Anda di halaman 1dari 31

Pelatihan KLHS Online PSLH ITB

Course : Analisis GIS Muatan KLHS

Sumber Slide
Tim GIS PSLH ITB
Penyaji/Narator
Dr.rer.nat. Wiwin Winduprananta
Dosen Teknik Geodesi & Geomatika ITB
Desri Utami Muslim, ST
Asisten Pelatihan KLHS PSLH-ITB
OUTLINE

▰ Software dan Data


▰ Integrasi Data
▰ Teori Dasar Analisis Spasial
▰ Analisis Spasial Daya Dukung Pangan
▰ Analisis Spasial Daya dukung Air

2
Software dan Data
Software Data : Kabupaten Ciamis

Quantum GIS (QGIS) : 3.5 version ▰ Batas Administrasi (.shp)

▰ Guna Lahan (.shp)

Download :
▰ Jumlah penduduk (.csv)

▰ Produktivitas Beras
https://www.qgis.org/en/site/forus

ers/download.html# Sumber data :


- BIG (http://tanahair.indonesia.go.id/portal-web/)
- Badan Pusat Statistik 3
INTEGRASI DATA
Kecamatan Sawah (ha)

B 2 • Input data : Memasukkan


C 3
Kecamatan
Sawah
(ha)
jml
penduduk data yang akan diolah
A 1 x
A 1
B 2 y • J o i n d a t a :
C 3 z menggabungkan data
Kecamatan
jml
penduduk
batas adm (.shp) dengan
data jumlah penduduk
Sawah jml
A x Kecamatan
(ha) penduduk (.csv) dan data guna lahan
B y A 2 x (.shp) dengan bobot guna
C z B 3 y lahan (.csv)
C 1 z
4
ANALISIS SPASIAL
Intersect
▰ Digunakan untuk memotong input layer
dan meng- overlay antara layer yg
dipotong dengan layer pemotongnya
▰ Pada operasi ini kedua layer yang akan
di intersect dan di overlay harus
merupakan layer dengan tipe poligon
▰ Output layer yang dihasilkan akan
memiliki atribut dari kedua layer yang
di overlay
5
ANALISIS SPASIAL
Dissolve
▰ Dissolve yaitu proses untuk menghilangkan batas
antara poligon yang mempunyai data atribut yang
identik atau sama dalam poligon yang berbeda
▰ Peta input yang telah di digitasi masih dalam
keadaan kasar, yaitu poligon-poligon yang
berdekatan dan memiliki warna yang sama masih
terpisah oleh garis poligon
▰ Kegunaan dissolve yaitu menghilangan garis-garis
poligon tersebut dan menggabungkan poligon-
poligon yang terpisah tersebut menjadi sebuah
poligon besar dengan warna atau atribut yang
sama
6
1
DAYA DUKUNG PANGAN
Studi Kasus : Kabupaten Sumedang

7
Daya Dukung dan Daya Tampung LH

• Konsep daya dukung:


a) Dari sisi ketersediaan, dengan melihat karakteristik wilayah, potensi
sumber daya alam yang ada di suatu wilayah
b) Dari sisi kebutuhan, yaitu dengan melihat kebutuhan manusia dan
makhluk hidup lainnya dan arahan kebijakan prioritas suatu wilayah

• Konsep dan metode pengukuran daya dukung lingkungan memiliki banyak


definisi, namun kesamaannya adalah bahwa daya dukung selalu
memperhatikan perbandingan dan keseimbangan antara ketersediaan
(supply) dan permintaan (demand) dan ke semuanya disesuaikan dengan
tujuan yang diinginkan

8
Sumber: Pedoman DDDT-KLHK
Metode Pendekatan
Kualitatif
Kuantitatif  pengklasifikasian atau pemberian
skor (scoring) kepada land use/ guna
 melakukan perhitungan
lahan untuk ketersediaan pangan, dan
kebutuhan dan ketersediaan
scoring kepada jumlah penduduk
pangan per kecamatan, hasil
untuk kebutuhan pangan. Hasi l
berupa angka perhitungan.
berupa tingkat kebutuhan/
ketersediaan/ DD (tinggi, sedang,
rendah)

9
A. Pendekatan Kuantitatif

Metode perhitungan menggunakan rumus dari konsep gabungan atas


teori Odum, Christeiler, Ebenezer Howard yaitu :

Ket produktivi tas  luas _ panen


 
Keb jumlah _ penduduk  KFM
dimana,
Ket = ketersediaan pangan
Keb = kebutuhan pangan 10
Kuantitatif : Ketersediaan Pangan

Ketersediaan/produksi pangan kab Sumedang Bobot tutupan lahan (asumsi):


= 21.528 ton/tahun
Tutupan Lahan Skor Bobot
(sumber : BPS Kab Sumedang 2018) Hutan Lahan Kering
10% 0.1
Sekunder
Hutan Tanaman 20% 0.2
Pemukiman 0% 0
Perkebunan 10% 0.1
Distribusi Ketersediaan per Kecamatan per Pertanian Lahan Kering 15% 0.15
Tutupan Lahan : Pertanian Lahan Kering
15% 0.15
Campur
Sawah 30% 0.3
Luas _ Landuse
Ketersediaan  Produksi  bobot  TOTAL 100% 1
Total _ Luas _ Landuse
11
Kuantitatif : Kebutuhan Pangan

kebutuhan  Keb  jml _ penduduk  kfm

Keterangan:

Ø kfm = kebutuhan fisik minimum


Ø jml_penduduk = jumlah penduduk per kecamatan

Note:
KFM yang digunakan pada praktikum adalah 2500 kcal/orang/hari
(standar WHO) atau setara dengan 1,9 kg beras
12
Kuantitatif : Kebutuhan Pangan

v Tabel Kebutuhan Kalori Manusia v Tabel Kandungan Kalori

13
Klasifikasi Kelas Daya Dukung

σ>1 σ<1
Wilayah yang mampu Wilayah yang belum
swasembada pangan dan mampu swasembada
mampu memberikan pangan (defisit)
kehidupan yang layak bagi
penduduknya (surplus)

14
B. Pendekatan Kualitatif

▰ Perhitungan menggunakan skor penyedia pangan berdasarkan land use


▰ Klasifikasi tingkat daya dukung pangan yang terdiri dari 4 kelas, yaitu :
- sangat rendah

- rendah

- tinggi

- sangat tinggi 15
Matriks pairwise
liputan lahan dan
nilai koefisien
ekoregion terhadap
jasa ekosistem

16
Matriks pairwise liputan
lahan dan nilai koefisien
ekoregion terhadap jasa
ekosistem

17
Matriks pairwise liputan
lahan dan nilai koefisien
ekoregion terhadap jasa
ekosistem

18
Pendekatan Kualitatif

Data matriks pairwise tersebut diurutkan dan dibagi menjadi 4 kelas,


kemudian diberikan skor awal, sebagai berikut:

Sangat Rendah : 1

Rendah :2

Tinggi :3

Sangat Tinggi :4
19
Kualitatif : Ketersediaan Pangan

Memberikan bobot pada skor awal berdasarkan persentasi luasan lahan


terhadap luasan tiap kecamatan. Sehingga di dapatkan persamaan sebagai
berikut:

Skor akhir = skor awal * w

dengan : w = LLC / LKec


LLC = Luas lahan dan LKec = Luas Kecamatan
20
Kualitatif : Kebutuhan Pangan

Data kepadatan penduduk seluruh Indonesia diurutkan dan


dibagi menjadi 4 kelas:

Sangat Rendah= 1
Rendah =2
Tinggi =3
Sangat Tinggi = 4

21
Kualitatif : Daya Dukung Pangan

SkorDaya dukung = SkorKetersediaan / SkorKebutuhan

Kemudian DD diklasifikasi kan menjadi 4 kelas :


sangat tinggi, tinggi, rendah, sangat rendah

22
2
DAYA DUKUNG AIR
Studi Kasus : Kabupaten Sumedang

23
DAYA DUKUNG AIR

PERMEN LH No. 17 tahun 2009 24


PETA DDDT JASA EKOSISTEM PENGATUR
AIR

Data Jumlah
Penduduk Data Curah Hujan

Data Tata Guna Lahan


25
RUMUS DAYA DUKUNG KETERSEDIAAN AIR

PERMEN LH No. 17 tahun 2009 26


Koefisien Limpasan Penggunaan Lahan (Ci)

Belukar/Semak 0,35

Gedung 0,7

Kebun 0,3

Pemukiman 0,6

Rumput 0,35

Sawah Irigasi 0,3

Sawah TH 0,3

Data Tata Guna Lahan Tegalan 0,3

PERMEN LH No. 17 tahun 2009


27
RUMUS DAYA DUKUNG KEBUTUHAN AIR

PERMEN LH No. 17 tahun 2009 28


RUMUS DAYA DUKUNG AIR

PERMEN LH No. 17 tahun 2009 29


Analisis JE dan DDDT terhadap KRP
Hasil overlay data D3TLH dengan rencana dan/atau evaluasi kebijakan, rencana, program (KRP)
maupun kegiatan didapatkan informasi sebagai berikut :
a) Lokasi pelaksanaan kebijakan/rencana/program (KRP) dan kegiatan yang
direncanakan/dievaluasi mempunyai D3TLH dengan klasifikasi tertentu. Apabila KRP dan
kegiatan bersifat ekstraktif berada pada lokasi yang mempunyai D3TLH dengan jasa ekosistem
penyediaan air bersih, penyedia pangan yang berklasifikasi sangat tinggi atau tinggi, maka akan
beresiko terhadap penurunan D3TLH. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat dicarikan
alternatif lain, misalnya relokasi, intervensi teknologi, dan penundaan kegiatan;
b) KRP/kegiatan yang direncanakan/evaluasi juga dapat diketahui luasannya, sehingga dapat
diketahui berapa luas areal yang mempunyai resiko lingkungan.

Sumber: Buku Pedoman Penggunaan D3LH-KLHK


Terima Kasih! �

31

Anda mungkin juga menyukai