demam, pusing, meriang tiap malam, dan muntah-muntah. Akibatnya, penderita tidak
dapat bekerja lagi di rumah makan tempat dia bekerja dengan maksimal. Oleh sebab
itu, majikan penderita menuduh bahwa penderita telah hamil. Majikan penderita
penderitapun sering mengejek penderita. Akibatnya, penderita merasa malu dan marah
kepada majikannya. Sejak saat itulah penderita sering marah-marah, mengoceh sendiri,
dan dendam kepada majikannya. Selain itu, penderita jugga menjadi sering bertengkar
dan membenci rekan-rekan kerja dan majikannya. Halusinasi (-) dan waham (-).
2. Riwayat Pengobatan : -
3. Riwayat keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan serupa
4. Riwayat pekerjaan : -
5. Daftar pustaka :
1. Kaplan, Harold I., Benyamin J.Sadock, Jack A.Grebb.2002. Sinopsis Psikiatri. Ilmu
Universitas Indonesia.
6. Hasil pembelajaran
Diagnosis dan tatalaksana Skizofrenia akut
b. Pemeriksaan sistemik
Kulit : Teraba dingin, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis
Kepala : Bentuk normal, rambut hitam, tidak mudah dicabut
Mata : Anemis (-/-), ikterik (-/-), pupil bulat isokor, refleks cahaya (+/)
THT : Tidak ada kelainan
Mulut : Mukosa mulut dan bibir basah
Leher : Tidak ada kelainan
KGB : Pembesaran KGB pada leher, axilla dan inguinal
Thorax : Jantung dan paru dalam batas normal
Abdomen
- Inspeksi : Datar
- Auskultasi : Bunyi usus (+) normal
- Palpasi : Lemas, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
- Perkusi : Tympani
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), sianosis (-)
c. Status psikiatri
Deskripsi umum
Penampilan : Baik
Kesadaran : Composmentis
Perilaku dan aktivitas psikomotor : Hipoaktif
Pembicaraan : Membanjir
Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif
Kesadaran afektif
Afek (mood) : Datar
Ekspresi : Tumpul
Keserasian : Serasi
Empati : Dapat diraba rasakan
Fungsi intelektual
Taraf pendidikan : SMA
Daya konsentrasi
Orientasi : Baik
Waktu : Baik
Tempat : Baik
Orang : Baik
Kemampuan menolong diri sendiri : Baik
Gangguan persepsi
Halusinasi auditorik : (-) tidak ada
Halusinasi visual : (-) tidak ada
Ilusi : (-) tidak ada
Depersonalisasi : (-) tidak ada
Derealisasi : (-) tidak ada
Proses pikir
Arus pikiran : Miskin ide
Produktivitas : Relevan
Hendaya berbahasa : (-) tidak ada
Isi pikiran
Pre okupasi : (-) tidak ada
Gangguan pikiran
Waham : (-) tidak ada
Pengendalian impuls : Dapat di kendalikan
Daya nilai
Norma sosial : Baik
Uji daya nilai : Baik
Pemikiran : Baik
Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya
Tilikan : Derajat 1
Taraf dapat dipercaya : Kurang dapat dipercaya
3. Assessment
Pasien (Tn. H) datang ke puskesmas dengan banyak keluhan seperti badan terasa
mudah lelah, pegal-pegal, sakit kepala, nyeri uluhati serta gatal-gatal pada seluruh tubuh.
Pasien juga mengeluh selalu merasa lemah apa bila tidak diberikan vit B dari puskesmas.
Pasien rutin beroba ke puskesmas 1x dalam seminggu dengan keluhan yang sama
walaupun telah mendapatkan pengobatan.
Keluarga pasien mengatakan bahwa keluhan dirasakan sejak istri pasien meninggal
sehingga untuk keseharian pasien selalu merasa kesepian di karenakan anak-anak pasien
yang telah memiliki rumah dan tinggal terpisah dengan pasien, sehingga pasien tinggal
dirumah sendirian.
Dari pemeriksaan fisik pasien tampak tidak sakit. Tanda vital dalam batas normal.
Pemeriksaan fisik dalam batas normal.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan psikiatri dapat di
diagnosis dengan gangguan psikosomatis.
Plan
Rawat Jalan
Terapi :
- Alprazolam 0,5 mg 1x1
Edukasi mengenai penyakit yang di alami.
4. Pembahasan
Anamnesis dan pemeriksaan psikiatrik yang dilakukan terhadap pasien Nona R usia 21
tahun diperoleh bahwa pasien mengoceh/berbicara tanpa henti sejak ± 1 minggu sebelum
masuk rumah sakit yang didahului oleh terjadinya suatu konflik antara pasien dengan orang-
orang disekitarnya. Konflik ini dapat dianggap sebagai suatu stressor pencetus terjadinya hal
tersebut. Penderita juga sering berteriak-teriak tanpa sebab yang jelas. Tanda lain dari gejala
yang didapatkan dari pasien adalah sikap yang menjadi lebih agresif, dependen, infantil,
berubah-ubah, ekspresi fasial yang marah dan demdam. Afek yang teramati adalah labil,
sedangkan mood yang dapat dinilai adalah irritable dan inappropriate yang nyata. Arus pikiran
menjadi sirkumstansial dan inkoheren. Hal-hal di atas dapat dikategorikan sebagai suatu gejala
psikotik. Onset kejadian adalah sekitar satu minggu menandakan hal ini terjadi secara akut.
ke III 1993 (PPDGJ-III), tanda dan gejala yang dialami penderita dapat digolongkan dalam
gangguan psikotik akut. Adanya gejala-gejala psikotik yang terjadi dalam onset kurang dari 2
minggu dan mengganggu beberapa aspek kehidupan dan pekerjaan menyokong kuat diagnosis
ini. Stressor pencetus sangatlah jelas, yaitu konflik antara penderita dengan majikan dan rekan-
rekan kerjanya. Konflik ini dapat tergolong sebagai peristiwa kehidupan yang besar yang dapat
menyebabkan kemarahan emosional yang bermakna pada tiap orang, termasuk pada penderita.
Selain itu, tidak didapatkan tanda dan gejala episode manik, episode depresi, atau penyebab
psikotik karena kondisi medis umum, dan gangguan psikotik akibat zat. Berpura-pura
seringkali memerlukan waktu pemeriksaan yang cukup lama. Berpura-pura dapat digugurkan
secara alami dengan keluhan yang tidak bisa ditemukan secara objektif pemeriksa. Diagnosis
gangguan psikotik karena kondisi umum dapat digugurkan oleh karena pada penderita tidak
dijumpai sebab-sebab organik, seperti trauma kapitis, delirium ataupun demensia. Sementara
itu, diagnosis gangguan psikotik akibat zat tersingkir oleh tidak diperolehnya hal-hal yang
Penatalaksanaan yang diberikan pada penderita ini adalah dengan farmakoterapi dan
antagonis reseptor dopamin dan benzodiazepin. Obat yang diberikan pada penderita ini adalah
haloperidol. Penatalaksanaan nonfarmakoterapi dengan psikoterapi yang tujuan utamanya
adalah untuk mengendalikan situasi jangka pendek yang merupakan bagian sulit dari terapi
adalah integrasi psikologis pengalaman, dalam hal ini adalah konflik antara penderita dengan
majikan dan rekan-rekan kerjanya. Penderita diajak dalam diskusi mengenai stressor, episode
psikotik, dan perkembangan strategi untuk mengatasinya adalah topik utama bagi terapi
tersebut.
Prognosis penderita ini adalah bonam. Hal ini disandarkan pada terjadinya sedikit
penumpulan afektif, onset gejala mendadak, dan adanya stresor pencetus yang berat.