Mekanika tanah adalah suatu cabang dari ilmu teknik yang mempelajari perilaku
tanah dan sifatnya yang diakibatkan oleh tegangan dan regangan yang disebabkan
oleh gaya-gaya yang bekerja.
pelapukan.
Keterangan :
2. 3 Perhitungan
Mw
W = [(Mcws – Mcs)/ (Mcs – Mc)] × 100% = × 100%
Ms
Keterangan :
W : Kandungan air, %
2. 4
Bulk Density
Bulk density atau bobot isi ialah massa total (air tambah padatan) per unit volume
total dari tanah dalam keadaan basah. Tujuan dari penelitian ini ialah menentukan nilai
Bulk Density dan Dry Density tanah dan batuan. Bulk densitas digunakan untuk
mengkalkulasi tegangan tanah atau batuan dilapangan.
2.4.1 Alat dan bahan
N Nama Alat/Bahan Fungsi Gambar
O
1 Hot plate Memanaskan
Paraffin
Keterangan :
Perhitungan
1. Hitung volume sampel + paraffin
Keterangan :
Keterangan :
V = (Vpc - Vp)
Keterangan :
ρ = M/ V
Keterangan :
Keterangan :
Keterangan :
Keterangan :
ƞ : Porositas, %
e : Angka pori
S = (W × G)/ e)
Keterangan :
S : Derajat kejenuhan, %
G : Spesific Gravity
e : Angka pori
#2
Pengujian Atterberg
1. Pengujian Batas Cair (Liquid Limit)
- Timbang tara kosong yang akan digunakan, kemudian catat pada lembar
kerja serta nomor sampel yang tertera pada tara untuk meminimalisir
kesalahan.
- Tuangkan sampel secukupnya pada plat kaca
- Tambahkan air dengan tingkat kekentalan menyesuaikan sampel, kemudian
aduk dengan spatula.
- Masukkan sampel pada cawan yang terdapat pada alat motorized atterberg,
kemudian ratakan
- Galur / belah sample dengan menggunakan grooving tool atau casa grande
(jika sampel merupakan sampel pasiran)
- Putar tangkai pada motorized atterberg agar cawan dapat bergerak
mengetuk naik turun sehingga galur yang terbentuk menutup. Adapun
setiap pengujian satu sampel memiliki jumlah range ketukan yang berbeda,
yaitu 15-18; 21-23; 26-28; 31-35.
- Catat jumlah ketukan ketika galur pada sampel menyatu atau menutup
kembali.
- Setelah galur menutup, ambil sedikit sampel kemudian letakkan pada tara.
- Timbang sampel + tara, catat beratnya pada lembar kerja.
- Masukkan sampel pada oven dengan suhu 100°c selama 24 jam.
- Setelah proses oven selesai, timbang kembali sampel lalu catat pada lembar
kerja.
2. Pengujian Batas Plastis (Plastis Limit)
- Timbang tara kosong yang akan digunakan, kemudian catat pada lembar
kerja serta nomor sampel yang tertera pada tara untuk meminimalisirkan
kesalahan pada pengujian.
- Tuangkan sampel secukupnya pada plat kaca.
- Tambahkan air dengan tingkat kekentalan menyesuaikan sampel, kemudian
aduk dengan spatula.
- Pilin adonan sampel hingga mencapai diameter 3mm kemudian potong
dengan panjang 3cm.
- Masukkan kedalam tara hingga mencapai berat lebih kurang 30 gr.
- Timbang sampel + tara lalu catat pada lembar kerja
- Masukkan sampel kedalam oven dengan suhu 100°c selama 24 jam.
- Setelah itu, timbang sampel dan catat pada lembar kerja
Cara Perhitungan Pengujian Atterberg Perhitungan pada pengujian atterberg ini
dilakukan berdasarkan pada data lembar kerja yang diperoleh selama pengujian.
Meliputi perhitungan massa air, massa sampel kering, dan jumlah kandungan air.
Adapun data yang diperoleh yaitu sebagai berikut:
Dari data pengujian diatas, dapat diketahui nilai batas cair (Liquid Limit / LL ) dan batas
plastis (Plastis Limit / PL ) dengan perhitungan sebagai berikut :
Setelah mengetahui nilai rata-rata dari batas cair dan batas plastis langkah selanjutnya
yaitu memasukan nilai batas cair untuk mendapat kadar air pada ketukan ke 25. Hal ini
dikarenakan batas cair merupakan kadar air tanah bila mana diperlukan 25 ketukan.
Tidak praktis untuk mencari kadar air supaya banyaknya ketukan tepat 25. Oleh karena
itu, pengujian diperlukan pada serangkaian contoh dengan kadar air yang berbeda,
sehingga dapat dibuat grafik banyaknya ketukan terhadap kadar air pada ketukan ke
25.6 Grafik uji batas cair pada ketukan ke 25 3.3 Kegunaan Batas-Batas Atterberg Nilai
batas cair atau batas cair dengan sendirinya tidak banyak berguna, tetapi apabila dipakai
bersama-sama dengan sifat tanah lain dapat memberikan gambar yang baik tentang
perilaku tanah. Salah satu caranya yaitu dengan memakai grafik yang disebut “Diagram
Plastisitas”. Ini menjadi petunjuk yang baik untuk sifat intrinsic dari tanah tersebut, yaitu
sifat-sifat tanah berdasarkan komposisi tanah. Diagram palstisitas adalah grafik yang
terkenal yang dikembangkan oleh Casegrande pada tahun 1948. Pada diagram ini indeks
plastis diplot terhadap batas cair yang nantinya dapat membagi tanah menjadi empat
golongan. Garis pertama A yang memisahkan tanah dalam lempung dan lanau, masing-
masing diatas dan dibawah garis ini. Garis kedua adalah garis vertical pada batas cair 50,
yang membagi tanah dalam golongan batas cair rendah dan batas cair tinggi. Sehingga
grafik ini dapat dipakai untuk klasifikasi tanah.