DI SUSUN OLEH
Ade Elvina
NIRM. 1213.20.1933
NURHAIDA
NIRM. 1213.20.1940
EKONOMI SYARIAH II
AIRMOLEK
PENULIS
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan Masalah......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
A. Batasan Vertikal.....................................................................................................3
B. Penatapan Harga Jual Kembali...............................................................................4
C. Harga Jual Kembali Maximum (Maximum Resale Price).........................................5
D. Harga Jual Kembali Minimum (Minimum Resale Price)..........................................6
BAB III PENUTUP................................................................................................................7
A. Kesimpulan.............................................................................................................7
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam suatu proses produksi ada beberapa tahap yang harus dilalui
mulai dari pengumpulan bahan baku sampai memprosesnya menjadi
barang setengah jadi dan kemudian menjadi barang jadi. Proses produksi
itu kemudian dilanjutkan dengan distribusi barang dan atau jasa dari
distributor sampai ke konsumen akhir. Tahapan yang dilalui tersebut
merupakan suatu rangkaian produksi yang meliputi unit usaha di hulu
sampai dengan hilir. Setiap tahap yang dilalui dalam proses produksi dan
distribusi mengandung margin antara harga dengan biaya produksi.
Dengan demikian konsumen akhir akan membayar sebuah produk dengan
harga yang merupakan akumulasi biaya produksi dan margin pada setiap
tahap yang dilalui sejak dari proses produksi sampai distribusi.
Batasan vertikal adalah perjanjian yang bertujuan untuk menguasai
beberapa unit usaha yang termasuk dalam rangkaian produksi barang dan
atau jasa tertentu. Integrasi vertikal bisa dilakukan dengan strategi
penguasaan unit usaha produksi ke hulu dimana perusahaan memiliki unit
usaha hingga ke penyediaan bahan baku maupun ke hilir dengan
kepemilikan unit usaha hingga ke distribusi barang dan jasa hingga ke
konsumen akhir. Integrasi vertikal mampu menurunkan efek negatif dari
struktur pasar monopoli yang ada pada setiap tahap produksi dan
distribusi.
Batasan vertikal dapat membatasi margin ganda sehingga
konsumen dapat diuntungkan karena bisa mendapatkan produk dengan
harga yang lebih murah. Perusahaan juga diuntungkan dengan strategi ini
melalui pemanfaatan efisiensi teknis dan efisiensi biaya transaksi sehingga
laba total yang didapatkan akan lebih besar dibandingkan bila mereka
harus membeli bahan baku dari perusahaan lain atau mendistribusikan
produknya lewat perusahaan lain.
Namun demikian batasan vertikal dapat juga menghambat
persaingan karena dapat meningkatkan biaya yang harus ditanggung
pesaing untuk mengakses bahan baku atau jalur distribusi yang dibutuhkan
untuk menjual produknya. Selain itu integrasi vertikal juga dapat
mengurangi ketersediaan bahan baku dan meningkatkan modal yang
1
dibutuhkan untuk masuk ke pasar. Atau dengan kata lain batasan vertikal
dapat menimbulkan hambatan untuk masuk ke sebuah pasar.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan arti dan jenis batasan vertikal
2. Jelaskan penetapan harga jual kembali (Resale Price Maintence)
3. Jelaskan harga jual kembali maximum (maximum resale price)
4. Jelaskan harga jual kembali minimum (minimum resale price)
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui arti dan jenis batasan vertikal
2. Untuk mengetahui penetapan harga jual kembali (Resale Price Maintence)
3. Untuk mengetahui harga jual kembali maximum (maximum resale price)
4. Untuk mengetahui harga jual kembali minimum (minimum resale price)
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Batasan Vertikal
1. Pengertian batasan vertikal
Batasan vertikal adalah batas suatu strategi dimana perusahaan
memperoleh operasi bisnis dalam produksi vertikal yang sama.Batasan
strategi dalam bisnis dilakukan agar perusahaan tidak melakukan praktek
ekonomi secara tidak sehat atau curang.
2. Jenis-jenisnya
Jenisnya dapat dibedakan menjadi tiga, yakni batasan integrasi
vertikal hulu, batasan integrasi vertikal hilir, dan batasan integrasi vertikal
hulu-hilir.
Sebuah perusahaan dikatakan melakukan batasan integrasi vertikal
hulu, saat mereka dapat memiliki beberapa anak usaha yang
memproduksi bahan-bahan pendukung untuk dapat memproduksi
produk utama dengan baik.
Contohnya, sebuah produsen mobil dapat juga memiliki anak usaha
yang memproduksi ban, kaca, dan logam. Integrasi(pembaharuan) ini
dimaksudkan untuk dapat memperoleh pasokan bahan baku secara
stabil dan konsisten. Integrasi ini sempat diterapkan oleh Ford dan
beberapa produsen mobil lain di dekade 1920an, yang tujuannya untuk
meminimalisir biaya produksi
Sebuah perusahaan dikatakan melakukan batasan integrasi vertikal hilir,
ketika mereka dapat menguasai berbagai jaringan distribusi dan
penjualan.
Sebuah perusahaan dikatakan melakukan batasan integrasi vertikal
hulu-hilir, ketika mereka dapat menguasai seluruh tahap dalam rantai
suplai, baik tahap produksi maupun tahap distribusi.
3
B. Penatapan Harga Jual Kembali
Pasal 8 tentang penerapan harga jual kembali Penjabaran Unsur
Pasal 8 diantaranya :
1. Unsur Pelaku usaha
Sesuai dengan Pasal 1 Angka 5 dalam Ketentuan Umum UU No. 5
Tahun 1999,
pelaku usaha adalah “Setiap orang perorangan atau badan usaha,
baik yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang
didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah
hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama
melalui perjanjian, menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam
bidang ekonomi.”
2. Unsur Perjanjian
Sesuai dengan Pasal 1 Angka 7 dalam Ketentuan Umum UU No. 5
Tahun 1999, pelaku usaha adalah “Perjanjian adalah suatu perbuatan satu
atau lebih pelaku usaha untuk mengikatkan diri terhadap satu atau lebih
pelaku usaha lain dengan nama apa pun, baik tertulis maupun tidak
tertulis.“
4. Unsur Persyaratan
Persyaratan adalah ketentuan yang harus diindahkan dan
dilakukan.
5. Unsur Penerima
Penerima adalah pihak yang akan menerima barang dan/atau jasa
yang diperjanjikan.
4
6. Unsur Barang
Sesuai dengan Pasal 1 Angka 16 dalam Ketentuan Umum UU
No.5/1999, pelaku usaha adalah “Barang adalah setiap benda, baik
berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak,
yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan
oleh konsumen atau pelaku usaha”.
7. Unsur Jasa
Sesuai dengan Pasal 1 Angka 17 dalam Ketentuan Umum UU
No.5/1999, pelaku usaha adalah “Jasa adalah setiap layanan yang
berbentuk pekerjaan atau prestasi yang diperdagangkan dalam masyarakat
untuk dimanfaatkan oleh konsumen atau pelaku usaha”.
8. Unsur Menjual
Menjual adalah menyerahkan hak atas suatu barang dan/atau jasa
dalam bentuk apapun kepada pihak lain dengan sejumlah imbalan tertentu.
9. Unsur Memasok
Memasok adalah menyediakan suatu barang dan/atau jasa kepada
pihak lain.
5
tidak menjual kembali produk yang ditentukan dalam kontrak dengan
harga lebih tinggi dari harga yang dipersyaratkan di dalam kontrak.
Persaingan antar retailer akan menghasilkan harga yang lebih rendah
dari harga maksimum RPM, yang berarti akan menguntungkan konsumen.
Dengan demikian Maximum Resale Price tidak menjadi bagian dari
pelarangan perilaku pengaturan harga jual kembali. Harga yang
disarankan (suggested retail price) oleh produsen atau distributor juga
tidak menjadi bagian dari pelarangan perilaku pengaturan harga jual
kembali karena tidak bersifat mengikat, sehingga persaingan antar retailer
tidak akan terganggu. Sebagai ilustrasi dimisalkan terdapat transaksi
antara sebuah produsen kosmetik dan distributornya untuk produk
pemulas bibir (lipstick) dengan harga pembelian sebesar Rp.50.000. Di
dalam kontrak terdapat persyaratan bahwa distributor tidak akan menjual
kembali produk pemulas bibir tersebut kepada pengecer dengan harga
lebih tinggi dari Rp.60.000. Dengan demikian harga Rp.60.000
merupakan harga maksimum yang dapat dikenakan oleh distributor
kepada pengecer.
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perusahaan dapat mengintegrasikan unit usaha yang memiliki
keterkaitan dalam proses produksi dan distribusi dalam satu kesatuan unit
usaha. Dengan melakukan integrasi vertikal melalui kepemilikan (merger
atau akuisis) maupun perjanjian maka perusahaan dapat memanfaatkan
skala ekonominya dengan lebih optimal, menekan biaya transaksi,
memiliki kepastian pasokan bahan baku serta membatasi margin ganda
pada struktur pasar monopoli. Di lain pihak, integrasi vertikal dapat
menutup akses pesaing akan bahan baku maupun jalur distribusi produk.
Integrasi vertikal juga dapat meningkatkan biaya yang harus dikeluarkan
pesaing karena perusahaan yang terintegrasi menciptakan hambatan
masuk, transfer pricing ataupun diskriminasi harga