OLEH:
PANJI BAGASENA
5315160872
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah...........................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah.................................................................................................3
1.3 Pembatasan Masalah................................................................................................3
1.4 Rumusan Masalah....................................................................................................4
1.5 Tujuan Penelitian.....................................................................................................4
1.6 Manfaat Penelitian...................................................................................................4
BAB II............................................................................................................................6
2.1 Konsep Pengembangan Model.................................................................................6
2.1.1 Konseptual Teori Pengembangan................................................................6
2.1.2 Relevansi Produk.........................................................................................8
2.1.3 Langkah Pengembangan Produk.................................................................8
2.2 Konsep Produk yang Dikembangkan.......................................................................9
2.2.1 Konsep Dasar Pengembangan Produk........................................................9
2.2.2 Rujukan Konsep........................................................................................14
2.3 Kerangka Teoritik..................................................................................................15
2.3.1 Dasar Pengembangan................................................................................15
2.3.2 Modul Pembelajaran.................................................................................16
2.3.3 Kelebihan & Kekurangan Modul..............................................................18
2.3.4 Keefektifan Modul....................................................................................19
2.3 Rancangan Model...................................................................................................19
BAB III.........................................................................................................................21
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian................................................................................21
3.2 Metode Pengembangan Produk..............................................................................21
3.2.1 Tujuan Pengebangan.................................................................................21
3.2.2 Metode Pengembangan.............................................................................21
3.2.3 Sasaran Produk..........................................................................................22
3.3 Prosedur Pengembangan........................................................................................22
3.4 Teknik Pengumpulan Data.....................................................................................28
3.5...................................................................................................Teknik Analisis Data
................................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................34
BAB I
PENDAHULUAN
1
program keahlian Teknik Pemesinan, salah satu bentuk pembelajaran berbasis
kompetensi yaitu mata pelajaran Teknik Pemesinan CNC , dimana peserta didik
diajarkan cara mengoperasikan mesin cnc untuk memproduksi suatu benda. Proses
pembelajaran pada mata pelajaran Teknik Pemesinan CNC terdiri atas pembelajaran
teori dan praktik. Dalam hal ini sekolah wajib menyediakan buku dan sumber belajar,
media pembelajaran, sarana dan prasarana pembelajaran, serta perlengkapan lain
yang diperlukan guna menunjang proses pembelajaran Teknik Pemesinan CNC yang
teratur dan berkelanjutan.
Hasil wawancara yang dilakukan terhadap guru peserta didik mata pelajaran
Teknik Pemesinan CNC di SMK Negeri 1 Jakarta, diperoleh informasi bahwa dalam
proses pembelajaran peserta didik masih berperan pasif, peserta didik hanya diam dan
menunggu penjelasan dari guru. Sehingga yang terjadi adalah kurangnya pemahaman
peserta didik terhadap materi Teknik Pemesinan CNC karena peserta didik tidak aktif
dalam membangun sendiri pengetahuannya. Guru sebagai pendidik harus berperan
aktif dalam proses pembelajaran, guru juga menggunakan alat bantu media
pembelajaran berupa software MasterCAM guna membantu daya tangkap peserta
didik, namun masih terdapat kekurangan dalam hal bahan ajar yang berupa buku atau
modul pembelajaran untuk dibaca.
Modul pembelajaran digunakan sebagai sumber belajar mandiri, berupa bahan
ajar tertulis yang mampu menjelaskan materi pembelajaran guna meningkatkan
pemahaman serta kemampuan peserta didik. Modul pembelajaran lebih praktis untuk
digunakan dimana saja dan kapan saja. Selain itu, peserta didik tidak lagi bergantung
pada guru sebagai satu-satunya sumber informasi. Dengan bantuan modul
pembelajaran tersebut, peserta didik dapat mempelajari dan mengeksplorasi materi
pembelajaran secara mandiri. Dengan alat bantu modul pembelajaran ini diharapkan
dapat membantu para peserta didik untuk dapat memahami mengenai Penggunaan
Software MasterCAM dalam pembelajaran Pemesinan CNC.
Dalam penggunaan software MasterCAM peserta didik masih kurang maksimal
dalam memahami fungsi perintah dan pengaturan yang ada pada software
MasterCAM. Pemahaman peserta didik akan fungsi untuk mendesain dan merubah
2
desain menjadi perintah atau program serta mengedit program dirasa belum
maksimal. Oleh sebab itu dengan menggunakan modul pembelajaran dalam
pembelajaran Pemesinan CNC diharapkan dapat memudahkan peserta didik untuk
mempelajari dan memahami fungsi perintah yang ada pada software MasterCAM.
Dengan melihat permasalahan diatas maka peneliti tertarik untuk
mengembangkan modul pembelajaran “Penggunaan Software MasterCAM”. Dengan
alat bantu modul pembelajaran ini diharapkan dapat membantu para peserta didik
untuk dapat memahami mengenai Penggunaan Software Mastercam dalam
pembelajaran Pemesinan CNC.
3
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan fokusan masalah yang telah ditentukan,
maka rumusan masalah dalam penelitian ini meliputi :
4
b. Bagi peserta didik
Memudahkan peserta didik dalam menambah wawasan dan meningkatkan
pemahaman materi pembelajaran Pemesinan CNC.
c. Bagi sekolah
Dengan modul pembelajaran ini sekolah dapat meningkatkan mutu sekolah dan
kualitas lulusan
d. Bagi peneliti
Peneliti dapat memperoleh ilmu yang bermanfaat dan menambah pengalaman,
serta menyelesaikan pendidikan sarjana di Prodi Pendidikan Teknik Mesin
Universitas Negeri Jakarta.
5
BAB II
KAJIAN TEORITIK
2.1 Konsep Pengembangan Model
Borg & Gall (1989) dalam bukunya "Educational Research" mengatakan, model
Dick & Carey adalah suatu model pengembangan instruksional yang sangat
sistematis. Mulai dari tahap awal pengembangan sampai kepada desiminasi produk
yang dikembangkan dengan melakukan proses perbaikan yang berlangsung secara
terus menerus hingga target standar kualitas produk yang dikembangkan tercapai,
yaitu efektif, efisien, dan berkualitas. Ini adalah tahapan pengembangan instruksional
yang tidak dimiliki oleh model pengembangan instruksional lainnya. Model
pengembangan menurut Dick dan Carey memiliki prosedur pengembangan dan
hubungan antar-komponen pada sepuluh langkah pengembangan, yaitu:
(1) analisis kebutuhan belajar
(2) analisis pembelajaran
(3) analisis karakteristik pembelajar dan konteksnya
(4) perumusan tujuan umum dan khusus pembelajaran
(5) pengembangan instrument asesmen
(6) pengembangan strategi pembelajaran
(7) pengembangan dan pemilihan bahan pembelajaran
(8) perancangan dan pelaksanaan penilaian formatif
6
(9) pelaksanaan revisi bahan pembelajaran
(10) perancangan dan penilaian sumatif.
Kesepuluh langkah tersebut mengikuti alur berurutan secara prosedural, tidak
dapat diacak langkah-langkahnya (Trianto, 2012).
Model 4D
Model Borg dan Gall memaknai Penelitian dan Pengembangan sebagai proses
yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan dengan
7
mengikuti langkah-langkah siklus, prosedural, dan deskriptif. Langkah-langkah
model pengembangan (research and development) Borg & Gall (1989) sebagai
berikut:
(1) Research and information collecting (Studi pendahuluan)
(2) Planning (Perencanaan)
(3) Develop preliminary form of product (Pengembangan rancangan produk
awal)
(4) Preliminary field testing (Uji lapangan awal)
(5) Main product revision (Revisi produk awal)
(6) Main field testing (Uji lapangan utama)
(7) Operational product revision (Revisi produk kedua)
(8) Operational field testing ( Uji kelompok)
(9) Final Product Revision (Revisi produk akhir).
8
dikembangkan dan mendefinisikan spesifikasinya pengembangan. Masing-masing
produk membutuhkan tahapan pengembangan yang berbeda-beda.
2. Design (Perancangan)
Tahap selanjutnya yang dilakukan tahap ialah perancangan tujuan yaitu untuk
merancang perangkat pembelajaran. Pada tahap perancangan, peneliti membuat
rancangan produk atau produk awal. Sebelum rancangan produk dilanjutkan ke tahap
berikutnya, maka rancangan produk tersebut perlu divalidasi. Hasil validasi ini,
kemungkinan masih perlu diperbaiki sesuai dengan saran validator.
3. Develop (Pengembangan)
Tahap pengembangan dibagi menjadi dua kegiatan yaitu penilaian ahli dan uji
pengembangan (Thiagarajan, 1974). Tujuan tahap ini adalah untuk menghasilkan
perangkat pembelajaran yang sudah direvisi berdasarkan masukan dari pakar. Serta
pengujian efektivitas yang dilakukan dengan eksperimen atau Penelitian Tindakan
Kelas dengan cara mengukur kompetensi sebelum dan sesudah pembelajaran.
4. Disseminate (Penyebarluasan)
Kegiatan terakhir dari tahap pengembangan adalah melakukan packaging
(pengemasan), diffusion and adoption. Tahap ini dilakukan supaya produk dapat
dimanfaatkan oleh orang lain. Pada konteks pengembangan bahan ajar, tahap
dissemination dilakukan dengan cara sosialisasi bahan ajar melalui pendistribusian
dalam jumlah terbatas kepada guru dan peserta didik.
9
memberi motivasi agar peserta didik mau belajar. Nana Sudjana dan Ahmad Rivai,
(2017), membagi pembelajaran menjadi empat komponen yaitu: tujuan, bahan,
metodologi, dan penilaian pembelajaran. Keempat komponen tersebut saling
berkaitan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Jika salah satu tidak dilakukan maka
tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai, karena keempat komponen tersebut
merupakan bagian dari sistem yang disebut pembelajaran. Komponen-komponen
pembelajaran ini yang akan dianalisis dalam video pembelajaran yang telah diatur
sesuai prosedur. Selain komponenkompoinen pembelajaran, terdapat perspektif
pembelajaran, dan pendekatan dalam pembelajaran.
Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti
‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’ (Yudhi Munadi, 2013). Gerlach dan Ely (1971)
mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi
atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat peserta didik mampu
memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap.
Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang sangat penting adalah
metode mengajar dan media pengajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan
salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pengajaran yang
sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam
memilih media, antara lain tujuan pengajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan
peserta didik kuasai setelah pengajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran
termasuk karakteristik peserta didik. Anderson (1976) mengelompokkan media
menjadi 10 golongan sbb :
No Golongan Media Contoh dalam Pembelajaran
Kaset audio, siaran radio,
I Audio CD, telepon
Buku pelajaran, modul,
II Cetak brosur, leaflet, gambar
Kaset audio yang dilengkapi
III Audio-cetak bahan tertulis
10
Proyeksi visual Overhead transparansi
IV diam (OHT), Film bingkai (slide)
Proyeksi Audio
V visual diam Film bingkai (slide) bersuara
VI Visual gerak Film bisu
Audio Visual gerak, film
gerak bersuara, video/VCD,
VII televisi
Benda nyata, model,
VIII Obyek fisik specimen
Manusia dan
IX lingkungan Guru, Pustakawan, Laboran
CAI (Pembelajaran
berbantuan komputer), CBI
(Pembelajaran berbasis
X Komputer komputer).
Modul Pembelajaran
Modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara utuh dan
sistematis, didalamnya memuat seperangkat pengalaman belajar yang terencana dan
didesain untuk membantu peserta didik menguasai tujuan belajar yang spesifik.
Modul minimal memuat tujuan pembelajaran, materi/substansi belajar, dan evaluasi.
Penulisan modul bertujuan :
a. Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat
verbal.
b. Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik peserta didik atau
peserta diklat maupun guru/instruktur.
c. Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi,
d. Meningkatkan motivasi dan gairah belajar bagi peserta didik atau peserta
diklat.
e. Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam berinteraksi langsung
dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya.
11
f. Memungkinkan peserta didik atau peserta diklat belajar mandiri sesuai
kemampuan dan minatnya.
g. Memungkinkan peserta didik atau peserta diklat dapat mengukur atau
mengevaluasi sendiri hasil belajarnya.
Pemesinan CNC
Saat ini mesin CNC mempunyai hubungan yang sangat erat dengan
program CAD/CAM. Proses permesinan CNC diawali dengan mendesain obyek
menggunakan software berbasis Computer Aided Design (CAD) kemudian
diteruskan ke dalam proses manufacturing menggunakan software berbasis Computer
Aided Manufacturing (CAM)) yaitu sebuah teknologi aplikasi yang menggunakan
perangkat lunak komputer dan mesin untuk memfasilitasi dan mengotomatisasi
proses manufaktur. Mesin NC/CNC terdiri dari enam bagian utama:
12
1. Program
2. Unit kendali atau processor
3. Motor listrik servo untuk menggerakan kontrol pahat
4. Motor listrik untuk menggerakan/memutar pahat
5. Pahat
6. Dudukan dan pemegang
1. Pemrogram membuat program CNC sesuai produk yang akan dibuat dengan
cara pengetikan langsung pada mesin CNC maupun dibuat pada komputer
dengan perangkat lunak pemrograman CNC.
2. Program CNC tersebut, lebih dikenal sebagai G-Code, seterusnya dikirim dan
dieksekusi oleh prosesor pada mesin CNC menghasilkan pengaturan motor
servo pada mesin untuk menggerakan perkakas yang bergerak melakukan
proses permesinan hingga menghasilkan produk sesuai program.
Software Mastercam
13
menggambar kontur benda kerja bubut, dan merencanakan proses pemesinannya
melalui simulasi di layar komputer serta membuat program CNC (kode G). Program
mastercam Mill digunakan untuk menggambar benda kerja yang akan dikerjakan
dengan mesin frais, dan merencanakan proses pemesinannya melalui simulasi di layar
komputer serta membuat program CNC (kode G).
Pengetahuan atau kemampuan yang harus dikuasai untuk dapat menggunakan
perangkat lunak mastercam ini adalah: (1) kemampuan mengoperasikan komputer
dengan sistem operasi windows, (2) kemampuan membaca gambar kerja, (3)
menguasai teori dan praktik proses pemesinan bubut CNC dan frais CNC, dan (4)
kemampuan melakukan pengukuran menggunakan alat ukur presisi.
14
2. Estri Ridha Hidayah dalam penelitianya yang berjudul
“Pengembangan Modul Matematika Berbasis Inkuiri Terbimbing Pada Materi
Persamaan Linear Satu Variabel (PLSV) Untuk Peserta didik SMP/MTS
Kelas VII” di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulung Agung. Pada
penelitian tersebut menghasilkan produk berupa modul yang dibuat dengan
mendeskripsikan langkah-langkah penggunaan metode inkuiri. Dalam
penelitian ini terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian
sebelumnya. Persamaannya yaitu sama-sama menghasilkan produk berupa
modul, pengembangan modul berbentuk bahan cetak (printed). Sementara itu
selain persamaan di dalam penelitian ini juga terdapat perbedaan dengan
penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu Pendekatan yang dipakai
dalam proses pengembangan produk. Lokasi penelitian yang digunakan untuk
uji coba lapangan. Materi pelajaran yang digunakan dalam pengembangan
bahan ajar.
2.3 Kerangka Teoritik
15
perintah atau program. Oleh sebab itu, dengan menggunakan modul pembelajaran
dalam pembelajaran software MasterCAM diharapkan dapat memudahkan peserta
didik dalam mempelajari dan memahami fungsi perintah yang ada dalam software
MasterCAM .
Modul pembelajaran pada dasarnya berfungsi untuk membantu peserta didik
agar dapat bertanggung jawab terhadap kegiatan belajarnya sendiri, pembelajaran
dengan modul sangat menghargai perbedaan individu, sehingga peserta didik dapat
belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya, maka pembelajaran semakin efektif
dan efisien. Manfaat yang tidak kalah penting dengan menggunakan modul
pembelajaran yaitu dapat dilakukan dimanapun dan tidak terlalu bergantung terhada
guru itu sendiri. Hal ini dikarenakan pembelajaran bisa dilakukan melalui proses
penginstalan software mastercam di laptop maupun komputer, sehingga memudahkan
peserta didik dalam melatih keterampilannya untuk penggunaan software mastercam.
Selain itu untuk melihat hasil desain dari program yang telah dibuat tidak
memerlukan proses percobaan pada mesin, karena langkah kerja hasil program bisa
dilihat langsung setelah program selesai dibuat.
16
3. Stand alone, modul yang dikembangkan tidak harus digunakan bersama- sama
dengan media lain.
4. Adaptif, modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap
perkembangan ilmu dan teknologi.
5. User friendly, modul hendaknya juga memenuhi kaidah akrab bersahabat atau
akrab dengan pemakainya.
6. Konsistensi, konsisten dalam penggunaan font, spasi, dan tata letak.
Sebuah modul harus memenuhi kriteria modul yang baik, seperti yang
diungkapkan oleh Sanjaya (2012), dalam sebuah modul minimal berisi tentang:
1. Tujuan yang harus dicapai, yang biasanya dirumuskan dalam bentuk perilaku
yang spesifik sehingga keberhasilannya dapat diukur;
2. Petunjuk penggunaan yakni petunjuk bagaimana peserta didik belajar modul;
3. Kegiatan belajar, berisi tentang materi yang harus dipelajari oleh peserta didik;
Rangkuman materi, yakni garis-garis besar materi pelajaran.
4. Tugas dan latihan;
5. Sumber bacaan, yakni buku-buku bacaan yang harus dipelajari untuk
mempelajari untuk memperdalam dan memperkaya wawasan;
6. Item-item tes, soal-soal yang harus dijawab untuk melihat keberhasilan peserta
didik dalam penguasaan materi pelajaran;
7. Kriteria keberhasilan, yakni rambu-rambu keberhasilan peserta didik dalam
memepelajari modul;
8. Kunci jawaban.
17
1. Motivasi peserta didik dipertinggi karena setiap kali peserta didik mengerjakan
tugas pelajaran dibatasi dengan jelas dan yang sesuai dengan kemampuannya.
2. Sesudah pelajaran selesai guru dan peserta didik mengetahui benar peserta didik
yang berhasil dengan baik dan mana yang kurang berhasil.
3. Peserta didik mencapai hasil yang sesuai dengan kemampuannya.
4. Beban belajar terbagi lebih merata sepanjang semester.
5. Pendidikan lebih berdaya guna.
Belajar dengan menggunakan modul juga sering disebut dengan belajar mandiri.
Menurut Suparman (1993), menyatakan bahwa bentuk kegiatan belajar mandiri ini
mempunyai kekurangan-kekurangan sebagai berikut :
1. Biaya pengembangan bahan tinggi dan waktu yang dibutuhkan lama.
2. Menentukan disiplin belajar yang tinggi yang mungkin kurang dimiliki oleh
peserta didik pada umumnya dan peserta didik yang belum matang pada
khususnya.
3. Membutuhkan ketekunan yang lebih tinggi dari fasilitator untuk terus menerus
mamantau proses belajar peserta didik, memberi motivasi dan konsultasi secara
individu setiap waktu peserta didik membutuhkan.
18
Tjipto (1992), juga mengungkapkan beberapa hal yang memberatkan belajar
dengan menggunakan modul, yaitu :
1. Kegiatan belajar memerlukan organisasi yang baik
2. Selama proses belajar perlu diadakan beberapa ulangan/ujian, yang perlu dinilai
sesegera mungkin
menjadi acuan dalam pelaksanaan kegiatan penelitian. Oleh karenanya, setiap proses
Latar belakang
Layak
Gambar 1.Produksi
Rancangan Pengembangan
Modul
20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di SMKN 1 Jakarta yang beralamat di Jl. Budi Utomo
No.7, Sawah Besar, Jakkarta Pusat, DKI Jakarta. Penelitian ini dilaksanakan bulan
Februari-April 2020.
3.2 Metode Pengembangan Produk
21
pengujian yang dilakukan yaitu uji kelayakan berdasarkan pendapat para
ahli.Dikarenakan terdapat kesesuaian antara produk yang dikembangkan dengan
Rumusan masalah maka model ini dirasa tepat untuk mengembangkan
1. Define (Pendefinisian)
Kegiatan pada tahap ini dilakukan untuk menetapkan dan
mendefinisikan syarat-syarat pengembangan. Dalam model lain, tahap ini
sering dinamakan analisis kebutuhan. Tiap-tiap produk tentu
membutuhkan analisis yang berbeda-beda. Secara umum, dalam
pendefinisian ini dilakukan kegiatan analisis kebutuhan pengembangan,
syarat-syarat pengembangan produk yang sesuai dengan kebutuhan
pengguna serta model penelitian dan pengembangan yang cocok
digunakan untuk mengembangkan produk. Analisis bisa dilakukan
melalui studi literature atau penelitian pendahuluan. Thiagarajan,
menganalisis lima kegiatan yang dilakukan pada tahap define yaitu:
22
analisis ujung depan (front-end analysis), analisis pesera didik (learner
analysis), analisis tugas (task analysis), analisis konsep (concept
analysis) dan perumusan tujuan pembelajaran (specifying instructional
objectives) (Rochmad, 2012: 61).
a. Front-end analysis (analisis awal dan akhir)
Pada tahap ini, guru melakukan diagnosis awal untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Analisis awal
dilakukan untuk mengetahui permasalahan dasar dalam pengembangan.
Pada tahap ini dimunculkan fakta-fakta dan alternatif penyelesaian
sehingga memudahkan untuk menentukan langkah awal dalam
pengembangan.
b. Learner analysis (analisis pesera didik)
Analisis peserta didik sangat penting dilakukan pada awal
perencanaan. Analisis peserta didik dilakukan dengna cara mengamati
karakteristik peserta didik. Analisis ini dilakukan dengan
mempertimbangkan ciri, kemampuan, dan pengalaman peserta didik,
baik sebagai kelompok maupun individu. Pada tahap ini dipelajari
karakteristik peserta didik, misalnya: kemampuan, motivasi belajar, latar
belakang pengalaman, dsb.
c. Task analysis (analisis tugas)
Pada tahap ini guru menganalisis tugas-tugas pokok yang harus
dikuasai peserta didik agar peserta didik dapat mencapai kompetensi
minimal. Analisis tugas terdiri dari analisis terhadap Kompetensi Inti
(KI) dan Kompetensi Dasar (KD) terkait materi yang akan
dikembangkan.
23
d. Concept analysis (analisis konsep/materi)
Analisis konsep bertujuan untuk menentukan isi materi yang
akan diajarkan, menyusun langkah-langkah yang akan dilakukan secara
rasional. Analisis konsep dibuat dalam peta konsep pembelajaran yang
nantinya digunakan sebagai sarana pencapaian kompetensi tertentu,
dengan cara mengidentifikasi dan menyusun secara sistematis bagian-
bagian utama materi pembelajaran.
e. Specifying instructional objective (tujuan instruksional khusus)
Analisis tujuan pembelajaran dilakukan untuk menentukan
indikator pencapaian pembelajaran yang didasarkan atas analisis materi
dan analisis kurikulum. Dengan menuliskan tujuan pembelajaran, peneliti
dapat mengetahui kajian apa saja yang akan ditampilkan, menentukan
kisi-kisi soal, dan akhirnya menentukan seberapa besar tujuan
pembelajaran yang tercapai. Menulis tujuan pembelajaran, perubahan
perilaku yang diharapkan setelah belajar dengan kata kerja operasional
(Rochmad, 2012: 61).
2. Design (Perancangan)
Setelah mendapatkan permasalahan dari tahap pendefinisian,
selanjutnya dilakukan tahap perancangan. Tahap perancangan bertujuan
untuk merancang perangkat pembelajaran. Thiagarajan (1974) membagi
perancangan menjadi empat langkah yang harus dilakukan pada tahap
ini, yaitu:
24
a. Constructing Criterion-Referenced Test (penyusunan tes acuan
patokan)
Penyusunan tes acuan patokan merupakan langkah yang
menghubungkan antara tahap pendefinisian (define) dengan tahap
perancangan (design) (Thiagarajan, 1974: 7). Tes acuan patokan disusun
berdasarkan spesifikasi tujuan pembelajaran dan analisis pesera didik,
kemudian selanjutnya disusun kisi-kisi tes hasil belajar. Tes yang
dikembangkan disesuaikan dengan jenjang kemampuan kognitif.
b. Media Selection (pemilihan media)
Pemilihan media dilakukan untuk mengidentifikasi media
pembelajaran yang relevan dengan karakteristik materi. Lebih dari itu,
media dipilih untuk menyesuaikan dengan analisis konsep dan analisis
tugas, karakteristik target pengguna, serta rencana penyebaran dengan
atribut yang bervariasi dari media yang berbeda-beda. Hal ini berguna
untuk membantu pesera didik dalam pencapaian kompetensi dasar.
c. Format Selection(pemilihan format)
Pemilihan format dalam pengembangan perangkat pembelajaran
ini dimaksudkan untuk mendesain atau merancang isi pembelajaran,
pemilihan strategi, pendekatan, metode pembelajaran, dan sumber
belajar. Format yang dipilih adalah yang memenuhi kriteria menarik,
memudahkan dan membantu dalam pembelajaran.
d. Initial Design(rancangan awal)
Rancangan awal yang dimaksud adalah rancangan seluruh
perangkat pembelajaran yang harus dikerjakan sebelum ujicoba
dilaksanakan. Hal ini juga meliputi berbagai aktivitas pembelajaran yang
terstruktur seperti membaca teks, wawancara, dan praktek kemampuan
25
pembelajaran yang berbeda melalui praktek mengajar (Rochman, 2012:
63).
Dalam tahap perancangan, peneliti sudah membuat produk awal
(prototype) atau rancangan produk. Pada konteks pengembangan bahan
ajar, tahap ini dilakukan untuk membuat modul atau buku ajar sesuai
dengan kerangka isi hasil analisis kurikulum dan materi. Dalam konteks
pengembangan model pembelajaran, tahap ini diisi dengan kegiatan
menyiapkan kerangka konseptual model dan perangkat pembelajaran
(materi, media, alat evaluasi) dan mensimulasikan penggunaan model
dan perangkat pembelajaran tersebut dalam lingkup kecil. Sebelum
rancangan (design) produk dilanjutkan ke tahap berikutnya, maka
rancangan produk (model, buku ajar, dsb) tersebut perlu divalidasi.
Validasi rancangan produk dilakukan oleh teman sejawat seperti dosen
atau guru dari bidang studi/bidang keahlian yang sama. Berdasarkan hasil
validasi teman sejawat tersebut, ada kemungkinan rancangan produk
masih perlu diperbaiki sesuai dengan saran validator.
3. Develop (Pengembangan)
Tahap pengembangan terbagi atas dua kegiatan yaitu: expert
appraisal (penilaian ahli) dan developmental testing (uji pengembangan)
(Thiagarajan, 1974: 8). Expert appraisal merupakan teknik untuk
memvalidasi atau menilai kelayakan rancangan produk. Dalam kegiatan
ini dilakukan evaluasi oleh ahli dalam bidangnya. Saran-saran yang
diberikan digunakan untuk memperbaiki materi dan rancangan
pembelajaran yang telah disusun. Developmental testing merupakan
kegiatan uji coba rancangan produk pada sasaran subjek yang
sesungguhnya. Pada saat uji coba ini dicari data respon, reaksi atau
26
komentar dari sasaran penggunakan produk. Hasil uji coba digunakan
memperbaiki produk. Setelah produk diperbaiki kemudian diujikan
kembali sampai memperoleh hasil yang efektif.
Pada kegiatan pengembangan bahan ajar (buku atau modul),
tahap pengembangan dilakukan dengan cara menguji isi dan keterbacaan
modul atau buku ajar tersebut kepada pakar yang terlibat pada saat
validasi rancangan dan peserta didik yang akan menggunakan modul atau
buku ajar tersebut. Hasil pengujian kemudian digunakan untuk revisi
sehingga modul atau buku ajar tersebut benar-benar telah memenuhi
kebutuhan pengguna. Untuk mengetahui efektivitas modul atau buku ajar
tersebut dalam meningkatkan hasil belajar, kegiatan dilanjutkan dengan
memberi soal-soal latihan yang materinya diambil dari modul atau buku
ajar yang dikembangkan.
Tujuan tahap ini adalah untuk menghasilkan perangkat
pembelajaran yang sudah direvisi berdasarkan masukan dari pakar.
Dalam konteks pengembangan model pembelajaran, kegiatan
pengembangan (develop) dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut.
a. Validasi model oleh ahli/pakar.
b. Revisi berdasarkan masukan dari para pakar pada saat
validasi
4. Disseminate (Penyebarluasan)
Tahap ini merupakan tahap penggunaan perangkat yang telah
dikembangkan pada skala yang lebih luas. Tahap ini terbagi atas:
packaging (pengemasan) dan diffusion and adoption (difusi dan adopsi )
(Thiagarajan, 1974: 9). Kegiatan terakhir dari tahap pengembangan
27
adalah melakukan packaging (pengemasan), diffusion and adoption.
Tahap ini dilakukan supaya produk dapat dimanfaatkan oleh orang lain.
Pengemasan model pembelajaran dapat dilakukan dengan mencetak buku
panduan penerapan model pembelajaran. Setelah buku dicetak, buku
tersebut disebarluaskan supaya dapat diserap (diffusi) atau dipahami
orang lain dan digunakan (diadopsi) pada kelas mereka. Pada konteks
pengembangan bahan ajar, tahap dissemination dilakukan dengan cara
sosialisasi bahan ajar melalui pendistribusian dalam jumlah terbatas
kepada guru dan peserta didik. Pendistribusian ini dimaksudkan untuk
memperoleh respons, umpan balik terhadap bahan ajar yang telah
dikembangkan. Apabila respon sasaran pengguna bahan ajar sudah baik
maka baru dilakukan pencetakan dalam jumlah banyak dan pemasaran
supaya bahan ajar itu digunakan oleh sasaran yang lebih luas.
28
c) Angket
Angket yang digunakan pada penelitian ini menggunakan jenis angket tertutup,
yang telah memiliki pilihan jawaban untuk dipilih oleh responden. Jenis skala
jawaban yang digunakan yaitu skala Likert untuk penilaian angket.
3.4.2 Instrumen
Berikut ini merupakan kisi-kisi instrumen untuk masing-masing
responden.
1. Instrumen Uji Kelayakan Ahli Materi
Instrumen untuk ahli materi berisikan kesesuaian modul dilihat dari
kualitas materi. Kisi-kisi instrumen untuk ahli materi dapat dilihat pada
tabel.
29
Bersahabat dengan pemakainya 34,35,36 dan 37
30
3. Instrumen Uji Kelayakan Responden
Instrumen untuk responden (guru) meliputi aspek materi, aspek media, dan
aspek pengoperasian yang diadopsi dari Anasikhatussalafi (2018). Kisi-kisi instrumen
untuk responden seperti yang terlihat pada Tabel
31
Data tersebut dianalisis dan dideskripsikan secara kualitatif. Analisis data-
data ini dilakukan sebagai berikut:
1) Memaparkan data
Pada langkah ini, peneliti berusaha menyusun data dengan baik dan benar.
Peneliti menampilkan data hasil penilaian dan masukan dari dosen ahli dan
hasil wawancara praktisi secara deskriptif. Hal ini dimaksudkan untuk
memudahkan pembaca memahami alur berpikir dan mengetahui segala
tindakan yang terjadi selama proses penelitian berlangsung.
2) Verifikasi dan interpretasi data
Kegiatan verifikasi data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kegiatan penarikan kesimpulan berdasarkan data-data hasil wawancara
yang telah diperoleh. Berdasarkan data hasil penilaian dan masukan para
ahli, dan hasil wawancara praktisi, peneliti menarik suatu kesimpulan
secara umum, sehingga nampak jelas makna data yang diperoleh.
Selanjutnya, data digunakan sebagai tambahan pedoman revisi modul.
Langkah pertama adalah memberi skor pada tiap kriteria dengan
ketentuan pada Tabel .
Kriteria Skor
Sangat Setuju (SS) 5
Setuju (S) 4
Kurang Setuju (KS) 3
Tidak Setuju (TS) 2
Sangat Tidak Setuju (STS) 1
Keterangan :
32
P = Persentase kelayakan
33
DAFTAR PUSTAKA
34