791 2188 1 PB
791 2188 1 PB
J Medula Unila|Volume 4|Nomor 2|Desember 2015|86
Laili | Penyakit Skizoafektif dengan Tipe Depresi pada Wanita 34 Tahun
tanpa disertai suami. Menurut bapak, suami perilaku dan aktivitas motorik tenang, sikap
pasien semenjak itu empat tahun suami tidak terhadap pemeriksa kooperatif, pembicaraan
pernah menjenguk pasien maupun anaknya, spontan, lancar, intonasi sedang, volume cukup,
kini suami bekerja dijakarta dan jarang pulang. kualitas kurang, kuantitas cukup, artikulasi jelas,
Pasien sudah pernah satu kali dirawat di amplitudo cukup. Mood eutimia, afek luas,
rumah sakit jiwa pada desember 2008, ketika itu sesuai gangguan persepsi adanya halusinasi
pasien merasa sedih, bingung, sulit tidur, sering auditorik, namun tidak ditemukan ilusi,
mngurung diri dikamar. Selain itu pasien juga derealisasi, dan depersonalisasi. Proses pikir
mengatakan sering mendengar bisikan-bisikan dengan produktivitas cukup, koheren dan
yang menyuruh untuk marah-marah. Melihat terkadang flight of idea, isi pikir ide cukup,
kondisi pasien yang tampak aneh, keluarga terdapat waham kejar, obsesi dan fobia tidak
membawa pasien berobat ke rumah sakit jiwa ada. Fungsi kognitif taraf pedidikan dan
untuk dilakukan pengobatan dan rawat inap kecerdasan sesuai dengan taraf pendidikan
selama satu minggu obat yang diberikan yaitu pasien, daya konsentrasi kurang, orientasi
resperidon. Setelah itu dijelaskan kepada (waktu,tempat, orang baik) cukup, daya ingat
keluarga bahwa pasien disuruh rutin kontrol dan cukup, pikiran abstark cukup. Daya nilai baik.
minum obat. Namun setelah pulang pasien tidak Tilikan derajat 1. Taraf dapat dipercaya yaitu
kontrol, setelah obat habis pasien tidak minum dapat dipercaya.
obat lagi atau putus obat. Diagnosis pasien berupa diagnosis
Ketika pasien ditanyakan perasaannya multiaksial yaitu aksis I skizoafektif tipe depresif,
saat ini dia menjawab perasaan sedih karena aksis II dan aksis III tidak ada diagnosis, aksis IV
rindu sama anak, suami dan orang tua kandung masalah kelurga suami, dan mertua, aksis V
nya, menurut pasien hampir dua bulan dia Curren Global of Assesstmen Functioning (GAF)
dirawat belom ada keluarga yang menjenguk 60-51. Penatalaksanaan pada kasus ini adalah
dirinya ke rumah sakit jiwa, ketika wawancara psikofarmaka diberikan oral tab resperidon 2x2
menjadi tampak sedih dan menunduk sambil mg perhari, dan juga diberikan terapi supportif,
menangsis jika berbicara tentang keluargnya. seperti ventilasi konseling mengenai
Pasien merupakan anak pertama dari penyakitnya, sosioterapi.
empat bersaudara, dari kecil pasien mengalami
perkembangan sesuai dengan anak seusianya, Pembahasan
disekolah pasien mempunyai prestasi yang biasa Gangguan skizoafektif yaitu suatu
saja namun tidak pernah tinggal kelas sampai ke gangguan jiwa yang gejala skizofrenia dan gejala
jenjang pendidikan D3. Pasien bekerja sebagai afektif terjadi bersamaan dansama-sama
wirauasah, sebelum dirawat pasien tinggal menonjol. Onset yang tiba tiba pada masa
bersama kedua orang tua dan satu oranga remaja, terdapat stresoryang jelas serta riwayat
anaknya. Tidak ada dikeluarga yang mengalami keluarga berpeluang untuk menderita gangguan
sakit seperti pasien atau gangguan jiwa. Riwayat skizoafektif. Prevalensi lebih banyak pada
trauma kepala, kejang, dan riwayat penyakit wanita. Berdasarkan nationalcomorbidity study,
lainnya disangkal oleh pasien. Pasien juga tidak didapatkan bahwa, 66 orang yang di diagnosa
pernah mempunyai riwayat menggunakan zat skizofrenia, 81 % pernah di diagnosa gangguan
psikoaktif, minuman beralkohol, dan merokok. afektifyang terdiri dari 59 % depresi dan 22 %
Status generalis dan neurologis tidak gangguan bipolar.
ditemukan kelainan. Tekanan darah 120/80 Kriteria diagnostik untuk gangguan
mmhg, nadi 80 x/menit, pernapasan 16 kali skizoafektif yaitu terdapat gejala skizofrenia dan
permenit, dan suhu 36,7 derajat celcius. Dari gejala gangguan afektif sama-sama menonjol
pemeriksaan psikiatri (status mental) pada saat yang bersamaan atau dalam beberapa
didapatkan Ny. Cr usia 34 tahun terlihat sesuai hari yang satu sesudah yang lain tetapi masih
usianya mengenakan seragam rumah sakit jiwa dalam satu episode penyakit yang sama.
provinsi Lampung berpenampilan rapi, Diagnosa gangguan ini tidak ditegakkan untuk
perawatan diri baik. Kesadaran compos mentis, pasien yang menampilkan gejala skizofrenia dan
gangguan perspektif tetapi dalam episode riwayat kondisi medik lain yang dapat secara
penyakit yang berbeda. Gangguan mood yaitu langsung ataupun tidak langsung
kelainan fundamental dari kelompok gangguan mempengaruhi fungsi otak. Oleh karena itu,
ini yaitu gangguan suasana perasaan yang gangguan mental organik (F00-09) dapat
biasanya mengarah ke depresi atau ke arah disingkirkan. Pasien tidak mempunyai riwayat
elasi. penggunaan zat psikoaktif. Sehingga diagnosis
Diagnosis pada penderita gangguan jiwa gangguan mental dan perilaku akibat
berupa diagnosis multiaksial yang terdiri dari penggunaan zat psikoaktif (F10-19) dapat
lima aksis yaitu aksis I gangguan klinis dan disingkirkan. Pada pasien didapatkan hendaya
kondisi lain yang menjadi fokus perhatian klinis, dalam menilai realita, oleh sebab itu gangguan
aksis II adalah gangguan kepribadian dan jiwa pada pasien dimasukkan ke dalam
retardasi mental, aksis III adalah kondisi medis golongan besar psikotik. Selain itu, pasien juga
umum, aksis IV adalah, masalah psikososial dan ditemukan hendaya pada moodnya. Hendaya
lingkungan, aksis V adalah penilaian fungsi moodnya ini hampir bersamaan dengan gejala
secara global. psikotiknya pada setiap episodenya. Dari hasil
Gangguan skizoafektif yaitu gejala anamnesis dan pemeriksaan status mental,
skizofrenia dan gangguan afektif sama sama ditemukan beberapa gejala psikopatologi yaitu
menonjol atau dalam beberapa hari sesudah Adanya riwayat halusinasi auditorik yang
yang lain, tetapi dalam satu episode penyakit bersifat commanding (menyuruh pasien marah).
tidak memenuhi kriteria diagnosis skizofrenia Riwayat gejala depresi yakni sulit tidur, malas,
maupun gangguan afektif. Afek harus meningkat mengurung diri, bingung. Perilaku
secara menonjol atau ada peningkatan afek terdisorganisasi marah-marah. Gejala Negatif
yang tidak begitu menonjol dikombinasi dengan afek terbatas, kesulitan dalam pemikiran
iritabilitas atau kegelisahan yang memuncak. abstrak. Gejala tersebut pertama kali muncul 7
Dalam episode yang sama harus jelas ada tahun lalu.
sedikitnya satu atau lebih baik lagi dua, gejala Berdasarkan gejala-gejala yang ditemukan
skizofrenia yang khas. saat ini, diagnosis pada pasien adalah
Tujuan dari diagnosa multiaksial adalah skizoafektif tipe depresif (F25.1) yang sedang
mencakup informasi yang komperhensif terkontrol pengobatan. Skizofrenia paranoid
sehingga dapat membantu dalam perencanaan dan gangguan afektif depresi berulang dengan
terapi dan meramalkan prognosis. Juga format gejala psikotik merupakan diagnosis banding
yang mudah dan sistematik sehingga dapat pada kasus ini. Skizofrenia paranoid dapat
membantu dalam menata dan disingkirkan dengan adanya gejala afek yang
mengkomunikasikan informasi klinis, menonjol pada pasien. Sedangkan, gangguan
menangkap kompleksitas situasi klinis, dan afektif depresi berulang dengan gejala psikotik
menggambarkan heterogenitas individual dapat disingkirkan karena gejala depresi dan
dengan diagnosa klinis yang sama. Selain itu, psikotik pada pasien ini sama-sama menonjol,
diagnosis multiaksisal juga memacu penggunaan muncul bersamaan, dan hilang secara
model bio-psiko- sosial dalam klinis, pendidikan bersamaan setelah pengobatan. Dan ini dapat
dan penelitian. Pada pasien ini didiagnosis dilihat dari riwayat timbulnya gejala dan
multiaksial yaitu aksis I skizoafektif tipe depresif, pengobatan yang pernah dialami pasien.
aksis II dan aksis III tidak ada diagnosis, aksis IV Sedangkan pada gangguan afektif depresi
masalah kelurga suami, dan mertua, aksis V GAF berulang dengan gejala psikotik, gejala afek
60-51. depresif lebih menonjol dibandingkan gejala
Pada pasien ini ditegakkan diagnosis Aksis psikotiknya.
I skizoafektif tipe depresif (F25.1) berdasarkan Rencana terapi yang diberikan adalah
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan antipsikosis atipikal golongan benzixosazole
status mental. Berikut ini adalah uraiannya: yaitu risperidon 2x2 mg. Obat ini mempunyai
Pasien tidak memiliki riwayat trauma kepala, afinitas tinggi terhadap reseptor serotonin
riwayat kejang, riwayat tindakan operatif, dan (5HT2) dan aktivitas menengah terhadap
J Medula Unila|Volume 4|Nomor 2|Desember 2015|88
Laili | Penyakit Skizoafektif dengan Tipe Depresi pada Wanita 34 Tahun
J Medula Unila|Volume 4|Nomor 2|Desember 2015|90