Segala puji dan syukur atas Rahmat yang telah dilimpakan oleh Allah SWT sehingga
kami penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan Asuhan Keperawatan Pada pasien :
Kejang Demam di Ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Ciamis.
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas untuk kenaikan golongan dan penyesuaian
ijazah.
Selesainya penulisan Laporan ini sangat didukung oleh berbagai pihak, baik langsung
maupun tidak langsung. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan banyak
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak dr.H.Aceng Solahudin Ahmad, M Kes selaku Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah kabupaten ciamis
2. Bapak H. Azis Saleh, Skep ners selaku Kepala Bidang Keperawatan Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Ciamis .
3. Bapak Deni Wahyudi SKp selaku Tim Analis Dupak dil lingkungan Rumah Sakit Umum
daerah Ciamis.
4. Ibu Aar Arisah SKep Ners selaku Tim Analis Dupak dan selaku kepala ruangan instalasi
gawat darurat Rumah sakit Umum Daerah Kabupaten Ciamis..
5. Kepada rekan-rekan di Ruangan IGD yang telah memberikan dorongan semangat
dengan kebersamaan ini telah mampu menyelesaikan tugas seminar ini.
6. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu
menyelesaikan penyusunan laporan ini.
Semoga selalu diberikan Hidayah dan Inayah yang berlipat ganda oleh-Nya atas segala
kebaikan yang telah diberikan kepada kami penulis. Kami penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan laporan ini belum mendekati kata sempurna karena tidak ada satupun yang
dihasilkan manusia dalam bentuk yang sempurna,kesempurnaan hanyalah milik Allah
SWT,untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Masalah Utama
1. Definisi ............................................................................ 5
2. Etiologi ............................................................................ 5
3. Manifestasi klinis ............................................................................ 6
4. Klasifikasi ............................................................................ 7
5. Patofisiologi ............................................................................ 7
6. Komplikasi ........................................................................... 9
7. Pemeriksaan Diagnostik........................................................................... 9
8. Penatalaksanaan medik...............................................................................10
B. Konsep Asuhan
1. Pengkajian ............................................................ 11
2. Pemeriksaan Fisik ...........................................................12
3. Konsep Tumbuh Kembang ............................................................ 13
4. Analisa Data ............................................................. 15
5. Diagnosa Keperwatan ......................................................... 16
6. Rencana Proses Keperawatan ............................................................16
7. Implementasi.......................................................................................22
8. Evaluasi...............................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Anak merupakan hal yang penting artinya bagi sebuah keluarga. Selain sebagai
penerus keturunan,anak pada akhirnya juga sebagai generasi penerus bangsa. Oleh karena itu
tidak satupun orang tua yang menginginkan anaknya jatuh sakit,lebih-lebih anaknya
mengalami kejang demam.
Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering dijumpai
pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh ( suhu rectal di
atas 38ᴼC ) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Penyebab demam terbanyak adalah
infeksi saluran pernafasan bagian atas disusul infeksi saluran pencernaan.
Kejang demam bisa diakibatkan oleh infeksi ekstrakranial seperti ISPA, radang
telinga, campak, cacar air. Dalam keadaan demam, kenaikan suhu tubuh sebesar 1ᴼC pun
bisa mengakibatkan kenaikan metabolism basal yang mengakibatkan peningkatan kebutuhan
oksigen jaringan sebesar 10 – 15 % dan otak sebesar 20%.Apabila kebutuhan tersebut tidak
terpenuhi maka anak akan kejang. Umumnya kejang tidak akan menimbulkan dampak sisa
kejang tersebut berlangsung kurang dari 5 menit tetapi anak harus tetap mendapat
penanganan agar tidak terjadi kejang ulang yang biasanya lebih lama frekuensinya dari
kejang pertama. Timbulnya kejang pada anak akan menimbulkan berbagai masalah seperti
resiko cedera,resiko terjadinya aspirasi atau yang lebih fatal adalah lidah jatuh ke belakang
yang mengakibatkan obstruksi pada jalan nafas.
Kejadian kejang demam diperkirakan 2-4% di Amerika Serikat Amerika Selatan
dan Eropa Barat. Di Asia lebih tinggi kira-kira 20% kasus merupakan kejang demam
komplek.Akhir-akhir ini kejang demam diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu kejang
demam sederhana yang berlangsung kurang dari 15 menit dan umum dan kejang demam
komplek yang berlangsung lebih dari 15 menit,fokal atau multiple ( lebih dari 1 kali kejang
demam dalam 24 jam ) ( Arif Manajer, 2000 ).
Dengan melihat latar belakang tersebut, masalah atau kasus ini dapat di turunkan
melalui upaya pencegahan dan penanggulangan optimal yang diberikan sedini mungkin
pada anak. Dan perlu diingat bahwa masalah penanggulangan kejang demam ini bukan
hanya masalah di Rumah Sakit tetapi mencakup permasalahan yang menyeluruh dimulai dari
individu anak tersebut, keluarga,kelompok maupun masyarakat.
Adapun presentase 13 besar penyakit terbanyak pada pelayanan kesehatan Ruang
instalasi gawat darurat RSUD Ciamis dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
1
Tabel 1.1
Presentase 13 besar penyakit
Ruang IGD RSUD Ciamis
Bulan Januari - Februari 2016
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa dari seluruh pasien yang mengalami
Kejang Demam di Ruang instalasi gawat darurat RSUD Ciamis dalam 2 bulan terakhir
sekitar 14,5% . Data ini menunjukkan angka kejadian Kejang Demam yang tinggi bila
dibandingkan dengan angka kejadian penyakit anak lainnya. Mengingat kondisi diatas,
diperlukan perhatian dan penanganan yang serius terhadap pasien Kejang Demam dengan
cara meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia tenaga kesehatan,tersedianya sarana
prasarana yang memadai dan pelayanan kesehatan yang prima di Rumah Sakit serta
pelayanan asuhan keperawatan secara komperhensif dan sistematis dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan untuk mencegah kematian, kecacatan dan gejala sisa akibat
Kejang Demam.
Berdasarkan hal tersebut di atas penulis bermaksud untuk menyusun makalah
dengan mengambil judul :
“ Asuhan Keperawatan gawat darurat Pada An.N (14 Bln) Dengan Kejang
Demam Di R. IGD RSUD Ciamis “
2
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi mengenai penyakit kejang demam pada anak.
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui :
a. Definisi penyakit kejang demam pada anak
b. Etiologi penyakit kejang demam pada anak
c. Manifestasi klinik penyakit kejang demam pada anak
d. Klasifikasi penyakit kejang demam pada anak
e. Patofisiologi penyakit kejang demam pada anak
f. Komplikasi penyakit kejang demam pada anak
g. Pemeriksaan diagnostic penyakit kejang demam pada anak
h. Penatalaksanaan penyakit kejang demam pada anak
i. Konsep Asuhan Keperawatan yang harus diberikan pada pasien dengan kejang
demam
C. SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam penulisan makalah ini penulis membuat sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan
Bab ini memuat tentang : Latar belakang masalah,tujuan penelitian secara umum dan
khusus,metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Teori
Bab ini menguraikan tentang konsep dasar kejang demam meliputi definisi, etiologi,
klasifikasi,patofisiologi, manifestasi klinik, komplikasi, pemeriksaan diagnostic,
pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan,konsep dasar asuhan keperawatan
BAB III Tinjauan Kasus
Bab ini menguraikan tentang laporan kasus asuhan keperawatan pada An.N Dengan
Kejang Demam Di Ruang instalasi gawat darurat RSUD Ciamis yang meliputi
:Pengkajian,Analisa data,Diagnosa keperawatan dan Proses keperawatan
BAB IV Pembahasan
Bab ini menguraikan pembahasan mengenai pengkajian,analisa data,prioritas masalah
dan proses keperawatan
BAB V Penutup
Bab ini meliputi kesimpulan dari konsep dasar Kejang Demam dan Saran
3
D. METODE PENULISAN
Metode penulisan dalam penulisan makalah ini adalah metode studi dokumentasi
kepustakaan,wawancara,pemeriksaan fisik dan dari jurnal-jurnal di internet,yang
kemudian oleh kelompok didiskusikan untuk dianalisa dan dimuat dalam bentuk
makalah.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
A. MASALAH UTAMA
1. DEFINISI
Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai akibat dari
aktifitas neoronal yang abnormal dan pelepasan listrik selebral yang berlebihan (Betz &
Sowden 2002).
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal
di atas 38 derajat C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranum.
Jadi kejang demam adalah kenaikan suhu tubuh yang menyebabkan perjalanan fungsi otak
akibat perubahan potensial listrik serebral yang berlebihan sehingga mengakibatkan
renjatan berupa kejang.
2. ETIOLOGI
Penyebab kejang demam belum diketahui dengan pasti, namun disebutkan penyebab
utama kejang demam adalah demam yang tinggi. Menurut Arif Mansjoer, 2000. Demam
yang trerjadi disebabkan oleh :
a. Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA)
b. Gangguan metabolik
c. Penyakit infeksi d luar susunan saraf misalnya tonsilitas, otitis media, bronchitis.
d. Keracunan obat
e. Faktor hereditas
f. Idiopatik
Sebab penyebab di atas ada 5 faktor yang mempengaruhi kejang, faktor-faktor tersebut
adalah :
a. Umur
-Kurang lebih dari 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah mengalami
kejang demam.
-Jarang terjadi pada anak yang berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun.
5
-Insiden tertinggi didapatkan pada umur 2 tahun dan menurun setelah umur 4 tahun. Hal
ini mungkin desebabkan adanya kenaikan dari ambang kejang sesuai dengan
bertambahnya umur . Serangan pertam biasanya terjadi selama 2 tahun pertama
kemudian menurun dengan bertambahnya umur.
b. Jenis Kelamin
Kejang demam sering didapatkan pada anak laki-laki dari pada anak perempuan dengan
perbandingan 2:1. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh klarena perepmpuan
didapatkan kematangan otak yang lebih cepat dibanding laki-laki.
c. Suhu Badan
Adanya kenaikan suhu badan merupakan suatu syarat untuk terjadinya kejang demam.
Tingginya suhu badan pada saat timbulnya serangan merupakan nilai ambang kejang.
Ambang kejang berbeda-beda untuk setiap anak, berkisar antara 38,3untuk terjadinya
kejang demam. Tingginya suhu badan pada saat timbulnya serangan merupakan nilai
ambang kejang. Ambang kejang berbeda-beda untuk setiap anak, berkisar antara 38,3
derajat C – 41,4 derajat C.
Adanya perbedaan ambang kejang ini dapat menerangkan mengapa pada seseorang anak
baru timbul kejang sesudah suhu meningkat sangat tinggi sedangkan pada anak lainnya
kejang sudah timbul walaupun suhu meningkat tidak terlalu tinggi.
d. Faktor Keturunan
Faktor keturunan memegang peranan penting untuk terjadinya kejang demam. Beberapa
penulis mendapatkan 25 – 50 % daripada anak dengan kejang demam mempunyai
anggotakeluarga yang pernah mengalami kejang demam sekurang-kurangnya sekali.
3. MANIFESTASI KLINIS
5. PATOFISIOLOGI
Jaringan Tubuh
Spesma bronkus
Kebutuhan Glukosa
6. KOMPLIKASI
Menurut Arif Mansjoer (2000) kejang demam dapat mengakibatkan :
a. Kerusakan sel otak.
b. Penurunan IQ pada kejang demam yang berlangsung lama lebih dari 15 menit
dan bersifat unilateral.
c. Kelumpuhan
Menurut Ngastiah,adalah :
a. Meninghitis
b. Ensepalitis
c. Epilepsi
d. Hemiparesis
Terjadi pada penderita yang mengalami kejang lama ( berlangsung > 30 menit )
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. EEG
Untuk membuktikan jenis kejang fokal / gangguan difusi otak akibat lest organik , melalui
pengukuran EEG ini dilakukan 1 minggu atau kurang setelah kejang.
b. CT SCAN
Untuk mengidentifikasi lest selebral, misalnya : infant, hematoma, edema serebral dan
abses.
c. Fungsi Lumbal
Fungsi lumbal adalah pemeriksaan cairan serebrospinal (cairan yang ada di otak dan
kanal tulang belakang) untuk meneliti kecurigaan meningitis.
d. Laboratorium
Darah tepi, lengkap (Hb, Ht, leukosit, trombosit) mengetahui sejak dini apabila ada
komplikasi dan penyakit kejang demam (Arif Mansjoer, 2000)
9
8. PENATALAKSANAAN MEDIS
Dalam penatalaksanaan kejang demam ada 3 hal yang perlu di kerjakan yaitu :
a. Pengobatan Fase Akut
Seringkali kejang berhenti sendiri. Pada waktu kejang pasien dimiringkan untuk mencegah
aspirasi ludah atau muntahan. Jalan nafas harus bebas agar oksigenisasi terjamin.
Perhatikan keadaan vital seperti kesadarana tekanan darah, suhu, pernafasan dan fungsi
jantung. Suhu tubuh tinggi diturunkan dengan kompres air dan pemberian antipiretik.
Obat yang paling tepat menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan intravena
atau intrarektal. Dosis diazepam intravena 0,3 – 0,5 mg/ kg BB/ hari dengan kecepatan 1-
2 mg/ menit dengan dosis maksimal 20 mg. Bila kejang berhenti sebelum diazepam habis,
hentikan penyuntikan , tunggu sebentar, dan bila tidak timbul kejang lagi jarum dicabut.
Bila diazepam intravena tidak tersedia atau pemberiannya sulit digunakan diazepam
intrarektal 5 mg (BB 210 > 10 kg). Bila tidak berhenti juga, berikan fenitoin dengan dosis
awal 10-20 mg/ kg/ BB secara intravena perlahan-lahan 1 mg/kg/ BB/ menit. Setelah
pemberian fenitoin, harus dilakukan pembilasan dengan nael fisiologis karena fenitoin
bersifat basa dan menyebabkan iritasi vena.
Bila kejang berhenti dengan diazepam, lanjutkan dengan fenobarbital diberikan langsung
setelah kejang berhenti. Dosis awal untuk bayi 1 bulan- 1 tahun ke atas 75 mg secara
intramuscular. Empat jam kemudian diberikan fenobarbital dosis rumat. Untuk 2 hari
pertama dengan dosis 8 – 10 mg/ kg BB/ hari dibagi dua dosis. Selama keadaan belum
membaik obat diberikan secara suntikan dan setelah membaik per oral. Perhatikan bahwa
dosis total tidak melebihi 200 mg/ hari. Efek sampingnya adalah hipotensi, penurunan
kesadaran dan depresi. Pernafasan bila kejang berhenti dengan fenitoin, lanjutkan fenitoin
dengan dosis 4-8 mg/ kg BB/hari, 12-24 jam setelah dosis awal.
b. Mencari dan Mengobati Penyebab
Pemeriksaan cairan serebrospinalis dilakukan untuk mennyingkirkan kemungkinan
meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama. Walapun demikian
kebanyakan dokter melakukan fingsi lumbal hanya pada kasus yang dicurigai sebagai
meningitis, misalnya bila ada gejala meningitis atau kejang demam berlangsung lama.
c. Pengobatan Profilaksis
Ada 2 cara profilaksis, yaitu 1) profilaksis intermitten saat demam atau, 2) profilaksis
terus menerus dengan antikonvulsan setiap hari. Untuk profilaksis intermiten diberi
diazepam ecara oral dengan dosis 0,3 – 0,5 mg/ kg BB/ hari dibagi menjadi 3 dosis saat
pasien demam. Diazepam dapat diberikan pula secara intraretal tiap 8 jam sebanyak 5 mg
(BB 210 kg) > 10 kg) setiap pasien menunjukkan suhu lebih dari 38,5 derajat C, efek
samping diazepam adalah ataksia, mengantuk dan hipotonia. Profilaksis terus menerus
berguna untuk mencegah berulangnya kejang demam berat yangdapat menyebabkan
kerusakan otak tapi tidak dapat mencegah terjadinya epilepsy di kemudian hari.
Profilaksis terus menerus dapat dipertimbangkan bila ada 2 kriteria (termasuk poin 1 dan
2) , yaitu :
- Sebelum kejang demam yang pertama sudah ada kelainan neurologist atau
perkembangan (misalnya serebral palsi atau mikrosefal).
- Kejang demam lebih dari 15 menit , fokal atau kalainan neurologist sementara
dan menetap.
- Ada riwayat kejang btanpa demam pada orang tua atau saudara kandung.
- Bila kejang demam terjadi pada bayi berumur kurang dari 12 bulan atau terjadi
kejang multiple demam satu episode demam. Bila hanya memenuhi satu kriteria
saja dan inginmemberikan obat jangka panjang maka berikan profilaksis
intermiten yaitu pada waktu anak demam dengan diazepam oral atau retal 8 jam
disamping antipiretik.
1. PENGKAJIAN
a. Biodata
Terdiri atas biodata pasien dan identitas penanggung jawab
b. Riwayat kesehatan
Adalah data yang dikumpulkan tentang tingkat kesejahteraan pasien ( saat ini dan masa
lalu ), riwayat keluarga,perubahan dalam pola hidup,riwayat social budaya,,kesehatan
spiritual dan reaksi mental serta emosi terhadap penyakit ( Potter, 2005 :156 )
11
1) Keluhan utama
Keluhan utama pada pasien kejang demam yaitu kejang yang terjadi dengan
kenaikan suhu yang cepat dan biasanya berkembang bila suhu tubuh mencapai 39
ᴼC atau lebih.Kejang khas menyeluruh tekhnik-tekhnik lama beberapa detik sampai
10 menit, diikuti dengan periode mengantuk singkat pasca kejang
( Nelson,2000:2058 )
2) Riwayat kesehatan sekarang
Pada pasien kejang demam adanya factor pencetus yang dapat menimbulkan kejang
(misalnya: demam,infeksi), jatuh yang menyebabkan trauma kepala
kepala,ansietas,keletihan aktivitas ( misalnya: hiperventilasi ), kejadian-kajadian
dilingkungan ( misalnya : pemanjanan pada stimulasi kuat seperti sinar terang, sinar
berkilau atau suara yang keras )
3) Riwayat kesehatan dahulu
Pada pasien kejang demam berkaitan dengan kejadian pranatal, perinatal dan
neonatal contoh adanya infeksi,apnea,kolik atau menyusu yang buruk, informasi
mengenai kecelakaan atau penyakit serius sebelumnya. ( Wong, 2004 : 576 )
4) Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat kejang demam keluarga yang kuat pada saudara kandung dan orang
tua, menunjukkan kecendrungan genetic ( Nelson, 2000:2059 )
2. PEMERIKSAAN FISIK
Adalah mengukur tanda-tanda vital dan pengukuran lainnya serta pemeriksaan semua
bagian tubuh dengan menggunakan tekhnik inspeksi,palpasi,perkusi dan auskultasi
( potter,2005 )
Pada kejang demam, ditemukan pada pemeriksaan fisik yaitu :
1) Aktivitas motorik
Perawat harus mencatat bagian tubuh yang terlibat menentukan apakah kedua sisi
kanan dan kiri terkena. Pada bagian tubuh mana kejang dimulai, bagian
kemajuannya apakah kaku,berkedut atau renjatan.
2) Mata dan lidah
Perawat harus mencatat apakah ada penyimpangan pada mata dan lidah pada salah
satu sisi atau lainnya
3) Status kesadaran
Kebangkitan adalah penting, apakah pasien dapat disadarkan selama kejang atau
segera setelah kejang selesai ? Apakah terjadi ketidaksadaran durasi dari periode
tersebut harus dicatat. Apakah terjadi kebingungan atau kesadaran dan ingatan yang
jelas tentang kejadian setelah itu
Pupil
Perawat harus mencatat setiap perubahan pupil,ukuran,bentuk atau ekualitas pupil
dan reaksinya terhadap cahaya atau setiap penyimpangan dari salah satu sisi.
Gigi
Perawat harus mengamati apakah gigi pasien terkunci atau terbuka
Pernafasan
Frekuensi, kualitas atau tidak adanya nafas serta adanya sianosis harus diamati
Aktivitas tubuh
Inkontinens,muntah dan perdarahan dari mulut atau lidah harus dilaporkan
Disraktibilitas
Perawat harus menentukan apakah pasien memberikanrespons terhadap
lingkungan selama kejang seperti ketika ia di panggil namanya
Setelah kejang
Kadang setelah kejang terjadi analisis transien,kelemahan,semutan,disfagia dan
cedera lain. Periode postikal atau amnesia mengenai kejang dan peristiwa
sebelum dan setelah kejang
Integritas Ego
Gejala : Stressor eksternal/internal yang berhubungan dengan keadaandan atau
penanganan,peka rangsang,perasaan tidak ada harapan/tidak berdaya
Tanda : Perubahan rentang respons emosional ( Doengoes , 2000 )
4. ANALISA DATA
Kejang
( M.E.Sumijati,2000;103 )
hipertermi
Potensial terjadinya Tidak terjadi trauma 2.1 Beri pengaman 2.1 Meminimalkan injuri
trauma fisik fisik selam pada sisi tempat saat kejang
berhubungan dengan perawatan, dengan tidur dan
kurangnya kriteria hasil: penggunaan
koordinasi otot - Tidak terjadi trauma tempat tidur yang
fisik selama rendah
perawatan 2.2 Tinggallah 2.2 Meningkatkan
- Mempertahankan bersama pasien keamanan pasien
tindakan yang selama fase
mengontrol kejang
aktivitas kejang 2.3 Berikan tongue 2.4 Menurunkan resiko
- Mengidentifikasi spatel diantara trauma pada mulut
tindakan yang harus gigi atas dan
bawah
2.4 Letakkan pasien 2.4 Membantu
di tempat yang menurunkan resiko
lembut injury fisik pada
ekstremitas ketika
control otot volunteer
berkurang
2.5 Catat tipe 2.5 membantu
kejang menurunkan lokasi
( lokasi,lama ) area cerebral yang
dan frekuensi terganggu
kejang
2.6 Mendeteksi secara
2.6 Catat tanda-tanda dini keadaan yang
vital sesudah fase abnormal
kejang
Gangguan rasa Rasa nyaman 3.1 Kaji faktor-faktor 3.1 Mengetahui penyebab
nyaman terpenuhi, dengan terjadinya terjadinya hiperthermi
berhubungan dengan kriteria hasil : hiperthermi karena penambahan
hiperthermi - Suhu tubuh pakaian/selimut dapat
36-37,5ᴼC menghambat
- Nadi : penurunan suhu tubuh
100-110x/mnt 3.2 Observasi tanda- 3.2 Pemantauan tanda
-Respirasi tanda vital tiap 4 vital yang teratur
24-28x/mnt jam sekali dapat menentukan
-Kesadaran perkembangan
composmentis keperawatan yang
-Anak tidak rewel selanjutnya
7. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan
kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan
kesehatan pasien.
8. EVALUASI
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan dan subyektif dan
obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah dicapai
atau belum. Bila perlu langkah evaluasi ini merupakan langkah awal dari identifikasi dan
analisa masalah selanjutnya.
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. Biodata
A. Identitas Klien
1. Nama : An. N
2. Usia : 14 Bln
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Pendidikan :-
6. Alamat : Medang layang panumbangan Kab Ciamis
7. Tanggal Masuk : 03-06-2016 Jam : 22.00 WIB
8. Tanggal Pengkajian : 03-06-2016 Jam : 22.00 WIB
9. Diagnosa Medik : Kejang Demam
10.Rencana Therapi : Inf Nacl 12 gtt
Cefota xim Inj 3 x 300 mg
Dexa Inj 3 x 1 mg
Proris supp B/P
Diazepam Inj 2,5 mg
Sibital Inj 180 mg →12 jam kemudian 2 x 22,5 mg
B. Identitas Orang tua
1. Ayah
a. Nama : Tn. A
b. Usia : 32 Thn
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan : Dagang
e. Agama : Islam
f. Alamat : Medang layang Panumbangan Kab Ciamis
2. Ibu
a. Nama : Ny. E
b. Usia : 25 Thn
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
e. Agama : Islam
f. Alamat : Medanglayang Panumbangan Kab Ciamis
20
C. Identitas Saudara Kandung
D. Primary Survey
1. Airway
Jalan nafas bersih
2. Brething
Pergerakan dada simetris, frekuensi nafas 18x/menit, suara nafas broncho vesikuler, tidak
ada pergerakan cuping hidung, tidak ada pergerakan retraksi dada dan retraksi
epigastrium.
3. Circulation
Nadi 100x/menit, sh; 38,5 C, akral hangat, kesadaran composmentis(GCS:15, E4 V5
M6))
III.RIWAYAT KESEHATAN
A. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Ciamis rujukan dari Puskesmas panumbangan,dengan
keluhan pasien demam, kejang – kejang ± 6 kali, di puskesmas pasien sempat tidak
sadarkan diri.Kemudian setelah pasien diperiksa oleh dokter jaga dan mendapat therapy
sesuai protap.
Pada saat pengkajian Tanggal 03-06-2016 pkl 22.00WIB. Ibu pasien mengatakan pasien
demam ± 2 hari,kejang di rumah ± 6 kali di Rumah Sakit 1 kali,kejang berlangsung ± 5
menit. Pasien nampak demam, suhu tubuh 38,2ᴼ C,demam semakin dirasakan pada
malam hari kemudian demam mulai turun setelah pasien mendapat proris supp,pasien
juga nampak agak sesak,respirasi 43x/mnt.Sesak mulai berkurang setelah pasien
mendapat bantuan O² 2 lt/mnt.Menurut ibu pasien,pasien tidak mempunyai riwayat
kejang demam sebelumnya,ini merupakan yang pertama kalinya.
B. Riwayat Kesehatan Lalu
1. Pre natal Care
Ibu rutin memeriksakan kehamilannya ke Bidan di Posyandu,selama kehamilan ibu
merasa mual pada trimester pertama,ibu juga kadang mengalami pusing dan nafas
kadang sesak,Ibu mempunyai riwayat Hipertensi dan Jantung sejak melahirkan anak
pertama,Selama hamil Ibu mengalami kenaikan Berat Badan ±8 kg,Ibu mendapat
Imunisasi TT di posyandu dan Golongan Darah Ibu AB dan Golongan Darah Ayah O
2. Natal
Ibu melahirkan dalam keadaan hamil 8 bulan di Rumah Sakit dengan persalinan
Secsio Caesarea ( SC ) oleh dokter. Setelah menjalani operasi si ibu sempat
mengalami sesak,si ibu mendapat perawatan di Ruang Kebidanan
3. Post Natal
Bayi lahir dengan berat badan 2600 gram,panjang badan 48 cm,bayi tidak
mengalami penyakit kuning,bayi tidak pernah mendapat ASI dari si Ibu,bayi langsung
mendapat susu formula sejak lahir.Berat badan bayi bertambah seiring dengan
berjalannya waktu.( Sebelumnya pasien belum pernah di rawat,pasien pernah
mengalami diare ketika umur 6 bulan tetapi tidak di rawat hanya berobat ke dokter
anak dan melakukan rawat jalan.Pasien tidak mempunyai alergi makanan tetapi
pasien suka BAB mencret setiap minum susu formula,setelah berkonsultasi ke dokter
susu formula di hentikan dan diganti dengan air gula aren murni. Perkembangan anak
dengan saudara kandungnya sama tidak ada keterlambatan. )
C. Riwayat Kesehatan keluarga
Dari pihak Ayah : menurut keluarga dari pihak ayah tidak ada yang mengalami
penyakit yang sama seperti yang di derita pasien,penyakit hipertensi,jantung,DM
penyakit keturunan atau menular lainnya
Dari pihak Ibu : Menurut keluarga ibu pasien mempunyai penyakit Hipertensi
dan jantung sejak melahirkan anak pertama,dan adik si ibu pasien pernah
mengalami penyakit yang sama seperti pasien ketika berumur 6 bulan.
GENOGRAM
Keterangan :
IV.RIWAYAT IMUNISASI
:TB Sekarang : 74 cm
VIII.RIWAYAT SPIRITUAL
Antara anggota keluarga saling mengsupport dan saling membantu,ini terbukti dengan
ketika si Ibu anak di ketahui mempunyai penyakit jantung yang kadang-kadang
menyerangnya, maka anggota keluarga yang lainnya saling bergantian dalam menjaga si
anak ataupun dalam melakukan pekerjaan lainnya,dan ketika anak sakit pun keluarga
bergantian untuk menunggu anak yang lagi sakit dan mereka sama sama berdo΄a untuk
kesembuhan si anak.dalam kegitan keagamaan anak sering di ajak ibunya ke pengajian.
X. AKTIVITAS SEHARI-HARI
A. Nutrisi
B. Cairan
a.BAB
Frekwensi 1 – 2 x / hari 1 x / hari
Konsistensi Lembek Lembek
Warna Kuning khas Kuning khas
b. BAK
Frekwensi 5 – 7 x / hari Memakai pampers
( 3 – 4 kali ganti )
Warna Kuning khas Kuning khas
D. Istirahat Tidur
E. Olah Raga
F. Personal Hygiene
1. Mandi
a. Cara Dimandikan dengan air Di washlap dengan air
dingin atau hangat hangat
b. Frekwensi 2 x / hari 1 x / hari
c. Alat mandi Sabun,sampo,sikat Baby Oil
gigi,pasta gigi anak
2. Cuci rambut
a. Frekwensi 1 x / hari Selama di rawat pasien
b. Cara Rambut disiram dengan air belum pernah cuci rambut
hangat atau dingin
memakai sampho
3. Gunting kuku
a. Frekwensi Apabila panjang Selama di rawat pasien
b. Cara Digunting memakai belum pernah gunting
gunting kuku kuku
4. Gosok gigi
a. Frekwensi 2 x/ hari Selama di rawat belum
b. Cara Digosok dengan sikat gigi pernah gosok gigi,hanya
kecil dengan di bantu berkumr saja
H. Rekreasi
Suhu : 38,5ᴼC
B. Antropometri
Tinggi Badan Lahir : 48 cm
Tinggi Badan Sekarang : 74 cm
Berat Badan Lahir : 2600 gram
Berat Badan Sekarang : 9 kg
Lingkar Lengan Atas Lahir : Ibu mengatakan tidak tahu
Lingkar Lengan Atas Sekarang : 15 cm
Lingkar Kepala Lahir : Ibu mengatakan tidak tahu
Lingkar Kepala sekarang : 45 cm
Lingkar Dada Lahir : Ibu mengatakan tidak tahu
Lingkar Dada Sekarang : 46 cm
Lingkar Perut Lahir : Ibu mengatakan tidak tahu
Lingkar Perut Sekarang : 45 cm
C. Sistem pernafasan
Hidung
Bentuk simetris,ada pernafasan cuping hidung, tidak ada secret,tidak ada polip dan
tidak ada perdarahan hidung ( epistaxis )terpasang O² binasal canul 2 lt/mnt
Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Dada
Bentuk simetris,tidak ada penonjolan tulang dada dan tulang rusuk ( pigeon chest )
Gerakan dada
Bentuk dada simetris,tidak terdapat retraksi,tidak terdapat otot bantu
pernafasan,respirasi 43 x / mnt
Suara nafas
Tidak ada bunyi nafas tambahan ,tidak ada wheezing tidak ada ronchi
Tidak terdapat clubbing finger
D. Sistem Cardio Vaskuler
Conjunctiva
Tidak anemis,bibir tidak sianosis,arteri karotis kuat,tidak ada peninggian JVP
Jantung
Tidak ada pembesaran,suara S1 dan S2 terdengar lub dup tidak ada mur mur dan
gallop,CRT < 2 detik,nadi 108 x / mnt
E. Sistem Pencernaan
Sklera
Tidak ikterus.bibir lembab tidak pecah-pecah,tidak labio skiziz
Mulut
Tidak stomatitis,jumlah gigi lengkap,kemampuan menelan baik
Gaster
Bising usus 6 x/mnt,tidak ada kembung
Abdomen:hati
Tidak teraba adanya pembesaran hati
Anus
Tidak ada lecet dan tidak ada hemoroid
F. Sistem Indra
1. Mata
Bentuk simetris,kelopak mata bisa menutup dan membuka,bulu mata simetris ,pasien
bisa melihat mainan yang dipegang dalam jarak ± 500 cm
2. Hidung
Bentuk simetris,ada pernafasan cuping hidung,tidak ada mimisan tidak ada secret
yang menghalangi penciuman,terpasang binasal kanul 0² 2 lt/mnt
3. Telinga
Bentuk simetris,tidak ada serumen,fungsi pendengaran baik
G. Sistem Syaraf
1. Fungsi Cerebra
Pasien baru bisa belajar bicara,kesadaran composmentis
2. Fungsi cranial ( Nervus 1-X11)
Nervus I ( olfaktorius )
Belum bisa di kaji
Nervus II ( Optikus )
Penglihatan jelas terbukti dengan pasien berespon ketika diberi mainan warna
warni
Nervus III,IV,VI ( Okulomotorius,trachlearis,abdusen )
Pergerakan bola mata bebas,pupil bulat dan isokor
Nervus V ( Trigeminus )
Pasien sudah mulai belajar mengunyah
K. Sistem Perkemihan
Tidak ada oedema palpebra,tidak ada oedema anasarka,keadaan kandung kemih kosong
L. Sistem Reproduksi
Pasien merupakan seorang perempuan,putting payudara ke dalam,areola mamae warna
coklat muda,labia mayora dan minora bersih
M. Sistem Immun
Menurut keterangan ibu pasien,pasien tidak mempunyai alergi udara, suhu ataupun debu
Tetapi pasien mempunyai alergi susu,tiap minum susu pasien suka BAB mencret.
ANALISA DATA
DS : Ibu pasien Susunan saraf pusat terganggu Pola nafas tidak efektif
mengatakan, pasien
nampak sesak
DO : - Pasien nampak Hambatan pada pusat pernafasan
agak sesak
- O² terpasang 2
lt/mnt Spasme Bronkus
-RR 43x/mnt
Hipoksia
Pernafasan
-Dispneu
Mensintesis prostaglandin di
hypothalamus
Menguatkan metabolisme basal
Hiperthermi
Kejang
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan pada kasus ini dengan menggunakan
proses perawatan dan setelah melihat kembali mengenai tinjauan pustaka baik pada konsep
dasar, maupun asuhan keperawatan, maka didapatkan beberapa kesenjangan dan kesamaan
antara teori dan kenyataan di lapangan, yaitu :
1. Pengkajian
Pada tahap ini telah ditemukan adanya kesamaan yaitu dalam tinjauan pustaka disebutkan
bahwa terjadinya kejang disebabkan karena demam yang tinggi, berdasarkan hasil
pemeriksaan fisik ditemukan adanya demam dengan suhu 38,2ᴼC. Riwayat penyakit
sekarang (kejang demam) sesuai dengan kriteria Livingstone ,yaitu umur anak ketika
kejang antara 6 bulan sampai 4 tahun,kejang berlangsung tidak lebih dari 15 menit,tidak ada
kelainan neurologis. Dilapangan berdasarkan pengkajian umur anak 14 bulan.Dan tinjauan
pustaka disebutkan bahwa adanya riwayat penyakit kejang dalam keluarga.Di lapangan
ditemukan riwayat penyakit kejang demam dalam keluarga yaitu adik ibunya pernah
mengalami kejang demam..
2. Analisa Data
Pada tahap ini dalam kasus nyata ditemukan tiga diagnose dan lima masalah sedangkan
pada tinjauan pustaka terdapat empat diagnose dan sepuluh masalah
3. Diagnosa /Masalah keperawatan
Pada tinjauan pustaka disebutkan bahwa masalah yang mungkin timbul pada kasus kejang
demam adalah :
Potensial terjadinya kejang berhubungan dengan hiperthermi
Potensial terjadinya trauma fisik berhubungan dengan kurangnya koordinasi otot
Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hiperthermi
Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan keterbatasan informasi
Sedangkan pada kasus pasien Kejang Demam pada An.N masalah keperawatan yang
muncul adalah :
Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan gangguan neuromuscular
Resiko terjadi kejang ulang berhubungan dengan hiperthermi
Hiperthermi berhubungan dengan adanya infeksi
4. Perencanaan
Pada tahap ini tidak ditemukan adanya kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan
kasus. Karena muncul diagnosa/masalah baru pada pasien maka muncul perencanaan baru
pada tinjauan kasus yang tidak didapatkan pada tinjauan pustaka
5. Pelaksanaan
Pada tahap ini tidak ditemukan adanya kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan
kasus yang telah ditemukan di lapangan yang tidak ada dalam tinjauan pustaka.
6. Evaluasi
Pada tahap ini ditemukan adanya kesenjangan dimana pada tinjauan pustaka evaluasi tidak
ditulis berdasarkan SOAP, sedang pada tinjauan kasus ditulis menggunkan SOA
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kejang adalah Suatu keadaan dimana bangkitan kejang yang terjadi karena
peningkatan suhu tubuh ( suhu rectal >38ᴼC) yang sering di jumpai pada usia anak
dibawah lima tahun.
Kejang merupakan kelainan neurologis yang sering dijumpai pada saat seorang
bayi atau anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat. Kejang demam
biasanya terjadi pada awal demam. Anak akan terlihat aneh untuk beberapa saat,
kemudian kaku, kelojotan dan memutar matanya. Anak tidak responsive untuk beberapa
waktu,nafas akan terganggu,dan kulit akan tampak lebih gelap dari biasanya. Setelah
kejang anak akan segera normal kembali.Kejang biasanya berakhir kurang dari 1 menit,
tetapi walaupun jarang dapat terjadi selama lebih dari 15 menit.
Oleh karena itu, sangat penting bagi para orang tua untuk melakukan
pemeriksaan sedini mungkin pada anaknya agar hal-hal yang tidak di inginkan dapat
diketahui secara dini sehingga kejang demam dap[at dicegah sedini mungkin.
B. Saran
1. Bagi perawat
Karena kejang demam merupakan kasus gawat darurat pada anak dan sering
ditemukan dalam praktek maka perlu mengembangkan kemampuan diri,baik melalui
institusi maupun non institusi untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan. Dan
hendaknya selalu berupaya memberikan asuhan keperawatan yang bermutu dengan
memperhatikan pribadi individu yang unik, dimana aspek bio psiko social dan spiritual
terintegrasi secara utuh.
2. Bagi institusi
Makalah ini sebagai acuan untuk penulisan makalah yang akan datang sebagai
perbandingan terhadap perubahan-perubahan yang datang.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. Bruner and Sudarth’s, Texbook of Medical Surgical Nursing, 8th
ed.. Alih Bahasa ; Waluyo, A. Jakarta : EGC ; 2001.
Susan Martin Tuaker, Patient Care Standart. Vol. 2. Jakarta; EGC. 1998
Sumijati M.E, dkk, 2000, Asuhan keperawatan Pada Kasus Penyakit Yang Lazim Terjadi Pada
Anak, PERKANI : Surabaya
CATATAN PASIEN KELUAR IGD
R : 18x/m S ; 38ºC
Terpasang Alat :
Pasien keluar:
Pasien masuk ruang rawat inap ke Ruang Mawar ( Ruang penyakit syaraf ) pada tanggal
16.06.2016 ±jam 20.00