Anda di halaman 1dari 4

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN METODE PENELITIAN


2.1 Perilaku pro-lingkungan

Merujuk pada pengertian yang diberikan oleh The United Nations Commission on


Sustainable Development (UN CSD) International Work Programme, perilaku pro-lingkungan
didefinisikan sebagai “penggunaan layanan dan produk untuk memenuhi kebutuhan
dasar dan membawa kualitas hidup yang lebih baik sambil meminimalkan penggunaan
sumber daya alam dan bahan-bahan beracun serta emisi limbah dan polutan selama
siklus hidup agar tidak membahayakan kebutuhan generasi mendatang.
Definisi perilaku lingkungan dapat dilihat dari dua perspektif yaitu impact-
oriented dan intent-oriented. Perilaku pro-lingkungan dalam perspektif impact
oriented didefinisikan sebagai sejauh mana perilaku tersebut mengubah ketersediaan
bahan atau energi dari lingkungan atau mengubah struktur dan dinamika ekosistem atau
biosfer itu sendiri, misalkan, penebangan hutan dan membuang sampah rumah tangga,
yang berdampak langsung terhadap perubahan lingkungan. Sedangkan, dalam
perspektif intent-oriented perilaku pro-lingkungan didefinisikan sebagai perilaku yang
dilakukan dengan maksud untuk mengubah (baca: menguntungkan) lingkungan, misal,
banyak orang percaya bahwa penggunaan kaleng semprot akan mempengaruhi lapisan
ozon.
Kajian psikologi, terutama Psikologi Lingkungan, perilaku pro-lingkungan dapat dilihat
dalam perspektif theory of planned behaviour (TPB). Menurut TPB,  perilaku individu
merupakan perilaku yang diarahkan oleh tujuan dan melibatkan proses sadar  dalam
menjelaskan perilaku individu dalam situasi yang spesifik. Dengan demikian, perilaku pro-
lingkungan ditentukan oleh proses sadar yang terjadi dalam diri manusia. Pilihan perilaku
kita untuk menjaga lingkungan atau tidak ditentukan oleh niatan kita sendiri. Manusia
memiliki kontrol untuk melakukan suatu tindakan ataukah tidak.

Dalam bahasa TPB, proses sadar ini diwujudkan dalam bentuk intensi, yaitu kesiapan
kita untuk melakukan suatu tindakan, dalam hal ini menjaga lingkungan. Niatan kita untuk
menjaga lingkungan ataukah tidak ditentukan oleh tiga hal, yaitu sikap kita terhadap
lingkungan, norma subyektif terkait dengan harapan orang-orang di sekitar kita akan
pentingnya menjaga lingkungan, dan kendali yang kita rasakan untuk dapat menjaga
lingkungan.

2.2 Pengaruh hubungan dengan alam terhadap perilaku lingkungan


Hubungan dengan alam bukanlah masalah biasa: ia memainkan peran utama dalam
pendidikan lingkungan, pendidikan dan pencerahan, para filsuf hijau menulis tentang hal
itu, itu adalah subjek seruan moralisasi dan alasan kritik masyarakat topikal, itu
menginspirasi masyarakat. seniman dan harapan ditempatkan pada pengembangan
hubungan dengan alam karena ini adalah salah satu kunci pertahanan lingkungan.
Meskipun demikian, refleksi ilmiah yang menggambarkan struktur dan dinamika
hubungan dengan alam jarang terjadi di Republik Ceko. Perdebatan profesional asing
jauh lebih besar mengenai topik ini26 - Namun demikian, sampai saat ini didominasi
oleh studi yang berhubungan dengan hubungan dengan alam dengan penekanan pada
salah satu pertanyaan parsial, kebanyakan pada sikap lingkungan.27Ada kekurangan
tesis profesional yang mencoba menggambarkan hubungan dengan alam dalam
kompleksitasnya. Hubungan dengan alam tidak dapat dipersempit menjadi pertanyaan
tentang sikap lingkungan yang sering dipelajari: perilaku lingkungan juga dipengaruhi
oleh orang lain laki-lakiperistiwa tal, fenomena, kualitas dan kondisi seseorang yang
berorientasi langsung dengan alam (dari dunia manusia) dan lingkungan dan yang di sini
disebut sebagai hubungan dengan alam.28Mereka bermacam-macam, misalnya
pengalaman lega di taman alam, keterampilan menanam kentang atau kulit kelinci,
kecemasan eksistensial tatap muka krisis ekologi, kondisi kesadaran yang meluas terkait
dengan pengalaman di alam, persepsi animistik tentang alam di usia prasekolah,
kemarahan terhadap pencetus tebang habis di hutan atau dilema konsumen terkait
dengan cita-cita eko-konsumerisme. Hubungan antara manusia dan alam adalah
predikat dari apa yang disebut perhubungan pribadi dengan karakteristik alam: Ini
menunjukkan, apa sikap masyarakat terhadap alam dan lingkungan (kebutuhan dan
sikap lingkungan) dan apa kemampuan mental mereka29 dalam sikap itu. Hubungan
dengan alam ternyata memengaruhi perilaku lingkungan30. Tapi mereka yang percaya
bahwa "hubungan yang baik dengan alam" adalah jaminan perilaku ramah lingkungan
yang salah. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan faktor kepribadian yang
telah disebutkan, sehingga pengaruh relasi dengan alam tidak mutlak: Saat mendaur
ulang sampah, aspek-aspek berikut dapat berperan: ketersediaan tempat sampah
(lingkungan), kedisiplinan dan ketekunan seseorang (kepribadiannya) dan sikap untuk
mendaur ulang sampah (hubungan dengan alam dan lingkungan). Saat membakar
padang rumput, hal-hal lain memainkan perannya: tetangga yang dengan riang
merumput di atas pembakar di kantor (lingkungan), kenangan nostalgia tentang
memikat padang rumput dengan kakek (kepribadian) dan kasih sayang dengan serangga
padang rumput (hubungan dengan alam)

2.3. perilaku konservasi (Conservation behaviour)

Stern (2000), mendefinisikan perilaku konservasi sebagai perilaku untuk


melestarikan lingkungn yang berkelanjutan. Lebih lanjut Stern menyatakan bahwa
perilaku konservasi akan merubah ketersediaan sumberdaya dan melindungi
ekosistem. Gough (2002) menunjukkan bahwa sulit menjustifikasi perilaku
konservasi secara benar, karena konservasi tidaklah sederhana. Ada kalanya
pilihan konservasi bisa mengganggu habitat ekosistem, meskipun dalam derajat
yang kecil. Contohnya adalah, pada saat kita membutuhkan produk bio solar yang
ramah lingkungan, banyak hutan yang dialih fungsikan sebagai perkebunan.
Hutan banyak yang ditebang, untuk memperluas area perkebunan jarak sebagai
bahan baku biosolar. Motivasi untuk perilaku konservasi merupakan hal yang
unik dari setiap konsumen. Biasanya perilaku konservasi ini terjadi dalam sebuah
komunitas. Komunitas orang-orang yang memiliki kecintaan pada lingkungan,
biasanya memiliki niat berperilaku kearah konservasi yang tinggi (sugandini,
2018). Satu alasan yang rasional adalah bahwa orang-orang yang mempunyai
motivasi melestarikan lingkungan mempunyai motivasi konsumsi yang unik yang
berbeda dengan konsumen lainnya dan mereka saling mendukung untuk
melestarikan lingkungan.Perilaku konservasi terjadi secara sukarela. Perilaku
konservasi membuat konsumen lebih berhati-hati dalam mengkonsumsi
produknya. Sebagai contoh, konsumen memilih produk yang ramah lingkungan,
seperti penggunaan bio solar untuk bahan bakarnya, penggunaan produk dengan
pestisida rendah, penggunaan produk yang bisa didaur ulang dan produk yang
hemat energi listrik. Perilaku konservasi merupakan perilaku konsumen yang
mengarah pada kelestarian lingkungan dengan memperhatikan keberlangsungan
(Kaiser et al., 2005). (McKenzie-Mohr dan Smith, 1999) menyarankan bahwa
untuk memahami perilaku konservasi, penting untuk mendefinisikan perilaku
secara jelas. Perilaku konservasi adalah sebuah tindakan spesifik yang mengarah
pada kegiatan lingkungan hidup. Stern (2000) dan Winther, Volk dan Hungerford
(1994), Hungerford and Volk (1990), mendiskripsikan lima hal untuk lebih
memahami perilaku konservasi: (1) menjadi aktivis lingkungan (secara aktif
berpartisipasi pada kegiatan pelestarian lingkungan), (2) secara politis ikut serta
dalam penandatangan petisi yang mengarah pada kelestarian lingkungan, (3)
Perilaku konsumen, misalnya, memembeli produk hijau, produk daur ulang,
mengurangi penggunaan energy (buying an efficient hot water heater), dan
mengubah kebiasaan konsumsi (menggunakan angkutan umum dalam bepergian,
mengganti sabun ramah lingkungan pada saat mencuci). (4) Ecosystem behaviors
(putting up bird boxes, planting sea oats, counting wildlife populations,
promotingprescribed fire) (5) perilaku lain di tempat kerja, misalnya mengurangi
limbah produksi, efisiensi energy, menuntut para pencemar lingkungan.

2.4. Value Beliefs Norms Theory

Lingkungan adalah suatu sistem kompleks yang berada di luar individu yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme. Setiap organisme
hidup dalam lingkungannya masing-masing. Faktor-faktor yang ada dalam
lingkungan selain berinteraksi dengan organisme, juga berinteraksi sesama faktor
tersebut sehingga sulit untuk memisahkan dan mengubahnya tanpa mempengaruhi
bagian lain dari lingkungan itu. Lingkungan bersifat dinamis dalam arti berubah-
ubah setiap saat. Hubungan antara manusia dengan lingkungan adalah sirkuler.
Perubahan pada lingkungan itu pada gilirannya akan mempengaruhi manusia.
Interaksi antara manusia dengan lingkungannya tidaklah sederhana, melainkan
komplekskarena pada umumnya dalam lingkungan itu terdapat banyak unsur.
Pengaruh terhadap suatu unsur akan merambat pada unsur lain, sehingga
pengaruhnyaterhadap manusia sering tidak dapat dengan segera terlihat dan
terasakan. Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu
tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan
baik disadari maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktoryang
saling berinteraksi. Sering tidak disadari bahwa interaksi tersebut amat kompleks
sehingga kadang-kadang tidak sempat memikirkan penyebab seseorang
menerapkan perilaku tertentu (Felix 2008).

Anda mungkin juga menyukai