Anda di halaman 1dari 4

Komunikasi Interpersonal dengan struktur DRK, SBAR, dan SIBR Di

Pelayanan Rumah Sakit bagi Masyarakat Miskin

NAMA : Ahmad Ilham 18010031

PRODI : S1 KEPERAWATAN
 TUJUAN PENULISAN

Komunikasi Interpersonal dengan struktur DRK, SBAR, dan SIBR Di

Pelayanan Rumah Sakit bagi Masyarakat Miskin

 IDE POKOK

Kualitas pelayanan di rumah sakit menjadi salah satu faktor penting dalam memenuhi hak masyarakat
untuk kesehatan. Di sisi lain, kualitas pelayanan di rumah sakit tampil dengan fenomena yang unik,
karena dimensi dan indikator yang berbeda antara orang-orang yang terlibat dalam pelayanan. Untuk
mengatasi perbedaan tersebut, seharusnya digunakan pedoman dasar penyelenggaraan pelayanan
kesehatan yang memenuhi kebutuhan dan tuntutan para pemakai jasa pelayanan kesehatan. Mutu
pelayanan terarah pada pelayanan kesehatan yang sempurna dalam memenuhi kebutuhan dan tuntutan
setiap pasien. Dengan demikian, mutu pelayanan kesehatan adalah segala yang menunjukkan tingkat
kesempurnaan pelayanan kesehatan yang menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien.1 Namun,
sampai kini masalah penyalahgunaan hak konsumen pelayanan kesehatan di rumah sakit makin
berkembang terjadi tanpa dirasakan oleh pihak rumah sakit, apalagi apabila konsumen tidak
mengungkapkan keluhan secara formal. Meskipun tidak dipermasalahkan, penyalahgunaan hak ini pada
dasarnya merupakan masalah. Penyimpangan yang terjadi secara terus menerus akan merusak berbagai
upaya baik yang telah diupayakan dan mempengaruhi pandangan positif masyarakat. Penyalahgunaan hak
pasien di rumah sakit dapat terjadi karena ketidaktahuan, sikap dominan, beban kerja berlebihan dan
faktor ekonomi. Dalam pelayanan Alamat Korespondensi: Tri Rini Puji Lestari, Pusat Pengkajian
Pengolah Data dan Informasi Sekretariat Jenderal DPR RI, Gd. Nusantara I Lt. 2, Jl. Gatot Subroto
Jakarta 10270, Hp.081382312169, e-mail: tririni74@yahoo.com Pusat Pengkajian Pengolah Data dan
Informasi Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia KESMAS, Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 5, No. 1, Agustus 2010 profesional, ketidaktahuan menunjukkan
kelemahan proses menjadi profesi sampai interaksi dalam perhimpunan profesi. Pengaruh berbagai faktor
lain yang lebih dominan seperti pengetahuan pasien pada hak konsumen yang kurang dapat membuat
unsur ketidaktahuan tidak berarti. Faktor preferensi atau sikap dominan petugas terhadap pasien juga
merupakan kelalaian profesional yang dapat menyebabkan pasien tidak puas. Beban kerja berlebihan
faktor ekonomi dapat dipecahkan oleh manajer rumah sakit dengan perencanaan yang baik.2
Penyalahgunaan hak pasien baru mendapat perhatian apabila ditemukan kekecewaan dan penyesalan
terhadap pelayanan dari pasien atau keluarga mereka. Kasus pelayanan kesehatan di rumah sakit yang
mengadu kepada YLKI, pada periode 1991–1995 (19 orang), periode Januari - Desember 1996 (7 orang),
pada tahun 1997 melalui telepon (18 orang). Pada tahun 2000, mengadu melalui surat (10 orang) dan
melalui hotline service (21 orang). Pada tahun 2001, melalui surat (18 orang) dan melalui hotline service
(20 orang).3 Bagi masyarakat miskin, ketidakpuasan terhadap pelayanan kesehatan yang buruk di rumah
sakit, sering kali diterima dengan pasrah. Orang miskin sering menjadi korban dari sistem kesehatan yang
tidak adil dan diskriminatif. Sementara bagi orang kaya, ketidakpuasan atas pelayanan demikian, sudah
cukup memberi alasan untuk berobat ke dokter atau rumah sakit luar negeri yang jauh lebih mahal.
Akibatnya, pertumbuhan perumahsakitan yang berlebel “internasional” semakin menjamur di Indonesia.
Penelitian ini bertujuan mengetahui pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit pada
masyarakat miskin dengan mengambil kasus di enam wilayah Indonesia.
 PEMBAHASAN

TEKNIK PENGGUNAAN DRK PADA KOMUNIKASI INTERPERSONAL

Diskusi Refleksi Kasus (DRK) merupakan suatu metode pembelajaran dalam bentuk kelompok
diskusi untuk berbagi pengalaman klinik tentang kasus yg kita kerjakan sekarang tetang masyarakat
miskin, masalah perawatan pasien, dan masalah-masalah dalam manajemen pelayanan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengembangkan Protokol Diskusi Refleksi Kasus (DRK) di Ruang Rawat Inap Rumah
Sakit. Pengembangan Protokol Diskusi Refleksi Kasus (DRK) ini dilaksanakandengan desain action
research.

TEKNIK PENGGUNAAN SBAR PADA KOMUNIKASI INTERPERSONAL

Teknik komunikasi SBAR merupakan teknik komunikasi yang memberikan urutan logis,
terorganisir dan meningkatkan proses komunikasi untuk memastikan keselamatan pasien. SBAR adalah
teknik komunikasi dan singkatan : S : Situation , Situasi: Sebutkan nama anda dan nama departemen,
Sebutkan nama pasien, umur, diagnose medis, dan tanggal masuk , Jelaskan secara singkat masalah
kesehatan pasien atau keluhan utama, termasuk pain score, B : Background , Latar Belakang, Sebutkan
riwayat alergi, obatobatan dan cairan infuse yang digunakan Jelaskan pemeriksaan yang mendukung dan
hasil laboratorium Jelaskan informasi klinik yang mendukung Tanda vital pasien, A : Assessment,
Penilaian, Jelaskan secara lengkap hasil pengkajian pasien terkini seperti status mental, status emosional,
kondisi kulit dan saturasi oksigen, dll , Nyatakan kemungkinan masalah, seperti gangguan pernafasan,
gangguan neurologi , gangguan perfusi dan lain-lain. R: Recommendation, Rekomendasi : mengusulkan
dokter untuk melihat pasien, pastikan jam kedatangan dokter, Tanyakan pada dokter langkah selanjutnya
yang akan dilakukan (Schadewaldt dkk, 2016).

TEKNIK PENGGUNAAN SIBR PADA KOMUNIKASI INTERPERSONAL

Sebelum melakukan melakukan SIBR perawat primer harus melakukan pencatanan terkait dengan per
kembangan masyarakatr, kebutuhan perawatan kepada masyarakat pada lembar SIBR, sehingga pada saat 
pelaksanaan SIBR komunikasi berjalan efektif kemudian setiap anggota tim memberikan rekomendasi
terkait dengan rencana tindakan yang akan dilakukan kepada masyarakat pada hari itu komunikasi yang
efektif, konsistensi dan tindak lanjut adalah kunci keberhasilan diskusi diadakan dalam ruang
terkarkait"koordinator klinis mendokumentasikan diskusi, kemudian menindaklanjuti rekomendasi
dan memfasilitasi perawatan pada  masyarakat Setelah bedsides roend
ini selesai, para anggota tim dan staf unit berkolaborasi untuk melaksanakan dan mengevaluasi rencana
saat perawatan seperti yang dibahas
KESIMPULAN

Yang dapat kita ambil dari artikel di atas bahwasanya seluruh sturuktur pada komunikasi interposanl
seperti DRK, SBAR, Dan SIBR memiliki kelemahan masing masing bagaimana cara kita menggunkan
komunikasi tersebut pada kasus yang tepat. Agar dapat mempermudah para perawat melakukan asuhan
keperawatan pada pasien maupun masyarakat yang butuh promkes agar masyarakat dapat mengetahui
dengan tentang perawatan di rumah sakit maupun di lingkungannya

Anda mungkin juga menyukai