Anda di halaman 1dari 6

Nama Peserta : dr.

Herty Diah Suhesty


Nama Wahana : Puskesmas Banggai
Topik : Psikiatri
Tanggal (kasus) : 4 Juli 2018
Nama Pasien : Nn. RD No. RM : -
Tanggal Presentasi : 18 Desember 2018 Pendamping : dr. Julita P

Tempat Presentasi : PUSKESMAS BANGGAI


Obyektif Presentasi : -
 Keilmuan  Keterampilan  Penyegaran  Tinjauan Pustaka
 Diagnostik  Manajemen  Masalah  Istimewa
 Neonatus  Bayi  Anak  Remaja  Dewasa  Lansia  Bumil
 Deskripsi : Pasien Nn. RD datang ke puskesmas dengan keluhan Penderita
mengoceh/berbicara tanpa henti
 Tujuan : Melakukan anamnesis, pemeriksaan status lokalis, melihat apakah ada masalah pada
pasien.
Bahan bahasan  Tinjauan Pustaka  Riset  Kasus  Audit
Cara membahas  Diskusi  Presentasi  E-mail  Pos
dan diskusi
Data pasien : Nama : Nn. RD No CM : -
Nama RS : Puskesmas Banggai Telp : -
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis/ Gambaran klinis :
Kurang lebih 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, penderita sering merasa lemah,

demam, pusing, meriang tiap malam, dan muntah-muntah. Akibatnya, penderita tidak

dapat bekerja lagi di rumah makan tempat dia bekerja dengan maksimal. Oleh sebab

itu, majikan penderita menuduh bahwa penderita telah hamil. Majikan penderita

menyebarluaskan tuduhan tersebut kepada rekan-rekan kerja penderita. Rekan-rekan

penderitapun sering mengejek penderita. Akibatnya, penderita merasa malu dan marah

kepada majikannya. Sejak saat itulah penderita sering marah-marah, mengoceh sendiri,

dan dendam kepada majikannya. Selain itu, penderita jugga menjadi sering bertengkar

dan membenci rekan-rekan kerja dan majikannya. Halusinasi (-) dan waham (-).

2. Riwayat Pengobatan : -
3. Riwayat keluarga
 Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan serupa
4. Riwayat pekerjaan : -
5. Daftar pustaka :
1. Kaplan, Harold I., Benyamin J.Sadock, Jack A.Grebb.2002. Sinopsis Psikiatri. Ilmu

Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jilid 2. Tangerang: Binarupa Aksara.

2. Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa. PPDGJ-III.2001. Jakarta: Bagian Ilmu

Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.

3. Kapita Selekta Kedokteran. 2001. Jakarta: Media Aesculapius. Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia.

6. Hasil pembelajaran
Diagnosis dan tatalaksana Skizofrenia akut

Rangkuman hasil pembelajaran portofolio :


1. Subyektif
Pasien nn. RD Datang ke puskesmas dengan keluhan Kurang lebih 1 minggu
sebelum masuk rumah sakit, penderita sering merasa lemah, demam, pusing, meriang
tiap malam, dan muntah-muntah. Akibatnya, penderita tidak dapat bekerja lagi di
rumah makan tempat dia bekerja dengan maksimal. Oleh sebab itu, majikan penderita
menuduh bahwa penderita telah hamil. Majikan penderita menyebarluaskan tuduhan
tersebut kepada rekan-rekan kerja penderita. Rekan-rekan penderitapun sering
mengejek penderita. Akibatnya, penderita merasa malu dan marah kepada
majikannya. Sejak saat itulah penderita sering marah-marah, mengoceh sendiri, dan
dendam kepada majikannya. Selain itu, penderita jugga menjadi sering bertengkar dan
membenci rekan-rekan kerja dan majikannya. Halusinasi (-) dan waham (-).
2. Obyektif
a. Vital sign
Keadaan umum : Tampak tidak sakit
Kesadaran : Compos mentis
GCS : E4V5M6
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 36,7o C
SpO2 : 100%
Sianosis (-), pucat (-), ikterik (-)

b. Pemeriksaan sistemik
Kulit : Teraba dingin, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis
Kepala : Bentuk normal, rambut hitam, tidak mudah dicabut
Mata : Anemis (-/-), ikterik (-/-), pupil bulat isokor, refleks cahaya (+/)
THT : Tidak ada kelainan
Mulut : Mukosa mulut dan bibir basah
Leher : Tidak ada kelainan
KGB : Pembesaran KGB pada leher, axilla dan inguinal
Thorax : Jantung dan paru dalam batas normal
Abdomen
- Inspeksi : Datar
- Auskultasi : Bunyi usus (+) normal
- Palpasi : Lemas, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
- Perkusi : Tympani
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), sianosis (-)

c. Status psikiatri
Deskripsi umum
Penampilan : Baik
Kesadaran : Composmentis
Perilaku dan aktivitas psikomotor : Hipoaktif
Pembicaraan : Membanjir
Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif
Kesadaran afektif
Afek (mood) : Datar
Ekspresi : Tumpul
Keserasian : Serasi
Empati : Dapat diraba rasakan
Fungsi intelektual
Taraf pendidikan : SMA
Daya konsentrasi
Orientasi : Baik
Waktu : Baik
Tempat : Baik
Orang : Baik
Kemampuan menolong diri sendiri : Baik
Gangguan persepsi
Halusinasi auditorik : (-) tidak ada
Halusinasi visual : (-) tidak ada
Ilusi : (-) tidak ada
Depersonalisasi : (-) tidak ada
Derealisasi : (-) tidak ada
Proses pikir
Arus pikiran : Miskin ide
Produktivitas : Relevan
Hendaya berbahasa : (-) tidak ada
Isi pikiran
Pre okupasi : (-) tidak ada
Gangguan pikiran
Waham : (-) tidak ada
Pengendalian impuls : Dapat di kendalikan
Daya nilai
Norma sosial : Baik
Uji daya nilai : Baik
Pemikiran : Baik
Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya
Tilikan : Derajat 1
Taraf dapat dipercaya : Kurang dapat dipercaya

3. Assessment
Pasien (Tn. H) datang ke puskesmas dengan banyak keluhan seperti badan terasa
mudah lelah, pegal-pegal, sakit kepala, nyeri uluhati serta gatal-gatal pada seluruh tubuh.
Pasien juga mengeluh selalu merasa lemah apa bila tidak diberikan vit B dari puskesmas.
Pasien rutin beroba ke puskesmas 1x dalam seminggu dengan keluhan yang sama
walaupun telah mendapatkan pengobatan.
Keluarga pasien mengatakan bahwa keluhan dirasakan sejak istri pasien meninggal
sehingga untuk keseharian pasien selalu merasa kesepian di karenakan anak-anak pasien
yang telah memiliki rumah dan tinggal terpisah dengan pasien, sehingga pasien tinggal
dirumah sendirian.
Dari pemeriksaan fisik pasien tampak tidak sakit. Tanda vital dalam batas normal.
Pemeriksaan fisik dalam batas normal.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan psikiatri dapat di
diagnosis dengan gangguan psikosomatis.

Plan
Rawat Jalan
Terapi :
- Alprazolam 0,5 mg 1x1
Edukasi mengenai penyakit yang di alami.

4. Pembahasan

Anamnesis dan pemeriksaan psikiatrik yang dilakukan terhadap pasien Nona R usia 21

tahun diperoleh bahwa pasien mengoceh/berbicara tanpa henti sejak ± 1 minggu sebelum

masuk rumah sakit yang didahului oleh terjadinya suatu konflik antara pasien dengan orang-

orang disekitarnya. Konflik ini dapat dianggap sebagai suatu stressor pencetus terjadinya hal

tersebut. Penderita juga sering berteriak-teriak tanpa sebab yang jelas. Tanda lain dari gejala

yang didapatkan dari pasien adalah sikap yang menjadi lebih agresif, dependen, infantil,
berubah-ubah, ekspresi fasial yang marah dan demdam. Afek yang teramati adalah labil,

sedangkan mood yang dapat dinilai adalah irritable dan inappropriate yang nyata. Arus pikiran

menjadi sirkumstansial dan inkoheren. Hal-hal di atas dapat dikategorikan sebagai suatu gejala

psikotik. Onset kejadian adalah sekitar satu minggu menandakan hal ini terjadi secara akut.

Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia edisi

ke III 1993 (PPDGJ-III), tanda dan gejala yang dialami penderita dapat digolongkan dalam

gangguan psikotik akut. Adanya gejala-gejala psikotik yang terjadi dalam onset kurang dari 2

minggu dan mengganggu beberapa aspek kehidupan dan pekerjaan menyokong kuat diagnosis

ini. Stressor pencetus sangatlah jelas, yaitu konflik antara penderita dengan majikan dan rekan-

rekan kerjanya. Konflik ini dapat tergolong sebagai peristiwa kehidupan yang besar yang dapat

menyebabkan kemarahan emosional yang bermakna pada tiap orang, termasuk pada penderita.

Selain itu, tidak didapatkan tanda dan gejala episode manik, episode depresi, atau penyebab

organik semakin memperkuat diagnosis tersebut.

Diagnosis banding yang dipertimbangkan adalah berpura-pura (malingering), gangguan

psikotik karena kondisi medis umum, dan gangguan psikotik akibat zat. Berpura-pura

seringkali memerlukan waktu pemeriksaan yang cukup lama. Berpura-pura dapat digugurkan

secara alami dengan keluhan yang tidak bisa ditemukan secara objektif pemeriksa. Diagnosis

gangguan psikotik karena kondisi umum dapat digugurkan oleh karena pada penderita tidak

dijumpai sebab-sebab organik, seperti trauma kapitis, delirium ataupun demensia. Sementara

itu, diagnosis gangguan psikotik akibat zat tersingkir oleh tidak diperolehnya hal-hal yang

mendukung ke arah terjadinya intoksikasi akibat penggunaan alkohol atau obat-obatan.

Namun, untuk memastikannya dapat dilakukan tes laboratorium.

Penatalaksanaan yang diberikan pada penderita ini adalah dengan farmakoterapi dan

nonfarmakoterapi. Penatalaksanaan dengan farmakoterapi dapat digunakan obat antipsikotik

antagonis reseptor dopamin dan benzodiazepin. Obat yang diberikan pada penderita ini adalah
haloperidol. Penatalaksanaan nonfarmakoterapi dengan psikoterapi yang tujuan utamanya

adalah untuk mengendalikan situasi jangka pendek yang merupakan bagian sulit dari terapi

adalah integrasi psikologis pengalaman, dalam hal ini adalah konflik antara penderita dengan

majikan dan rekan-rekan kerjanya. Penderita diajak dalam diskusi mengenai stressor, episode

psikotik, dan perkembangan strategi untuk mengatasinya adalah topik utama bagi terapi

tersebut.

Prognosis penderita ini adalah bonam. Hal ini disandarkan pada terjadinya sedikit

penumpulan afektif, onset gejala mendadak, dan adanya stresor pencetus yang berat.

Anda mungkin juga menyukai