Anda di halaman 1dari 9

Teknik Manajemen Stres dengan Relaksasi

Stres merupakan hasil interaksi individu dengan lingkungannya yang dinilai dapat berpotensi
membahayakan atau melebihi kemampuan diri
Jam kerja padat dan jauh dari keluarga  memicu stress pada nakes
Stres tahap 1 (paling ringan): semangat bekerja berlebihan
Tahap 2: dampak stress yang awalnya menyenangkan mulai menghilang, timbul keluhan2
oleh abisnya cadangan energi krn kurangnya waktu istirahat
Cara utama menangani
1. Berteman Dengan rasa stress -> teknik manjamen stress: mencegah, mengurangi, dan
mengatasi
- Penyelesaian msalah
- Relaksasi
- Manajemen waktu
- Perbaikan gaya hidup
2. Relaksasi: aplikasikan dengan mudah
 Tarik nafas dalam, mengencangkan otot, mengendurkan otot
 Gerakan 1: mengerutkan dahi dan memejamkan mata sekuat mungkin pada saat
menarik dan menahan nafas -> merelaxkan otot dahi dan mata
 Gerakan 2: menggembungkan pipi dengan meniup pipi kemudian menahan
sampai pipi bergembung maksimal -> otot pipi lebih relax
 Gerakan 3: menarik bibir ke belakang dan bibir dan menempatkan di atas langit-
langit mulut, saat menarik nafas dalam menyengir dan tempatkan lidah di atas
langit-langit mulut -> merelaxkan area mulut
 Gerakan 4: gerakan mencucu dengan manyun dekatkan bibir atas ke hidung
sedekat mungkin saat menarik dan menahan nafas, saat membuang nafas
hembuskan nafas dan relax
 Gerakan 5: Relax otot leher bagian belakang dgn menunduk sedemikian rupa
sampai dengan dagu ke dada kemudian saat hembus napas relaxkan leher ke posisi
normal
 Gerakan 6: Relax otot leher depan agar semua otot leher lebih relax, menengadah
lihat ke langit2 sekuat tenaga dorong kepala ke belakang
 Gerakan 7: relax otot bahu menjadi otot yang paling sering mengalami ketegangan
-> angkat bahu setinggi mungkin sampai ke daun telinga
 Gerakan 8: gerakan tangan dibagi menjadi 2 gerakan, lipat tangan ke arah dada
sambil tahan napas lalu tangan direlaxkan ke posisi semula sambil
menghembuskan nafas
 Gerakan 9: seperti mendorong pintu jari2 tangan menengadah ke arah langit
dengan mendorong sekuat tenaga sambil menarik dan nahan nafas, kembalikan ke
posisi normal
 Gerakan 10: otot dada paling baik dilakukan dengan posisi duduk di kursi
kemudian dorong badan ke blkg sekuat mgkin sampai dada mengembang tahan
seiring tarik dan tahan nafas, lalu relax saat hembus nafas
 Gerakan 11: gerakan perut agar perut lebih kencang, dengan menarik otot2 perut
ke dalam, tahan nafas sambil tarik otot perut, kemudian hembuskan dan relax
 Gerakan 12: relaxkan otot kaki, lonjorkan kaki kemudian tarik telapak kaki ke
arah atas sampai jari ke arah langit2, tarik sekuat tenaga
Rasakan rileks 10 detik lalu lakukan sekali lagi untuk masing2 gerakan

a. Stres tingkat 1
Tahapan ini merupakan tingkat stres yang paling ringan dan biasanya disertai dengan
perasaan-perasaan sebagai berikut:
1.Semangat besar.
2.Penglihatan tajam tidak sebagaimana mestinya.
3. Energi dan gugup berlebihan, kemampuan menyelesaikan masalah pekerjaan lebih
dari biasanya.
b. Stres tingkat 2
Dalam tingkatan ini dampak stres yang menyenangkan mulai menghilang dan timbul
keluhan-keluhan dikarenakan cadangan energi tidak lagi cukup sepanjang hari.
Keluhan yang sering dikemukakan sebagai berikut:
1.Merasaletih ketika bangun pagi
.2.Merasa lelah sesudah makan siang.
3.Merasa lelah sepanjang sore.
4.Terkadang gangguan sistem pencernaan (gangguan usus, perut kembung), kadang-
kadang pula jantung berdebar.
5.Perasaan tegang pada otot-otot punggung dan tengkuk (belakang leher).
6.Perasaan tidak bisa santai.
c. Stres tingkat 3
Pada tingkatan ini keluhan keletihan nampak disertai dengan gejalagejala:
1.Gangguan usus lebih terasa
2.Otot terasa lebih tegang
3.Perasaan tegang yang semakin meningkat.
4. Gangguan tidur (sukar tidur, sering terbangun dan sukar tidur kembali, atau bangun
pagi-pagi).
5.Badan terasa oyong, rasa-rasa mau pingsan (tidak sampai jatuh).
d. Stres tingkat 4
Tingkatan ini sudah menunjukkan keadaan yang lebih buruk, yang ditandai dengan ciri-
ciri sebagai berikut:
1.Untuk bisa bertahan sepanjang hari terasa sulit.
2.Kegiatan-kegiatan yang semula menyenangkan kini terasa sulit.
3.Kehilangan kemampuan untuk menanggapi situasi, pergaulan social dan kegiatan-
kegiatan rutin lainnya terasa berat.
4.Tidur semakain sukar, mimpi-mimpi menegangkan dan seringkali terbangun dini hari.
5. Perasaan negativistik.
6.Kemampuan konsentrasi menurun tajam.
7.Perasaan takut yang tidak dapat dijelaskan, tidak mengerti mengapa
e. Stres tingkat 5
Tingkat ini merupakan keadan yang lebih mendalam dari tingkatan empat diatas:
1.Keletihan yang mendalam.
2.Untuk pekerjaan-pekerjaan yang sederhana saja terasa kurang mampu.
3.Gangguan sistem pencernaan (sakit maag dan usus) lebih sering, sukar buang air besar
atau sebaliknya feses encer dan sering ke belakang(kamar mandi).
f. Stres tingkat 6
Tingkatan ini merupakan tingkatan puncak yang merupakan keadaan darurat. Gejalanya
antara lain:
1.Debaran jantung terasa amat keras.
2. Nafas sesak.
3.Badan gemetar.
4.Tenaga untuk hal-hal yang ringan sekalipun tidak kuasa lagi, pingsan atau collap
Mindful Eating

Depresi dan stress -> beban kerja berlebih, berita kematian rekan kerja, langkanya APD,
belum patuh masy dgn prokes covid
Dampak stress: menurunkan performa tenaga kesehatan dalam menangani pasien
 Peningkatan tekanan darah, Kelelahan berlebih, Depresi, Sakit seluruh badan,
Meningkatkan resiko penyakit jantung dan penyakit berat lain
Ciri:
 Pusing, Sakit kepala, Gangguan pencernaan, Otot leher tegang, Insomnia, Jantung
berdebar, Nyeri, Gangguan nafsu makan, Telapak tangan berkeringat, Gemetar,
Bb naik turun, Diare
Stress dapat dikelola dengan mengatur gizi -> mindful eating
2 jenis praktik makan -> mindful dan mindless eating
Mindful eating: praktik makan dengan meningkatkan sensori kenyang, lapar, dan cita rasa
makanan seperti merasa bersyukur dan gembira saat makan, memilih makanan yang sehat
dan bergizi sesuai kebutuhan
Mindless eating: tidak terkontrol seperti too fast, impulsive, asal2an tanpa pertimbangkan zat
gizi
Stress berat -> mengonsumsi tinggi lemak
Prinsip dasar mindful eating:
 Membuat suasana makan nyaman dan menyenangkan, Mengurangi porsi
makanan, Mengurangi gangguan saat makan, Fokus pada makanan, Menikmati
cita rasa makanan, Mengurangi kecepatan makanan, Diselingi dengan minum
sedikit air apakah sudah kenyang dengan menggunakan skala lapar

Skala lapar -> skala penilaian yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat lapar individu
(1-10) -> org berhenti makan di skala 6 harusnya, mulai makan di skala 3
Identifikasi rasa lapar -> lemas dan lambung berbunyi -> jangan nunda waktu makan
Makan dengan orang lain dalam suasana senang, makan sehat bergizi, dan tanpa gangguan
Jenis makanan untuk mengurangi stress:
- Minyak ikan -> omega 3
- Makanan sumber vitamin A, C, dan E
- Suplemen vitamin dan mineral
- Makanan bergizi dan seimbang
Resiliensi dan Strategi Koping Keluarga

Nakes butuh peran psikososial keluarga dan lingkungan


Tingginya potensi menularkan pada keluarga -> ketidakpastian membuat ragu dekat dengan
orang terdekat
Stigma sebagai penyebar virus corona menjadikan beban psikologis berat
Perawat memiliki potensi tinggi terinfeksi
 Perawat di posisi anggota keluarga: stressor
 Perawat di posisi subsistim keluarga: mempersepsikan dirinya sebagai ancaman
Beban psikososial keluarga: menuntut strategi koping yang efektif
Koping -> upaya diri untuk beradaptasi dengan situasi yang bersifat menekan
ADAPTASI -> agar fungsi keluarga dapat dijalankan dengan baik
Strategi koping yang digunakan juga tergantung dengan resiliensi atau ketangguhan dari
keluarga
199 responden -> kondisi psikis 56% stress skala 7-10, 31% skala 4-6, 13% stress ringan
skala 1-3
5 strategi koping keluarga:
Sering 1-3, Jarang 4-5
Keengganan mencari dukungan sosial dapat berasal dari STIGMATISASI
Nilai resiliensi: 3,09 -> cukup tangguh
Hubungan resiliensi keluarga dengan strategi koping: SIGNIFIKAN
Paling signifikan:
 Mencari dukungan spiritual, mencari dukungan sosial dan menggerakan keluarga
mencari bantuan, mencari makna
Semakin tinggi resiliensi -> semakin kurang penggunaan strategi koping (pasif)
Solusi untuk meningkatkan resiliensi dan strategi koping
 Psikoedukasi Keluarga: intervensi keperawatan jiwa berbasis bukti terdiri dari
strategi edukasi, suportif, kognitif, perilaku yang mencakup 5 komponen:
o Pengetahuan, keterampilan, emosi, proses keluarga, sosial
Tugas kesehatan keluarga:
- Mengenal masalah, memutuskan penyelesaian masalah, melakukan intervensi,
memodifikasi lingkungan, menggunakan pelayanan kesehatan yang tersedia dan
memberdayakan komunitas untuk memberikan dukungan kepada keluarga
Tujuan psikoedukasi keluarga
- memahami masalah atau tantangan yang dihadapi keluarga dan tiap anggotanya,
memahami tantangan diri sendiri yang berhubungan dengan masalah anggota
keluarga yang lain, mengelola stress, mengelola beban keluarga, memanfaatkan
sumber yang tersedia di komunitas

Penggunaan dan Pelepasan APD Coverall COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan

APD -> Aspek pencegahan dan pengendalian infeksi. perangkat alat yang dirancang sebagai
penghalang terhadap penetrasi zat, partikel padat, cair, atau udara untuk melindungi
pemakainya dari cedera dan penyebaran infeksi
APD -> 3 Level
1. Level Pertama: baju kerja, penutup kepala, masker surgical, alas kaki, sarung tangan /
handshcoen

2. Level Kedua: Apron / gaun, penutup kepala, goggles, masker N95, handshcoen, dan
alas kaki

3. Level Ketiga: Coverall jumpsuit, penutup kepala, goggles, masker N95, handshcoen,
dan boots
Pemakaian (Donning) APD Coverall
 Melepaskan barang pribadi -> memakai baju scrub, foot cover dan boots ->
pindah ke area bersih dan pastikan apd dalam keadaan baik -> mencuci tangan
dengan air dan sabun atau hand sanitizer dan terapkan 6 langkah kebersihan
tangan -> pakai sarung tangan nitril -> pakai coverall sekali pakai -> pakai masker
N95 -> pakai goggle atau face shield, pakai penutup kepala dan leher -> pakai
apron kedap air sekali pakai -> pakai sarung tangan panjang hingga menutupi
sebagian lengan coverall

Pelepasan (Doffing) APD Coverall


 Memastikan ada tempat sampah infeksius dan container tertutup -> cuci tangan ->
robek bagian leher dan gulung ke bawah tanpa menyentuh area depan -> kepas
ikatan apron di bgn blkg -> gulung apron ke bawah -> lepas penutup kepala ->
lepas sarung tangan luar -> melepaskan coverall dengan melepaskan ikatan dulu
lalu tarik dari belakang ke depan dan gulung ke arah luar -> lepaskan goggle atau
face shield -> melepaskan masker N95 dengan lepas tali bagian bawah terlebih
dahulu lalu bagian atas jangan pegang bagian depan masker -> lepaskan boots ->
lepaskan sarung tangan dalam dengan dibalik bagian dalam ke luar

Anda mungkin juga menyukai