Terkait upaya penyelesaian masalah, Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara telah berupaya
memediasi dan mensosialisasikan pengelolaan limbah medis di fasyankes agar memenuhi
ketentuan yang berlaku serta turut membangun komunikasi dengan pihak ketiga yaitu
pengumpul agar aktif dalam menjalin kerjasama untuk mengelola limbah medis yang
dihasilkan secara bersama-sama.
2. Adakah pengelolaan limbah berbasis wilayah dan ataupun implementasi peta jalan
terkait pengelolaan limbah medis B3 dan limbah covid?
Terbatasnya jasa pihak ketiga pengolah limbah B3 Fasyankes serta jumlah rumah sakit
yang memiliki fasilitas insinerator dan memiliki izin pengolahan. Demikian pula hanya
sebagian kecil dari fasyankes yang telah mengelola limbah medisnya dengan memenuhi
standar yang berlaku. Untuk itu diperlukan pengelolaan limbah berbasis wilayah, dengan
antaralain yang telah dilakukan dan sedang berlangsung:
Upaya pembentukan UPTD untuk melaksanakan pengoperasian sarana pengolah
limbah B3
Menyiapkan regulasi tentang pedoman pengolahan limbah berbasis wilayah
Menyusun kurikulum dan modul pelatihan pengelolaan limbah Fasyankes
Menyiapkan model pengelolaan berbasis wilayah yang dikoordinasikan dengan
pemerintah daerah
3. Rencana tindak lanjut sampai dengan akhir th 2020 dan tahun 2021 terkait
pengelolaan limbah medis?
Sampai dengan akhir tahun 2020 Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara terus melengkapi
administrati terkait kelengkapan pembangunan incinerator pengelolaan limbah B3 regional
melalui pendanaan APBN dan membentuk kelembagaan UPT untuk kebutuhan
pengoperasian sarana limbah B3.
Tahun 2021 akan direncanakan menentukan titik kumpul atau depo pengumpulan limbah B3
untuk mengakomodir daerah – daerah yang kesulitan dalam mengeluarkan limbah medis
yang dihasilkan, selain it uterus dilakukan pembinaan dan mendorong pelaksanaan
penimbunan hasil insinerator di Fasyankes yang memiliki fasilitas incinerator serta
pembinaan administrasi persetujuan penimbunan limbah B3.