena terlebih dahulu melakukan study pustaka hingga pengamatan dilapangan.
Serta pada daftar pustaka dapat dilihat mereka juga mengambil refenrensi dari
sumber-sumber  berkualitas. Selain itu kedua jurnal sangat berhungan sehingga
dapat menjadi sumber referensi untuk meningkatkan penelitian di bidang tersebut.

B. Kekurangan Jurnal 2

 Pada masing-masing  jurnal tidak memiliki kelemahan kegayutan antar elemen


karena judul sesuia dengan bab yang dibahas dalam jurnal. Namun pada masing-
masing jurnal terdapat beberapa penjelasan yang bertele-tele sehingga membuat
pembaca kurang memahami maksut dari isi jurnal

 Originalitas penelitian  pada masing-masing jurnal tidak memiliki kekurangan


karena penelitian dilakukan dengan menggunakan referensi yang berkualitas serta
melakukan study pustaka hingga pengamatan dilapangan.. Selain itu kedua jurnal
sangat berhungan sehingga dapat menjadi sumber referensi untuk meningkatkan
penelitian di bidang tersebut.

13
Perbedaan Model Pembelajaran Konstruktivisme dan Model Pembelajaran Langsung

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
              Model pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses
pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) di
awali dengan terjadinya konflik kognitif. Pada akhir proses belajar pengetahuan akan di
bangun sendiri oleh anak melalui pengalamannya dari hasil interaksi dengan
lingkungannya. Model pembelajaran konstruktivisme juga merupakan salah satu model
pembelajaran yang cukup efektif jika diterapkan dalam pembelajaran matematika.  Bagi
guru matematika disarankan mencoba menerapkan model pembelajaran konstruktivisme
pada materi dalam menyampaikan materi pelajaran lainnya dengan persiapan yang lebih
baik, demi tercapainya tujuan pengajaran matematika terutama pada kemampuan siswa
dalam pemecahan masalah.
              Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang dirancang khusus
untuk menunjang proses belajar siswa berkenaan dengan pengetahuan deklaratif yang
terstruktur dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah.

4.2 Saran
              Saran yang dapat diberikan antara lain, sbb :
1. Penulis dapat membuat tabel perbandingan mengenai perbedaan model
pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran langsung agar
pembaca lebih mudah dalam membandingkan kedua model pembelajaran
tersebut.
2. Bagi yang ingin melaksanakan penelitian yang relevan, yaitu menerapkan
pembelajaran konstruktivisme, disarankan untuk menerapkan pembelajaran
konstruktivisme terhadap kemampuan matematika lainnya atau pada materi
yang berbeda

14
Perbedaan Model Pembelajaran Konstruktivisme dan Model Pembelajaran Langsung

DAFTAR PUSTAKA
Dadan,Sudawan,M.2016. Perbedaan Model Pembelajaran Konstruktivisme dan Model
Pembelajaran Langsung.Cirebon: Jurnal LOGIKA.

15

Anda mungkin juga menyukai