DOSEN PEMBIMBING
Hj.Sri Sumiati.AB,SPd.M.Kes
1.Arini fritania
2.dody lesmana
3.Dita Dammayanti
4.Dede calista
5.Fakhriza
6.khairunnisa
7.mutiara
8.Prayuda
9.Rumiza
10.veni lestari
11.Yolanda Rizkia
Tingkat : 1B
KATA PENGANTAR
Assalamuallaikum Warrohmatullahi Wabarrokatuh Dengan menyebut nama Allah SWT yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah dasar-dasar komunikasi tentang cara komunikasi sesuai
perkembangan usia yang kami sajikan dalam bentuk makalah.
Adapun Makalah ini yang telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam pembuatan laporan ini. Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya
bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan
lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi Dosen yang terhormat
untuk memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah
iniAkhirnya kami mengharapkan semoga dari Makalah ini dapat di ambil hikmah dan
manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap semua.
Wassalam
Penulis
DAFTAR ISI
K
ATA PENGANTAR ........................................................................i
DAFTAR ISI ....................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................1
1.3 Tujuan dan Manfaat.....................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi komunikasi sesuai perkembangan usia .......................3
2.2 Manfaat dari komunikasi dalam perkembangan usia ...............6
2.3 Tahap perkembangan komunikasi pada balita .........................6
2.4 Tahap perkembangan komunikasi pada anak-anak ..................9
2.5 Tahap perkembangan komunikasi pada remaja/dewasa .........12
2.6 Tahap perkembangan komunikasi pada lansia ……………….
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia pada hakekatnya adalah mahkluk sosial, yang dalam kehidupan sehari- hari tidak bisa
lepas dari kegiatan interaksi dan komunikasi. Komunikasi merupakan bagian integral kehidupan
manusia, apapun statusnya di masyarakat.Sebagai mahkluk sosial, kegiatan sehari- hari selalu
berhubungan dengan orang lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidup.Komunikasi adalah
hubungan antar dan antara manusia baik individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-
hari di sadari atau tidak disadari komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia itu sendiri,
paling tidak sejak ia dilahirkan sudah berhubungan dengan lingkungannya. Gerak dan tangis
yang pertama pada saat ia dilahirkan adalah tanda komunikasi . Komunikasi merupakan aktivitas
yang paling esensial dalam kehidupan manusia. .Keberhasilan seseorang pun dapat dilihat dari
keterampilannya dalam berkomunikasi. Kurangnya komunikasi akan menghambat
perkembangan kepribadian.Sederhananya, komunikasi merupakan proses penyampaian
informasi yangditerima oleh alat-alat indera, ke bagian otak. Informasi itu bisa berasal dari
lingkungan, organisme lainnya, atau dari diri sendiri. Ditinjau dari sudut pandangilmu Biologi,
proses penyampaian informasi itu sendiri merupakan suatu prosesyang teramat rumit dan
kompleks. Hasil dari sinergi otak dengan berbagai alatindera dan organ-organ tubuh, serta
melibatkan jutaan sel syaraf di otak danseluruh bagian tubuh
A.Rumusan Masalah
B.Tujuan Penelitian
C Manfaat Penulisan
PEMBAHASAN
Pengertian
Menurut Harley (2001), perkembangan usia merupakan proses yang sangat kompleks, yang
melibatkan perkembangan berbagai keterampilan lain.Keterampilan yang dimaksud meliputi
keterampilan reseptif dan keterampilan ekspresif. Yang dimaksud dengan keterampilan reseptif
adalah kemampuan untuk memahami kata-kata atau kalimat. Sementara itu yang dimaksud
dengan keterampilan ekspresif adalah kemampuan untuk menyampaikan pikiran, emosi, dan
kebutuhan dengan menggunakan bahasa lisan atau tertulis.
Proses perkembangan usia yang sangat kompleks ini bisa jadi memengaruhi perkembangan
aspek-aspek bahasa atau komponen bahasa dalam konteks komunikasi lainnya seperti fonologis,
sintaktis, semantik, dan pragmatis.Dengan demikian, yang dimaksud dengan perkembangan
bahasa adalah proses di mana anak-anak memahami dan mengkomunikasikan bahasa selama
masa kanak-kanak.Namun, perkembangan bahasa ini sejatinya tidak berhenti sampai di situ.
Kemampuan berbahasa seseorang akan semakin berkembang seiring dengan bertambahnya usia,
semakin berkembangnya sisi kognitif manusia, dan dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya.
Begitu kompleksnya perkembangan bahasa pada manusia membuat para ahli dari masa ke masa
melakukan penelitian dan mengembangkan beberapa teori perkembangan bahasa.Adapun teori-
teori perkembangan bahasa yang dimaksud di antaranya adalah teori-teori belajar dari
behaviorisme seperti teori kognitif sosial atau teori sosial kognitif yang dikembangkan oleh
Albert Bandura dan teori operant conditioning B.F Skinner. Teori perkembangan bahasa lainnya
adalah teori nativisme yang dikembangkan Noam Chomsky.
Menurut teori belajar aliran behaviorisme seperti teori kognitif sosial, bahasa dipelajari melalui
imitasi atau peniruan. Dalam artian, anak-anak mempelajari bahasa dengan cara meniru bahasa
orang tuanya.Teori operant conditioningSementara itu, menurut teori operant conditioning yang
dikemukakan oleh B.F Skinner menyatakan bahwa bahasa dibentuk melalui operant conditioning
atau penguatan (peneguhan).Ketika kita menanggapi ocehan atau celotehan bayi dengan
memberikan senyuman maka bayi akan semakin mengoceh. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa semakin sering seorang ibu menanggapi vokalisasi si bayi maka perkembangan bahasa si
bayi akan meningkat.
Teori nativisme.
Noam Chomsky melalui teori nativisme menyatakan bahwa setiap anak mampu menggunakan
suatu bahasa karena adanya pengetahuan bawaan atau preexistent knowledge yang telah
diprogram secara genetik dalam otak manusia. Pengetahuan ini dinamakan L.A.D atau Language
Acquisition Device.Menurut Chomsky dalam Rakhmat (2001 : 273) menyatakan bahwa L.A.D
tidak mengandung kata, arti, atau gagasan, tetapi hanyalah satu sistem yang memungkinkan
manusia menggabungkan komponen-komponen bahasa.Walaupun bentuk luar bahasa di dunia
berbeda-beda namun bahasa-bahasa itu memiliki kesamaan dalam struktur pokok yang
mendasarinya. Chomsky menyebutnya dengan linguistic universal.
Lebih lanjut Chomsky menjelaskan bahwa dikarenakan anak-anak memiliki kemampuan ini,
mereka segera mengenal hubungan di antara bentuk-bentuk bahasa ibunya dengan bentuk-bentuk
yang terdapat dalam tata bahasa struktur dalam yang sudah terdapat pada kepalanya.Hubungan-
hubungan tersebut menyebabkan anak-anak secara alamiah mengucapkan kalimat-kalimat yang
sesuai dengan peraturan bahasa mereka.Teori yang dikemukakan oleh Chomsky ini kemudian
diperkuat oleh Jean Piaget melalui salah satu teori bahasa dalam komunikasi yaitu teori
perkembangan mental.Piaget melalui teorinya menunjukkan bahwa terdapat struktur universal
yang menimbulkan pola berpikir yang sama pada taha-tahap tertentu dalam perkembangan
mental anak-anak. Baik Chomsky maupun Piaget membuktikan bahwa otak manusia bukan
penerima pengalaman pasif melainkan sebuah organ yang dilengkapi dengan kemampuan-
kemampuan bawaan.
2.2 Manfaat dari komunikasi dalam perkembangan usia
Mempelajari perkembangan bahasa dalam komunikasi sesuai tingkat usia dapat memberikan
manfaat diantaranya adalah :
Usia 0 Bulan
Ketika bayi baru lahir, menangis merupakan respons alami bayi karena menyesuaikan terhadap
lingkungannya yang baru.
tahap-perkembangan-anak-3
Pada wajah dan mata si kecil kemungkinan akan terlihat sedikit bengkak saat jam-jam pertama.
Si kecil pun memiliki sejumlah refleks ‘primitif’, termasuk mengisap, menggenggam dan
mencari puting.
Usia 1 Bulan
Saat berumur sebulan, si kecil akan sangat suka tidur. Namun, ia memerlukan beberapa waktu
sebelum dapat membedakan pagi dan malam. Sebab, pigmen mata bayi belum berkembang
sempurna dan warnanya akan berubah perlahan pada minggu dan bulan-bulan mendatang. Bayi
juga menangis jika merasa lapar. Ia juga secara naluri menggenggam jemari Ibunya. Bayi akan
kembali ke berat lahirnya saat berumur 10 hari. Berat badannya kemudian akan bertambah secara
rutin, jadi ia akan berubah dengan cepat.
Bayi mulai memerhatikan dan mendengar suara Ibunya dengan girang melalui ikatan batin. Bayi
juga sudah mampu menggenggam mainan walau sebentar. Dalam tahap ini, gerakan si kecil akan
mulai lebih disengaja dan ia bahkan mungkin akan mulai berguling dari punggung ke sisinya dan
mulai dapat mengendalikan kepalanya seiring menguatnya otot lehernya.
Pada usia ini si kecil mulai sering belajar bermainan dan ‘mengobrol’ dengan orangtuanya. Saat
mengenal kedua kakinya, bayi akan memegang dan menghisap kedua kakinya sehingga
membuatnya gembira bermain sendiri.Selain itu si kecil sangat suka belajar soal tekstur dengan
mengeksplorasi suatu barang menggunakan mulutnya, bukan tangannya. Setelah tiga bulan, si
kecil akan tidur lebih lama pada malam hari dan berkurang pada siang hari.
Bulan kelima ini si kecil akan mulai menghabiskan botolnya dengan cepat sekali jika ia sedang
lapar. Secara sosial si buah hati peduli dengan sekelilingnya dan mulai lebih berinteraksi dengan
cara mengeluarkan suara dan tawanya.Si kecil akan tertarik melihat benda kecil dan mencoba
meraihnya. Ia juga merespons permainan seperti cilukba dengan kegirangan. Perkembangan fisik
yang terjadi pada bulan kelima yaitu si kecil dapat mengangkat kepala sejajar badannya saat
memegang tangannya dan menariknya ke posisi duduk.
Si kecil mulai menginisiasi interaksi sosial. Ia akan melambaikan tangannya untuk minta
digendong dan tersenyum jika melihat Ibunya. Masa ini adalah masa serba pertama bagi buah
hati. Ia sudah mampu duduk tanpa dibantu, merangkak, bahkan mungkin berdiri dengan
berpegangan.Saat si mungil dibaringkan telentang, ia akan mulai mengangkat kepala dan
bahunya. Saat dibaringkan tengkurap, ia akan menarik lututnya ke atas, atau menggunakan
tangannya untuk mengangkat badan atasnya.
Saat ini si mungil sudah mulai merasakan enaknya makanan padat karena sudah memperlihatkan
gigi pertamanya. Ia juga sudah bisa memegang dua benda sekaligus. Emosi secara keseluruhan
juga akan muncul, menjadi sangat lengket dengan sang ibu dan akan menangis jika ia tidak
menemukan Ibunya di sampingnya.Pada bulan ketujuh ini buah hati akan mengulang suku kata
konsonan seperti ‘bababa’ dan meniup dengan mulut mencibir. Senang pada situasi sosial
dengan ditandai melonjak-lonjak kegirangan bila tahu saatnya untuk bermain.
Pada umur delapan bulan, si kecil sudah pandai meniru suara sang ibu dan mulai mengerti nada
bicara ibunya dan mungkin akan menangis jika sang ibu marah. Perkembangan motorik yang
terjadi pada usia ini ditandai oleh si kecil yang dapat melepas sesuatu dengan sengaja dan dapat
memungut benda yang lebih kecil.Si kecil juga dapat mengingat kejadian yang baru terjadi. Dan
secara emosional ia akan menangis karena tidak sabar.
Bayi seusia ini sangat senang mengacak-ngacak untuk mencari mainan dan mengeksplorasinya.
Saat giginya mulai tumbuh ia sangat suka sekali menggigit mainan yang keras.Si kecil juga
sudah dapat menikmati segala jenis musik, mulai dari krecekan buatan sendiri hingga nyanyian
sang ibu.
Pada masa ini si kecil mulai memperhalus gerakan tangannya. Ia akan mulai menunjuk dan tidak
lagi meraup dengan seluruh tangannya, tetapi akan menggunakan jempol dan telunjuknya untuk
menjepit.Si kecil sangat suka mendorong mainannya begitu ia bisa merambat, ia juga akan mulai
berputar dan menoleh saat ibunya memanggil namanya
Pada rentang usia ini, kemampuan bahasa anak mulai berkembang. Ia tidak lagi menangis ketika
ingin sesuatu tetapi mulai dapat mengungkapkan apa yang ia inginkan. Tidak hanya kemampuan
berbahasa yang mengalami perkembangan melainkan juga kemampuan mendengar serta
kemampuan sosialnya. Di masa ini seorang anak mulai bermain dengan teman sebayanya dan
belajar berbagai keterampilan sosial dalam interaksi bersama lingkungan sosialnya.
Usia sekitar 3 tahun. Di usia ini, anak keterampilan sosial anak mulai meningkat, berusaha untuk
berkomunikasi, dan mulai menggunakan percakapan. Jika anak tidak memahami apa yang
disampaikan oleh orang lain akan menunjukkan frustrasi. Adapun jumlah kosa kata yang
dikuasai semakin bertambah yakni sekitar 300 hingga 500 kata.
Di rentang usia 4-6 tahun, anak mengalami kemajuan dalam penggunaan bahasa. Anak sudah
mampu untuk mengemukakan pikirannya dengan menggunakan kalimat-kalimat yang jelas.
Ia pun sudah dapat bercakap-cakap setiap kali ada kesempatan. Kemampuan ini ia peroleh
melalui pengalaman selama menggunakan bahasa yang sekaligus meningkatkan kemampuan
berbicaranya. Dengan kesempatan yang di dapat, anak berlatih dan terus berlatih untuk dapat
melakukan komunikasi dua arah.
Usia sekitar 4 tahun. Di usia ini, anak mulai dapat menerapkan pengucapan beberapa kata beserta
tata bahasanya. Adapun jumlah kosa kata yang dikuasai mencapai 1400 hingga 1600 kata. Ia
juga tampak lebih berani mengemukakan pikiran dan pendapatnya, terutama bila ia merasa
tertarik dengan tema pembicaraannya. Sementara itu, keterampilan sosialnya pun semakin
berkembang yakni dengan mencari cara yang tidak dimengerti, menyesuaikan pengucapan untuk
pendengar informasi, perselisihan dengan kawan sebaya dapat diselesaikan dengan kata dan
ajakan untuk bermain lebih sering.
Usia sekitar 5-6 tahun. Anak mulai dapat menyusun kalimat dan tata bahasa dengan benar,
menggunakan awalan, kata kerja sekarang, kemarin, dan yang akan datang, rata-rata penjang
kalimat setengah per kalimat meningkat menjadi 6-8 kata.
Masa usia 6-12 tahun dikenal juga sebagai masa usia sekolah. Di masa usia 6-12 tahun, anak
mulai menggunakan bahasa secara simbolik. Adapun perkembangan bahasa di masa ini ditandai
dengan :Menggunakan bahasa yang lebih kompleks, lebih banyak kata sifat yang digunakan,
menggunakan kalimat pengandaian, jumlah kata rata-rata per kalimat 7 atau 6 kata.Kosakata
untuk bahasa lisan mencapai 3000 kata.
Di bidang sosial, anak menggunakan klausa adjektif dengan menggunakan kata ‘yang’ dan lebih
banyak menggunakan kata kerja yang dibendakan.Semakin meningkatnya kemampuan untuk
membaca dan memahami bahasa tubuh dan komunikasi nonverbal lainnyaMampu memprediksi
perilaku orang lain Berusaha untuk melihat dari sudut pandang orang lain, danMenyesuaikan
bahasa yang digunakan.
Di masa usia sekolah ini, anak-anak juga juga mulai dapat memberikan bantuan dan
menunjukkan sifat memperhatikan dan mengutamakan kepentingan orang lain, mengembangkan
kemampuan naratif yang ditandai oleh peristiwa yang diurutkan secara sebab akibat atau
bercerita, menunjukkan peningkatan keterampilan percakapan, memperluas topik pembicaraan,
dan menggunakan bahasa untuk berbagai macam fungsi.
Masa usia 13-19 tahun disebut juga sebagai masa remaja. Di masa ini, perkembangan bahasa
remaja semakin meningkat dengan pesat karena dipengaruhi oleh perkembangan kognitif dan
lingkungan sekitarnya seperti keluarga, masyarakat sekitar, sekolah, dan teman sebaya.
Perkembangan bahasa di masa remaja ditandai dengan :
Jumlah kosa kata yang dikuasai semakin banyak seiring dengan semakin banyaknya referensi
bacaan serta topik yang semakin kompleks.Semakin berkembangnya pola bahasa pergaulan yang
digunakan remaja dengan teman sebaya.Menyukai digunakannya metafora atau gaya bahasa lain
guna mengekspresikan pendapat atau perasaan mereka.Mampu menciptakan ungkapan atau
istilah-istilah baru yang tidak baku atau bahasa gaul.
Di rentang usia 20 tahun ke atas atau masa dewasa, perkembangan bahasa ditandai dengan
semakin kompetennya manusia dalam menggunakan bahasa verbal maupun bahasa nonverbal
ketika berkomunikasi dengan orang lain, menunjukkan pemahaman terhadap apa yang
disampaikan oleh orang lain, dan digunakannya perilaku nonverbal.
Karakter lansia yang terkadang merasa lebih tua dan mengerti banyak hal menimbulkan perasaan
bahwa ia mengetahui segalanya. Kondisi seperti ini akan menyebabkan seorang lansia jadi lebih
mendominasi pembicaraan atau komunikasi. Selanjutnya adalah ia tidak akan merasa senang jika
lawan bicaranya memotong pembicaraan yang sedang ia lakukan. Hal ini akan sangat
menyulitkan pembicaraan yang terjadi.
Komunikasi yang efektif tentunya tidak akan tercapai jika lansia berada dalam kondisi yang
seperti ini. Bahkan meskipun lawan bicara sudah berusaha keras untuk memberikan pemahaman
bahwa ia mendapatkan haknya, namun lansia terkadang tetap merasa tidak aman sehingga terus
melakukan penyerangan pada lawan bicaranya.
3. Cuek
Cuek oleh lansia ditandai dengan sikap menarik diri saat akan diajak berbicara atau
berkomunikasi. Sikap seperti ini biasanya diikuti dengan perasaan menyepelekan orang
lain.Banyak para lansia yang merasa bahwa komunikasi dengan orang yang lebih muda
dibandingkan dengan dirinya adalah satu kegiatan yang sia-sia dan tidak bermanfaat sehingga ia
akan dengan mudah menarik diri dari pembicaraan.
4. Kondisi fisik
Para lansia yang akan diajak berkomunikasi tentunya memiliki keterbatasan fisik yang
membuatnya menjadi kesulitan dalam berkomunikasi.Banyak masalah yang timbul akibat
kondisi fisik yang tidak baik pada lansia. Misalnya saja jika ia memiliki masalah pada
pendengaran, tentunya akan menjadi masalah juga dalam komunikasi. Lansia tersebut akan
membutuhkan alat bantu dengar agar ia dapat berkomunikasi dengan baik dan lancar.Jika ia tidak
menggunakan alat bantu dengar, maka lawan bicaranya harus menggunakan suara keras untuk
bisa berbicara dengan lansia tersebut.Sayangnya hal seperti ini sering disalahartikan oleh lansia
sebagai bentuk penghinaan dengan membentak. Disinilah berbagai masalah baru muncul, maka
dari itu sangat dibutuhkan pengertian dan pemahaman yang baik oleh lawan bicara terhadap
kondisi lansia agar komunikasi yang efektif dapat berjalan dengan baik dan lancar.
5. Stress
depresi atau tingkat stres yang dialami oleh lansia.Lansia sangat mudah diserang oleh stres, baik
akibat kondisi fisik yang ia alami, maupun faktor lainnya.Jika seorang lansia sudah menderita
stres, maka ia akan selalu mudah marah dan tidak mau mendengar apapun yang dikatakan oleh
orang lain. Kondisi ini hanya bisa diperbaiki jika sumber dari beban pikirannya telah diatasi.
lansia yang satu ini merupakan salah satu hal yang banyak dihadapi oleh orang yang
berkomunikasi dengan lansia. Lansia yang selalu merasa benar dan tahu segalanya biasanya juga
akan mempermalukan orang lain di depan umum.
Hal ini sering dilakukan untuk menutupi kekurangan yang terdapat dalam diri mereka sendiri.
Jika sudah terjadi, maka biasanya komunikasi akan langsung berhenti dan tidak lagi dilanjutkan
karena lawan bicara sudah merasa tidak nyaman. Meskipun begitu, kebanyakan lansia menyadari
perbuatan mereka ini dan tidak merasa melakukan kesalahan dalam komunikasi yang dilakukan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kita dapat mengetahui perkembangan komunikasi terhadap usia Menurut Harley (2001),
perkembangan usia merupakan proses yang sangat kompleks, yang melibatkan perkembangan
berbagai keterampilan lain.Keterampilan yang dimaksud meliputi keterampilan reseptif dan
keterampilan ekspresif. Yang dimaksud dengan keterampilan reseptif adalah kemampuan untuk
memahami kata-kata atau kalimat. Sementara itu yang dimaksud dengan keterampilan ekspresif
adalah kemampuan untuk menyampaikan pikiran, emosi, dan kebutuhan dengan menggunakan
bahasa lisan atau tertulis.
Proses perkembangan usia yang sangat kompleks ini bisa jadi memengaruhi perkembangan
aspek-aspek bahasa atau komponen bahasa dalam konteks komunikasi lainnya seperti fonologis,
sintaktis, semantik, dan pragmatis.Dengan demikian, yang dimaksud dengan perkembangan
bahasa adalah proses di mana anak-anak memahami dan mengkomunikasikan bahasa selama
masa kanak-kanak.Namun, perkembangan bahasa ini sejatinya tidak berhenti sampai di situ.
Kemampuan berbahasa seseorang akan semakin berkembang seiring dengan bertambahnya usia,
semakin berkembangnya sisi kognitif manusia, dan dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya.
SARAN
Tentunya kami berharap bahwa dalam pemaparan kami di makalah ini dapat menjadi sumber
ilmu yang diterapkan dalam sehari hari dan tidak hanya menjadi suatu bacaan yang tertuang
dalam lembaran makalah saja.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Susanto. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada. Media Group
Anne Rachmawati2007. Efektifitas Program Bimbingan Sosial Pribadi dalam Meningkatkan
Assertivitas Remaja. Skripsi S1 FIP UPI Bandung. Tidak diterbitkan.