Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

GADAR MATERNAL NEONATAL

DETEKSI DINI MASA KEHAMILAN, PERSALINAN, DAN NIFAS

Nama : Sefti Rahma Dia

NIM : PO.71.24.1.19.087

Tingkat II Reguler B

Dosen Akademik :

Wita Asmalinda, SST, M.Kes

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT.karena atas rahmat, taufik, dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyusun makalah “Gadar Maternal Neonatal ” ini dengan baik.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas perkuliahan selain itu dapat menambah
wawasan dan pengetahuan tentang “ Deteksi Dini Kehamilan, persalinan, dan nifas” saya
mengucapkan terima kasih kepada ibu Wita Asmalinda, SST, M.Kes yang telah
membimbing saya dalam pembuatan makalah ini. Saya sadar bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna. Apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kekurangan dan
kesalahan, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat saya harapkan demi
sempurnanya makalah ini.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca sebagaimana yang diharapkan.

TERIMA KASIH

Palembang, Maret 2021

PENYUSUN

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................2

Daftar Isi ....................................................................................................................3

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................................4
B. Rumus Masalah……………………………………………………………....5
C. Tujuan………………………………………………………………...……...5

BAB II PEMBAHASAN……………………………….............................................6

A. Pengertian Deteksi Dini……………………………………………………...6


B. Deteksi Dini Pada Masa Kehamilan…………………………………………6
C. Deteksi Dini Pada Masa Persalinan…………………………………………12
D. Deteksi Dini Pada Masa Nifas………………………………………..……..16

BAB III. PENUTUP

Kesimpulan ....................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................24

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kehamilan dan persalinan merupakan proses alami, tetapi bukannya


tanpa resiko dan merupakan beban tersendiri bagi seorang wanita. Ibu dapat
mengalami beberapa keluhan fisik dan mental, bagian kecil mengalami kesukaran
selama kehamilan dan persalinan, tetapi kebanyakan ibu tersebut pulih sehat
kembali sepenuhnya dengan mempunyai bayi yang normal dan sehat.
Sebagian besar kehamilan dan persalinan akan mempunyai hasil yang
menggembirakan yaitu ibu dan bayi lahir sehat. Namun sebagian ibu hamil akan
menghadapi kegawatan dengan derajat ringan sampai bert yang dapat
memberikan bahaya terjadinya ketidaknyamanan, ketidakpuasan, kesakitan,
kecacatan, bahkan kematian bagi ibu dan atau bayinya, terutama pada kelompok
ibu hamil resiko tinggi, maupun ibu hamil resiko rendah yang mengalami
komplikasi pada persalinan.
Deteksi dini gejala dan tanda bahaya selama kehamilan merupakan upaya
terbaik untuk mencegah terjadinya gangguan yang serius terhadap kehamilan
ataupun keselamatan ibu hamil. Faktor predisposisi dan adanya penyakit penyerta
sebaiknya juga dikenali sejak awal sehingga dapat dilakukan berbagai upaya
maksimal untuk mencegah gangguan yang berta baik terhadap kehamilan dan
keselamatan ibu maupun bayi yang dikandungnya.
Masa nifas merupakan masa yang diawali sejak beberapa jam setelah
plasenta lahir dan berakhir setelah 6 minggu setelah melahirkan. Akan tetapi
seluruh organ kandungan baru pulih kembali, seperti dalam keadaan sebelum
hamil dalam waktu 3 bulan setelah bersalin. Masa nifas tidak kalah penting
dengan masa-masa ketika hamil, karena pada saat ini organ-organ reproduksi
sedang mengalami proses pemulihan setelah terjadinya proses kehamilan dan
bersalin. Masa nifas dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu pasca nifas, masa nifas 
dini, dan masa nifas lanjut, yang masing-masing memiliki ciri khas tertentu. Pasca
nifas adalah masa setelah persalinan sampai 24 jam sesudahnya (0-24 jam setelah
melahirkan). Masa nifas dini adalah masa permulaan nifas yaitu 1 hari sesudah
melahirkan sampai 7 hari lamanya (1 minggu pertama). Masa nifas lanjut adalah 1
minggu sesudah melahirkan sampai dengan 6 minggu setelah melahirkan.

4
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari deteksi dini ?
2. Apa tujuan dilakukannya deteksi dini pada masa kehamilan ?
3. Apa tujuan dilakukannya deteksi dini pada masa persalinan ?
4. Apa tujuan dilakukannya deteksi dini pada masa nifas?

C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk memahami pengertian dari deteksi dini
2. Untuk mengetahui tujuan deteksi dini pada masa kehamilan
3. Untuk mengetahui tujuan deteksi dini pada masa persalinan
4. Untuk mengetahui tujuan deteksi dini pada masa nifas

5
BAB II

PEMBAHASAN

A.PENGERTIAN DETEKSI DINI

Deteksi dini terhadap komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas adalah upaya
penjaringan yang dilakukan untuk menemukan penyimpangan -penyimpangan yang terjadi
selama kehamilan, persalinan dan nifas secara dini. Deteksi Dini adalah suatu mekanisme
pemberian informasi secara tepat waktu dan efektif melalui institus yang dipilih. Agar
individu/ masyarakat beresiko mampu mengambil tindakan pencegahan/ mengurangi resiko
serta mampu mengantisipasi untuk merespon secara efektif. Pengertian lain deteksi dini
adalah upaya untuk menginformasikan kepada klien yang berpotensi mengalami masalah
dalam masa kehamilan, persalinan dan nifas. Yang bertujuan untuk menyiapkan/
menyiagakan mereka menghadapi kondisi/ masalah

Deteksi dini dalam pelayanan antenatal adalah mengarah pada penemuan pada ibu
hamil beresiko agar dapat ditangani secara memadai sehingga kesakitan atau kematian dapat
dicegah.Persalinan merupakan proses alamiah namun berpotensi mengalami komplikasi,
sehingga penting dilakukan asuhan kebidanan ibu bersalin untuk menjamin bahwa proses
alamiah dari persalinan berjalan normal. Asuhan ibu bersalin merupakan suatu program
pelayanan kesehatan ibu dan anak yang memperhatikan pengawasan terhadap kesejahteraan
janin maupun ibu sesuai dengan standard asuhan persalinan. Pada masa persalinan hingga
periode pasca partum sering dijumpai adanya komplikasi. Oleh karena itu, sangat penting
dilakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin yang berkualitas sebagai upaya untuk
mengantisipasi dan mendeteksi terjadinya penyulit dan komplikasi saat persalinan.
Masa nifas adalah masa setelah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali
alat-alat kandungan seperti sebelum hamil yang berlangsung selama 6 minggu. Komplikasi
masa nifas adalah keadaan abnormal pada masa nifas yang disebabkan oleh masuknya
kuman-kuman ke dalam alat genetalia pada waktu persalinan dan masa nifas. Masa nifas
merupakan masa yang rawan bagi ibu,sekitar 60% kematian ibu terjadi setelah melahirkan
hampir 50% dari kematian pada nifas terjadi pada 24 jam pertama setelah persalinan,
diantaranya disebabkan oleh adanya komplikasi masa nifas. Selama ini perdarahan
pascapersalinan merupakan penyebab kematian ibu,namun dengan meningkatnya persediaan
darah dan sistem rujukan,maka infeksi menjadi lebih menonjol sebagai penyebab kematian
dan morbiditas ibu.

B. DETEKSI DINI PADA MASA KEHAMILAN

Komplikasi selama kehamilan dapat terjadi pada ibu maupun janin. Pada ibu beberapa
komplikasi yang sering dijumpai adalah:

1. Preeklamsia

6
Preeklamsia pada ibu hamil ditandai dengan meningkatnya tekanan darah (hipertensi) dan
tanda-tanda kerusakan organ lain. Berita buruknya, kondisi ini bisa sangat membahayakan
ibu maupun janin yang dikandung. Preeklamsia yang tidak disadari oleh calon ibu bisa
berkembang menjadi eklamsia, yaitu sebuah kondisi yang jauh lebih serius dan mengancam.

Kondisi ini sering dikaitkan dengan kelainan yang terjadi pada plasenta, yaitu organ yang
berfungsi menerima suplai darah dan nutrisi untuk janin selama di dalam kandungan. Meski
begitu, hingga kini masih belum diketahui secara pasti apa yang menjadi penyebab
preeklamsia bisa terjadi pada masa kehamilan.

Gangguan preeklamsia yang terjadi selama kehamilan bisa menyebabkan terganggu


pertumbuhan dan perkembangan janin, termasuk kelancaran peredaran darah plasenta.
Kondisi ini menyebabkan pembuluh darah menjadi lebih sempit dari seharusnya, sehingga
bisa menyebabkan berkurangnya jumlah darah yang bisa dialirkan.

Tidak ada salahnya, sebaiknya ibu ketahui beberapa kondisi yang dapat sebabkan ibu alami
preeklampsia saat menjalani kehamilan. Dilansir dari American Pregnancy Association,
seorang ibu yang menjalani kehamilan pertama nyatanya rentan alami preeklamsia. Tidak
hanya itu, riwayat keluarga dengan preeklamsia atau kehamilan sebelumnya dengan kondisi
yang serupa dapat menyebabkan seorang ibu alami preeklamsia.

Ibu dengan kehamilan kembar juga berisiko alami preeklamsia. Ibu yang menjalani
kehamilan di usia sebelum 20 tahun atau lebih dari 40 tahun juga rentan dengan kondisi ini,
sehingga pemeriksaan teratur pada rumah sakit terdekat sangat diperlukan untuk memastikan
kondisi kehamilan dalam keadaan sehat.

Salah satu tanda yang cukup khas dari kondisi ini adalah tekanan darah yang terus meningkat.
Karena itu, memantau tekanan darah selama kehamilan adalah hal yang penting untuk
dilakukan. Ibu hamil harus waspada jika tekanan darah sudah mencapai 140/90 mmHg atau
lebih.

Selain hipertensi, ada gejala lain yang muncul saat seorang ibu hamil mengalami
preeklamsia, yaitu:

  Terjadi Pembengkakan di Sejumlah Area Tubuh

Dilansir dari National Library of Medicine, preeklamsia pada kehamilan dapat


menyebabkan calon ibu tiba-tiba mengalami pembengkakan. Kondisi ini bisa terjadi
di telapak kaki, wajah, mata, dan tangan. Ibu hamil yang mengalami preeklamsia juga
bisa mengalami peningkatan berat badan dalam 1 atau 2 hari.

  Nyeri yang Mengganggu

Preeklamsia meningkatkan risiko ibu hamil mengalami nyeri pada sejumlah bagian


tubuh. Nyeri yang muncul bisa sangat mengganggu dan menyiksa. Ibu hamil mungkin
akan mengalami nyeri di perut bagian atas, nyeri kepala yang parah, dan nyeri di

7
bagian tubuh lain. Tidak hanya nyeri yang membuat ibu hamil tidak nyaman dan
mengganggu, menurut The American College of Obstetricians and Gynecologists, ibu
hamil yang alami preeklamsia juga berisiko alami sakit kepala yang sulit hilang atau
reda.

  Tekanan Darah Melonjak

Salah satu gejala yang cukup khas dari kondisi ini adalah meningkatnya tekanan darah
secara drastis. Ibu hamil yang mengalami preeklamsia bisa mengalami peningkatan
tekanan darah menjadi sangat tinggi, yaitu lebih dari 140/90 mmHg.

  Gangguan Lain

Preeklamsia juga bisa menyebabkan ibu hamil mengalami gangguan lain. Mulai dari
sesak napas akibat cairan di paru-paru, mual dan muntah, hingga gangguan fungsi
hati, dan menurunnya jumlah trombosit dalam darah. Tidak hanya itu, melansir
National Health Service UK, ibu hamil yang mengalami preeklamsia umumnya akan
mengalami gangguan penglihatan.

2. Gestational diabetes

Diabetes gestasional adalah diabetes yang muncul pada masa kehamilan, dan hanya
berlangsung hingga proses melahirkan. Kondisi ini dapat terjadi di usia kehamilan berapa
pun, namun lazimnya berlangsung di minggu ke-24 sampai ke-28 kehamilan.
Sama dengan diabetes yang biasa, diabetes gestasional terjadi ketika tubuh tidak
memproduksi cukup insulin untuk mengontrol kadar glukosa (gula) dalam darah pada masa
kehamilan. Kondisi tersebut dapat membahayakan ibu dan anak, namun dapat ditekan bila
ditangani dengan cepat dan tepat.

Gejala  Diabetes Gestasional
Gejala diabetes saat kehamilan muncul ketika kadar gula darah melonjak tinggi
(hiperglikemia). Di antaranya:

 Sering merasa haus


 Frekuensi buang air kecil meningkat
 Mulut kering
 Tubuh mudah lelah
 Penglihatan buram

Perlu diketahui bahwa tidak semua gejala di atas menandakan diabetes gestasional, karena
bisa dialami oleh ibu hamil. Oleh karena itu, bicarakan dengan dokter bila mengalami kondisi
di atas.

8
Penyebab Diabetes Gestasional
Belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan diabetes gestasional. Akan tetapi,
kondisi ini diduga terkait dengan perubahan hormon dalam masa kehamilan.
Pada masa kehamilan, plasenta akan memproduksi lebih banyak hormon, seperti hormon
estrogen, HPL (human placental lactogen), termasuk hormon yang membuat tubuh kebal
terhadap insulin, yaitu hormon yang menurunkan kadar gula darah. Akibatnya, kadar gula
darah meningkat dan menyebabkan diabetes gestasional.

Faktor Risiko Diabetes Gestasional


Semua ibu hamil berisiko mengalami diabetes gestasional, akan tetapi lebih berisiko terjadi
pada ibu hamil dengan faktor-faktor berikut ini:

 Memiliki berat badan berlebih.


 Memiliki riwayat tekanan darah tinggi (hipertensi).
 Pernah mengalami diabetes gestasional pada kehamilan sebelumnya.
 Pernah mengalami keguguran.
 Pernah melahirkan anak dengan berat badan 4,5 kg atau lebih.
 Memiliki riwayat diabetes dalam keluarga.
 Mengalami PCOS (polycystic ovary syndrome) atau akantosis nigrikans.

Diagnosis Diabetes Gestasional
Dokter dapat menduga pasien mengalami diabetes gestasional apabila terdapat gejala disertai
riwayat medis yang telah dijelaskan sebelumnya. Namun untuk memastikannya, dokter dapat
menjalankan pemeriksaan lanjutan, seperti:

 Tes toleransi glukosa oral (TTGO) awal. Dalam TTGO awal, dokter akan
memeriksa kadar gula darah pasien, satu jam sebelum dan sesudah diberikan cairan
gula. Bila hasil TTGO awal menunjukkan kadar gula darah di atas 130–140 mg/dL,
dokter akan melakukan tes toleransi glukosa oral lanjutan.

 Tes toleransi glukosa oral (TTGO) lanjutan. Pada tes ini, pasien akan
diminta berpuasa semalaman sebelum menjalani tes darah di pagi hari. Setelah darah
pertama diambil, dokter akan memberikan air gula dengan kadar gula yang lebih
tinggi dibanding TTGO awal. Kemudian, kadar gula darah akan diperiksa 3 kali setiap
jam. Apabila 2 dari 3 pemeriksaan menunjukkan kadar gula darah tinggi, pasien akan
didiagnosis menderita diabetes gestasional.

9
3. Abortus

Abortus atau lebih sering disebut keguguran ialah kematian bayi dalam kandungan
dengan umur kehamilan kurang dari 20 minggu. Berdasarkan penyebabnya terdapat dua
macam abortus yaitu abortus disengaja (induced abortion) dan tidak disengaja (spontaneous
abortion).
Pada umumnya wanita seringkali mengalami abortus atau yang lebih sering disebut
dengan keguguran. Akan tetapi tidak banyak dari kita belum mengetahui dengan pasti apa itu
abortus, jenis-jenis abortus dan penyebab abortus.
Abortus atau keguguran merupakan salah satu ancaman yang terjadi ketika janin yang ada
dalam kandungan keluar pada kehamilan yang berusia sekitar 20 minggu atau berat anak
kurang dari 500 gram.
 Abortus pun dibagi bagi lagi menjadi beberapa bagian, antara lain :
1. Abortus Komplet
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari rahim pada kehamilan kurang dari 20 minggu.
2. Abortus Inkomplet
Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari rahim dan masih ada yang tertinggal.
3. Abortus Insipiens
Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks yang telah mendatar,
sedangkan hasil konsepsi masih berada lengkap di dalam rahim.
4. Abortus Iminens
Abortus tingkat permulaan, terjadi perdarahan per vaginam, sedangkan jalan lahir
masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik di dalam rahim.
5. Missed Abortion
Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus terlah meninggal dalam kandungan
sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih dalam
kandungan.
6. Abortus Habitualis
Abortus yang terjadi sebanyak tiga kali berturut turut atau lebih.

4. Persalinan preterm

Persalinan preterm adalah proses persalinan yang terjadi pada usia kehamilan 20-36
minggu. Diklasifikasikan menjadi persalinan preterm awal (sebelum 33 minggu) dan
persalinan preterm akhir (34-36 minggu).

Patofisiologi persalinan preterm adalah karena keadaan patologis


seperti chorioamnionitis  sehingga memicu Fetal Inflammatory Response Syndrome (FIRS).
Etiologi multifaktorial, seperti inflamasi intraamnion (Bacterial vaginosis, trichomoniasis,
viral infection), perdarahan desidua dan kelainan vaskular (abrupsio plasenta, plasenta
previa), premature decidual senescence, inkompetensi serviks, distorsi uterus, overdistensi

10
uterus (gemeli atau polihidramnion), hormonal, serta bisa disebabkan infeksi ekstrauterin
(pyelonephritis, malaria, pneumonia).

Sedangkan pada janin, beberapa komplikasi yang sering terjadi antara lain:

 Open spina bifida

Spina bifida adalah cacat lahir yang terjadi akibat terganggunya pembentukan tabung
saraf selama bayi dalam kandungan. Hal ini menyebabkan munculnya celah pada ruas tulang
belakang. Sistem saraf berkembang dari piringan sel di sepanjang punggung embrio.

 Kelainan jantung mayor

Kelainan yang disebut juga dengan cacat jantung bawaan ini adalah gangguan yang


menggambarkan jika anak ibu mengalami masalah pada jantung saat dilahirkan. Hal ini
dapat disebabkan masalah pada struktur jantungnya, seperti terdapat lubang kecil di
dalamnya atau sesuatu yang lebih parah

 SGA atau IUGR

Terminologi small for gestational age (SGA) mengacu pada ukuran bayi pada saat
lahir, yaitu bayi yang lahir dengan berat badan di bawah persentil 10% atau < 2 SD menurut
usia kehamilannya. Sedangkan intrauterine growth restriction (IUGR) adalah kegagalan
janin untuk bertumbuh sesuai dengan usia kehamilannya.

 Makrosomia

Makrosomia adalah berat badan bayi yang lahir lebih dari 4000 gram. Melihat insiden bayi
lahir dengan makrosomia mempunyai resiko cukup tinggi yang mungkin terjadi pada ibu
maupun janin, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi persalinan
dengan makrosomia.

 Trisomy 21, 18 dan 13

Sindrom Patau (Trisomi 13) merupakan kelainan autosomal ketiga tersering yang terjadi
pada bayi lahir yang hidup setelah Sindrom Down (trisomi 21) dan Sindrom Edwards
(trisomi 18). Insiden Sindrom Patau terjadi pada 1:8.000- 12.000 kelahiran hidup. Insidensi
akan meningkat dengan meningkatnya usia ibu

Komplikasi yang terus terjadi dapat meningkatkan angka kematian ibu maupun bayi.
Maka perlu dilakukan deteksi atau pencegahan sedini mungkin untuk mencegah terjadinya
komplikasi, antara lain:

Pada trimester pertama

11
 Perlu dilakukan penilaian risiko yang mungkin dimiliki ibu. Penilaian risiko dapat
dilihat dari riwayat obstetrik dan riwayat penyakit yang dimiliki ibu serta usia ibu
 Dilakukan pemeriksaan ultrasound dan fetal nuchal translucency thickness
 Pemeriksaan biomarker berupa free β-hCG, PAPP-A dan PGIF pada darah ibu
 Bila terdapat kemungkinan risiko atau kelainan pada janin, ibu dianjurkan untuk
melakukan tes kromosom untuk mengetahui ada/tidaknya kelainan genetic pada janin

Selain screening, olah raga juga dianjurkan bagi ibu hamil untuk kesehatan ibu dan janinnya.
Manfaat dari olah raga pada ibu hamil antara lain:

 Bagi ibu:
o Mempertahankan kemampuan fisik yang cenderung turun selama kehamilan
o Memperkuat otot tubuh agar mampu menyangga beban kehamilan dan
memperbaiki postur tubuh
o Mengurangi nyeri pinggang dan memperlancar proses pencernaan
o Mengurangi stres, depresi, dan cemas, serta membuat rileks
o Mengurangi risiko hipertensi dan DM pada kehamilan
o Mengurangi gelambir perut setelah persalinan dan mempercepat proses
pemulihan
o Meningkatkan kekuatan dan kelenturan otot panggung untuk memperlancar
suasana
 Bagi janin
o Meningkatkan pertumbuhan plasenta
o Bayi dapat dilahirkan dengan berat badan normal atau sesuai usia kehamilan

Olah raga atau latihan fisik yang dianjurkan bagi ibu hamil sebanyak 3-5 kali seminggu
dengan intensitas ringan-sedang (denyut nadi 100-140kpm). Latihan fisik sebisa mungkin
diawasi oleh tenaga terlatih. Jika terlalu berat dapat mengganggu perkembangan janin dan
latihan fisik yang terlalu lama akan menurunkan lemak tubuh hingga berdampak pada berat
bayi yang rendah saat lahir (BBLR). Namun, apabila ibu sudah memiliki komplikasi saat
kehamillan maka olahraga tidak dianjurkan, seperti pre-eklamsi, anemia berat, Diabetes
Melitus (DM), ataupun hipertiroid.

C. DETEKSI DINI PADA MASA PERSALINAN

Deteksi Dini Penyulit Persalinan pada Ibu Hamil – Persalinan adalah


suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina
ke dunia luar. Persalinan dibagi menjadi 4 kala yaitu :Kala 1Dimulai sejak terjadinya
kontraksi uterus dan pembukaan servik sampai pembukaan lengkap yaitu 10 cm.Kala 2
Dimulai ketika pembukaan sudah lengkap sampai bayi lahir.Kala 3 Dimulai setelah lahirnya
bayi dan berkhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban.

12
PENYULIT PADA IBU MASA PERSALINAN KALA I,II,III,IV

1.Distosia karena kelainan presentasi

o Presentasi puncak kepalaPada umumnya presentasi puncak kepala


merupakan kedudukan sementara,yang kemudian akan berubah menjadi
presentasi belakang kepala.Mekanisme persalinannya hamper sama dengan
posisi oksipitalis posterior persistens,sehingga keduanya seringkali di
kacaukan dengan yang lainnya.

o Presentasi dahiPresentasi dahi ialah keadaan dimana kedudukan kepala berada


di antara fleksi maksimal,sehingga dahi merupakan bagian terendah. Pada
permulaan persalinan,diagnosis presentasi dahi sulit di tegakkan.pemeriksaan
luar memberikan hasil seperti pada presentasi muka,tetapi pada bagian kepala
tidak seberapa menonjol.denyut jantung jauh lebih jelas di dengar di bagian
dada,yaitu sebelah yang sama dengan bagian-bagian kecil. presentasi dahi
dengan ukuran panggul dan janin yang normal,tidak akan dapat lahir spontan
pervaginam,sehingga harus di lahirkan dengan secio sesaria.

o Presentasi mukaLetak muka adalah letak kepala dengan defelksi


maksimal,hingga occiput mengenai punggung dan muka terarah
kebawah.Pada pemeriksaan luar dada akan teraba seperti punggung,bila muka
sudah masuk ke dalam rongga panggul , jari pemeriksa dapat meraba
dagu,mnulut,hidung dan pinggir orbita.Pemeriksaan harus di lakukan dengan
hati-hati,sehingga tidak melukai mata dan mulut.hal ini di sebabkan kaeran
keadaan yang memaksa terjadinya defelksi kepala atau keadaan yang
menghalangi terjadinya fleksi kepala.oleh karena itu janin tidak dapat lahir
spontan kecuali bila janin kecil atau mati.

o Persistent oksipito posterior


Yaitu posisi dimana ubun-ubun kecil tidak berputar kedepan,sehingga tetap
beraad di belakang disebabkan karena usaha penyesuaian kepala terhadap
bentuk dan ukuran panggul.

Mekanisme persalinannya dapat berlangusng spontan,tetapi pada


umumnya lebih lama,dan juga sulit untuk di ramalkan,karena kemungkinan
adanya penyulit ,di tambah kemungkinan kerusakan jalan lahir
besar,sedangkan kematian perinatal lebih tinggi bila di bandingkan dengan
keadaan dimana ubun-ubun kecil berada di depan .oleh sebab itu persalinan
dapat di tangani dengan menggunakan vakum atau cunam. ( sarwono,2005).

2.Distosia karena kelainan posisi janin.


a.Letak sungsang Defenisi dan criteriaLetak sungsang adalah letak memanjang dengan

13
bokong sebagai bagian yang terendah ( presentasi bokong). di bagi menjadi :a. letak bokong
murni : bokong yang menjadi bagian depan,kedua tungkai lurus ke atas.b. letak bokong kaki :
disamping bokong teraba kaki,biasa di sebut letak bokong kaki sempurna jika disamping
bokong teraba kedua kaki atau tidak sempurna jika di samping bokong teraba satu kaki.c.
letak lututd. letak kaki : presentasi kaki ( obstetric patologi : 132).

b. Letak lintang Defenisi Adalah sumbu memanjang janin menyilang sumbu memanjang ibu
secra tegak lurus mendekati 90 derjatcelcius.Factor-faktor penyebab :Fiksasi kepala tidak ada
indikasi CPDHidrosefalusAnsefalusPlasenta previa dan tumor-tumor pelvisJanin mudah
bergerak karena hidroamnionMultiparitasPertumbuhan janin terhambat atau janin
matiKelainan uterusGamely.

3.Distosia kelainan tenaga/his


Distosia adalah kesulitan dalam jalannya persalinan.distosia karena kelinan tenaga/his
adalah his yang tidak normal baik kekuatan maupun sifatnya sehingga menghambat
kelancaran persalinan.Penyebab : sering di jumpai pada primigravida tua dan inersia uteri
sering di jumpai pada multi gravid.faktor herediter,emosi dan kekuatan memegang peranan
penting,salah pimpinan persalinan pada kala II atau salah pemberian obat-obatan seperti
oksitosin dan obat-obatan penenang.

 His hipotonik Adalah his yang sifatnya lebih lama lebih singkat dan lebih jarang di
bandingkan dengan his yang normal.inertia uteri di bagi 2 keadaan primer dan
sekunderPenanganan : periksa keadaan serviks,presentasi dan kondisi janin,penurunan
bagian terbawah janin dan keadaan panggul kemudian buat tidakan dan rencana.

 His hipertonik Adalah his yang terlampau kuat dan terlalu sering sehingga tidak ada
relaksasi kahir penanganannya : berikan obat seperti morpin,luminal dsb.

 His yang tidak terkoordinasi Adalah sifat his yang berubah-ubah tidak ada koordinasi
dan sikronasi antara kontraksi dan bagian-bagiannya.jadi kontraksi tidak efisien dalam
mengadakan pembukaaan.Penanganannya : berikan (sedative dan analgetik) seperti
morpin,petidin dan vitamin) apabila persalinan sudah berlangsung lama dan berlarut –
larut lakukan forsep /SC.

4.Distosia karena kelainan alat kandungan dan jalan lahir.

 Distosia karena kelainan vulvaadalah persalinan yang sulit disebabkan karena atresia
vulvae ( tertutupnya vulva) ada yang bawaan ada juga yang di peroleh misalnya
karena radang atau trauma ( sulaeman,184)

14
 b.Distosia karena kelainan vaginaadalah kelambatan atau kesulitan dalam jalannya
persalinan yang di karenakan adanya kelainan pada vagina yang menghalangi
lancarnya persalinan.

 5. Distocia karena kelainan janin

 Bayi besar ( makrosomia) Bayi dengan berat badan diatas 4 kg. Penyebab :
DM,keturunan,multiparitas Pencegahan : di lakukan dengan melakukan penimbangan
berat badan ibu secara teratur,pengukuran TFU dan pola makan yang benar.
Persalinan : lebih baik dilakukas operasi secar.

 Hidrochepalus Pada ibu hamil dengan janin hidrosephalus akan terjadi bahaya pada
ibu,apabila tidak segera di lakukan pertolongan bahaya ruptur uteri akan mengancam
penderita.ruptur uteri pada hidrosefalus dapat terjadi sebelum pembukaan serviks
menjadi lengkap,karena tengkorak yang besar ikut meregangkan segmen bawah
uterus.hidrosefalus yang tidak diterapi/di operasi akan menimbulkan gejala
sisa,gangguan neurologis serta kecerdasan.

 .Anenchepalus Suatu keadaan dimana sebagian besar tulang tengkorak dan otak tidak
terbentuk.anenefalus merupakan suatu kelainan tabung saraf yang terjadi pada awal
perkembangan janin yang menyebabkan kerusakan pada jaringan pembentuk otak.

 Kembar siam Adalah keadaan anak kembar yang kembarogan tubuh keduanya
bersatu.hal ini terjadi apabila zygot dai bayi kembar identik gagal berpisah secra
sempurna.karenaterjadinya pemisahan yang lambat,maka pemisah anak tidak
sempurna dan terjadi kembar siam ( UNPAD,1998). 6. Penyulit dalam kehamilan dan
persalinan Pada kehamlan kembar hydramnion sering di temukan hydramnion
mengakibatkan tingginya angka kematian bayi karena hydraqmnion mengakibatkan
partus prematurus.

 Gawat janin Terjadi apabila janin tidak menerima cukupoksigen sehingga mengalami
hipoksia.situasiini dapat terjadi kroni ( dalam jangka waktu lama ) atau akut selama
persalinan menunjukan hipoksia pada janin.

6.Penyulit persalinan pada kala II dan IV


Pedarahan post partumPerdarahan lebih dari ml selama 24 jam setelah anakPenyebab utama :
atonia uteri,retensio plasenta,sisa plasenta,laserasi jalan lahir.

 Atonia uteriUterus tidak berkontraksi sal 15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus
uteri (plasenta telah lahir)

 Retensio plasentaTerlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam setelah


kelahiran bayi.Penyebab : karena hiskurang kuat dan plasenta sukar terlepas karena
tempatnya (insersi disudut tuba) ,bentuk plasenta membranasea,plasenta anularis).
15
 Emboli air ketuban masuknya air ketuban melalui vena yang terbuka di daerahtempat
perlekatan palsenta,masuknya air ketuban yang mengandung rambut lanugo ,verniks
casiosa dan mekonium ke dlam pembuluh darahibu akan menyumbat pembuluh-
pembuluh kapiler dlaam paru-paru. Penyebab : adanya his yang kuat dan terutama
terus menerus,misalnya pada pemberian uterotonika yang berlebihan dimana ketuban
sudah pecah biasanya pada akhir kala I atau segera setelah anak lahir. d.Robekan jalan
lahir Bersumber dari berbagai organ diantaranya vaginaperenium,portio,serviks dan
uterus.ciri khas : uterus kuat,keras dan mengecil,perderahan terjadi langsung setelah
anak lahir.

D. DETEKSI DINI PADA MASA NIFAS

1.Demam, Muntah, Rasa Sakit Waktu Berkemih

A. Demam
Demam adalah naiknya temperature tubuh diatas normal. Temperature tubuh yang
normal adalah sekitar 36-370C. Kenaikan suhu badan sampai 410C atau lebih
biasanya akan mengalami muntah-muntah dan bila demam mencapai 420C seringkali
menyebabkan kejang dan kerusakan otot yang tidak dapat disembuhkan. Demam
merupakan mekanisme tubuh untuk melawan infeksi.
Demam nifas dikenal sebagai febris puerperalis atau morbiditas puerperalis adalah
keadaan peningkatan suhu badan yang terjadi dalam jangka waktu antara mulai
dilahirkannya hasil konsepsi yang mungkin dapat hidup sampai dengan 42 hari atau
6 minggu setelah persalinan, yang disebabkan oleh apapun. Demam nifas merupakan
manisfestasi dari infeksi nifas, jika tidak diobati secara tepat dan cepat dapat
berlanjut menjadi sepsis nifas dan kematian maternal. 
Ibu yang pada masa nifas mengalami demam tinggi lebih dari 2 hari, dan disertai
keluarnya cairan yang berbau, mungkin mengalami infeksi jalan lahir. Pada keadaan
ini cairan liang rahim tetap berdarah. Keadaan ini mengancam jiwa ibu.
1. Gejala Klinis Demam
Pada saat terjadi demam, gejala klinis yang timbul bervariasi tergantung pada
fase demam, meliputi fase awal, proses, dan fase pemulihan (defesvescence).
Tanda-tanda ini muncul sebagai hasil perubahan pada titik tetap dalam mekanisme
pengaturan suhu tubuh. Fase-fase Terjadinya Demam :
a. Fase I: Awal (awitan dingin atau menggigil)
Peningkatan denyut jantung, peningkatan laju dan kedalaman pernafasan,
menggigil akibat tegangan dan kontraksi otot, kulit pucat dan dingin karena
vasokontriksi, merasakan sensasi dingin, dasar kuku mengalami sianosis
karena vasokontriksi, rambut kulit berdiri, pengeluaran keringat berlebihan,
peningkatan suhu tubuh.
b. Fase II: Proses demam
Proses menggigil lenyap, kulit terasa hangat/panas, merasa tidak panas atau
dingin, peningkatan nadi dan laju pernafasan, peningkatan rasa haus, dehidrasi

16
ringan hingga berat, mengantuk, delirium, atau kejang akibat iritasi sel saraf,
lesi mulut herpetik, kehilangan nafsu makan (jika demam memanjang),
kelemahan, keletihan, dan nyeri ringan pada otot akibat katabolisme protein.
c. Fase III: Pemulihan
Kulit tampak merah dan hangat, berkeringat, menggigil ringan,
kemungkinan mengalami dehidrasi.
2. Penyebab Demam
Penyebab umum demam antara lain :
a. Adanya infeksi seperti infeksi saluran kemih, infeksi streptokokus pada
tenggorokan, infeksi sinus, dan abses gigi.
b. Infeksi mononucleosis yang disertai rasa lelah.
c. Tertular suatu penyakit saat Anda berada di luar negeri.
d. Kelelahan karena kepanasan atau terbakar sinar matahari hebat

B. Muntah
Muntah adalah aktivitas mengeluarkan isi lambung/perut melalui esophagus
dan mulut yang disebabkan oleh kerja motorik dari saluran pencernaan. Kemampuan
untuk muntah dapat mempermudah pengeluaran toksin dari perut.
Muntah adalah aksi dimana lambung harus menanggulangi tekanan yang
normalnya ditempat untuk memperthankan makanan dan sekresi-sekresi didalam
lambung. Lambung hampir membalikan dirinya dari dalam keluar – memaksakan
dirinya kedalam bagian bawah dari esophagus (tabung yang menghubungkan mulut
ke lambung) selama episode muntah.
1. Penyebab Muntah
Penyebab muntah antara lain karena :
a. Penyakit infeksi atau radang di saluran pencernaan atau di pusat
keseimbangan.
b. Penyakit-penyakit karena gangguan metabolisme seperti kelainan
metabolisme karbohidrat, kelainan metabolisme asam amino/asam organic.
c. Gangguan pada system syaraf bisa karena gangguan pada struktur, adanya
infeksi, maupun karena keracunan.
d. Stress Psikologi: menyebabkan rangsangan saraf otak pada SNC untuk
memproduksi asam lambung (HCl). asam lambung yang berlebih dapat
menyebabkan reflek muntah yang dimediatori oleh nervus cranial X (Nervus
Vagus).
e. Trauma abdomen yang menyebabkan isi perut tergoncang yang mempegaruhi
tekanan intraabdomen.
f. Faktor Hormonal. pada orang hamil trimester pertama 28 % wanita indonesia
mengalami morning sickness dimana hormon estrogen dan hypochorionic
gonadotropin mengalami fase metabolisme yang tidak biasanya.

C. Rasa Sakit Saat Berkemih


Sering kali ibu-ibu setelah melahirkan merasa enggan untuk melakukan buang air
kecil. Apalagi bila proses persalinan tersebut dilakukan dengan tindakan. Para ibu

17
kerap takut buang air kecil karena merasa khawatir akan terjadi nyeri atau perih pada
vagina yang baru dijahit.
Pada saat Kehamilan biasanya disertai peningkatan cairan ekstraseluler yang
cukup bermakna, dan deurisis masa nifas adalah kebalikannya. Deurisis terjadi pada
hari kedua dan kelima. Peningkatan tekanan vena pada setengah bagian bawah tubuh
akan berkurang setelah melahirkan dan hipervolumia akan menghilang. Kandung
kemih masa nifas mempunyai kapasitas yang bertambah besar dan relatif tidak
sensitif terhadap tekanan cairan intravesika. Overdistensi pengosongan tidak
sempurna serta urine residual sering dijumpai. Pengaruh anestesi juga dapat menjadi
penyebab gangguan pada tractus urinarius ini. Ureter dan pelvis renalis yang
mengalami dilatasi akan kembali kekeadaan sebelum hamil mulai dari minggu ke 2-8
post Partum.
Dalam waktu kurang dari enam jam pascapersalinan ibu bersalin harus berkemih.
Jika tidak bisa berkemih dalam 24 jam atau urine yang keluar hanya sedikit dan
tersendat-sendat berarti ibu mengalami gangguan fungsi berkemih yang disebut
dengan retensio urine. Biasanya urine yang keluar kurang dari 50 persen dari
kapasitas kantong urine. Gangguan ini juga sering dicirikan dengan adanya
pembengkakan pada daerah abdomen. Adanya gangguan fungsi berkemih
pascapersalinan tersebut disebabkan karena berkurangnya kontraktilitas otot detrusor
veksika urinaria. Gangguan juga bisa diakibatkan adanya resistensi pada uretra serta
kegagalan relaksasi otot elevator selama proses berkemih berlangsung.
Seorang Dokter atau Bidan memegang peranan penting dalam melakukan deteksi
dini terhadap gangguan berkemih pascapersalinan tersebut. Caranya yaitu dengan
menanyakan pada pasiennya enam jam setelah melahirkan apakah sudah bisa
melakukan buang air kecil atau belum selain itu, tenaga medis yang membantu
persalinan juga sebaiknya melakukan evaluasi dan pengukuran urine sisa enam jam
pascapersalinan. Apabila urine yang keluar kurang dari 50 persen, berarti pasien
tersebut mengalami gangguan. Obat anti nyeri juga harus diberikan pada ibu bersalin
yang mengalami penjahitan pada vaginanya. Hal itu berguna untuk mengurangi nyeri
saat melakukan buang air kecil sehingga tidak menundanya.
Untuk melakukan pencegahan tersebut, manajemen aktif persalinan memegang
banyak peranan. Hal itu berguna untuk mencegah lamanya proses persalinan
sehingga peregangan urine hanya sebentar.
1. Faktor predisposisi :
a. Penggunaan kateter pada saat kehamialn atau persalinan
b. Air kemih yang tertahan karena perasaan sakit waktu berkemih karena trauma
persalinan atu luka pada jalan lahir
2. Gejala dan tanda :
a. Disuria
b. Demam tinggi
c. Sering kencing
d. Nyeri perut
e. Nyeri suprapubik
f. Nyeri pinggang

18
g. Nyeri dada belakang
h. Anoreksia
i. Mual/muntah     

2.Payudara yang Berubah Menjadi Merah, Panas dan Atona Serba Sakit

Pada masa nifas payudara akan menglami beberapa perubahan sebagai berikut :
A. Bendungan ASI
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi
atau oleh kelenjar yang tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada
putting susu (Mochtar, 1996).
Menurut Huliana (2003) payudara bengkak terjadi karena hambatan aliran darah
vena atau saluran kelenjar getah bening akibat ASI terkumpul dalam payudara.
Kejadian ini timbul karena produksi yang berlebihan, sementara kebutuhan bayi pada
hari pertama lahir masih sedikit.
1. Patologi :
Faktor predisposisi terjadinya bendungan ASI antara lain :
a. Faktor hormon
b. Hisapan bayi
c. Pengosongan payudara
d. Cara menyusui
e. Faktor gizi
f. Kelainan pada puting susu
2. Patofisiologi
a. Gejala yang biasa terjadi pada bendungan ASI antara lain payudara penuh terasa
panas, berat dan keras, terlihat mengkilat meski tidak kemerahan.
b. ASI biasanya mengalir tidak lancar, namun ada pula payudara yang terbendung
membesar, membengkak dan sangat nyeri, puting susu teregang menjadi rata.
c. ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap
ASI. Ibu kadang-kadang menjadi demam, tapi biasanya akan hilang dalam 24
jam (Mochtar, 1998).

B. Mastitis
Mastitis adalah infeksi pada payudara. Mastitis terjadi akibat infasi jaringan
payudara misalnya glandular, jaringan ikat, aerola, lemak oleh mikroorganisme
infeksius atau adanya cedera payudara. Mastitis hampir selalu terbatas pada satu
payudara. Organisme yang umum termasuk S.aureus, streptococci, dan
H.parainfluenzae. Bakteri dapat berasal dari beberapa sumber sebagai berikut :
a. Tangan ibu
b. Tangan orang yang merawat ibu atau bayi
c. Bayi
d. Duktus laktiferus
e. Setres dan keletihan

19
1. Tanda dan gejala aktual mastitis meliputi:
a. Peningkatan suhu yang cepat dari 39,5-400C
b. Peningkatan kecepatan nadi
c. Menggigil
d. Sakit kepala
e. Nyeri hebat, bengkak, area payudara keras dan inflamasi. Abses Payudara
Abses payudara adalah kelanjutan atau komplikasi dari mastitis hal ini di sebabkan
karena meluasnya peradangan dalam payudara tersebut.
1. Gejala
a. Sakit pada payudara ibu tampak lebih parah.
b. Payudara lebih mengkilap dan berwarna merah.
c. Benjolan terasa lunak karena berisi nanah.
d. Payudara yang tegang dan padat kemerahan.
e. Pembengkakan dengan adanya fluktuasi.
f. Adanya pus/nanah.
2. Penanganan dan Peran Bidan
a. Teknik menyusui yang benar.
b. Kompres payudara dengan air hangat dan air dingin secara bergantian.
c. Meskipun dalam keadaan mastitis, harus sering menyusui bayinya.
d. Mulailah menyusui pada payudara yang sehat.
e. Hentikan menyusui pada payudara yang mengalami abses, tetapi ASI harus tetap
dikeluarkan.
f. Apabila abses bertambah parah dan mengeluarkan nanah, berikan antibiotik.
g. Rujuk apabila keadaan tidak membaik.

C.Saluran Susu Tersumbat

Saluran tersumbat hampir selalu dapat terselesaikan tanpa pengobatan khusus


antara 24 hingga 48 jam setelah terjadi. Selama sumbatan itu masih ada, bayi mungkin
saja rewel ketika menyusu di payudara tersebut karena aliran ASI akan lebih lambat
dari biasanya. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya tekanan dari benjolan yang
menekan saluran lain. Saluran tersumbat dapat diatasi lebih cepat jika meneruskan
menyusui pada payudara yang sakit, dan kosongkan payudara dengan lebih baik. Hal
ini dapat dilakukan dengan :
1. Sedapat mungkin melakukan pelekatan yang baik 
2. Menggunakan tekanan pada payudara untuk menjaga ASI tetap mengalir.
3. Letakkan tangan di sekitar saluran yang tersumbat dan jika tidak terlalu sakit, tekan
saat bayi sedang menyusui.
4. Susui bayi dengan posisi sedemikian rupa sehingga dagu bayi ”mengarah” pada
saluran yang tersumbat. Jadi, bila saluran tersumbat ada pada bagian luar bawah
payudara (arah jam 7), maka menyusui bayi dengan posisi football dapat sangat
membantu.
5. Hangatkan area yang terinfeksi.

20
6. Anda bisa melakukan ini dengan bantalan penghangat atau botol berisi air panas,
tetapi hati-hati untuk tidak membakar kulit dengan menempelkan yang terlalu panas
untuk waktu yang terlalu lama.
7. Coba untuk beristrirahat.
8. Tentu saja, dengan kehadiran seorang bayi baru tidaklah mudah untuk beristirahat.
Cobalah untuk tidur. Bawa bayi bersama Anda ke tempat tidur dan susui dia di
sana.

D.Payudara Bengkak

Pembengkakan payudara adalah karena ASI tidak disusui dengan adekuat, sehingga
sisa ASI terkumpul pada system duktus yang mengakibatkan terjadinya
pembengkakan. Payudara bengkak ini sering terjadi pada hari ketiga atau keempat
sesudah melahirkan. Statis pada pembuluh darah dan limfe akan mengakibatkan
meningkatnya tekanan intrakaudal, yang akan memengaruhi segmen pada payudara,
sehingga tekanan seluruh payudara meningkat. Akibatnya, payudara serign terasa
penuh, tegang, serta nyeri. Kemudian diikuti oleh penurunan produksi ASI dan
penuruna let down. Penggunaan bra yang ketat juga bisa menyebabkan segmental
engorgement, demikian pula puting yang tidak bersih dapat menyebabkan sumbatan
pada duktus.

E.Rasa Sakit, Merah, Lunak dan atau Pembengkakan di Kaki

Rasa sakit, merah, lunak, atau pembengkakan dikaki yang terjadi pada masa nifas
biasa disebut dengan DVT (deep venous trombosis ). DVT adalah inflamasi vena dengan
pembentukan bekuan yang lebih sering terjadi pada vena femoralis (tungkai) dan vena-
vena pada uterus, ovarium, dan hipogastrik. Pembekuan ini dapat menyebabkan
inflamasi, alokal dan menyumbat vena kemudian pembekuan terlepas menjadi embolus
dan bergerak kedalam pembuluh jantung dan paru-paru sehingga menyumbat pembuluh
tersebut.
DVT (deep venous trombosis) atau trombosis vena dalam lebih jarang terjadi, tetapi
dapat menyebabkan terlepasnya bekuan yang kemudian menyebabkan emboli paru
hiperkoagulabititas meningkat seiring dengan peningkatan usia ibu, parietas, dehidrasi
setelah persalinan dan persalinan melalui seksio sesaria ( SC ). Wanita beresiko lebih
besar apabila mereka memiliki riwayat gangguan tromboimbulus, hipertensi akibat
kehamilan dan anemi atau pernah melahirkan dengan operasi
Resiko DVT ditungkai bawah kiri, terutama setelah secsio secaria, karena kecepatan
aliran darah paling rendah.Gejala DVT biasanya dirasakan nyeri serta mengalami
pembengkakan didaerah yang terkena dan kadang – kadang terjadi demam. Terjadi
perbedaan mencolok dalam ukuran betis atau pada ekstremitas sirkulasi ditungkai bawah

21
serta trombosis mungkin terpengaruh sehingga tungkai tampak pucat dan dingin serta
mungkin oedema.
A. Penyebab
Adapun penyebab DVT adalah

1. Perluasan atau invasi mikroorganisme patogen yang mengikuti aliran darah


disepanjang vena dan cabang – cabangnnya
2. Perpindahan cairan setelah melahirkan yang menghilang dalam seminggu
3. Kompresi vena tibialis
4. Kekentalan darah yang meningkat
B. Faktor predisposisi :
1. Obesitas
2. Peningkatan umur meternal dan tingginya paritas
3. Riwayat sebelumnya mendukung
4. Anestesi dan pembedahan dengan kemungkinan trauma yang lama pada keadaan
pembuluh vena.
5. Anemia maternal
6. Hypotermi dan penyakit jantung
7. Endometritis
8. Varicostitis

22
BAB III

KESIMPULAN

3.1 KESIMPULAN

Deteksi dini terhadap komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas adalah upaya
penjaringan yang dilakukan untuk menemukan penyimpangan -penyimpangan yang terjadi
selama kehamilan, persalinan dan nifas secara dini

Deteksi Dini adalah suatu mekanisme pemberian informasi secara tepat waktu dan
efektif melalui institus yang dipilih. Agar individu/ masyarakat beresiko mampu mengambil
tindakan pencegahan/ mengurangi resiko serta mampu mengantisipasi untuk merespon secara
efektif.

Pengertian lain deteksi dini adalah upaya untuk menginformasikan kepada klien yang
berpotensi mengalami masalah dalam masa kehamilan, persalinan dan nifas. Yang bertujuan
untuk menyiapkan/ menyiagakan mereka menghadapi kondisi/ masalah.

23
DAFTAR PUSTAKA

https://kesehatan-ibuanak.net/kia/index.php/arsip-pengantar/1027-deteksi-dini-komplikasi-
pada-kehamilan

https://www.alodokter.com/diabetes-gestasional

https://www.academia.edu/35418136/DETEKSI_DINI_KOMPLIKASI_PADA_NIFAS_DA
N_PENANGANANNYA

http://repository.unissula.ac.id/16519/6/BAB%20I.pdf

https://www.academia.edu/35418136/DETEKSI_DINI_KOMPLIKASI_PADA_NIFAS_DA
N_PENANGANANNYA

24

Anda mungkin juga menyukai