Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diaper rash, atau yang sering disebut sebagai ruam popok yang sering terjadi
pada anak balita. Akibat dari iritasi pada bagian bokong bayi dan kebanyakan bayi
baru lahir memiliki iritasi kulit yang tak berbahaya yang biasanya akan hilang sendiri
di bulan-bulan pertama. Ruam popok pernah dialami oleh hampir semua bayi. Hal ini
umum terjadi bila sang bayi mengalami diare yang dapat menyebabkan popok lembab
atau basah dan biasanya para ibu akan merasa cemas bila kulit bayinya menjadi
berbintik-bintik merah, (Andi, M. 2012).
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada
tahun 2009 (dikutip dalam Rahmat Hidayat, H. 2011) prevalensi iritasi kulit (ruam
popok) pada bayi cukup tinggi. 25% dari 6.840.507.000 bayi yang lahir di dunia
kebanyakan menderita iritasi kulit (ruam popok) akibat penggunaan popok. Angka
terbanyak ditemukan pada usia 6-12 bulan. Kimberly A Hori, MD (asisten professor
spesialis anak Universitas Misouri) dan John Mersch, MD, FAAP menyebutkan
bahwa 10-20 % Diaper dermatitis dijumpai pada praktek spesialis anak di Amerika.
Sedangkan prevalensi pada bayi berkisar antara 7-35%, dengan angka terbanyak pada
usia 9-12 bulan. Sementara itu Rania Dib, MD menyebutkan ruam popok berkisar 4-
35 % pada usia 2 tahun, Kejadian ruam popok (Diaper Rush) sebanyak 50. Penelitian
di Inggris menemukan, 25 persen dari 12.000 bayi berusia empat minggu mengalami
ruam popok, (Rahmat, H. 2011).
Insiden ruam popok di Indonesia mencapai 7-35%, yang menimpa bayi laki-
laki dan perempuan berusia dibawah tiga tahun, (Andi, M. 2012). Ahli Menteri
Kesehatan Bidang Peningkatan Kapasitas dan Desentralisasi, dr Krisnajaya, MS
memperkirakan jumlah anak balita (bawah lima tahun) Indonesia mencapai 10 persen
dari populasi penduduk. Jika jumlah penduduknya 220-240 juta jiwa, maka
setidaknya ada 22 juta balita di Indonesia, dan 1/3 dari jumlah bayi di indonesia
mengalami ruam popok, (Rahmat, H. 2011).
Virgin coconut oil adalah produk olahan kelapa yang aman dikonsumsi oleh
masyarakat dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Mutu VCO ditentukan dari
kandungan asam lemak rantai medium atau medium chain fatty acid (MCFA) dan
asam laurat (C12:0) (Sutarmi 2006). VCO juga berfungsi sebagai antioksidan yang
kuat, karena VCO memiliki kandungan vitamin E dan polifenol. Tinggi rendahnya
kandungan Vitamin E dan polifenol dalam VCO sangat ditentukan oleh kualitas
bahan bakunya (kelapa) dan proses produksi yang digunakan. Secara umum, proses
produksi yang menerapkan penggunaan panas dapat menurunkan kadar Vitamin E
dan polifenol sekitar 25%. Bahkan dapat hilang sama sekali dengan pemanasan yang
berlebihan (Sutarmi, 2006). Minyak kelapa murni pun mampu mencegah
berkembangnya bercak-bercak dikulit akibat penuaan dan melindungi kulit dari
cahaya matahari. Bahkan minyak kelapa murni dapat memperbaiki kulit yang rusak
atau sakit. Oleh karena itu, penggunaan minyak kelapa murni akan mampu
menampilkan kulit lebih muda (Sutarmi, 2006).

B. Tujuan
Tujuan dari laporan ini untuk mengetahui fungsi dan efektivitas dari Virgin Coconut
Oil untuk mencegah ruam popok yang biasanya timbul pada neonatus yang sedang
menjalani perawatan di rumah sakit, yang didapat dari expert yang diwawancarai dan
dari jurnal yang telah diperoleh.
BAB 2
ISI
A. Asuhan Keperawatan Teori
a) Konsep Penyakit
1. Pengertian
Diaper Rush atau Ruam Popok adalah suatu keadaan akibat dari kontak
terus menerus  dengan lingkungan yang tidak baik. Ruam popok merupakan
iritasi pada kulit bayi Ibu di daerah pantat. Hal bisa terjadi jika popoknya
basah telat diganti, popoknya terlalu kasar dan tidak menyerap keringat,
infeksi jamur atau bakteri atau bahkan eksema.
Ruam popok merupakan masalah kulit pada daerah genital bayi yang ditandai
dengan timbulnya bercak-bercak merah dikulit, biasanya terjadi pada bayi
yang memiliki kulit sensitif dan mudah terkena iritasi. Bercak-bercak ini akan
hilang dalam beberapa hari jika dibasuh dengan air hangat, dan diolesi lotion
atau cream khusus ruam popok, atau dengan melepaskan popok beberapa
waktu. Ruam popok (diaper rash) adalah gangguan yang lazim ditemukan
pada bayi. Gangguan ini banyak mengenai bayi berumur kurang dari 15 bulan,
terutama pada kisaran usia 8 – 10 bulan (Netina, 2005).
Diaper dermatitis merupakan kelainan peradangan kulit di daerah yang
tertutup popok yang paling sering diderita oleh bayi atau anak-anak.
(Sudarti, 2012).
2. Etiologi
Berbagai faktor yang berperan pada timbulnya diaper dermatitis antara
lain:
Kontak yang lama dengan popok yang basah.Popok yang basah bila
tidak segera diganti akan membuat kulit bayi lembab. Di dalam urine terdapat
berbagai organisme diantaranya bakterium amoniagenes yang dapat mengubah
urea menjadi amonia. Amonia ini dapat meningkatkan PH pada permukaan
kulit bayi sehingga kulit akan lebih mudah dan lebih sering diserang oleh
kuman dan jamur. Keadaan feses yang banyak mengandung air dapat
menambah kelembapan kulit sehingga mempermudah terjadinya
dermatitis/eksim akibat gesekan. Gesekan dan iritasi.Gesekan dan iritasi
merupakan dua faktor penting, sebagai penyebab primer maupun sebagai
faktor pencetus. Daerah popok adalah daerah yang sering basah. Ditambah
dengan gesekan berulang pada pergerakan badan bayi akan menambah pula
frekuensi kontak antar kulit. Dermatitis oleh karena iritasi biasanya
disebabkan oleh iritasi bahan kimia khususnya oleh kotoran diare. Enzime-
enzim fekal juga meningkatkan permeabilitas dari kulit terhadap garam
empedu yang merupakan bahan iritan yang potensial dalam feces (mayoclinic,
2007).
3. Manifestasi Klinis
Gejala dari diaper dermatitis ini sangat bervariasi, mulai dari yang
ringan sampai dengan yang parah. Tanda dan gejala awal kelainan ini berupa
kemerahan ringan di kulit daerah sekitar popok yang bersifat terbatas, disertai
dengan lecet-lecet ringan atau luka pada kulit. Pada derajat sedang, dapat
berupa kemerahandengan atau tanpa bintil-bintil yang tersusun seperti satelit,
disertai dengan lecet-lecet yang meliputi permukaan yang luas. Pada tingkatan
ini bayi akan merasa nyeri dan tidak nyaman. Pada diaper dermatitis yang
parah, ditemukan kemerahan yang hebat disertai dengan bintil-bintil,
pernanahan dan meliputi daerah kulit yang luas. Bila sudah dalam keadaan
demikian bayi harus mendapat perawatan intensif. (Sudarti, 2012).
Munculnya diaper dermatitis dapat dimanifestasikan terutama pada
permukaan yang cembung dalam lipatan kulit dan lesi dapat timbul dalam
bermacam-macam tipe dan bentuk. Erupsi pada kulit ini dapat timbul pada
kontak secara langsung di kulit misal pada permukaan yang cembung, pada
bokong, paha bagian dalam, mons pubis,dan scrotum. Sedangkan pada lipatan
kulit yang dalam dapat ditembus oleh iritasi bahan kimia khususnya urine dan
feses. Penyebab lain adalah sabun dari pembilasan yang tidak adekuat atau
parfum yang ditambahkan pada popok dan bisa juga disebabkan oleh diaper
yang disposibel (Sudarti, 2012).
4. Komplikasi
Dapat terjadi komplikasi yaitu infeksi bakteri. Gejalanya berupa bintik-
bintik yang mengeluarkan nanah. Pembengkakan kelenjar getah bening
sehingga penderita mengalami demam dan lesu.
5. Patofisiologi
Hampir semua bayi pernah mengalami ruam atau lecet karena
pemakaian popok.Lokasi yang sering terkena adalah bagian pantat, sekitar
kemaluan, maupun paha. Bahkan, jika bakteri yang terdapat dalam urine bayi
Anda terurai menjadi amonia, ruam ini bisa bertambah parah. Tentu saja
keadaan ini sangat tidak menyenangkan buat si kecil. Bayi yang senang tidur
lama sebenarnya tidak ada masalah. Tetapi masalahnya bila popoknya basah
berkali-kali dan membuatnya lembab. Karena penyebab ruam popok yang
paling utama adalah popok yang lembab. Popok yang lama terkena air seni
dan tinja bisa menimbulkan iritasi pada kulit. Bila Bunda tak segera
membersihkannya, bakteri dan jamur akan tumbuh. Selain karena lembab ada
juga bayi yang memang alergi terhadap popok sekali pakai. Lebih baik
gunakan popok tradisional dengan resiko Bunda harus lebih sering
menggantinya bila bayi buang air kecil atau besar. Penggunaan produk bayi
yang mengandung parfum juga bisa meningkatkan resiko terkena ruam popok
termasuk juga deterjen untuk mencuci pakaiannya. Disarankan menggunakan
diapers tanpa pewangi. Tetapi alangkah baiknya bila melakukan upaya
pencegahan, seperti :
a. Ganti popok sesering mungkin. Bila si kecil buang air besar, jangan
menunda-nunda untuk segera menggantinya.
b. Minimalisasikan penggunaan tissue basah untuk membersihkan
area popoknya. Air bersih adalah pilihan terbaik
c. Hindari menggesek kulit bayi walau pun dengan handuk lembut.
Sebaiknya tepuk-tepuk dan angin-anginkan saja pantat si kecil
untuk mengeringkannya.
d. Beri sirkulasi udara untuk area kulitnya yang terkena popok dengan
cara menggunakan popok kain, khususnya pada waktu tidur.
e. Jangan mengikat atau merekatkan popok terlalu kencang.
6. Penatalaksanaan
a.  Bersihkan segera daerah yang tertutup popok dengan lembut setiap kali
bayi kencing/mengeluarkan kotoran menggunakan air / minyak mineral.
Bilas dan keringkan dengan sebaik-baiknya. Pada tindakan pembersihan
penting diusahakan menghindari penggosokan/penggesekan.
b.  Oleskan krem pelindung. Jangan memakai bedak selama gatal belum
sembuh.
c. Buka popok bayi sesering mungkin sampai kulit sembuh sekitar satu
minggu (paparan udara langsung akan membantu mengeringkan dan
menyembuhkan kulit yang gatal).\Periksa ke dokter bila gatal menetap
sampai 10 hari atau lebih, tambah berat atau timbul lecet-lecet.
(Infokes.com,Oktober 2000)
d. Metode Perawatan Perianal. Keberadaan dan kesehatan bayi yang baik
adalah tujuan yang paling penting dari orang tua. Metode perawatan
perianal pada bayi adalah sebagai berikut:
e.  Perawatan perianal dengan baby oil
f. Sering-seringlah mengganti popok. Jangan biarkan popok yang sudah
basah karena menampung banyak urin berlama-lama dipakai bayi. Kontak
yang lama antara urin atau tinja dengan kulit bayi dapat menimbulkan
ruam popok
g. Saat membersihkan bayi, tepuk daerah yang biasa ditutupi popok
  

(bokong, paha, selangkangan, dan daerah genital bayi) secara perlahan


dengan handuk bersih. Usahakan menghindari menggosok-gosok dengan
keras daerah tersebut.
h. Sesekali biarkan bokong bayi terbuka (tidak memasang popok) selama
beberapa saat. Tindakan ini mungkin berguna menjaga daerah popok tetap
kering dan bersih.
i. Hati-hati dalam memilih popok, karena beberapa jenis bahan popok dapat
merangsang ruam popok. Jika hal itu terjadi, gantilah popok merk lain
yang lebih cocok.
j. Jika bayi anda memakai popok kain yang digunakan berulang kali, cucilah
popok kain tersebut dengan deterjen yang formulanya tidak terlalu keras.
Hindari memakai pelembut, karena pewangi dalam pelembut tersebut
dapat mengiritasi kulit bayi. Pastikan untuk membilas popok dengan baik
agar deterjen tidak tertinggal di dalam popok.
k. Hindari memasang popok terlalu kuat. Usahakan ada ruang antara popok
dengan kulit bayi.
b) Asuhan Keperawatan
 Pengkajian

a. Identitas Pasien.
b. Keluhan Utama.
Biasanya pasien mengeluh gatal, rambut rontok.
c. Riwayat Kesehatan.

1. Riwayat Penyakit Sekarang :


Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada
keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk
menanggulanginya.

2. Riwayat Penyakit Dahulu :


Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau
penyakit kulit lainnya.

3. Riwayat Penyakit Keluarga :


Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau
penyakit kulit lainnya.

4. Riwayat Psikososial :
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang
mengalami stress yang berkepanjangan.

5. Riwayat Pemakaian Obat :


Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada
kulit, atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat.
 Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ruam popok
2. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya jaringan yang terbuka
3. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa NOC NIC
Kerusakan integritas kulit b/d adanya  Tissue Integrity : Skin and Mucous Pressure Management
gangren pada ekstrimitas Membranes  Anjurkan pasien untuk
DO:  Wound Healing : primer dan menggunakan pakaian yang longgar
- Gangguan pada bagian tubuh sekunder  Hindari kerutan pada tempat tidur
- Kerusakan lapisa kulit (dermis) Setelah dilakukan tindakan  Jaga kebersihan kulit agar tetap
- Gangguan permukaan kulit keperawatan selama 3X24 jam bersih dan kering
(epidermis) kerusakan integritas kulit pasien  Mobilisasi pasien (ubah posisi
teratasi dengan criteria hasil: pasien) setiap dua jam sekali
 Integritas kulit yang baik Bisa  Monitor kulit akan adanya
dipertahankan (sensasi, elastisitas, kemerahan
temperatur, hidrasi, pigmentasi)  Oleskan lotion atau minyak/baby oil
 Tidak ada luka/lesi pada kulit pada derah yang tertekan
 Perfusi jaringan baik  Monitor aktivitas dan mobilisasi
 Menunjukkan pemahaman dalam pasien
proses perbaikan kulit dan  Monitor status nutrisi pasien
mencegah terjadinya cedera
berulang  Memandikan pasien dengan sabun
 Mampu melindungi kulit dan dan air hangat
mempertahankan kelembaban kulit  Kaji lingkungan dan peralatan yang
dan perawatan alami menyebabkan tekanan
 Menunjukkan terjadinya proses  Observasi luka : lokasi, dimensi,
penyembuhan luka kedalaman luka, karakteristik,warna
cairan, granulasi, jaringan nekrotik,
tanda-tanda infeksi lokal, informasi
traktus
 Ajarkan pada keluarga tentang luka
dan perawatan luka
 Kolaburasi ahli gizi pemberian diae
TKTP, vitamin
 Cegah kontaminasi feses dan urin
 Lakukan tehnik perawatan luka
dengan steril
 Berikan posisi yang mengurangi
tekanan pada luka

Risiko infeksi NOC : NIC :


Faktor-faktor risiko :  Immune Status - Pertahankan teknik aseptif
- Prosedur Infasif  Knowledge : Infection control - Batasi pengunjung bila perlu
- Kerusakan jaringan  Risk control - Cuci tangan setiap sebelum dan
dan peningkatan Setelah dilakukan sesudah tindakan keperawatan
paparan lingkungan tindakan - Gunakan baju, sarung tangan sebagai
- Malnutrisi keperawatan alat pelindung
- Peningkatan selama…… pasien - Ganti letak IV perifer dan dressing
paparan lingkungan tidak mengalami sesuai dengan petunjuk umum
patogen infeksi dengan - Gunakan kateter intermiten untuk
- Imonusupresi kriteria hasil: menurunkan infeksi kandung kencing
- Tidak adekuat  Klien bebas dari tanda dan gejala - Tingkatkan intake nutrisi
pertahanan infeksi - Berikan terapi antibiotic
sekunder  Menunjukkan kemampuan untuk - Monitor tanda dan gejala infeksi
(penurunan Hb, mencegah timbulnya infeksi sistemik dan local
Leukopenia,  Jumlah leukosit dalam batas normal - Pertahankan teknik isolasi k/p
penekanan respon  Menunjukkan perilaku hidup sehat - Inspeksi kulit dan membrane mukosa
inflamasi) Status imun, gastrointestinal, terhadap kemerahan, panas, drainase
- Penyakit kronik - Monitor adanya luka
- Imunosupresi genitourinaria dalam batas normal - Dorong masukan cairan
- Malnutrisi - Dorong istirahat
- Pertahan primer - Ajarkan pasien dan keluarga tanda
tidak adekuat dan gejala infeksi
(kerusakan kulit, - Kaji suhu badan pada pasien
trauma jaringan, neutropenia setiap 4 jam
gangguan
peristaltik)
B. Resume Kasus
By. Ny. S merupakan bayi yang menderita penyakit jantung bawaan, By. Ny S
lahir di ponek karena memiliki penyakit jantung bawaan dan BBLR maka di kirim
ke HCU neonatus. Di ruang HCU neonatus pasien menjalani perawatan, selama
menjalani perawatan pasien menggunakan pampers. Pampers yang digunakan
diganti setiap 8 jam sekali, hal ini bertujuan untuk mengukur output urine dan
feses pasien untuk mengukur keseimbangan cairan pada pasien. Dalam 8 jam
tersebut pasien bisa BAK dan BAB lebih dari sekali, sehingga kulit pasien pada
pampers tersebut terpapar oleh urine dan feses. Di dalam urine dan feses tersebut
terdapat banyak bakteri sehingga berisiko untuk terjadi ruam popok dan infeksi
pada kulit pasien yang terpapar tersebut. Untuk mencegah terjadinya infeksi dan
ruam popok tersebut maka setiap kali mengganti popok dibersihkan lalu diberikan
VCO ( Virgin Coconut Oil) pada daerah kulit yang terpapar tersebut.

C. Hasil
1) Widaryati, S.Kep., Ns
Menurut Widayarti, S.Kep., Ns perawat senior ruang HCU neonatus
menyebutkan bahwa VCO digunakan di ruang HCU neonatus karena kejadian
diaper rash yang banyak, dan untuk mencegah diaper rash trsebut dari ruang
HCU mengajukan untuk pemakaian VCO hingga saat ini. Pemakaian VCO di
ruang HCU neonatus berdasarkan dari jurnal-jurnal serta penelitian yang telah
ditemukan, VCO efektif untuk mencegah terjadinya diaper rash/ ruam popok
pada bayi. Penggunaan VCO untuk diaper rash ini dirasa efektif karena dilihat
dari berbagai segi faktor, VCO tersebut terbuat dari minyak kelapa sehingga
termasuk herbal tidak seperti misalnya minyak zaitun yang terbuat dari pabrik
sehingga pada VCO tidak terdapat bahan-bahan kimia dan pengawet pada
VCO. Kemudian dari segi ekonomi VCO tergolong murah sehingga tidak
akan memberatkan pada keluarga pasien, meminimalkan pengeluaran bagi
perawatan pasien. Penggunaan VCO tersebut pada intinya untuk mencegah
terjadinya diaper rash, bukan untuk mengobati. Penggunaan VCO pada
neonatus diberikan pada semua pasien di ruang HCU, diberikan pada pagi dan
sore hari setelah bayi dimandikan atau setiap kali ganti pampers. Untuk
penggunaan VCO dirasa tidak terdapat efek samping bagi neonatus, hanya
saja VCO menimbulkan bau khasnya. VCO tersebut mempunyai banyak sisi
positifnya sehingga dapat dipakai pada semua golongan umur. Selain untuk
mencegah diaper rash, VCO ini juga dapat mencegah hipotermi pada BBLSR.
Dapat digunakan juga untuk pasien-pasien yang sedang imobilisasi untuk
mencegah seperti dekubitus dan iritasi kulit. VCO tersebut juga dapat
menghangatkan tubuh atau bagian yang diberi VCO sehingga dapat mencegah
hipotermi.
D. Pembahasan

Dari hasil diskusi dengan expert yang telah ditunjuk didapatkan hasil bahwa
penggunaan VCO efektif dalam mencegah terjadinya diaper rash atau ruam
popok pada neonatus. Menurut expert penggunaan VCO lebih efektif
dibandingkan dengan minyak zaitun, VCO tidak terdapat efek samping
dibandingkan dengan minyak zaitun buatan dari pabrik. Hal ini senada dengan
penelitian Alim (2013), yang menyatakan bahwa penggunaan minyak kelapa lebih
efektif dibandingkan dengan minyak zaitun. Pada penelitiannya menyebutkan
bahwa pada sampel yang diberi perlakuan dengan minyak zaitun terdapat 56,75%
sampel yang tidak mengalami diaper dermatitis. Sedangkan penggunaan minyak
kelapa didapatkan lebih banyak presentase yang tidak mengalami diaper
dermatitis yaitu sebanyak 90%.

Menurut expert yang ditunjuk VCO dapat digunakan pada semua golongan
umur, VCO terdapat banyak sisi positifnya sehingga dapat digunakan bukan
hanya untuk mencegah diaper rash saja. Hal ini senada dengan penelitian Irawan
(2014) yang menyebutkan bahwa tekhnik penyembuhan luka dekubitus dengan
massage menggunakan VCO efek mempercepat penyembuhan luka dekubitus.
Penggunaan VCO tersebut untuk massage luka dekubitus dilakukan pada pasien
lansia yang mengalami dekubitus.
BAB 3

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Penggunaan VCO pada neonatus untuk mencegah diaper rash yang sering kali dialami
oleh neonatus merupakan pilihan yang tepat unntuk digunakan. Hal ini sesuai dengan
yang dikemukakan oleh expert yang ditunjuk dan jurnal yang telah ditemukan oleh
penulis. Penggunaan VCO sangat banyak manfaatnya selain dapat digunakan untuk
mencegah diaper rash jug adapt untuk mencegah hipotermi dan mempercepat
penyembuhan luka dekubitus pada lansia. Dari segi yang lain VCO merupakan suatu
bahan herbal sehingga tidak terdapat bahan-bahan kimia yang berbahaya yang
menyebabkan efek samping pada neonatus, selain itu juga dalam segi ekonomi VCO
lebih murah sehingga tidak memberatkan pembiayaan pada keluarga pasien selama
perawatan.
B. SARAN
- Bagi Rumah Sakit
Pihak rumah sakit dapat menjadikan expertise ini sebagai acuan untuk membuat SOP
dalam penggunaan VCO untuk pencegahan diaper rash pada neonatus
- Bagi Perawat
Expertise ini dapat dijadikan acuan perawat dalam melakukan perawatan pada
neonatus untuk mencegah terjadinya diaper rash pada neonatus
- Bagi peneliti
Bagi para peneliti expertise ini dapat dijadikan bahan penelitian lebih lanjut untuk
mengetahui tingkat keamanan, kefektifan, indikasi dan komplikasi dalam penggunaan
VCO untuk mencegah diaper rash pada neonatus.
DAFTAR PUSTAKA

M. Andi. 2012. Makalah Diaper rash . (Online)


(http://www.ilmupastipengungkapkebenaran. Di akses pada tanggal 05 April
2013)
Brunner and Suddarth. (2002). Text book of Medical-Surgical Nursing. EGC. Jakarta.
Closkey ,Joane C. Mc, Gloria M. Bulechek.(1996). Nursing Interventions
Classification (NIC). St. Louis :Mosby Year-Book.
Doengoes Merillynn. (1999) (Rencana Asuhan Keperawatan). Nursing care plans.
Guidelines for planing and documenting patient care. Alih bahasa : I Made
Kariasa, Ni Made Sumarwati. EGC. Jakarta.

Johnson,Marion, dkk. (2000). Nursing Outcome Classifications (NOC). St. Louis


:Mosby Year-Book

MayoClinic (2007) : Diaper Rash. [8 Jan 07].

Nettina, Sandra M. 2009. Pedoman praktek keperawatan/Lippincott’s Pocket Manual


of Nursing Practice. Alih Bahasa: Setiawan, sari Kurnianingsih, Monica Ester.
Cetakan 1.Jakarta: EGC.

Prince A Sylvia. (1995). (patofisiologi). Clinical Concept. Alih bahasa : Peter


Anugrah EGC. Jakarta.

Rahmat, H. 28 Oktober 2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Diaper Rush Pada


Bayi 0-12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Bantaeng Kecamatan
Bontotiro Akper Bulukumba : Bulukumba
Smeltzer, S. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
Sudarti,Afroh Fauziah. 2012. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, anak dan
Balita.Yogyakarta : Nuha Medika.
Sutarmi & Rozaline. (2006). Taklukkan Penyakit Dengan VCO. Jakarta : Penerbit
Swadaya
Wiley dan Blacwell. (2009). Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2009-
2011, NANDA.Singapura:Markono print Media Pte Ltd

Anda mungkin juga menyukai