Anda di halaman 1dari 14

DAFTAR ISI

BAB I............................................................................................................................2

PENDAHULUAN........................................................................................................2

A. Latar Belakang.................................................................................................2

B. Rumusan Masalah............................................................................................2

C. Tujuan Penulisan..............................................................................................3

D. Ruang Lingkup Pembahasan..........................................................................3

BAB II...........................................................................................................................4

KAJIAN TEORI..........................................................................................................4

A. Definisi Hakikat Filsafat Pendidikan..............................................................4

1. Filsafat Pendidikan Eksistensialisme...........................................................4

2. Filsafat Pendidikan Perenialisme................................................................5

3. Filsafat Pendidikan Progresivisme...............................................................5

a. Tujuan Pendidikan....................................................................................6

b. Kurikulum Pendidikan.............................................................................7

c. Metode Pendidikan...................................................................................8

BAB III.......................................................................................................................13

PENUTUP..................................................................................................................13

A. Kesimpulan.....................................................................................................13

B. Saran................................................................................................................13

DAFTAR RUJUKAN................................................................................................14

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Filsafat pendidikan merupakan hasil pemikiran dan perenungan secara
mendalam sampai ke akar-akarnya mengenal pendidikan. Para filsuf melalui karya
filsafat pendidikannya, berusaha menggali ide-ide baru tentang pendidikan, yang
menurut pendapatnya lebih tepat ditinjau dari kewajaran keberadaan peserta didik dan
pendidik maupun ditinjau dari latar geografis, sosiologis, dan budaya suatu bangsa.
Dari sudut pandang keberadaan manusia akan menimbulkan aliran Perenialis, Realis,
Empiris, Naturalis, dan Eksistensialis. Sedangkan dari sudut geografis, sosiologis,
dan budaya akan menimbulkan aliran Eksistensialisme, Pragmatisme, dan
Progresivis.
Berbagai aliran filsafat pendidikan tersebut di atas, memberi dampak
terciptanya konsep-konsep atau teori-teori pendidikan yang beragam. Masing-masing
konsep akan mendukung masing-masing filsafat pendidikan itu. Dalam memangun
teori-teori pendidikan, filsafat pendidikan juga mengingatkan agar teori-teori itu
diwujudkan di atas kebenaran berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan. Dengan kata lain,
teori-teori pendidikan harus disusun berdasarkan hasil-hasil penelitian ilmiah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Filsafat Pendidikan ?
2. Bagaimana konsep Pendidikan aliran Filsafat Eksistensialisme,
Progresivisme, dan Perenealisme?
3. Bagaimana implikasi aliran Filsafat Progresivisme, di dunia Pendidikan
Indonesia?
4. Apa saja contoh penerapan aliran Filsafat Progresivisme?

2
C. Tujuan penulisan
1. Dapat menjelaskan pengertian dari aliran filsafat Eksistensialisme,
Progresivisme, Dan Perenealisme.
2. Dapat mengemukakan konsep pendidikan aliran filsafat Eksistensialisme,
Progresivisme, Dan Perenealisme.
3. Dapat menjabarkan implikasi aliran filsafat Progresivisme di Dunia
Pendidikan Indonesia.
4. Mampu menyebutkan contoh penerapan aliran Filsafat Progresivisme.

D. Ruang Lingkup Pembahasan


Ruang lingkup pembahasan pada makalah ini adalah terletak pada belum
terwujudnya pendidikan dengan baik. Masih ditemukan pelaku-pelaku
pendidikan yang tidak menjalankan perannya masing-masing secara baik. Oleh
karena itu, makalah ini akan membahas tentang filsafat pendidikan dan aliran-
alirannya. Jadi, pembahasannya terfokus pada makna pendidikan yang
sebenarnya, komponen-komponen apa saja yang harus ada dalam pendidikan,
dan bagaimana agar pendidikan tersebut dapat berjalan sesuai dengan hakikat
serta tujuannya.

3
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Definisi Hakikat Filsafat Pendidikan


Filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat, yang berarti bahwa filsafat
pendidikan pada dasarnya menggunakan cara kerja filsafat dan akan menggunakan
hasil-hasil kajian dari filsafat, yaitu berupa hasil pemikiran manusia tentang realitas,
pengetahuan, dan nilai, khususnya yang berkaitan dengan praktek pelaksanaan
pendidikan. Dalam filsafat pendidikan terdapat berbagai aliran sesuai dengan aliran
yang terdapat dalam filsafat. Tinjauan filsafat dapat berwujud sebagai upaya
penemuan kongruensi antara aliran-aliran filsafat pendidikan dengan filsafat
pancasila. Berikut ini akan diuaraikan berbagai aliran filsafat pendidikan yang
menjelaskan tentang pengkajian terhadap fenomena atau gejala dan eksistensi
manusia dalam pengembangan hidup dan kehidupannya dalam alam dan
lingkungannya yang tercakup dalam eksistensialisme, progresivisme, dan
perenialisme. ( Edward dan Yusnadi, 2015: 18-19 ).

1. Filsafat Pendidikan Eksistensialisme


Eksistensi berarti keberadaan, akan tetapi di dalam filsafat eksistensialisme
istilah eksistensi memiliki arti tersendiri. Tampaknya di dalam filsafat
eksistensialisme istilah eksistensi memiliki arti cara manusia berada di dalam dunia,
dan hal ini berada dengan cara berada benda-benda, sebab benda-benda tidak sadar
akan keberadaannya sebagai sesuatu yang memiliki hubungan dengan yang lain, dan
berada di samping yang lain. Secara lengkap eksistensi memiliki hubungan dengan
yag lain, dan berada di samping yang lain. Secara lengkap eksistensi memiliki arti
bahwa manusia berdiri sebagai dirinya dengan keluar dari diri sendiri. Maksudnya
ialah manusia sadar bahwa dirinya ada.

4
2. Filsafat Pendidikan Perenialisme
Filsafat ini muncul pada abad pertengahan pada zaman keemasan agama
Katolik-Kristen. Pada zaman itu tokoh-tokoh agam menguasai hamper semua bidang
kemasyarakatan. Sehingga sangat logis kalau sekolah-sekolah yang berintikan ajaran
agama muncul di sana-sini. Ajaran agam itulah merupakan suatu kebenaran yang
patut dipelajari dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tokoh filsafat ini ialah
Agustinus dan Thomas Aquino.

3. Filsafat Pendidikan Progresivisme


Filsafat pendidikan progresiv lahir di Amerika Serikat. Filsafat ini sejalan
dengan jiwa bangsa Amerika pada waktu itu, sebagai bangsa yang dinamis berjuang
mencari hidup baru di negeri seberang. Bagi mereka tidak ada hidup yang tetap,
apalagi nilai-nilai yang abadi. Yang ada adalah perubahan. Mereka sangat
menekankan kehidupan sehari-hari, maka segala tindakan mereka diukur dari
kegunaan praktisnya.
Karena tujuan tidak pasti, maka cara atau alat untuk mencapai tujuan itu pun
tidak pasti pula. Tujuan dan alat bagi mereka adalah satu, artinya bila tujuan berubah
maka alat pun berubah pula. Tokoh filsafat pendidikan progresivisme ini adalah John
Dewey (Pidarta, 2007:92).
Menurut penganut aliran ini bahwa kehidupan manusia berkembang terus
menerus dalam suatu arah positif. Apa yang dipandang benar sekarang belum tentu
benar pada masa yang akan datang. Oleh sebab itu, peserta didik bukan dipersiapkan
untuk menghidupi kehidupan masa kini, melainkan mereka harus dipersiapkan untuk
menghadapi kehidupan masa datang. Permasalahan hidup kini tidak akan sama
dengan permasalahan hidup masa yang akan datang. Untuk itu, peserta didik harus
diperlengkapi dengan strategi-strategi menghadapi kehidupan masa datang dan
pemecahan masalah yang memungkinkan mereka mengatasi permasalahan-
permasalahan baru dalam kehidupan dan untuk menemukan kebenaran-kebenaran
yang relevan pada masa itu (Edward dan Yusnadi, 2015:28).

5
Aliran progresivisme mengakui dan berusaha mengembangkan asas
progresivisme dalam semua realita, terutama dalam kehidupan untuk tetap survive
terhadap semua tantangan hidup manusia, harus praktis dalam melihat segala sesuatu
dari segi keagungannya. Progresivisme dinamakan instrumentalisme, karena aliran ini
beranggapan bahwa kemampuan intelegensi manusia sebagai alat untuk hidup, untuk
kesejahteraan, untuk mengembangkan kepribadian manusia. Dinamakan
eksperimental atau empirik karena aliran tersebut menyadari dan mempraktekkan
asas eksperimen untuk menguji kebenaran suatu teori. Progresivisme dinamakan
environtalisme karena aliran ini menganggap lingkungan hidup ini mempengaruhi
pembinaan kepribadian (Imam Muis, 2004).
Aliran progresivisme memiliki kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan
yang meliputi: ilmu hayat, bahwa manusia untuk mengetahui semua masalah
kehidupan. Antropologi yaitu bahwa manusia memiliki pengalaman, pencipta budaya,
dengan demikian dapat mencari hal baru. Psikologi yaitu manusia akan berpikir
tentang dirinya sendiri, lingkungan, pengalaman-pengalamannya, sifat-sifat alam,
dapat menguasai dan mengaturnya.

penerapan filsafat pendidikan progresivisme dalam praktik pelaksanaan


pendidikan seperti berikut ini :

a. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan menurut aliran ini adalah harus memberikan
keterampilan dan alat-alat yang bermanfaat untuk berintraksi dengan
lingkungan yang berada dalam proses perubahan secara terus menerus. Siswa
diharapkan memiliki keterampilan pemecahan masalah yang dapat
digunakkan untuk menentukan, menganalisis, dan memecahkan masalah.
Pendidikan bertujuan agar siswa memilki kemampuan memecahkan
berbagai masalah baru dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial,
atau dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar yang berada dalam proses
perubahan. Selain itu, pendidikan juga bertujuan membantu peserta didik

6
untuk menjadi warga negara yang demokratis yang mampu mengemukakan
pendapatnya sesuai minat yang dimilikinya melalui pengalamannya
Proses belajar mengajar terpusatkan pada siswa dalam perilaku dan
disiplin diri. Tujuan keseluruhan pendidikan sendiri adalah melatih anak agar
kelak dapat bekerja, bekerja secara sistematis, mencintai kerja, dan bekerja
dengan otak dan hati. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan harusnya
merupakan pengembangan sepenuhnya bakat dan minat setiap anak. Agar
dapat bekerja siswa diharapkan memiliki keterampilan, alat dan pengalaman
sosial, dan memiliki pengalaman memecahkan masalah.

b. Kurikulum Pendidikan
Kalangan progresif menempatkan subjek didik pada titik sumbu
sekolah (child-centered). Mereka lalu berupaya mengembangkan kurikulum
dan metode pengajaran yang berpangkal pada kebutuhan, kepentingan, dan
inisiatif subjek didik. Jadi, ketertarikan anak adalah titik tolak bagi
pengalaman belajar. Imam Barnadib menyatakan bahwa kurikulum
progresivisme adalah kurikulum yang tidak beku dan dapat direvisi, sehingga
yang cocok adalah kurikulum yang berpusat pada pengalaman.
Kurikulum disusun dengan pengalaman siswa, baik pengalaman
pribadi maupun pengalaman sosial, selain sosial sering dijadikan pusat
pelajaran yang digunakan dalam pengalaman-pengalaman siswa dan dalam
pemecahan masalah serta dalam suatu kegiatan kelompok.
Sekolah dapat memberi jaminan kepada para siswanya selama belajar,
yaitu dengan membantu dan menolong siswanya untuk tumbuh dan
berkembang serta memberi keleluasaan tempat untuk para siswanya dalam
mengembangkan bakat dan minatnya melalui bimbingan guru dan tanggung
jawab kepala sekolah. Kurikulum dikatakan baik apabila bersifat fleksibel dan
eksperimental (pengalaman) dan memiliki keuntungan-keuntungan untuk
diperiksa setiap saat. Sikap progressvisme, memandang segala sesuatu
berasaskan fleksibilitas, dinamika dan sifat-sifat yang sejenis, tercermin dalam

7
pandangannya mengenai kurikulum sebagai pengalaman yang edukatif,
bersifat eksperimental dan adanya rencana dan susunan yang teratur.

c. Metode Pendidikan

Metode pendidikan yang biasanya dipergunakan oleh aliran progresivisme


diantaranya adalah :

1) Metode Pendidikan Aktif


Pendidikan progresif lebih berupa penyediaan lingkungan dan fasilitas
yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar secara bebas pada
setiap anak untuk mengembangkan bakat dan minatnya.
2) Metode Memonitor Kegiatan Belajar
Mengikuti proses kegiatan anak belajar sendiri, sambil memberikan
bantuan-bantuan apabila diperlukan yang sifatnya memperlancar
berlangsung kegiatan belajar tersebut.
3) Metode Penelitian Ilmiah
Pendidikan progresif merintis digunakannya metode penelitian ilmiah
yang tertuju pada penyusunan konsep.
4) Pemerintahan Pelajar
Pendidikan progresif memperkenalkan pemerintahan pelejar dalam
kehidupan sekolah dalam rangka demokratisasi dalam kehidupan
sekolah.
5) Kerjasama Sekolah Dengan Keluarga
Pendidikan Progresif mengupayakan adanya kerjasama antara sekolah
dengan keluarga dalam rangka menciptakan kesempatan yang seluas-
luasnya bagi anak untuk mengekspresikan secara alamiah semua minat
dan kegiatan yang diperlukan anak.
6) Sekolah Sebagai Laboratorium Pembaharuan Pendidikan
Sekolah tidak hanya tempat untuk belajar, tetapi berperanan pula sebagai
laboratoriun dan pengembangan gagasan baru pendidikan.

8
7) Belajar
Proses belajar terpusat pada anak dengan memberikan perhatian anak.
Namun guru tidak membiarkan anak mengikuti apa yang ia inginkan,
karena anak belum cukup matang untuk menentukan tujuan yang
memadai. Anak membutuhkan bimbingan dan arahan dari guru dalam
melaksanakan aktifitasnya. Anak didik adalah subjek aktif, bukan pasif,
sekolah adalah dunia kecil (miniatur) dari masyarakat besar, aktifitas
ruang kelas difokuskan pada praktik pemecahan masalah, serta atmosfer
sekolah diarahkan pada situasi yang kooperatif dan demokratis. Mereka
menganut prinsip pendidikan perpusat pada anak (child-centered).
Mereka menganggap bahwa anak itu unik. Anak adalah anak yang sangat
berbeda dengan orang dewasa. Anak mempunyai alur pemikiran sendiri,
mempunyai keinginan sendiri, mempunyai harapan-harapan dan
kecemasan sendiri yang berbeda dengan orang dewasa.

8) Peranan Guru
Guru menurut pandangan filsafat progresivisme adalah sebagai
penasihat, pembimbing, pengarah dan bukan sebagai orang pemegang otoritas
penuh yang dapat berbuat apa saja (otoriter) terhadap muridnya. Sebagai
pembimbing karena guru mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang
banyak di bidang anak didik maka secara otomatis semestinya ia akan menjadi
penasihat ketika anak didik mengalami jalan buntu dalam memecahkan
persoalan yang dihadapi. Oleh karena itu peran utama pendidik adalah
membantu peserta didik atau murid bagaimana mereka harus belajar dengan
diri mereka sendiri, sehingga pesrta didik akan berkembang menjadi orang
dewasa yang mandiri dalam suatu lingkungannya yang berubah.
Teori progresivisme ingin mengatakan bahwa tugas pendidik sebagai
pembimbing aktivitas anak didik dan berusaha memberikan kemungkinan
lingkungan terbaik untuk belajar. Sebagai Pembimbing ia tidak boleh
menonjolkan diri, ia harus bersikap demokratis dan memperhatikan hak-hak

9
alamiah peserta didik secara keseluruhan. Pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan psikologis dengan keyakinan bahwa memberi motivasi lebih
penting dari pada hanya memberi informasi. Pendidik atau guru dan anak
didik atau murid bekerja sama dalam mengembangkan program belajar dan
dalam aktualisasi potensi anak didik dalam kepemimpinan dan kemampuan
lain yang dikehendaki. Dengan demikian dalam teori ini pendidik/guru harus
jeli, telaten, konsisten, luwes, dan cermat dalam mengamati apa yang menjadi
kebutuhan anak didik, menguji dan mengevaluasi kepampuan-kemampuannya
dalam tataran praktis dan realistis. Hasil evaluasi menjadi acuan untuk
menentukan pola dan strategi pembelajaran ke depan. Dengan kata lain guru
harus mempunyai kreatifitas dalam mengelola peserta didik, kreatifitas itu
akan berkembang dan berfariasi sebanyak fariasi peserta didik yang ia hadapi.

9) Peserta Didik
Teori progresivisme menempatkan pesrta didik pada posisi sentral
dalam melakukan pembelajaran. karena murid mempunyai kecenderungan
alamiah untuk belajar dan menemukan sesuatu tentang dunia di sekitarnya dan
juga memiliki kebutuhan-kebutuhan tertentu yang harus terpenuhi dalam
kehidupannya. Kecenderungan dan kebutuhan tersebut akan memberikan
kepada murid suatu minat yang jelas dalam mempelajari berbagai persoalan.
Secara institusional sekolah harus memelihara dan manjamin kebebasan
berpikir dan berkreasi kepada para murid, sehingga mereka memilki
kemandirian dan aktualisasi diri, namun pendidik tetap berkewajiban
mengawasi dan mengontrol mereka guna meluruskan kesalahan yang dihadapi
murid khusunya dalam segi metodologi berpikir. Dengan demikian prasyarat
yang harus dilakukan oleh peserta didik adalah sikap aktif, dan kreatif, bukan
hanya menunggu seorang guru mengisi dan mentransfer ilmunya kepada
mereka. Murid tidak boleh ibarat “botol kosong” yang akan berisi ketika diisi
oleh penggunanya. Jika demikian yang terjadi maka proses belajar mengajar
hanyalah berwujud transfer of knowledge dari seorang guru kepada murid,

10
dan ini tidak akan mencerdasakan sehingga dapat dibilang tujuan pendidikan
gagal.

Prinsip-prinsip pendidikan menurut pandangan progresivisme menurut


Kneller (dalam Uyoh Sadullah, 2010:148) meliputi:

a) Pendidikan adalah hidup itu sendiri, bukan persiapan untuk hidup.


b) Pendidikan harus berhubungan secara langsung dengan minat anak, minat
individu yang dijadikan sebagai motivasi belajar.
c) Belajar melalui pemecahan masalah akan menjadi presenden terhadap
pemberian subject matter. Jadi, belajar harus dapat memecahkan masalah
yang penting dan bermanfaat bagi kehidupan anak. Dalam memecahkan suatu
masalah, anak dibawa berpikir melewati beberapa tahapan yang disebut
metode berpikir ilmiah, sebagai berikut:
 Anak menghadapi keraguan, merasakan adanya masalah
 Menganalisis masalh tersebut dan menduga atau menyusun
hipotesis-hipotesis yang mungkin
 Mengumpulkan data yang akan membatasi dan memperjelas
masalah
 Memilih dan menganalisis hipotesis
 Mencoba, menguji, dan membuktikan
d) Peranan guru tidak langsung, melainkan memberi petunjuk kepada siswa
e) Sekolah harus memberi semangat bekerja sama, bukan mengembangkan
persaingan.
f) Kehidupan yang demokratis merupakan kondisi yang diperlukan bagi
pertumbuhan.

Contoh penerapan aliran filsafat progresivisme dapat terlihat dari perubahan


sistem mengajar di sekolah. Dulu sekolah-sekolah di Indonesia menerapkan
pembelajaran Teacher Learning Centre (TLC), dimana guru menjadi pusat
pembelajaran. Namun karena perkembangan zaman dan kesadaran akan perlunya

11
mempersiapkan peserta didik yang mampu mengatasi masalah-masalah baru yang
muncu di kehidupan yang akan datang maka diterapkanlah Student Learning Centre
(SLC), diman peserta didik memiliki kesempatan luas untuk bereksplorasi,
menemukan hal-hal baru, serta mengembangkan pendapat dan pikiran mereka. Pada
pembelajaran SLC, guru hanya berperan sebagai pembimbing dan fasilitator untuk
peserta didik.
Jadi aliran filsafat pendidikan yang tepat untuk diterapkan di Indonesia adalah
filsafat pendidikan progresivisme karena filsafat pendidikan progresivisme
menerapkan kehidupan manusia yang berkembang terus menerus dalam suatu arah
positif yang kedepannya akan menjadi lebih baik lagi. Apa yang dipandang benar
sekarang belum tentu benar pada masa yang akan datang. Oleh sebab itu, peserta
didik bukan dipersiapkan untuk menghidupi kehidupan masa kini, melainkan mereka
harus dipersiapkan untuk menghadapi kehidupan masa datang. Permasalahan hidup
kini tidak akan sama dengan permasalahan hidup masa yang akan datang. Untuk itu,
peserta didik harus diperlengkapi dengan strategi-strategi menghadapi kehidupan
masa datang dan pemecahan masalah yang memungkinkan mereka mengatasi
permasalahan-permasalahan baru dalam kehidupan dan untuk menemukan
kebenaran-kebenaran yang relevan pada masa itu.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian makalah di atas dapat disimpulkan bahwa aliran filsafat
pendidikan yang kita gunakan dalam proses pembelajaran sangat mempengaruhi
karakter peserta didik kedepannya. Masing-masing aliran memiliki ciri-ciri dan
pengaruh terhadap pendidikan. Filsafat pendidikan eksistensialisme bersifat
humanistis, esensialisme merupakan aliran filsafat yang mendukung perenialisme,
perenialisme merupakan pendidikan yang berpusat pada nilai-nilai luhur yang kekal
dan dianggap kuat untuk menjadi pandangan hidup, progresivisme merupakan
pendidikan yang berpusat pada peserta didik dan aliran yang tepat untuk diterapkan di
indonesia adalah filsafat pendidikan progresivisme karena siswa dituntut agar bisa
berkembang terus menerus untuk kearah yang lebih baik lagi dalam segi pendidikan
dan bisa menyesuaikan dalam kehidupan masyarakat yang mempunyai masalah-
masalah sehingga diharapkan siswa bisa memecahkan masalah dimasa kini maupun
dimasa yang akan datang,

B. Saran
Berdasarkan aliran-aliran filsafat pendidikan yang telah dipaparkan dalam
makalah ini diharapkan para pembaca terutama bagi calon pendidik untuk dapat
mengkritisi, memahami, mendalami, dan menerapkan aliran filsafat pendidikan yang
dapat membangun pendidikan yang bermutu.

13
DAFTAR RUJUKAN

Barnadib, Imam. 1987. Filsafat Pendidikan, Sistem dan Metode. Yogyakarta:


Andi Offset

Gandhi, Teguh. 2013. Filsafat Pendidikan Madzhab-Madzhab Filsafat Pendidikan.


Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Ihsan, A.Fuad. Filsafat Ilmu. 2010. Jakarta: Rineka Cipta

Pidarta, made. 2007. Landasan Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Purba, Edward & Yusnadi. 2015. Filsafat Pendidikan. Medan: UNIMED PRESS

Sadulloh, Uyoh. 2010. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta, CV

Sudarsono. 1993. Ilmu Filsfat suatu pengantar. Jakarta: Rineka Cipta

Wahyudin, dkk. 2010. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka

Zuhairini. 1995. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara

14

Anda mungkin juga menyukai