PENDAHULUAN
Desa Cibodas belum memiliki identitas sebagaimana Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Bandung Tahun 2016-2036, dibutuhkan pengelolaan lanskap yang berlandaskan
pengelolaan potensi alam sehingga Desa Cibodas dapat menjadi desa wisata (ecovillage)
yang menarik dan berbeda dengan yang lain melalui berbagai macam pengembangan
fasilitas, konsep ruang, dan pengelolaan lingkungan alam secara terpadu agar menjadi wisata
yang kawasannya terkelola dengan baik dan menarik untuk dikunjungi.
TINJAUAN PUSTAKA
“Analisis Potensi Desa Cibodas sebagai Dasar Perancangan Lanskap Objek Wisata
Ecovillage”
2.1.1 Analisis
2.1.2 Potensi
Menurut Ensiklopedi Indonesia oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
(1997:359) potensi atau potentia berasal dari bahasa latin yang berarti kemampuan,
kekuatan, kesanggupan, dan daya yang dapat dikembangkan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa potensi dapat diartikan sebagai kemampuan dasar yang terpendam
dan dapat dirasakan hasilnya setelah kemampuan itu dikembangkan, pada penelitian
ini potensi yang dimaksudkan adalah potensi lanskap yang dimiliki oleh Desa
Cibodas.
2.1.3 Perancangan Lanskap
Menurut Motloch (1991:1) Lanskap berarti lingkungan kehidupan manusia
(fisik dan non fisik) yang terdiri dari bangunan dan lingkungan buatan yang
dikelilingi oleh lingkungan alami. Pada pengertian secara kontemporer, lanskap
digunakan sebagai salah satu istilah inklusif yang mencakup lingkungan alam dan
lingkungan urban. Lingkungan alam adalah lanskap alamiah, sub urban adalah
lanskap sub urban, dan lingkungan dalam kota adalah lanskap perkotaan. Sedangkan
menurut Syifaun (2003:2) Perancangan adalah pengaturan dari beberapa elemen yang
terpisah ke dalam satu kesatuan yang utuh dan berfungsi sebagai suatu sistem.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa perancangan lanskap adalah penggambaran,
pengaturan dari beberapa elemen lanskap yang terpisah ke dalam satu kesatuan yang
utuh demi memecahkan suatu permasalahan desain.
2.1.5 Ecovillage
Desa Cibodas adalah salah satu desa yang berada di wilayah Bandung Selatan,
Kecamatan Pasirjambu Kabupaten Bandung ± 28, 1 Km dari Kota Bandung. Desa
Cibodas merupakan Desa yang letaknya di kaki Gunung Tilu dengan ketinggian 1000
s/d 1500 m diatas permukaan laut. Desa Cibodas juga merupakan desa yang sebagian
besar wilayahnya adalah daerah Perbukitan dan sebagian pesawahan serta hutan
lindung. Topografi Desa Cibodas Kebanyakan berbukit-bukit / tidak merata, pada
penelitian ini kawasan tempat penelitian berada di RW 12 Desa Cibodas. Luas
wilayah RW 12 Desa Cibodas ± 7 Ha itu mencakup perkampungan, pesawahan,
peternakan, perkebunan, green house, dsb. (sumber: http://cibodas-
lembang.desa.id/pages/profil)
Sistem Ecovillage
Secara Keseluruhan
Menyadari pentingnya interkoneksi hubungan konsekuensi dan umpan balik, untuk memastikan
integrasi yang tidak berbahaya dari kegiatan desa-desa ke lingkungan alami maka desa-desa harus
memiliki kriteria sebagai berikut:
Melestarikan habitat alami di tanah desa Membangun dengan bahan yang ramah lingkungan
Menghasilkan makanan kayu dan sumber daya hayati Gunakan sumber energi terbaharukan
ke dalam desa Menangani limbah padat, cair, dan gas dari bangunan
Membuat limbah tidak berbahaya dengan cara yang ramah lingkungan
Mendaur ulang semua limbah padat dari desa Memiliki kebutuhan minimal pada lahan dan ekologi
Mengolah limbah cair dari desa lokal
Menghindari dampak lingkungan yang merugikan di Untuk mendukung pembangunan manusia yang sehat,
luar lokasi dari produksi pengiriman produk yang desa desa harus menyeimbangkan kehidupan publik
dibawa ke luar lokasi dan pribadi; mendorong interaksi masyarakat dan
Menghindari dampak lingkungan yang merugikan di mendukung beragam kegiatan
luar lokasi dari penggunaan dan pembuangan produk
apapun
Untuk memastikan bahwa ecovillage memiliki fitur lengkap dan dukungan perkembangan manusia yang sehat,
aktivitas ekonomi yang signifikan diperlukan. Untuk memenuhi keadilan dan non eksploitasi yang merupakan
bagian dari prinsip keberlanjutan mensyaratkan bahwa kegiatan ekonomi anggoota suatu ecovillage tidak boleh
tergantung pada eksploitasi orang dan tempat lain seperti halnya cita-cita keadilan secara umum, tetapi tidak
diberikan panduan yang jelas bagaimana cita-cita ini harus dipraktikan. Pertanyaan tentang pengambilan
keputusan, resolusi konflik dan penegakan keputusan masyarakat harus ditangani oleh anggota ecovillage.
a. Aspek ekologis
Aspek ekologis diwujudkan dengan memungkinkan penghuni desa memiliki
hubungan pribadi dengan alam dan dengan menekankan rasa hormat
terhadapnya. Kegiatan ekologis, seperti yang disebutkan oleh Global
Ecovillage Network dalam Irrgang (2005:27) meliputi:
a. Aspek ekologis
1) Pertumbuhan makanan,
2) Produksi organik,
3) Penciptaan bangunan menggunakan bahan dan teknik yang ramah
lingkungan,
4) Penggunaan sistem energi terbarukan jika memungkinkan,
5) Perlindungan keanekaragaman hayati,
6) Pembinaan prinsip-prinsip bisnis ekologis,
7) Pelestarian tanah bersih, air dan udara melalui energi dan pengelolaan
limbah yang benar, perlindungan alam dan daerah hutan belantara
serta penilaian semua produk yang digunakan di desa-desa dari
pandangan sosial, spiritual dan ekologis.
Pada penelitian ini, aspek ekologis yang sesuai dengan potensi Desa
Cibodas adalah sebagai berikut:
1) Produksi organik,
2) Penciptaan bangunan menggunakan bahan dan teknik yang ramah
lingkungan,
3) Perlindungan keanekaragaman hayati,
4) Pembinaan prinsip-prinsip bisnis ekologis,
5) Pelestarian tanah bersih, air dan udara melalui energi dan pengelolaan
limbah yang benar, perlindungan alam dan daerah hutan belantara
serta penilaian semua produk yang digunakan di desa-desa dari
pandangan sosial, spiritual dan ekologis.
b. Aspek sosial, budaya dan ekonomi
Desa ramah lingkungan adalah komunitas di mana penduduk harus
didukung dalam jaringan orang-orang yang berpikiran sama. Dalam
mengambil keputusan yang memengaruhi kehidupan mereka sendiri dan
masyarakat, memberikan kerja dan makanan yang berarti bagi semua
anggota, mempromosikan pendidikan berkelanjutan; mendorong
persatuan melalui penghormatan terhadap perbedaan, dan menumbuhkan
ekspresi budaya.
a. Skala manusia
Karakteristik lanskap menurut Page et al. (1998:53) terdiri dari aspek yang
berwujud (tangible) dan yang tidak berwujud (intangible) dari periode sejarah. Aspek-
aspek ini secara individual dan kolektif dapat memberikan karakter pada lanskap sesuai
dengan historisnya dan membantu dalam memahami pentingnya budaya. Karakteristik
lanskap berkisar dari pola hubungan skala besar hingga skala kecil. Terdapat 13 poin
karakteristik lanskap, diantaranya:
- Sistem dan fitur alami (natural systems and features), yaitu aspek alam yang
sering mempengaruhi perkembangan dan hasil dari lanskap.
- Organisasi ruang (spatial organization), yaitu pengaturan elemen yang
menciptakan bidang tanah, vertikal, dan bidang atas yang menciptakan ruang.
- Penggunaan lahan (land use), praktik-praktik yang memengaruhi penggunaan
lahan, pola pembagian, bentuk bangunan, dan penggunaan bahan.
- Tradisi budaya (cultural traditions), yaitu praktik yang memengaruhi
penggunaan lahan, pola pembagian, bentuk bangunan, dan penggunaan bahan.
- Pengaturan clutser (cluster arrangement), yaitu pengaturan lokasi bangunan
dan struktur pada tapak.
- Sirkulasi (circulation), yaitu ruang, fitur, dan bahan yang membentuk sistem
pergerakan.
- Topografi (topography), yaitu konfigurasi tiga dimensi permukaan lanskap
yang ditandai oleh fitur dan orientasi.
- Vegetasi (vegetation), yaitu pohon asli atau introduksi, schrubs, tanaman
merambat, penutup tanah, dan bahan herba.
- Bangunan dan struktur (buildings and structures), yaitu konstruksi tiga
dimensi, seperti bangunan umum, jalan, rumah, jembatan
- View dan vista (views and vista), yaitu fitur-fitur alami atau buatan yang dapat
menciptakan kontrol pandangan.
- Fitur air buatan (constructed water features), yaitu fitur buatan dan elemen-
elemen air untuk tujuan fungsional dan estetika.
- Fitur skala kecil (small scale features), yaitu kombinasi fungsi dan estetika
dengan elemen-elemen detil yang memberkan keanekaragaman.
- Kawasan arkeologis (archeological sites), yaitu kawasan yang di dalamnya
terdapat sisa peninggalan masa lampau bernilai historis.
Dari 13 karakteristik lanskap tersebut, hanya beberapa poin yang akan menjadi fokus
dalam penelitian ini terkait dengan potensi lanskap Desa Cibodas, diantaranya:
Menurut Page et.al (1998:53) Organisasi ruang (spatial organization) adalah sebuah
pengaturan elemen-elemen pencipta bidang dasar, bidang vertikal dan bidang atap yang
membentuk dan menegaskan sistem keruangan dalam skala tapak maupun kawasan
sehingga komposisinya dapat terkonsep di dalam keseluruhan tatanan, kesatuan, dan
keharmonisan. Berikut ini adalah hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan
ruang agar dapat menciptakan kesan ruang yang diiinginkan menurut Motloch
(1991:189):
a. Point
Ketika sedang merancang ruang tentunya terdapat elemen-elemen khusus dalam
komposisi yang memiliki potensi untuk dikembangkan agar tercipta kesan ruang
yang diinginkan.
b. Garis
Garis dapat mengarahkan mata untuk menemukan elemen-elemen penting. Garis
juga dapat memberi penekanan pada elemen ini (Gambar 2.2 dan 2.3)
Menurut Page et al. (1998:53) Tradisi budaya (cultural traditions) adalah kegiatan-
kegiatan yang mempengaruhi penggunaan dan pola pembagian lahan, bentuk bangunan
dan penggunaan material. Pada penelitian ini tradisi budaya yang mempengaruhi tata
ruang Desa Cibodas adalah tradisi budaya Suku Sunda.
a. Kawasan Perkampungan Masyarakat Sunda
Menurut Ekajati dalam Salura (2007:16) istilah ‘Sunda’ dalam bahasa sansekerta
berarti ‘dari jauh tampak putih bercahaya’, pada awalnya digunakan untuk menamai
Gunung Sunda, selanjutnya nama tersebut digunakan untuk menamai wilayah tempat
gunung itu berada dan juga untuk mengidentifikasi kelompok manusia yang tinggal di
sana. Konsep masyarakat Sunda berbentuk kampung yang dipengaruhi oleh konsep
patempatan. Patempatan adalah konsep tentang tempat, sedangkan kampung terkait
dengan batas wilayah penduduk adat istiadat. Pada kawasan perdesaan, pola kampung
biasanya dipengaruhi oleh mata pencaharian. Lokasi kampung selalu dekat dengan
tempat kegiatan matapencaharian. Proses awal pembentukan kampung bisanya terdiri
dari satu sampai dengan tiga rumah yang disebut dengan umbulan, kemudian kumpulan
beberapa umbulan akan membentuk suatu babakan yang umumnya terdiri dari lima
sampai enam rumah. Kesatuan pemukiman tersebut disebut kampung yang terdiri dari
puluhan rumah, ruang terbuka, bangunan ibadah, lumbung padi, kandang ternak, kebun,
sawah, serta sarana fisik lain di sekelilingnya yang berkaitan erat dengan permukiman.
Menurut Warnaen dalam Salura (2007: 23) terdapat empat katagori hubungan antara
masyarakat sunda dengan lingkungannya, yaitu hubungan dengan tuhan, hubungan
dengan alam, hubungan dengan masyarakat dan hubungan dengan pribadi. Pada aspek
bentuk, terdapat empat kategori hubungan Masyarakat Sunda dengan lingkungannya:
(Tabel 2.1)
Hubungan Masyarakat Aspek Bentuk Arsitektural
Sunda Dengan Kehidupan Kompleks Wadah Kompleks Konsep Tempat
Manusia dengan tuhan Wadah ritual Makam, gunung
Manusia dengan alam Wadah produksi-reproduksi Air, tanah
Manusia dengan masyarakat Wadah sosial Kampung, halaman
Manusia dengan pribadi Wadah sehari hari Imah, bumi
Tabel 2.1 Hubungan Manusia Sunda Dengan Kompleks Wadah Dan Kompleks Tempat.
Sumber: Salura (2007:25)
Tabel 2.2 Uraian Empat Katagori Wadah. Empat katagori tersebut lalu diurai menjadi:
Wadah Uraian Wadah
Unsur wadah ritual Imah panggung, masjid, batu hideung, makam
Unsur wadah produksi-reproduksi Kebon, huma,sawah, balong, leuit, saung lising, jemur
Unsur wadah sosial Kontur, Jalan setapak, batu turap, tegalan, buruan,
lapangan, pagar bambu, pohon, bale, pancurian
Unsur wadah sehari-hari Goah, parako, tengah imah, golodog, bilik, bale,
panggung, pasarean.
Sumber: Salura (2007:25)
Agar mampu mengurai makna hubungan masyarakat Sunda dengan lingkungannya, empat
katagori tersebut haruslah dihadapkan dengan kompleks kegiatan dalam tabel berikut:
Uraian empat katagori kegiatan pada kompleks wadah (Tabel 2.3)
Kompleks Kegiatan Uraian Kegiatan
Ritual Kelahiran, pemberian nama, selamatan, sembahyang, mengaji,
persembahan, perkawinan, kematian, ziarah
Produksi Reproduksi Berladang, menumbuk padi, menyimpan padi, menjemur padi,
memelihara ikan, kambing, ayam, menanam kelapa
Sosial Bermain, berkumpul, memperbaiki turap, memperbaiki rumah,
mengganti pagar, menguras balong, membersihkan imah
Sehari-hari Tidur, istirahat, mandi, makan, belajar, memasak, mencuci,
menjemur pakaian.
Tabel 2.3 Uraian Empat Katagori Kegiatan Pada Kompleks Wadah
Sumber: Salura (2007:27)
Agar dapat mengungkap struktur dalam pola, tiga buah tipe permukaan
(kampung, masjid, rumah) dihadapkan dengan konsep tempat (lemah-cai, luhur-
hadap, kaca-kaca, wadah-eusi). Pada kampung terdapat elemen makam, permukiman,
dan ladang. Berikut ini adalah studi banding di Kampung Tonggoh. (Gambar 2.4)
Gambar 2.4 Contoh Tipe Perkampungan Masyarakat Sunda (Kampung Tonggoh) dan
Konsep yang Mempengaruhi
Sumber: Salura (2007:74)
2.3.2.3 Sirkulasi (Circulation)
Selain itu Motloch (1991:52) juga menyebutkan bahwa sifat dan bentuk sirkulasi
ditentukan oleh banyak faktor yang beroperasi secara terpadu seperti jarak yang
harus ditempuh, waktu yang tersedia, dan kesan ruang. Jika sirkulasi ditujukan untuk
kecepatan atau ekonomi, jalur harus lurus, lebar, dan datar (hambatan harus
diminimalkan). Sebaliknya jika maksud sirkulasi adalah indera penggunanya, maka
karakter berkelok-kelok akan lebih tepat. Dalam hal ini sirkulasi harus
menghadirkan perjalanan yang menarik melalui lingkungan yang sangat bervariasi
dengan citra sensual yang kaya. variasi cahaya, bahan, tekstur, bentuk, dan skala
harus disesuaikan sehingga kesan ruang yang diinginkan dapat tercipta. (Gambar 2.6
dan 2.7)
Menurut Page et al. (1998:53) Bangunan dan struktur (buildings and structures)
adalah konstruksi tiga dimensi, seperti bangunan umum, jalan, rumah, jembatan.
Bangunan dalam lanskap berperan sebagai salah satu elemen keras. Dalam lanskap
bangunan berfungsi dalam membentuk ruang, kontrol visual, rekayasa iklim mikro, dan
kontrol organisasi ruang. Struktur dalam lanskap tersusun atas elemen yang berhubungan
dalam memudahkan pengguna untuk menikmati lanskap secara optimal. Contoh struktur
dalam lanskap antara lain: tangga, ramp, dinding, pagar, dsb.
2.3.2.6 View Dan Vista (Views And Vista)
Menurut Page et al. (1998:53) Views adalah suatu pemandangan yang diamati dari
suatu titik yang menguntungkan. Sebuah pemandangan erat kaitannya dengan visual suatu
kawasan. Menurut Berry (1980; 17-18) terdapat 4 unsur yang harus diperhatikan dalam
membentuk visual suatu kawasan baru yaitu:
- Natural setting, dalam membentuk suatu kawasan, karakteristik alami yang telah
terbentuk perlu diperhatikan sebagai karakter utama pada kawasan. Contohnya;
garis langit bangunan yang memperhatikan kondisi alam sekitar, seperti adanya
bukit atau gunung.
- Settlement pattern, pola atau tatanan lingkungan yang telah terbentuk patut
dipertahankan sebagai karakter kawasan tersebut seperti pola jalan, bangunan, dan
ruang yang terbentuk maupun batas dari area tersebut.
- Vegetation, preservasi terhadap tanaman-tanaman yang telah ada sebelumnya
patut dipertahankan sebagai bentuk mempertahankan karakter vegetasi alami
sebuah lingkungan. Dalam pembentukan sebuah kawasan, pohon dan tanaman
lainnya memiliki shape, form dan kontribusi penting dalam membentuk
lingkungan, terutama dalam membentuk sebuah perasaan ruang baik sebagai
pembatas, pengarah pada jalan, maupun pembentuk sebuah ruang. Didalam
penataannya, vegetasi atau tanaman dapat berfungsi sebagai pembentuk ruang
didalam desain, pembingkai pandangan (vista), pengendali pandangan, dan
pengendali sinar matahari dari tajuk yang dimilikinya.
- Manmade element, dalam suatu area yang telah terbentuk sebelumnya bentukan
fisik seperti bangunan memiliki keterkaitan antara satu dengan lainnya sehingga
memberi batasan jelas antara daerah disekitarnya
Sedangkan Simonds (2010:175) Menjelaskan hal-hal yang harus diperhatikan dalam
menciptakan pengalaman ruang diantaranya :
- Penglihatan atau pengamatan (sequence dan serial vision ), sequence adalah
situasi dari pengalaman perjalanan sedangkan serial vision adalah pemandangan
(sequence) yang selalu berubah dan sering muncul tiba-tiba secara berurutan dan
sengaja disajikan untuk dinikmati. Tujuanya adalahuntuk memanipulasi elemen-
elemen yang ada sehingga pengaruh-pengaruhemosi dapat tercapai, dan untuk
membentuk kawasan sehingga tidakmembosankan.
- Tempat (place), yaitu mengenai reaksi pengunjung atapengamat sehubungan
dengan posisinya terhadap lingkungan di sekitarnya. Sebuah tempat dapat
menyebabkan suatupengaruh yang kuat yang dapat menimbulkan pengalamann.
- Mengenai isi (content) menunjukan pada keseimbangan, keselarasan serta
keseragaman sebagai suatukonsepsi umum sebuah kawasan, yaitu dengan
pengaturan warna, tekstur, dan skala.
1. Elemen Visual
Smardon (1986:123) menyebutkan beberapa elemen visual. Secara spesifik,
elemen fisik dari sebuah pandangan yang akan terekam dalam pengamatan seseorang
termasuk didalamnya adalah:
- Paths, bentuk jalan akan menimbulkan kesan keteraturan dan kenyamanan sebuah
kawasan. Bentuk jalan dapat berupa perempatan yang teratur sehingga
membentuk potongan garis segi empat atau blok-blok kawasan (grid), tidak
teratur (irregular), atau jalan melingkar dengan suatu pusat jalan (radial).
- Degree of enclosure (derajat keterlingkupan) Keterlingkupan dalam sebuah
koridor akan berpengaruh pada kenyamanan pengguna melalui elemen fisik
pembentuk karakter visual seperti bangunan, vegetasi, dan elemen parker yang
berasa pada bahu jalan.
- Street trees (pohon di sisi jalan), keadaan tanaman seperti pohon pada suatu
lingkungan akan sangat berpengaruh pada sebuah pencitraan pada seseorang yang
ada didalamnya. Hal tersebut berkaitan dengan ketinggian pohon, distribusi
keberadaan pohon, serta bentuk kanopi pohon yang terdapat pada suatu penggal
koridor.
- Architectural pattern (pola arsitektural), pada sebuah koridor, pola arsitektur akan
memberikan gambaran keterkaitan sekelompok bangunan yang menunjukkan
keterpautan dari sebuah bentuk, ukuran, maupun kesegarisan yang tercipta
sebagai karakter visual yang ditangkap seseorang yang mengamatinya.
- Activity pattern (pola aktivitas), pola aktivitas akan memberikan gambaran yang
mengarah pada prosentase kegiatan manusia pada suatu lingkungan. Pola
aktivitas dapat digambarkan melalui penampakan kegiatan pada bagian wilayah
kawasan yang dikategorikan sebagai kegiatan yang dilakukan sementara, sesaat
atau pada waktu tertentu, atau sering dilakukan. Baik pada siang hari, malam hari,
hari biasa ataupun hari libur.
2. Komposisi Elemen Visual
Menurut Ishar (1992: 101) komposisi elemen visual terdiri dari:
- Penggunaan warna yang senada, bentuk, ukuran dan level ornamen pendukung
fungsi bangunan saling mendukung pada fasade bangunan. Penggunaan jenis
vegetasi yang beragam pada jalur hijau yang disusun dengan komposisi yang
saling mendukung.
- Menghadirkan ruang pejalan kaki yang memadai secara teknis & visual dengan
motif lantai perkerasan yang atraktif dan mencerminkan identitas lingkungan.
- Mengoptimalkan desain street furniture yang disesuaikan dengan karakter
lingkungan setempat dan kota
- Adanya sekuens (serial vision) dan hirarki visual yang dicapai melalui
menghadirkan urutan perubahan (sekuen) dibentuk oleh skyline bangunan dan
vegetasi mulai dari bagian awal hingga akhir pada ruang koridor jalan.
- Adanya kesinambungan atau kontinuitas visual yang dicapai melalui peletakan
street furniture secara linier tanpa terputus. Menghadirkan jalur pejalan kaki dan
vegetasi (jalur hijau) yang menerus tanpa terputus lintasannya di sepanjang
koridor jalan.
- Adanya keunikan dan keragaman visual yang dicapai melalui: Menghadirkan
elemen gate pada pintu-pintu masuk kota atau jalan lokal
3. Sequence
Menurut Ishar (1992: 110-121) sequence adalah urutan-urutan, suatu peralihan
atau perubahan pengalaman dalam pengamatan terhadap komposisi. Urut-urutan yang
baik peralihan atau perpindahan ini mengalir dengan baik, tanpa kejutan yang tak
terduga, tanpa perubahan yang mendadak. Tujuan penerapan prinsip urut-urutan
seperti dalam arsitektur adalah untuk membimbing pengunjung ketempat yang dituju
dan sebagai persiapan menuju klimaks.
- Elemen gate merupakan pembatas yang mampu meberikan perasaan masuk dan
keluar. Desainnya menojol (monumental) diantara obyek lainnya dan memberikan
gambaran awal terhadap kekhasan kawasan yang akan dituju.
- Persimpangan yang memiliki citra sebagai nodes merupakan titik pertemuan
pergerakan yang diperkuat oleh obyek sebagai pusat orientasi dan bentuk ruang yang
jelas
- Sebuah kawasan membutuhkan landmark baik skala mikro maupun makro. Dalam
skala mikro landmark dibutuhkan sebagai tetenger lokal. Elemen landmark perlu
memunculkan nilai dan makna yang mewakili kawasan.
4. Keunikan Dan Keragaman
Menurut Ching (1979:223) ketika memasuki sebuah ruang melibatkan
aktivitas menembus sebuah bidang vertikal yang memisahkan antara ‘disini’ dan
‘disana’ yang diartikulasikan sebagai gerbang. Tanda-tanda yang mencolok
(landmark) dapat membantu seseorang untuk mengarahkan diri dan mengenal suatu
tempat.
5. Kontinuitas Dan Kesinambungan Visual
Menurut Ishar (1992:130) kontinuitas dan kesinambungan visual adalah:
Rumusan Masalah/
Metode Proposisi/
No Judul Pertanyaan Variabel
Penelitian Simpulan
Penelitian/ Tujuan
1. Studi Potensi Rumusan Masalah: 1. Ekologis Metode 1. Pada aspek
Kampung 1. Walaupun - Sense of place Pengumpulan ekologis,
Naga Sebagai dikategorikan - Ketersediaan, Data: indikator
Sebuah sebagai produksi, dengan nilai
1. Primer
Ecovillage masyarakat adat distribusi tertinggi adalah
yang kuat makanan - Kuesioner infrastruktur,
Novita
mempertahankan - Infrastruktur, bangunan, dan
Tresna - Observasi
tradisi, transportasi transportasi,
Widianti lapangan
masyarakat - Pola konsumsi 2. Pada aspek
(2014) Kampung Naga dan 2. Sekunder sosial-ekonomi,
bukan pengelolaan indikator
merupakan limbah padat - Studi dengan nilai
masyarakat yang - Limbah Literatur tertinggi adalah
statis dan - Sumber dan keberlanjutan
primitif. Hal ini penggunaan Metode sosial
dapat menjadi energi Analisis: 3. Pada aspek
potensi 2. Sosial - Deskriptif spiritual-
penerapan Ekonomi - Probabilita budaya,
konsep - Ruang bersama s indikator
ecovillage di - Jaringan Koefisien dengan nilai
Kampung Naga. pencapaian dan Kappa tertinggi adalah
Tujuan: jasa keberlanjutan
1. Mengidentifikasi - Keberlanjutan
budaya
dan sosial 4. Secara umum,
menganalisis - Pendidikan
masyarakat
potensi konsep - Pelayanan
Kampung Naga
ecovillage dan kesehatan sudah
tingkat menerapkan
3. Sosial
penerapannya di konsep
Spiritual
Kampung Naga. ecovillage
- Keberlanjutan
2. Menyusun secara baik.
budaya
rekomendasi 5. Rekomendasi
- Seni dan
pengelolaan yang dapat
kesenangan
Kampung Naga dilakukan
- Keberlanjutan
berbasis diantaranya
spiritual
ecovillage untuk optimalisasi
- Keterikatan
mendukung potensi konsep
masyarakat
keberlanjutan- ecovillage yang
nya. telah diterapkan
dan
menggunakan
aspek legal
untuk
mempertahanka
n keberlanjutan
kampung.
Hasil Penelitian:
Latar Belakang: Mengetahui potensi desa cibodas sebagai Program Kebutuhan Ruang:
Desa Cibodas merupakan salah satu landasan perancangan lanskap objek wisata Penyusunan program kebutuhan
alternatif kawasan yang akan ecovillage. ruang Desa Cibodas berdasarkan
dikembangkan menjadi sektor wisata aspek-aspek ecovillage dan
ecovillage yang dapat menjawab karakteristik RW 12 Desa Cibodas
kebutuhan masyarakat akan pariwisata Analisis Data:
berwawasan lingkungan, hal ini - Schemantic Differential Kebutuhan Ruang Perkampungan
- Penggunaan elemen lanskap Masyarakat Sunda:
ditunjukan dengan potensi alam berupa
- Keterikatan potensi lanskap dengan objek
pertanian dan peternakan yang dikelola rekreasi
secara mandiri oleh masyarakat yang - Unsur wadah ritual
Analisis Hasil:
dapat dikembangkan sebagai atraksi Skala Linkert
Imah panggung, masjid,
wisata ecovillage. batu hideung, makam
- Unsur wadah produksi-
Teknik Pengumpulan Data:
reproduksi
Observasi lapangan
Studi Literatur Kebon, huma,sawah,
Tujuan Penelitian:
Wawancara balong, leuit, saung lising,
Tujuan Umum
Kuesioner jemur
Mengembangkan kawasan Desa Dokumentasi - Unsur wadah sosial
Kontur, Jalan setapak,
Cibodas sebagai objek wisata berbasis
batu turap, tegalan,
ecovillage. Metodologi:
buruan, lapangan, pagar
Deskriptif Kualitatif
bambu, pohon, bale,
Tujuan Khusus pancurian
Variabel Terikat: - Unsur wadah sehari-
Menganalisis potensi Desa Cibodas
Elemen Pembentuk Kampung Sunda hari
sebagai atraksi objek wisata berbasis 1. Unsur Wadah Ritual Goah, parako, tengah
ecovillage. Imah Panggung, Masjid, Batu Hideung, Makam imah, golodog, bilik, bale,
2. Unsur Wadah Produksi-Reproduksi panggung, pasarean.
Kebon, Huma, Sawah, Balong, Leuit, Saung Lising,
Tema Jemur
Ecovillage 3. Unsur Wadah Sosial
Kontur, Jalan Setapak, Batu Turap, Tegalan,
Buruan, Lapangan, Pagar Bambu, Pohon, Bale, Konsep:
Studi Literatur: Pancurian Konsep penataan perancangan tata
4. Unsur Wadah Sehari-Hari ruang Desa Cibodas sebagai ecovillage
1. Perancangan Lanskap
berdasarkan kebutuhan ruang
2. Objek Wisata Goah, Parako, Tengah Imah, Golodog, Bilik, Bale,
3. Ecovillage perkampungan sunda:
Panggung, Pasarean.
4. Desain Berkelanjutan Variabel Bebas: - Lemah-Cai,
5. Karakteristik Lanskap Aspek-Aspek Ecovillage berdasarkan Tanah-Air
Karakteristik RW 12 Desa Cibodas - Luhur-Hadap,
1. Aspek Ekologi Atas-Bawah
- Sirkulasi (circulation); - Wadah-Eusi,
Wadah kekuatan supranatural
- Vegetasi (vegetation);
- Kaca-Kaca,
- Bangunan dan struktur (buildings and structures)
- Tradisi budaya (cultural traditions);
2. Aspek Sosial Budaya dan Ekonomi
Variabel Terikat: - Tradisi budaya (cultural traditions);
- Organisasi keruangan (spatial organization) Hasil Rancangan:
Elemen Pembentuk Kampung Sunda - Siteplan
- View dan vista (views and vista)
Variabel Bebas: - Sirkulasi (circulation); - Detail
- Vegetasi (vegetation); - 3D
Aspek-aspek ecovillage berdasarkan
- Bangunan dan struktur (buildings and structures)
karakteristik RW 12 Desa Cibodas
Judul Penelitian:
Analisis Potensi Desa Cibodas sebagai Dasar Perancangan Lanskap Objek Wisata Ecovillage
Studi Kasus: RW 12 Desa Cibodas
Perkampungan Masyarakat
Ecovillage Potensi Desa Cibodas Adat Sunda
Sirkulasi (Circulation)
(John L Motloch, 1991, Book:
Introduction to Landscape Design)
Vegetasi (Vegetation)
(Norman K Booth, 1979, Book:
Basic Elements of Landscape
Architectural Design. Departement
of Landscape Architecture.
Ohio:Ohio State University)