Anda di halaman 1dari 14

PRAKTIK PENGETAHUAN BAHAN

 Mekanika tanah adalah suatu cabang dari ilmu teknik yang mempelajari perilaku
tanah dan sifatnya yang diakibatkan oleh tegangan dan regangan yang disebabkan
oleh gaya-gaya yang bekerja.

2. 1 Parameter pengujian tanah dan batuan


1. Direct Shear (DX) : Kuat geser langsung tanah.
2. Triaxial : Keruntuhan tanah, tingkat longsor.
3. Bobot Isi (∂-N) : Perbandingan massa dengan

volume sampel tanah.

4. Atterberg (ATTB) : Batas cair dan batas plastis.


5. Water Content (WN) : Kadar kandungan air tanah.
6. Spesifik Gravity (SG) : Mengukur volume penggalian.
7. Ukuran Butir (GZ) : Ukuran butir tanah.
8. Uniaxial (UCS) : Kuat tekan tanah.
9. Kompaksi : Kepadatan tanah
10. Point Load (PLT) : Kuat tekan.
11. Konsolidasi (CV) : Pemanpatan tanah untuk bangunan.
12. Permeability (K) : Kelolosan air (porositas tanah).
13. Rock Shear Box (RSB) : Kuat geser batuan.
14. Slake Durabillity (SD) : Ketaanan terhadap cuaca/

pelapukan.

15. CBR : Daya Dukung

2. 2 Water Content (Kadar Air) adalah perbandingan massa kandungan air


didalam sampel dengan massa padatan dari butiran sampel tersebut yang
dinyatakan dalam persen (%). Tujuan pengujian ini adalah untuk menentukan
nilai kandungan air yang terdapat dalam sampel tanah dan batuan.
2.3.1 Alat
N Nama Alat Fungsi Gambar
O
1 Oven Merk Menaikkan suhu
Memmert sample

2 Timbangan Merk Menentukan massa


Mettler Toledo sample

3 Tara Alumunium Wadah sample

4 Desikator Menurunkan suhu


sampel

5 Tang Penjepit Mengambil dan


menaruh tara

Tabel 2.3.1 Alal-alat pengujian water content

2.3.2 Diagram alir pengujian water content

Bersihkan tara Timbang Siapkan Masukkan sampel


alumunium tara + tutup sampel ke dalam tara

Buka tutup tara berisi sampel Timbang tara + Masukkan sampel


dan masukkan kedalam oven sampel basah ke dalam tara

Keluarkan tara Dinginkan sampel Keluarkan tara + sampel kering


dari oven dalam desikator dari dekiator

Timbang tara + sampel


kering + tutup

Keterangan :

 Bersihkan tara aluminium dengan menggunakan kain atau majun.


 Timbang tara aluminium beserta tutup (dalam keadaan kosong) dan catat
beratnya.
 Siapkan sampel yang dianggap re-presentatif.
 Masukkan sampel kedalam tara aluminium dan tutup kembali.
 Timbang tara aluminium berisi sampel dan catat.
 Buka tutup tara aluminium yang berisi sampel dan masukkan kedalam oven
dengan suhu 105oC-115oC.
 Biarkan sampel didalam oven ±12-16 jam.
 Keluarkan sampel dan masukkan kedalam desikator hingga dingin.
 Lalu timbang sampel kering beserta tara dan catat beratnya.

2. 3 Perhitungan
Mw
W = [(Mcws – Mcs)/ (Mcs – Mc)] × 100% = × 100%
Ms

Keterangan :

W : Kandungan air, %

Mcws : Massa tara alumunium dan sampel basah (gram)

Mcs : Massa tara alumunium dan sampel kering oven (gram)

Mc : Massa tara alumunium (gram)

Mw : Massa air (Mw = Mcws - Mcs) (gram)

Ms : Berat tanah kering (partikel padat) (M s = Mcs - Mc) (gram)

2. 4

 Bulk Density
Bulk density atau bobot isi ialah massa total (air tambah padatan) per unit volume
total dari tanah dalam keadaan basah. Tujuan dari penelitian ini ialah menentukan nilai
Bulk Density dan Dry Density tanah dan batuan. Bulk densitas digunakan untuk
mengkalkulasi tegangan tanah atau batuan dilapangan.
2.4.1 Alat dan bahan
N Nama Alat/Bahan Fungsi Gambar
O
1 Hot plate Memanaskan
Paraffin

2 Parafin Wax Lilin melapisi


sampel

3 Aquades Air bebas mineral

4 Timbangan Menentukan massa


sample

5 Thermometer Menentukan suhu


Digital

Tabel 2.4.1 Alat-alat pengujian bulk density

 Diagram alir pengujian bulk density

Isi paraffin Panaskan paraffin Ambil sampel dan


kedalam panci menggukankan hot plate haluskan permukaannya

Keringkan lapisan paraffin dan Celupkan sampel Timbang


timbang sampel dilapisi itu kedalam paraffin sampel basah

Pasang “Basket Density” pada timbangan dan


Isi air kedalam ember
masukkan sampel

Lakukan perhitungan dan buang Tentukan Ukur suhu air


bekas sampel uji di tempatnya densitas air didalam ember

Keterangan :

 Isi paraffin kedalam panci minimal setengah volumenya


 Masukkan tegangan hot plate ke jala-jala listrik 220 V
 Putar knop hot plate hingga menunjuk H untuk memanaskan paraffin.
 Panaskan paraffin hingga mencapai suhub 60-70 oC (paraffin dalam keadaan cair)
 Ambil sampel yang dianggap representatif dengan berat sekitar 50 g.
 Bentuk permukaan sampel hingga halus dan tidak memiliki sudut
 Timbang sampel basah dan catat massanya.
 Celupkan sampel kedalam paraffin yang telah mencair hingga paraffin
menyelimuti seluruh permukaan sampel.
 Biarkan lapisan paraffin mengering.
 Timbang sampel yang telah dilapisi paraffin dan catat beratnya.
 Isi air kedalam ember minimal 2/3 kapasitasnya.
 Pasang “Basket Density” pada timbangan dan pastikan timbangan menunjuk
pada angka 0.
 Masukkan sampel yang telah dilapisi paraffin kedalam Basket Density, timbang
sampel didalam air dan catat massanya.
 Ukur suhu air didalam ember dan catat.
 Tentukan densitas air.
 Lakukan perhitungan hasil pengujian lalu buang bekas sampel uji ditempat yang
telah ditentukan.

 Perhitungan
1. Hitung volume sampel + paraffin

Vpc = (Mpc – Mpw) / ρp : (cm3)

Keterangan :

Vpc : Volume sampel yang dilapisi paraffin (cm 3)

Mpc : Massa sampel yang dilapisi paraffin (g)

Mpw : Massa sampel yang dilapisi paraffin didalam air (g)

ρp : Densitas air pada suhu t (g/cm3)

2. Hitung volume paraffin

Vp = (Mpc – M)/ ρp : (cm3)

Keterangan :

Vp : Volume Paraffin (cm3)

Mpc : Massa sampel yang dilapisi paraffin (g)

M : Massa sampel basah (g)


ρp : Densitas paraffin (g/cm3)

3. Hitung volume sampel

V = (Vpc - Vp)

Keterangan :

V : Volume sampel (cm3)

Vpc : Volume sampel yang dilapisi paraffin (cm 3)

Vp : Volume Paraffin (cm3)

4. Hitung densitas/bobot isi sampel basah (bulk density)

ρ = M/ V

Keterangan :

ρ : Densitas/bobot isi basah sampel (g/cm3)

M : Massa sampel basah (g)

V : Volume sampel basah (cm3)

5. Hitung densitas/bobot isi sampel kering (dry density)

Ρdry = (ρ/ 1+Wdry)

Keterangan :

ρ dry : Densitas/bobot isi kering sampel (g/cm3)

ρ : Densitas/bobot isi basah sampel (g/cm3)

Wdry : Kandungan air tanah (%)

6. Hitung unit weight basah sampel

γ = ρ x g = ρ.x 9,8 (kN/m3)

7. Hitung unit weight kering sampel

γd = ρd x g = ρd.x 9,8 (kN/m3)

8. Angka pori (bila diperlukan)


e = ((G - γd)/ γd)

Keterangan :

e : Angka pori, dinyatakan dengan desimal

G : Spesific Grafity, dinyatakan dengan decimal

γd : Unit weight sampel kering (g/cm3)

9. Porositas : (bila diperlukan)

ƞ = (e/ (1+e) × 100%

Keterangan :

ƞ : Porositas, %

e : Angka pori

10. Derajat kejenuhan : (bila diperlukan)

S = (W × G)/ e)

Keterangan :

S : Derajat kejenuhan, %

W : Kandungan air tanah, %

G : Spesific Gravity

e : Angka pori
#2

 Pengujian Atterberg
1. Pengujian Batas Cair (Liquid Limit)
- Timbang tara kosong yang akan digunakan, kemudian catat pada lembar
kerja serta nomor sampel yang tertera pada tara untuk meminimalisir
kesalahan.
- Tuangkan sampel secukupnya pada plat kaca
- Tambahkan air dengan tingkat kekentalan menyesuaikan sampel, kemudian
aduk dengan spatula.
- Masukkan sampel pada cawan yang terdapat pada alat motorized atterberg,
kemudian ratakan
- Galur / belah sample dengan menggunakan grooving tool atau casa grande
(jika sampel merupakan sampel pasiran)
- Putar tangkai pada motorized atterberg agar cawan dapat bergerak
mengetuk naik turun sehingga galur yang terbentuk menutup. Adapun
setiap pengujian satu sampel memiliki jumlah range ketukan yang berbeda,
yaitu 15-18; 21-23; 26-28; 31-35.
- Catat jumlah ketukan ketika galur pada sampel menyatu atau menutup
kembali.
- Setelah galur menutup, ambil sedikit sampel kemudian letakkan pada tara.
- Timbang sampel + tara, catat beratnya pada lembar kerja.
- Masukkan sampel pada oven dengan suhu 100°c selama 24 jam.
- Setelah proses oven selesai, timbang kembali sampel lalu catat pada lembar
kerja.
2. Pengujian Batas Plastis (Plastis Limit)
- Timbang tara kosong yang akan digunakan, kemudian catat pada lembar
kerja serta nomor sampel yang tertera pada tara untuk meminimalisirkan
kesalahan pada pengujian.
- Tuangkan sampel secukupnya pada plat kaca.
- Tambahkan air dengan tingkat kekentalan menyesuaikan sampel, kemudian
aduk dengan spatula.
- Pilin adonan sampel hingga mencapai diameter 3mm kemudian potong
dengan panjang 3cm.
- Masukkan kedalam tara hingga mencapai berat lebih kurang 30 gr.
- Timbang sampel + tara lalu catat pada lembar kerja
- Masukkan sampel kedalam oven dengan suhu 100°c selama 24 jam.
- Setelah itu, timbang sampel dan catat pada lembar kerja
 Cara Perhitungan Pengujian Atterberg Perhitungan pada pengujian atterberg ini
dilakukan berdasarkan pada data lembar kerja yang diperoleh selama pengujian.
Meliputi perhitungan massa air, massa sampel kering, dan jumlah kandungan air.
 Adapun data yang diperoleh yaitu sebagai berikut:

Dari data pengujian diatas, dapat diketahui nilai batas cair (Liquid Limit / LL ) dan batas
plastis (Plastis Limit / PL ) dengan perhitungan sebagai berikut :

Setelah mengetahui nilai rata-rata dari batas cair dan batas plastis langkah selanjutnya
yaitu memasukan nilai batas cair untuk mendapat kadar air pada ketukan ke 25. Hal ini
dikarenakan batas cair merupakan kadar air tanah bila mana diperlukan 25 ketukan.
Tidak praktis untuk mencari kadar air supaya banyaknya ketukan tepat 25. Oleh karena
itu, pengujian diperlukan pada serangkaian contoh dengan kadar air yang berbeda,
sehingga dapat dibuat grafik banyaknya ketukan terhadap kadar air pada ketukan ke
25.6 Grafik uji batas cair pada ketukan ke 25 3.3 Kegunaan Batas-Batas Atterberg Nilai
batas cair atau batas cair dengan sendirinya tidak banyak berguna, tetapi apabila dipakai
bersama-sama dengan sifat tanah lain dapat memberikan gambar yang baik tentang
perilaku tanah. Salah satu caranya yaitu dengan memakai grafik yang disebut “Diagram
Plastisitas”. Ini menjadi petunjuk yang baik untuk sifat intrinsic dari tanah tersebut, yaitu
sifat-sifat tanah berdasarkan komposisi tanah. Diagram palstisitas adalah grafik yang
terkenal yang dikembangkan oleh Casegrande pada tahun 1948. Pada diagram ini indeks
plastis diplot terhadap batas cair yang nantinya dapat membagi tanah menjadi empat
golongan. Garis pertama A yang memisahkan tanah dalam lempung dan lanau, masing-
masing diatas dan dibawah garis ini. Garis kedua adalah garis vertical pada batas cair 50,
yang membagi tanah dalam golongan batas cair rendah dan batas cair tinggi. Sehingga
grafik ini dapat dipakai untuk klasifikasi tanah.

 Pengujian Grain Size


a. Uji Hidrometer
- Rendam sampel dengan larutan sodium hexamethaphosphat dengan banyak
larutan 125 ml selama 24 jam. Hal ini bertujuan untuk memisahkan butiran
agar hancur.
- Setelah 24 jam, masukkan sampel kedalam mixer.
- Masukkan sampel pada gelas ukur.
- Kemudian masukkan gelas ukur kedalam hydrometer jar bath yang telah
berisi air.
- Aduk sampel perlahan dengan rentan waktu yang telah disesuaikan
berdasarkan banyaknya gelas ukur sampel.
- Kemudian masukkan alat hydrometer dan amati bacaan hydrometer pada
menit ke 0, 2, 5, 15, 30, 60,250, dan 1400. Catat hasilnya pada lembar kerja.
- Ukur suhu air pada menit yang telah ditentukan kemudian catat hasilnya
pada lembar kerja.
b. Uji Ayakan
- Saring sampel setelah dari uji hydrometer pada ayakan ukuran 0.75 mm.
- Sampel yang tertahan kemudian dibersihkan agar terbebas dari lumpur hasil
endapan.
- Letakkan sampel yang telah bersih pada cawan dan tambahkan air
secukupnya.
- Kemudian dioven selama 24 jam dengan suhu 100°c.
- Timbang berat ayakan no 30 (0.600 mm), no 50 (0.300 mm), no 100
(0.150mm), no 200 (0.075), serta pan. Kemudian catat pada lembar kerja .
- Susun ayakan dari nomor terkecil.
- Timbang cawan + sampel yang telah dioven.
- Letakkan sampel pada ayakan.
- Kemudian timbang cawan untuk mendapatkan berat cawan kosong serta
berat sampelnya saja.
- Ayak sampel dengan menggunakan shieve machine selama 10 menit.
- Timbang sampel yang tertahan kemudian catat pada lembar kerja.
 Perhitungan Grain Size Cara perhitungan pada pengujian grain size ini yaitu
menghitung selisih massa ayakan dengan massa ayakan serta sampel yang tertahan
pada ayakan tersebut. Kemudian menginput nilai selisih dari uji ayakan tersebut
serta uji hydrometer kedalam software geosystem sehingga didapat hasil dalam
bentuk grafik. Monitor diatas menunjukan grafik hasil akhir dari data input pada
software geosystem. Pada software tersebut menunjukan kecendrungan suatu jenis
tanah berdasarkan ukuran butirannya.
 Kegunaan Pengujian Grain Size Sifat-sifat suatu jenis tanah tertentu banyak
tergantung pada ukiran butirnya. Karena itu, pengukuran besarnya butir tanah
merupakan suatu pengujian yang sangat sering dilakukan dalam bidang mekanika
tanah. Besarnya butir juga merupakan dasar untuk klasifikasi atau pemberian nama
pada suatu jenis tanah tertentu

Anda mungkin juga menyukai