Anda di halaman 1dari 37

PROPOSAL SKRIPSI

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN “PENGGUNAAN


SOFTWARE MASTERCAM” PADA MATA PELAJARAN TEKNIK
PEMESINAN CNC DI SMKN 1 JAKARTA

Ditulis untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan dalam Mendapatkan Gelar


Sarjana Pendidikan

OLEH:
PANJI BAGASENA
5315160872

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah...........................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah.................................................................................................3
1.3 Pembatasan Masalah................................................................................................3
1.4 Rumusan Masalah....................................................................................................4
1.5 Tujuan Penelitian.....................................................................................................4
1.6 Manfaat Penelitian...................................................................................................4
BAB II............................................................................................................................6
2.1 Konsep Pengembangan Model.................................................................................6
2.1.1 Konseptual Teori Pengembangan................................................................6
2.1.2 Relevansi Produk.........................................................................................8
2.1.3 Langkah Pengembangan Produk.................................................................8
2.2 Konsep Produk yang Dikembangkan.......................................................................9
2.2.1 Konsep Dasar Pengembangan Produk........................................................9
2.2.2 Rujukan Konsep........................................................................................14
2.3 Kerangka Teoritik..................................................................................................15
2.3.1 Dasar Pengembangan................................................................................15
2.3.2 Modul Pembelajaran.................................................................................16
2.3.3 Kelebihan & Kekurangan Modul..............................................................18
2.3.4 Keefektifan Modul....................................................................................19
2.3 Rancangan Model...................................................................................................19
BAB III.........................................................................................................................21
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian................................................................................21
3.2 Metode Pengembangan Produk..............................................................................21
3.2.1 Tujuan Pengebangan.................................................................................21
3.2.2 Metode Pengembangan.............................................................................21
3.2.3 Sasaran Produk..........................................................................................22
3.3 Prosedur Pengembangan........................................................................................22
3.4 Teknik Pengumpulan Data.....................................................................................28
3.5...................................................................................................Teknik Analisis Data
................................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................34
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas sangat dibutuhkan


bangsa Indonesia guna menghadapi era Revolusi Industri 4.0, dimana sektor industri,
pelayaan dan jasa semakin memanfaatkan teknologi. Dalam hal ini, pendidikan
mempunyai kontribusi yang sangat penting untuk menghasilkan SDM yang
berkualitas yang memiliki penguasaan akan ilmu pengetahuan serta teknologi. Karena
dengan melalui pendidikan kualitas sumber daya manusia suatu bangsa tersebut dapat
ditingkatkan (Muhardi, 2004). Maka dalam hal ini pendidikan adalah suatu upaya
yang dilakukan bangsa Indonesia yang bertujuan untuk berkembangnya potensi tiap
individu menjadi lebih baik demi terciptanya SDM yang berkualitas.
Salah satu jenjang pendidikan di indonesia yaitu Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) yang mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan tinggi
ataupun memasuki dunia kerja. SMK berperan penting dalam menghasilkan SDM
yang berkualitas dengan cara menyiapkan dan membekali peserta didik dengan
kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kecakapan kejuruan yang sesuai
dengan kebutuhan zaman. Merujuk pada Peraturan Mentri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 34 tahun 2018, SMK merupakan bagian dari sistem pendidikan
nasional yang memiliki tujuan pendidikan kejuruan yaitu menghasilkan tenaga kerja
terampil yang memiliki kemampuan sesuai dengan tuntutan kebutuhan dunia
usaha/industri, serta mampu mengembangkan potensi dirinya dalam mengadopsi dan
beradaptasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Hal ini
berarti lulusan SMK diharapkan menjadi tenaga kerja terampil yang mampu
mengembangkan potensi dirinya sesuai dengan perkembangan zaman serta memiliki
kemampuan sesuai dengan tuntutan kebutuhan dunia usaha/industri.
Salah satu SMK di Jakarta yaitu SMK Negeri 1 Jakarta, yang turut
menyelenggarakan pendidikan kejuruan di bidang keahlian teknologi dan rekayasa.
Salah satu program keahlian di SMK Negeri 1 Jakarta yaitu Teknik Pemesinan. Pada

1
program keahlian Teknik Pemesinan, salah satu bentuk pembelajaran berbasis
kompetensi yaitu mata pelajaran Teknik Pemesinan CNC , dimana peserta didik
diajarkan cara mengoperasikan mesin cnc untuk memproduksi suatu benda. Proses
pembelajaran pada mata pelajaran Teknik Pemesinan CNC terdiri atas pembelajaran
teori dan praktik. Dalam hal ini sekolah wajib menyediakan buku dan sumber belajar,
media pembelajaran, sarana dan prasarana pembelajaran, serta perlengkapan lain
yang diperlukan guna menunjang proses pembelajaran Teknik Pemesinan CNC yang
teratur dan berkelanjutan.
Hasil wawancara yang dilakukan terhadap guru peserta didik mata pelajaran
Teknik Pemesinan CNC di SMK Negeri 1 Jakarta, diperoleh informasi bahwa dalam
proses pembelajaran peserta didik masih berperan pasif, peserta didik hanya diam dan
menunggu penjelasan dari guru. Sehingga yang terjadi adalah kurangnya pemahaman
peserta didik terhadap materi Teknik Pemesinan CNC karena peserta didik tidak aktif
dalam membangun sendiri pengetahuannya. Guru sebagai pendidik harus berperan
aktif dalam proses pembelajaran, guru juga menggunakan alat bantu media
pembelajaran berupa software MasterCAM guna membantu daya tangkap peserta
didik, namun masih terdapat kekurangan dalam hal bahan ajar yang berupa buku atau
modul pembelajaran untuk dibaca.
Modul pembelajaran digunakan sebagai sumber belajar mandiri, berupa bahan
ajar tertulis yang mampu menjelaskan materi pembelajaran guna meningkatkan
pemahaman serta kemampuan peserta didik. Modul pembelajaran lebih praktis untuk
digunakan dimana saja dan kapan saja. Selain itu, peserta didik tidak lagi bergantung
pada guru sebagai satu-satunya sumber informasi. Dengan bantuan modul
pembelajaran tersebut, peserta didik dapat mempelajari dan mengeksplorasi materi
pembelajaran secara mandiri. Dengan alat bantu modul pembelajaran ini diharapkan
dapat membantu para peserta didik untuk dapat memahami mengenai Penggunaan
Software MasterCAM dalam pembelajaran Pemesinan CNC.
Dalam penggunaan software MasterCAM peserta didik masih kurang maksimal
dalam memahami fungsi perintah dan pengaturan yang ada pada software
MasterCAM. Pemahaman peserta didik akan fungsi untuk mendesain dan merubah

2
desain menjadi perintah atau program serta mengedit program dirasa belum
maksimal. Oleh sebab itu dengan menggunakan modul pembelajaran dalam
pembelajaran Pemesinan CNC diharapkan dapat memudahkan peserta didik untuk
mempelajari dan memahami fungsi perintah yang ada pada software MasterCAM.
Dengan melihat permasalahan diatas maka peneliti tertarik untuk
mengembangkan modul pembelajaran “Penggunaan Software MasterCAM”. Dengan
alat bantu modul pembelajaran ini diharapkan dapat membantu para peserta didik
untuk dapat memahami mengenai Penggunaan Software Mastercam dalam
pembelajaran Pemesinan CNC.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka dapat diidentifikasikan


masalah sebagai berikut:
1. Dalam proses pembelajaran Pemesinan CNC peserta didik masih berperan
pasif
2. Kurangnya tingkat pemahaman peserta didik terhadap pebelajaran Pemesinan
CNC khususnya mengenai penggunaan software MasterCAM.
3. Belum tersedianya modul pembelajaran yang membahas tentang software
MasterCAM untuk membantu peserta didik dalam proses pembelajaran
Pemesinan CNC.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan, maka pembatasan masalah


dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini membahas masalah pengembangan modul pembelajaran
”Penggunaan Software Mastercam” untuk mata pelajaran Pemesinan CNC
2. Pengujian yang dilakukan hanyalah uji kelayakan berdasarkan pendapat para
ahli

3
1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan fokusan masalah yang telah ditentukan,
maka rumusan masalah dalam penelitian ini meliputi :

1. Bagaimanakah pengembangan modul pembelajaran ”Penggunaan Software


Mastercam” untuk mata pelajaran Pemesinan CNC?
2. Bagaimana kelayakan modul pembelajaran ”Penggunaan Software
Mastercam” berdasarkan pendapat ahli ?

1.5 Tujuan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan modul pembelajaran ”Penggunaan


Software Mastercam” yang mampu mendukung pembelajaran Pemesinan CNC di
SMK N 1 Jakarta, dan untuk mengetahui kelayakan modul pembelajaran
”Penggunaan Software Mastercam” yang dikembangkan.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun penelitian ini dilakukan dengan harapan memberikan manfaat sebagai


berikut:

1. Manfaat Secara Teoretis


Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
terhadap pengembangan modul pembelajaran, serta sebagai referensi untuk
penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan pengembangan modul
pembelajaran.
2. Manfaat Secara Praktis
a. Bagi guru
Hasil penelitian pengembangan modul pembelajaran Pemesian CNC ini dapat
digunakan oleh guru sebagai bahan aja saat mengajar dikelas.

4
b. Bagi peserta didik
Memudahkan peserta didik dalam menambah wawasan dan meningkatkan
pemahaman materi pembelajaran Pemesinan CNC.
c. Bagi sekolah
Dengan modul pembelajaran ini sekolah dapat meningkatkan mutu sekolah dan
kualitas lulusan
d. Bagi peneliti
Peneliti dapat memperoleh ilmu yang bermanfaat dan menambah pengalaman,
serta menyelesaikan pendidikan sarjana di Prodi Pendidikan Teknik Mesin
Universitas Negeri Jakarta.

5
BAB II
KAJIAN TEORITIK
2.1 Konsep Pengembangan Model

2.1.1 Konseptual Teori Pengembangan


Model pengembangan modul pembelajaran tidak jauh berbeda dengan metode
pengembangan produk lainnya. Menurut Borg & Gall (1989), Penelitian dan
pengembangan pendidikan adalah proses yang digunakan untuk mengembangkan dan
memvalidasi produk pendidikan. Oleh karena itu, untuk mengembangkan modul
pembelajaran maka diperlukan metode penelitian dan pengembangan dibidang
pendidikan. Berikut ini beberapa model penelitian dan pengembangan pendidikan,
antara lain :
 Model Dick dan Carey

Borg & Gall (1989) dalam bukunya "Educational Research" mengatakan, model
Dick & Carey adalah suatu model pengembangan instruksional yang sangat
sistematis. Mulai dari tahap awal pengembangan sampai kepada desiminasi produk
yang dikembangkan dengan melakukan proses perbaikan yang berlangsung secara
terus menerus hingga target standar kualitas produk yang dikembangkan tercapai,
yaitu efektif, efisien, dan berkualitas. Ini adalah tahapan pengembangan instruksional
yang tidak dimiliki oleh model pengembangan instruksional lainnya. Model
pengembangan menurut Dick dan Carey memiliki prosedur pengembangan dan
hubungan antar-komponen pada sepuluh langkah pengembangan, yaitu:
(1) analisis kebutuhan belajar
(2) analisis pembelajaran
(3) analisis karakteristik pembelajar dan konteksnya
(4) perumusan tujuan umum dan khusus pembelajaran
(5) pengembangan instrument asesmen
(6) pengembangan strategi pembelajaran
(7) pengembangan dan pemilihan bahan pembelajaran
(8) perancangan dan pelaksanaan penilaian formatif

6
(9) pelaksanaan revisi bahan pembelajaran
(10) perancangan dan penilaian sumatif.
Kesepuluh langkah tersebut mengikuti alur berurutan secara prosedural, tidak
dapat diacak langkah-langkahnya (Trianto, 2012).

 Model 4D

Secara umum, tujuan desain Model 4D yang dikemukakan oleh Thiagarajan,


Sivasailam dan Semmel (1974) digunakan sebagai model pengembangan perangkat
pembelajaran instruksional dan penekanannya pada pengembangan bahan ajar.
Pengembangan model 4D oleh awalnya terbagi menjadi empat tahap, yaitu: analysis,
design, evaluation, dan dissemination. Setelah melalui proses revisi dan
pengembangan yang dilakukan, model 4D menjadi empat tahap: define, design,
develop, dan disseminate. Menurut Trianto (2012), model pengembangan 4D dapat
diadaptasikan menjadi 4P, yaitu Pendefinisian, Perancangan, Pengembangan, dan
Penyebaran. Berikut ini keempat tahapan kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada
setiap tahap pengembangan antara lain:
1. Tahapan pendefinisian meliputi analisis awal, analisis peserta didik, analisis
tugas, analisis konsep dan perumusan tujuan pembelajaran.
2. Tahapan perancangan terdiri atas penyusunan tes, pemilihan media,
pemilihan format dan rancangan awal.
3. Tahapan pengembangan terdiri atas penilaian ahli dan uji coba terbatas.
4. Kemudian tahapan penyebarluasan terdiri atas uji validasi, pengemasan dan
pengadopsian.
Tahapan-tahapan pengembangan dalam model 4D tersebut terfokus pada usaha
mengembangkan perangkat pembelajaran, bukan model sistem pembelajaran.

 Model Borg dan Gall

Model Borg dan Gall memaknai Penelitian dan Pengembangan sebagai proses
yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan dengan

7
mengikuti langkah-langkah siklus, prosedural, dan deskriptif. Langkah-langkah
model pengembangan (research and development) Borg & Gall (1989) sebagai
berikut:
(1) Research and information collecting (Studi pendahuluan)
(2) Planning (Perencanaan)
(3) Develop preliminary form of product (Pengembangan rancangan produk
awal)
(4) Preliminary field testing (Uji lapangan awal)
(5) Main product revision (Revisi produk awal)
(6) Main field testing (Uji lapangan utama)
(7) Operational product revision (Revisi produk kedua)
(8) Operational field testing ( Uji kelompok)
(9) Final Product Revision (Revisi produk akhir).

2.1.2 Relevansi Produk


Tahapan atau langkah-langkah pengembangan yang digunakan pada
pengembangan modul ini adalah langkah-langkah penelitian pengembangan Model
4D. Penelitian dan pengembangan Model 4D sering digunakan dalam penelitian dan
pengembangan bahan ajar seperti modul dan lembar kerja peserta didik. Hal ini sesuai
dengan masalah penelitian ini yaitu pengembangan modul pembelajaran
”Penggunaan Software Mastercam” untuk mata pelajaran Pemesinan CNC.

2.1.3 Langkah Pengembangan Produk


Berikut ini langkah-langkah penelitian pengembangan Model 4D yang
dilakukan pada pengembangan produk antara lain:
1. Define (Pendefinisian)
Tahapan pendefinisian dapat juga disebut sebagai tahapan analisis kebutuhan.
Melalui studi literature atau penelitian pendahuluan kita menentukan permasalahan
yang ada. Tahapan kegiatan yang dilakukan yaitu menetapkan produk apa yang akan

8
dikembangkan dan mendefinisikan spesifikasinya pengembangan. Masing-masing
produk membutuhkan tahapan pengembangan yang berbeda-beda.
2. Design (Perancangan)
Tahap selanjutnya yang dilakukan tahap ialah perancangan tujuan yaitu untuk
merancang perangkat pembelajaran. Pada tahap perancangan, peneliti membuat
rancangan produk atau produk awal. Sebelum rancangan produk dilanjutkan ke tahap
berikutnya, maka rancangan produk tersebut perlu divalidasi. Hasil validasi ini,
kemungkinan masih perlu diperbaiki sesuai dengan saran validator.
3. Develop (Pengembangan)
Tahap pengembangan dibagi menjadi dua kegiatan yaitu penilaian ahli dan uji
pengembangan (Thiagarajan, 1974). Tujuan tahap ini adalah untuk menghasilkan
perangkat pembelajaran yang sudah direvisi berdasarkan masukan dari pakar. Serta
pengujian efektivitas yang dilakukan dengan eksperimen atau Penelitian Tindakan
Kelas dengan cara mengukur kompetensi sebelum dan sesudah pembelajaran.
4. Disseminate (Penyebarluasan)
Kegiatan terakhir dari tahap pengembangan adalah melakukan packaging
(pengemasan), diffusion and adoption. Tahap ini dilakukan supaya produk dapat
dimanfaatkan oleh orang lain. Pada konteks pengembangan bahan ajar, tahap
dissemination dilakukan dengan cara sosialisasi bahan ajar melalui pendistribusian
dalam jumlah terbatas kepada guru dan peserta didik.

2.2 Konsep Produk yang Dikembangkan

2.2.1 Konsep Dasar Pengembangan Produk


 Pembelajaran
Rayandra Asyhar (2012) menyatakan pembelajaran pada dasarnya merupakan
segala sesuatu yang membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang
berlangsung antara pendidik dengan peserta didik. Pembelajaran di sini berperan
untuk menyampaikan pesan-pesan pembelajaran. Selain itu, guru juga
mengembangkan dan menggunakan berbagi jenis media, sumber belajar, dan

9
memberi motivasi agar peserta didik mau belajar. Nana Sudjana dan Ahmad Rivai,
(2017), membagi pembelajaran menjadi empat komponen yaitu: tujuan, bahan,
metodologi, dan penilaian pembelajaran. Keempat komponen tersebut saling
berkaitan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Jika salah satu tidak dilakukan maka
tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai, karena keempat komponen tersebut
merupakan bagian dari sistem yang disebut pembelajaran. Komponen-komponen
pembelajaran ini yang akan dianalisis dalam video pembelajaran yang telah diatur
sesuai prosedur. Selain komponenkompoinen pembelajaran, terdapat perspektif
pembelajaran, dan pendekatan dalam pembelajaran.
 Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti
‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’ (Yudhi Munadi, 2013). Gerlach dan Ely (1971)
mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi
atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat peserta didik mampu
memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap.
Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang sangat penting adalah
metode mengajar dan media pengajaran.  Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan
salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pengajaran yang
sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam
memilih media, antara lain tujuan pengajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan
peserta didik kuasai setelah pengajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran
termasuk karakteristik peserta didik.  Anderson (1976) mengelompokkan media
menjadi 10 golongan sbb :
No Golongan Media Contoh dalam Pembelajaran
Kaset audio, siaran radio,
I Audio CD, telepon
Buku pelajaran, modul,
II Cetak brosur, leaflet, gambar
Kaset audio yang dilengkapi
III Audio-cetak bahan tertulis

10
Proyeksi visual Overhead transparansi
IV diam (OHT), Film bingkai (slide)
Proyeksi Audio
V visual diam Film bingkai (slide) bersuara
VI Visual gerak Film bisu
Audio Visual gerak, film
gerak bersuara, video/VCD,
VII televisi
Benda nyata, model,
VIII Obyek fisik specimen
Manusia dan
IX lingkungan Guru, Pustakawan, Laboran
CAI (Pembelajaran
berbantuan komputer), CBI
(Pembelajaran berbasis
X Komputer komputer).

 Modul Pembelajaran
Modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara utuh dan
sistematis, didalamnya memuat seperangkat pengalaman belajar yang terencana dan
didesain untuk membantu peserta didik menguasai tujuan belajar yang spesifik.
Modul minimal memuat tujuan pembelajaran, materi/substansi belajar, dan evaluasi.
Penulisan modul bertujuan :
a. Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat
verbal.
b. Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik peserta didik atau
peserta diklat maupun guru/instruktur.
c. Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi,
d. Meningkatkan motivasi dan gairah belajar bagi peserta didik atau peserta
diklat.
e. Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam berinteraksi langsung
dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya.

11
f. Memungkinkan peserta didik atau peserta diklat belajar mandiri sesuai
kemampuan dan minatnya.
g. Memungkinkan peserta didik atau peserta diklat dapat mengukur atau
mengevaluasi sendiri hasil belajarnya.

 Pemesinan CNC

Computer Numerical Control, disingkat CNC, (berarti "komputer kontrol


numerik") merupakan sistem otomasi mesin perkakas yang dioperasikan oleh
perintah yang diprogram secara abstrak dan disimpan di media penyimpanan, hal ini
berlawanan dengan kebiasaan sebelumnya di mana mesin perkakas biasanya
dikontrol dengan putaran tangan atau otomasi sederhana menggunakan cam. Kata NC
sendiri adalah singkatan dalam bahasa Inggris dari kata Numerical Control yang
artinya "kontrol numerik". Mesin NC pertama diciptakan pertama kali pada
tahun 1940-an dan 1950-an, dengan memodifikasi mesin perkakas biasa. Dalam hal
ini mesin perkakas biasa ditambahkan dengan motor yang akan menggerakan
pengontrol mengikuti titik-titik yang dimasukan kedalam sistem oleh perekam kertas.
Mesin CNC merupakan salah satu komponen inti dalam suatu proses manufaktur
presisi yang harus ada disuatu industri manufaktur saat ini. Mesin-mesin CNC
dibangun untuk menjawab tantangan di dunia manufaktur modern. Dengan mesin
CNC, ketelitian suatu produk dapat dijamin hingga 1/100 mm lebih, pengerjaan
produk massal dengan hasil yang sama persis dan waktu permesinan yang cepat.

Saat ini mesin CNC mempunyai hubungan yang sangat erat dengan
program CAD/CAM. Proses permesinan CNC diawali dengan mendesain obyek
menggunakan software berbasis Computer Aided Design (CAD) kemudian
diteruskan ke dalam proses manufacturing menggunakan software berbasis Computer
Aided Manufacturing (CAM)) yaitu sebuah teknologi aplikasi yang menggunakan
perangkat lunak komputer dan mesin untuk memfasilitasi dan mengotomatisasi
proses manufaktur. Mesin NC/CNC terdiri dari enam bagian utama:

12
1. Program
2. Unit kendali atau processor
3. Motor listrik servo untuk menggerakan kontrol pahat
4. Motor listrik untuk menggerakan/memutar pahat
5. Pahat
6. Dudukan dan pemegang

Prinsip kerja NC/CNC secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Pemrogram membuat program CNC sesuai produk yang akan dibuat dengan
cara pengetikan langsung pada mesin CNC maupun dibuat pada komputer
dengan perangkat lunak pemrograman CNC.
2. Program CNC tersebut, lebih dikenal sebagai G-Code, seterusnya dikirim dan
dieksekusi oleh prosesor pada mesin CNC menghasilkan pengaturan motor
servo pada mesin untuk menggerakan perkakas yang bergerak melakukan
proses permesinan hingga menghasilkan produk sesuai program.

 Software Mastercam

Perangkat lunak Mastercam adalah perangkat lunak yang dikembangkan oleh


CNC Software, Inc dari Amerika Serikat. Mastercam adalah perangkat lunak yang
digunakan untuk menggambar (design) dan membuat program CNC. Program CNC
yang dibuat digunakan untuk memprogram mesin bubut (lathe), mesin frais (mill) dan
mesin wire cutting. Perangkat lunak mastercam memungkinkan pengerjaan
mendesain, kemudian merencanakan proses pembuatannya melalui simulasi baik
untuk mesin bubut, frais, maupun wire cutting dilaksanakan secara berurutan atau
simultan.
Tampilan ikon program (shortcut) Mastercam dibuat tersendiri untuk keperluan
menggambar (design), proses bubut (lathe), proses frais (mill) dan proses wire
cutting. Program Design digunakan untuk membuat gambar rancangan atau gambar
kerja beserta dimensi- dimensi benda kerjanya. Program Lathe digunakan untuk

13
menggambar kontur benda kerja bubut, dan merencanakan proses pemesinannya
melalui simulasi di layar komputer serta membuat program CNC (kode G). Program
mastercam Mill digunakan untuk menggambar benda kerja yang akan dikerjakan
dengan mesin frais, dan merencanakan proses pemesinannya melalui simulasi di layar
komputer serta membuat program CNC (kode G).
Pengetahuan atau kemampuan yang harus dikuasai untuk dapat menggunakan
perangkat lunak mastercam ini adalah: (1) kemampuan mengoperasikan komputer
dengan sistem operasi windows, (2) kemampuan membaca gambar kerja, (3)
menguasai teori dan praktik proses pemesinan bubut CNC dan frais CNC, dan (4)
kemampuan melakukan pengukuran menggunakan alat ukur presisi.

2.2.2 Rujukan Konsep


Sebelum peneliti melakukan penelitian sudah banyak peneliti terdahulu yang
melakukan penelitian yang serupa diantaranya:
1. Asep Sunantri dalam penelitiannya yang berjudul
“PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN LEARNING CONTENT
DEVELOPMENT SYSTEM (LCDS) PADA MATERI POKOK USAHA
DAN ENERGI” di FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG. Hasil dari penelitian ini
adalah perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), Lembar Kerja Peserta didik (LKS), Kisi-kisi Soal Tes, dan Soal Tes
Kemampuan Komunikasi Matematika pada peserta didik SMA Negeri 14
Bandar Lampung. Terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian yang
dilakukan oleh peneliti dan penelitian yang dilakukan oleh Asep Sunantri.
Persamaanya yaitu sama-sama menghasilkan produk yang menggunakan
pendekatan. Perbedaanya antara lain produk yang dihasilkan Tahap
penyebaran pada penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, selain
itu lokasi yang digunakan pada saat penelitianpun berbeda.

14
2. Estri Ridha Hidayah dalam penelitianya yang berjudul
“Pengembangan Modul Matematika Berbasis Inkuiri Terbimbing Pada Materi
Persamaan Linear Satu Variabel (PLSV) Untuk Peserta didik SMP/MTS
Kelas VII” di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulung Agung. Pada
penelitian tersebut menghasilkan produk berupa modul yang dibuat dengan
mendeskripsikan langkah-langkah penggunaan metode inkuiri. Dalam
penelitian ini terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian
sebelumnya. Persamaannya yaitu sama-sama menghasilkan produk berupa
modul, pengembangan modul berbentuk bahan cetak (printed). Sementara itu
selain persamaan di dalam penelitian ini juga terdapat perbedaan dengan
penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu Pendekatan yang dipakai
dalam proses pengembangan produk. Lokasi penelitian yang digunakan untuk
uji coba lapangan. Materi pelajaran yang digunakan dalam pengembangan
bahan ajar.
2.3 Kerangka Teoritik

2.3.1 Dasar Pengembangan


Mata pelajaran Teknik Pemesinan CNC merupakan salah satu mata pelajaran
produktif yang menjadi salah satu dari beberapa mata pelajaran yang harus ditempuh
oleh semua peserta didik di jurusan Teknik Pemesinan. Dalam proses belajar
mengajar itu melibatkan empat komponen utama yaitu guru, peserta didik, media
pembelajaran, dan sarana prasarana pembelajaran. Peran pengajar sangat penting
karena ia berfungsi sebagai komunikator, begitu pula peran peserta didik yang
berperan sebagai komunikan. Media pembelajaran yang digunakan oleh pengajar
diantaranya modul pembelajaran yang harus dipelajari oleh peserta didik.
Di SMK Negeri 1 Jakarta sudah diterapkan pembelajaran mesin CNC
menggunakan software MasterCAM untuk pemrograman mesin CNC. Dalam
penggunaan software MasterCAM dirasa masih kurang maksimal untuk peserta didik
dalam memahami fungsi perintah dan pengaturan yang ada dalam software
MasterCAM contohnya fungsi untuk mendesain atau mengubah desain menjadi

15
perintah atau program. Oleh sebab itu, dengan menggunakan modul pembelajaran
dalam pembelajaran software MasterCAM diharapkan dapat memudahkan peserta
didik dalam mempelajari dan memahami fungsi perintah yang ada dalam software
MasterCAM .
Modul pembelajaran pada dasarnya berfungsi untuk membantu peserta didik
agar dapat bertanggung jawab terhadap kegiatan belajarnya sendiri, pembelajaran
dengan modul sangat menghargai perbedaan individu, sehingga peserta didik dapat
belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya, maka pembelajaran semakin efektif
dan efisien. Manfaat yang tidak kalah penting dengan menggunakan modul
pembelajaran yaitu dapat dilakukan dimanapun dan tidak terlalu bergantung terhada
guru itu sendiri. Hal ini dikarenakan pembelajaran bisa dilakukan melalui proses
penginstalan software mastercam di laptop maupun komputer, sehingga memudahkan
peserta didik dalam melatih keterampilannya untuk penggunaan software mastercam.
Selain itu untuk melihat hasil desain dari program yang telah dibuat tidak
memerlukan proses percobaan pada mesin, karena langkah kerja hasil program bisa
dilihat langsung setelah program selesai dibuat.

2.3.2 Modul Pembelajaran


Media pembelajaran terdiri dari beberapa jenis salah satunya adalah modul
pembelajaran. Modul pembelajaran adalah media pembelajaran yang disusun secara
sistematis dan menarik yang mencakup isi materi, metode, dan evaluasi yang dapat
digunakan secara mandiri untuk mencapai indikator yang telah ditetapkan.
Modul yang dikembangkan harus mampu meningkatkan motivasi peserta didik
dan efektif dalam mencapai tujuan atau indikator yang diharapkan sesuai dengan
tingkat kompleksitasnya. Modul memiliki karakteristik , karateristik modul menurut
Anwar (2010) adalah:
1. Self instructional, peserta didik mampu membelajarkan diri sendiri, tidak
tergantung pada pihak lain.
2. Self contained, seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi yang
dipelajari terdapat di dalam satu modul utuh.

16
3. Stand alone, modul yang dikembangkan tidak harus digunakan bersama- sama
dengan media lain.
4. Adaptif, modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap
perkembangan ilmu dan teknologi.
5. User friendly, modul hendaknya juga memenuhi kaidah akrab bersahabat atau
akrab dengan pemakainya.
6. Konsistensi, konsisten dalam penggunaan font, spasi, dan tata letak.

Sebuah modul harus memenuhi kriteria modul yang baik, seperti yang
diungkapkan oleh Sanjaya (2012), dalam sebuah modul minimal berisi tentang:
1. Tujuan yang harus dicapai, yang biasanya dirumuskan dalam bentuk perilaku
yang spesifik sehingga keberhasilannya dapat diukur;
2. Petunjuk penggunaan yakni petunjuk bagaimana peserta didik belajar modul;
3. Kegiatan belajar, berisi tentang materi yang harus dipelajari oleh peserta didik;
Rangkuman materi, yakni garis-garis besar materi pelajaran.
4. Tugas dan latihan;
5. Sumber bacaan, yakni buku-buku bacaan yang harus dipelajari untuk
mempelajari untuk memperdalam dan memperkaya wawasan;
6. Item-item tes, soal-soal yang harus dijawab untuk melihat keberhasilan peserta
didik dalam penguasaan materi pelajaran;
7. Kriteria keberhasilan, yakni rambu-rambu keberhasilan peserta didik dalam
memepelajari modul;
8. Kunci jawaban.

2.3.3 Kelebihan & Kekurangan Modul


 Kelebihan

Belajar menggunakan modul sangat banyak manfaatnya, Tjipto (1991),


mengungkapkan beberapa keuntungan yang diperoleh jika belajar menggunakan
modul, antara lain :

17
1. Motivasi peserta didik dipertinggi karena setiap kali peserta didik mengerjakan
tugas pelajaran dibatasi dengan jelas dan yang sesuai dengan kemampuannya.
2. Sesudah pelajaran selesai guru dan peserta didik mengetahui benar peserta didik
yang berhasil dengan baik dan mana yang kurang berhasil.
3. Peserta didik mencapai hasil yang sesuai dengan kemampuannya.
4. Beban belajar terbagi lebih merata sepanjang semester.
5. Pendidikan lebih berdaya guna.

Selain itu Santyasa (Suryaningsih, 2010), juga menyebutkan beberapa


keuntungan yang diperoleh dari pembelajaran dengan penerapan modul adalah
sebagai berikut :
1. Meningkatkan motivasi peserta didik, karena setiap kali mengerjakan tugas
pelajaran yang dibatasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan.
2. Setelah dilakukan evaluasi, guru dan peserta didik mengetahui benar, pada    
modul yang mana peserta didik telah berhasil dan pada bagian modul yang mana
mereka belum berhasil.
3. Bahan pelajaran terbagi lebih merata dalam satu semester.
4. Pendidikan lebih berdaya guna, karena bahan pelajaran disusun menurut jenjang
akademik.
 Kekurangan

Belajar dengan menggunakan modul juga sering disebut dengan belajar mandiri.
Menurut Suparman (1993), menyatakan bahwa bentuk kegiatan belajar mandiri ini
mempunyai kekurangan-kekurangan sebagai berikut :
1. Biaya pengembangan bahan tinggi dan waktu yang dibutuhkan lama.
2. Menentukan disiplin belajar yang tinggi yang mungkin kurang dimiliki oleh
peserta didik pada umumnya dan peserta didik yang belum  matang pada
khususnya.
3. Membutuhkan ketekunan yang lebih tinggi dari fasilitator untuk terus menerus
mamantau proses belajar peserta didik, memberi motivasi dan konsultasi secara
individu setiap waktu peserta didik membutuhkan.

18
Tjipto (1992), juga mengungkapkan beberapa hal yang memberatkan belajar
dengan menggunakan modul, yaitu :
1. Kegiatan belajar memerlukan organisasi yang baik
2. Selama proses belajar perlu diadakan beberapa ulangan/ujian, yang perlu dinilai
sesegera mungkin

2.3.4 Keefektifan Modul


Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam
pembelajaran menggunakan modul pembelajaran peserta didik dapat bertanggung
jawab terhadap kegiatan belajarnya sendiri. Selain itu pembelajaran dengan modul
pembelajaran sangat sesuai perbedaan kemampuan, sehingga peserta didik dapat
belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya, maka pembelajaran semakin efektif
dan efisien. Pembealajaran menggunakan modul juga memiliki beberapa kelemahan
yang mendasar yaitu bahwa memerlukan biaya yang cukup besar serta memerlukan
waktu yang lama dalam pengadaan atau pengembangan modul itu sendiri, dan
membutuhkan ketekunan tinggi dari guru sebagai fasilitator untuk terus memantau
proses belajar peserta didik.
2.3 Rancangan Model

Berdasarkan penjabaran diatas, maka untuk menghasilkan Rancangan

Pengeambangan berdasarkan Gambar 1 di bawah yang disusun dari hasil penjabaran

latar belakang masalah hingga kerangka teoritik. Rancangan Pengembangan tersebut

menjadi acuan dalam pelaksanaan kegiatan penelitian. Oleh karenanya, setiap proses

penelitian yang dilakukan harus sesuai dengan Gambar 1.

Latar belakang

1. Peserta didik pasif dalam pembelajaran


2. Peserta didik kurang memahami materi pembelajaran
Pemesinan CNC khusunya penggunaan Software
MasterCAM
3. Belum tersedianya Modul
19 Pembelajaran khusunya
penggunaan Software MasterCAM
4. Uji kelayakan modul
Validasi ahli materi (akademisi)
Validasi ahli materi (akademisi)
Validasi dan penilaian pengguna (guru)

Layak

Gambar 1.Produksi
Rancangan Pengembangan
Modul

20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMKN 1 Jakarta yang beralamat di Jl. Budi Utomo
No.7, Sawah Besar, Jakkarta Pusat, DKI Jakarta. Penelitian ini dilaksanakan bulan
Februari-April 2020.
3.2 Metode Pengembangan Produk

3.2.1 Tujuan Pengebangan


Adapun tujuan pengembangan ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan langkah-langkah pengembangan yang dilakukan unutk
membuat modul pembelajaran “Penggunaan Software Mastercam”
berdasarkan validasi dari para ahli untuk mata pelajaran Teknik Pemesinan
CNC.
2. Mengetahui kelayakan modul pembelajaran CNC “Penggunaan Software
Mastercam” pada mata pelajaran Teknik Pemesinan CNC di SMK Negeri 1
Jakarta.

3.2.2 Metode Pengembangan


Untuk mencapai tujuan pengembangan, peneliti diharuskan terjun langsung
ke lapangan guna mengumpulkan data penelitian serta instrumen lain seperti: angket,
pedoman wawancara, pedoman observasi dan sebagainya, sekaligus melakukan
analisis data selama proses penelitian. Untuk itu, pendekatan penelitian yang akan
digunakan peneliti dalam melakukan penelitian yaitu penelitian kualitatif. Tahapan
atau langkah-langkah pengembangan yang digunakan pada pengembangan modul ini
adalah penelitian dan pengembangan Model 4D Hal ini sesuai dengan masalah
penelitian ini yaitu pengembangan modul pembelajaran ”Penggunaan Software
Mastercam” untuk mata pelajaran Pemesinan CNC. Selain itu terdapat langkah

21
pengujian yang dilakukan yaitu uji kelayakan berdasarkan pendapat para
ahli.Dikarenakan terdapat kesesuaian antara produk yang dikembangkan dengan
Rumusan masalah maka model ini dirasa tepat untuk mengembangkan

3.2.3 Sasaran Produk


Sasaran produk ini adalah media pembelajaran Pemesinan CNC, karena
produk yang dikembangkan berupa modul pembelajaran Pemesinan CNC. Namun
subjek yang diteliti kali yaitu hasil responden uji kelayakan produk. Respondn terdiri
dari dua macam yaitu Responden ahli dan responden pengguna. Responden ahli
terbagi menjadi dua yaitu responden ahli materi dan ahli media. Responden ahli
materi dalam penelitian ini adalah dosen Universitas Negeri Yogyakarta yang ahli
dalam bidang Pemesianan CNC. Responden ahli media dalam penelitian ini adalah
dosen Universitas Negeri Yogyakarta yang ahli dalam bidang media. Responden
pengguna dalam adalah guru yang mengampu mata pelajaran Pemesinan CNC di
SMK N 1 Jakarta..

3.3 Prosedur Pengembangan

1. Define (Pendefinisian)
Kegiatan pada tahap ini dilakukan untuk menetapkan dan
mendefinisikan syarat-syarat pengembangan. Dalam model lain, tahap ini
sering dinamakan analisis kebutuhan. Tiap-tiap produk tentu
membutuhkan analisis yang berbeda-beda. Secara umum, dalam
pendefinisian ini dilakukan kegiatan analisis kebutuhan pengembangan,
syarat-syarat pengembangan produk yang sesuai dengan kebutuhan
pengguna serta model penelitian dan pengembangan yang cocok
digunakan untuk mengembangkan produk. Analisis bisa dilakukan
melalui studi literature atau penelitian pendahuluan. Thiagarajan,
menganalisis lima kegiatan yang dilakukan pada tahap define yaitu:

22
analisis ujung depan (front-end analysis), analisis pesera didik (learner
analysis), analisis tugas (task analysis), analisis konsep (concept
analysis) dan perumusan tujuan pembelajaran (specifying instructional
objectives) (Rochmad, 2012: 61).
a. Front-end analysis (analisis awal dan akhir)
Pada tahap ini, guru melakukan diagnosis awal untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Analisis awal
dilakukan untuk mengetahui permasalahan dasar dalam pengembangan.
Pada tahap ini dimunculkan fakta-fakta dan alternatif penyelesaian
sehingga memudahkan untuk menentukan langkah awal dalam
pengembangan.
b. Learner analysis (analisis pesera didik)
Analisis peserta didik sangat penting dilakukan pada awal
perencanaan. Analisis peserta didik dilakukan dengna cara mengamati
karakteristik peserta didik. Analisis ini dilakukan dengan
mempertimbangkan ciri, kemampuan, dan pengalaman peserta didik,
baik sebagai kelompok maupun individu. Pada tahap ini dipelajari
karakteristik peserta didik, misalnya: kemampuan, motivasi belajar, latar
belakang pengalaman, dsb.
c. Task analysis (analisis tugas)
Pada tahap ini guru menganalisis tugas-tugas pokok yang harus
dikuasai peserta didik agar peserta didik dapat mencapai kompetensi
minimal. Analisis tugas terdiri dari analisis terhadap Kompetensi Inti
(KI) dan Kompetensi Dasar (KD) terkait materi yang akan
dikembangkan.

23
d. Concept analysis (analisis konsep/materi)
Analisis konsep bertujuan untuk menentukan isi materi yang
akan diajarkan, menyusun langkah-langkah yang akan dilakukan secara
rasional. Analisis konsep dibuat dalam peta konsep pembelajaran yang
nantinya digunakan sebagai sarana pencapaian kompetensi tertentu,
dengan cara mengidentifikasi dan menyusun secara sistematis bagian-
bagian utama materi pembelajaran.
e. Specifying instructional objective (tujuan instruksional khusus)
Analisis tujuan pembelajaran dilakukan untuk menentukan
indikator pencapaian pembelajaran yang didasarkan atas analisis materi
dan analisis kurikulum. Dengan menuliskan tujuan pembelajaran, peneliti
dapat mengetahui kajian apa saja yang akan ditampilkan, menentukan
kisi-kisi soal, dan akhirnya menentukan seberapa besar tujuan
pembelajaran yang tercapai. Menulis tujuan pembelajaran, perubahan
perilaku yang diharapkan setelah belajar dengan kata kerja operasional
(Rochmad, 2012: 61).

2. Design (Perancangan)
Setelah mendapatkan permasalahan dari tahap pendefinisian,
selanjutnya dilakukan tahap perancangan. Tahap perancangan bertujuan
untuk merancang perangkat pembelajaran. Thiagarajan (1974) membagi
perancangan menjadi empat langkah yang harus dilakukan pada tahap
ini, yaitu:

24
a. Constructing Criterion-Referenced Test (penyusunan tes acuan
patokan)
Penyusunan tes acuan patokan merupakan langkah yang
menghubungkan antara tahap pendefinisian (define) dengan tahap
perancangan (design) (Thiagarajan, 1974: 7). Tes acuan patokan disusun
berdasarkan spesifikasi tujuan pembelajaran dan analisis pesera didik,
kemudian selanjutnya disusun kisi-kisi tes hasil belajar. Tes yang
dikembangkan disesuaikan dengan jenjang kemampuan kognitif.
b. Media Selection (pemilihan media)
Pemilihan media dilakukan untuk mengidentifikasi media
pembelajaran yang relevan dengan karakteristik materi. Lebih dari itu,
media dipilih untuk menyesuaikan dengan analisis konsep dan analisis
tugas, karakteristik target pengguna, serta rencana penyebaran dengan
atribut yang bervariasi dari media yang berbeda-beda. Hal ini berguna
untuk membantu pesera didik dalam pencapaian kompetensi dasar.
c. Format Selection(pemilihan format)
Pemilihan format dalam pengembangan perangkat pembelajaran
ini dimaksudkan untuk mendesain atau merancang isi pembelajaran,
pemilihan strategi, pendekatan, metode pembelajaran, dan sumber
belajar. Format yang dipilih adalah yang memenuhi kriteria menarik,
memudahkan dan membantu dalam pembelajaran.
d. Initial Design(rancangan awal)
Rancangan awal yang dimaksud adalah rancangan seluruh
perangkat pembelajaran yang harus dikerjakan sebelum ujicoba
dilaksanakan. Hal ini juga meliputi berbagai aktivitas pembelajaran yang
terstruktur seperti membaca teks, wawancara, dan praktek kemampuan
25
pembelajaran yang berbeda melalui praktek mengajar (Rochman, 2012:
63).
Dalam tahap perancangan, peneliti sudah membuat produk awal
(prototype) atau rancangan produk. Pada konteks pengembangan bahan
ajar, tahap ini dilakukan untuk membuat modul atau buku ajar sesuai
dengan kerangka isi hasil analisis kurikulum dan materi. Dalam konteks
pengembangan model pembelajaran, tahap ini diisi dengan kegiatan
menyiapkan kerangka konseptual model dan perangkat pembelajaran
(materi, media, alat evaluasi) dan mensimulasikan penggunaan model
dan perangkat pembelajaran tersebut dalam lingkup kecil. Sebelum
rancangan (design) produk dilanjutkan ke tahap berikutnya, maka
rancangan produk (model, buku ajar, dsb) tersebut perlu divalidasi.
Validasi rancangan produk dilakukan oleh teman sejawat seperti dosen
atau guru dari bidang studi/bidang keahlian yang sama. Berdasarkan hasil
validasi teman sejawat tersebut, ada kemungkinan rancangan produk
masih perlu diperbaiki sesuai dengan saran validator.
3. Develop (Pengembangan)
Tahap pengembangan terbagi atas dua kegiatan yaitu: expert
appraisal (penilaian ahli) dan developmental testing (uji pengembangan)
(Thiagarajan, 1974: 8). Expert appraisal merupakan teknik untuk
memvalidasi atau menilai kelayakan rancangan produk. Dalam kegiatan
ini dilakukan evaluasi oleh ahli dalam bidangnya. Saran-saran yang
diberikan digunakan untuk memperbaiki materi dan rancangan
pembelajaran yang telah disusun. Developmental testing merupakan
kegiatan uji coba rancangan produk pada sasaran subjek yang
sesungguhnya. Pada saat uji coba ini dicari data respon, reaksi atau
26
komentar dari sasaran penggunakan produk. Hasil uji coba digunakan
memperbaiki produk. Setelah produk diperbaiki kemudian diujikan
kembali sampai memperoleh hasil yang efektif.
Pada kegiatan pengembangan bahan ajar (buku atau modul),
tahap pengembangan dilakukan dengan cara menguji isi dan keterbacaan
modul atau buku ajar tersebut kepada pakar yang terlibat pada saat
validasi rancangan dan peserta didik yang akan menggunakan modul atau
buku ajar tersebut. Hasil pengujian kemudian digunakan untuk revisi
sehingga modul atau buku ajar tersebut benar-benar telah memenuhi
kebutuhan pengguna. Untuk mengetahui efektivitas modul atau buku ajar
tersebut dalam meningkatkan hasil belajar, kegiatan dilanjutkan dengan
memberi soal-soal latihan yang materinya diambil dari modul atau buku
ajar yang dikembangkan.
Tujuan tahap ini adalah untuk menghasilkan perangkat
pembelajaran yang sudah direvisi berdasarkan masukan dari pakar.
Dalam konteks pengembangan model pembelajaran, kegiatan
pengembangan (develop) dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut.
a. Validasi model oleh ahli/pakar.
b. Revisi berdasarkan masukan dari para pakar pada saat
validasi
4. Disseminate (Penyebarluasan)
Tahap ini merupakan tahap penggunaan perangkat yang telah
dikembangkan pada skala yang lebih luas. Tahap ini terbagi atas:
packaging (pengemasan) dan diffusion and adoption (difusi dan adopsi )
(Thiagarajan, 1974: 9). Kegiatan terakhir dari tahap pengembangan
27
adalah melakukan packaging (pengemasan), diffusion and adoption.
Tahap ini dilakukan supaya produk dapat dimanfaatkan oleh orang lain.
Pengemasan model pembelajaran dapat dilakukan dengan mencetak buku
panduan penerapan model pembelajaran. Setelah buku dicetak, buku
tersebut disebarluaskan supaya dapat diserap (diffusi) atau dipahami
orang lain dan digunakan (diadopsi) pada kelas mereka. Pada konteks
pengembangan bahan ajar, tahap dissemination dilakukan dengan cara
sosialisasi bahan ajar melalui pendistribusian dalam jumlah terbatas
kepada guru dan peserta didik. Pendistribusian ini dimaksudkan untuk
memperoleh respons, umpan balik terhadap bahan ajar yang telah
dikembangkan. Apabila respon sasaran pengguna bahan ajar sudah baik
maka baru dilakukan pencetakan dalam jumlah banyak dan pemasaran
supaya bahan ajar itu digunakan oleh sasaran yang lebih luas.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Metode Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
pengembanganomedia pembelajaran ini adalah:
a) Observasi
Tujuan dari observasi adalah untuk mengamati permasalaham yang ada pada
pembalajaran Pemesinan CNC
b) Wawancara
Tujuan dari wawancara adalah untuk menemukan dan mengetahui lebih

dalamopermasalahan yang ditemukan berdasarkan pendapat dari pendidik dan

peserta didik sebagai narasumber.

28
c) Angket
Angket yang digunakan pada penelitian ini menggunakan jenis angket tertutup,
yang telah memiliki pilihan jawaban untuk dipilih oleh responden. Jenis skala
jawaban yang digunakan yaitu skala Likert untuk penilaian angket.

3.4.2 Instrumen
Berikut ini merupakan kisi-kisi instrumen untuk masing-masing
responden.
1. Instrumen Uji Kelayakan Ahli Materi
Instrumen untuk ahli materi berisikan kesesuaian modul dilihat dari
kualitas materi. Kisi-kisi instrumen untuk ahli materi dapat dilihat pada
tabel.

No. Aspek Indikator No. Soal


Kejelasan tujuan pembelajaran 1,2 dan 3
Pengemasan materi 4,5,6 dan 7
Materi pembelajaran didukung
8,9,10 dan 11
dengan contoh dan ilustrasi
Ketersediaan soal-soal dan tugas
Self 12,13,14,15
1. untuk mengukur penguasaan
Instruction 16 dan 17
peserta didik
Materi yang disajikan terkait
dengan suasana, tugas dan konteks 18 dan 19
kegiatan lingkungan peserta didik
Penggunaan bahasa 20,21 dan 22
Memuat seluruh materi
Self
2. pembelajaran sesuai dengan 23 dan 24
Contained
kompetensi yang diharapkan
Tidak tergantung pada bahan
3. Stand Alone 25 dan 26
ajar/media lain
Kemudahan dalam menggunakan
4. Adaptive 27,28 dan 29
modul
Instruksi yang disajikan mudah
5. User Friendly 30,31,32 dan 33
untuk dipahami

29
Bersahabat dengan pemakainya 34,35,36 dan 37

2. Instrumen Uji Kelayakan Ahli Media


Instrumen uji kelayakan bagi ahli media meliputi aspek kegrafikan
dan penyajian pada modul. Kisi-kisi instrumen untuk ahli media
ditunjukkan pada Tabel berikut.

No. Aspek Indikator No. Soal


Format kolom dan format
1, dan 2
kertas
1. Format
Format tata letak dan
3, dan 5
pengetikan
Kelenfkapan bagian bagian
5
modul
Cakupan materi 6
2. Organisasi Sistematika materi
7
pembelajaran
Penempatan gambar, table,
dan ilustrasi 8
Susunan alur antar bab, antar
9, dan 10
butir, dan antar paragraph
11, 12, dan
Penyajian sampul modul
13
3. Daya tarik Penyajian bagian isi modul 14
Pengemasan latihan pada 15, 16,
modul dan17
Kemudahan membaca bentuk
18
Bentuk dan dan ukuran huruf
4. ukuran huruf Perbandingan huruf yang
proporsional antar judul, sub 19, dan 20
judul dan isi
Ruang Spasi kosong 21
5. (spasi
Spasi antar teks 22
kosong)
Konsisten desain 23, dan 24
Konsisten huruf/font 25
6. Konsisten Konsisten spasi 26
Konsisten tata letak
27
pengetikan

30
3. Instrumen Uji Kelayakan Responden
Instrumen untuk responden (guru) meliputi aspek materi, aspek media, dan
aspek pengoperasian yang diadopsi dari Anasikhatussalafi (2018). Kisi-kisi instrumen
untuk responden seperti yang terlihat pada Tabel

No. Aspek Indikator Butir Item


Relevansi materi modul
pembelajaran dengan tujuan 1
pembelajaran
Kesesuaian soal-soal yang
2
disediakan dengan materi
1. Materi Bahasa dalam penyampaian materi 3, 4, 5, 6
Kesesuaian tanda baca, istilah, dan 7, 8, 9,
ejaan 10
Kualitas umpan balik pada setiap
11
pertanyaan
Komposisi warna 12, 13
Keterbacaan teks atau tulisan pada
14, 15
modul pembelajaran
2. Media 16, 17,
18, 19,
Terdapat gambar, video, simulasi, 20, 21,
dan evaluasi 22, 23,
24
25, 26,
Ketepatan fungsi navigasi 27
Kemudahan penggunaan 28
Kemudahan pengoperasian 29
3. Pengoperasian Kemudahan mengakses modul
30
pembelajaran

3.5. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul kemudian dilakukan analisis. Data yang


diperoleh dalam penelitian ini berupa data kualitatif, Data kualitatif diperoleh
dari kuisioner yang diberikan kepada ahli tentang modul yang dikembangkan.

31
Data tersebut dianalisis dan dideskripsikan secara kualitatif. Analisis data-
data ini dilakukan sebagai berikut:
1) Memaparkan data

Pada langkah ini, peneliti berusaha menyusun data dengan baik dan benar.
Peneliti menampilkan data hasil penilaian dan masukan dari dosen ahli dan
hasil wawancara praktisi secara deskriptif. Hal ini dimaksudkan untuk
memudahkan pembaca memahami alur berpikir dan mengetahui segala
tindakan yang terjadi selama proses penelitian berlangsung.
2) Verifikasi dan interpretasi data
Kegiatan verifikasi data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kegiatan penarikan kesimpulan berdasarkan data-data hasil wawancara
yang telah diperoleh. Berdasarkan data hasil penilaian dan masukan para
ahli, dan hasil wawancara praktisi, peneliti menarik suatu kesimpulan
secara umum, sehingga nampak jelas makna data yang diperoleh.
Selanjutnya, data digunakan sebagai tambahan pedoman revisi modul.
Langkah pertama adalah memberi skor pada tiap kriteria dengan
ketentuan pada Tabel .

Kriteria Skor
Sangat Setuju (SS) 5
Setuju (S) 4
Kurang Setuju (KS) 3
Tidak Setuju (TS) 2
Sangat Tidak Setuju (STS) 1

1) Langkah kedua, dilakukan perhitungan tiap butir pertanyaan menggunakan


rumus sebagai berikut:
Jumlah Skor Hasil Pengumpulan
P= x 100 %
Jumlah Skor Kriteria

Keterangan :

32
P = Persentase kelayakan

2) Langkah terakhir adalah menyimpulkan hasil perhitungan berdasarkan


aspek dengan melihat Tabel dibawah ini :

Skor Persentase (%) Interpretasi


P > 80% Sangat Layak
61% < P ≤ 80% Layak
41% < P ≤ 60% Cukup Layak
20% < P ≤ 40% Kurang Layak
P ≤ 20% Sangat Kurang Layak

33
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, (1976). Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Erlangga.


Anwar, Saifuddin. (2010). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Asyhar, Rayandra. (2012). Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta:
Referensi Jakarta.
Borg, W.R. & Gall, M.D. (1989). Educational research: and introduction. New York and
London: Longman Inc.
Ihsan, Fuad. (2013). Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Majid, Abdul. (2008). Perencanaan Pembelajaran. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Munadi, Yudhi. (2013). Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta:
Referensi.
Muhardi. (2004). Kontribusi pendidikan dalam meningkatkan kualitas bangsa
Indonesia. Mimbar Jurnal Sosial dan Pembangunan. 20:478-492
Prastowo, Andi. (2014). Pengembangan Bahan Ajar Tematik Tinjauan Teoritis dan
Praktik. Jakarta : Prenadamedia Group.
Sudjana, Nana. (2012). Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Sukmadinata, N.S. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. (Cet. 8),Remaja
Rosdakarya: Bandung.
Thiagarajan, et al. (1974). Instructional Development for Training Teachers of
Exceptional Children. Washinton DC: National Center for Improvement
Educational System.
Trianto. (2012). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara.

34

Anda mungkin juga menyukai