Anda di halaman 1dari 3

Judul penelitian : The Accounting Conservatism of the Adoption of IFRS in

Indonesia

Penelti : Devi Tirta Raharjo, Regina Monica

 Latar Belakang
Penelitian ini di latar belakangi khawatir beberapa pihak bahwa peningkatan fokus
pada masalah relevansi akan memerlukan ketidaktahuan tentang prinsip-prinsip penting
lain dari pelaporan keuangan, yaitu konservatisme (Watts, 2003; Hellman, 2008; Rebecca
et al., 2015). Prinsip relevansi dalam IFRS mengharuskan perusahaan untuk menyajikan
aset dan kewajiban mereka pada nilai wajar.

 Tujuan dari penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat konservatisme pada periode


setelah adopsi IFRS. Studi tersebut juga bertujuan untuk mengetahui hasil adopsi IFRS
sejak diadopsi di Indonesia pada tahun 2012. Selain itu, untuk memberikan kontribusi
literatur dengan mengungkap bukti empiris yang menunjukkan bahwa adopsi IFRS di
negara-negara hukum hukum, khususnya di Indonesia, tidak mengurangi konservatisme.

Tujuan dari adopsi IFRS adalah untuk meningkatkan kualitas laba. Salah satu
pengukuran kualitas laba menggunakan konservatisme. Tingkat konservatisme pelaporan
keuangan segera mengakui kemungkinan kerugian, sehingga kerugian tersebut diakui
setelah nilai wajarnya. IFRS tidak mengabaikan konservatisme karena mengikuti
pedoman relevansi nilai

 MetodePenelitian

Analisis data menggunakan metode Pooled Least Square.

 Hasil

Hasilnya menunjukkan bahwa konservatisme tinggi sebelum adopsi IFRS.


Selanjutnya, laba akuntansi lebih sensitif terhadap pengembalian negatif daripada
pengembalian positif sebelum penerapan IFRS. Namun, pada periode pasca adopsi,
sensitivitas terhadap pengembalian negatif telah menurun. Artinya penerapan IFRS
telah menurunkan tingkat konservatisme. Otoritas Standar Akuntansi Indonesia dapat
mengandalkan hasil ini untuk mengevaluasi kebijakan wajib IFRS.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum penerapan IFRS di Indonesia,
konservatisme akuntansi sudah matang. Namun, setelah penerapan IFRS, sensitivitas
untuk mengenali hasil negatif secara tepat waktu telah menurun. Dapat disimpulkan
bahwa adopsi IFRS di Indonesia mengurangi konservatisme. Pengujian ketahanan
telah dilakukan untuk memverifikasi hasil.Secara keseluruhan, 394 perusahaan dipilih,
dengan total sampel 3.742 tahun buku. Data dalam penelitian ini mewakili semua
sektor industri. Tabel 1 menunjukkan hasil proses penapisan menggunakan kriteria
yang telah ditetapkan, sedangkan Tabel 2 menunjukkan komposisi sampel yang
dikelompokkan berdasarkan masing-masing sektor industri.

Rata-rata EPSPRICE sebelum adopsi IFRS di perusahaan Indonesia adalah


0,199, sedangkan setelah adopsi IFRS adalah 0,0258. Penurunan rata-rata IFRS
menunjukkan bahwa saham sebelum adopsi IFRS lebih dihargai daripada setelah adopsi
IFRS. Semakin tinggi nilai EPSPRICE, semakin banyak saham yang undervalued.
Secara keseluruhan, rata-rata EPSPRICE adalah 0,0954. Standar deviasi EPSPRICE
adalah 1,51 yang berarti data antar individu dengan mean menunjukkan deviasi yang
kecil saja. Nilai EPSPRICE minimum adalah -18, dan nilai EPSPRICE maksimum
adalah59.1.

Sebelum adopsi IFRS, SRET memiliki nilai rata-rata 0,188, sedangkan nilai rata-
rata adalah 0,151 setelah adopsi IFRS. Ini menunjukkan peningkatan pengembalian
saham setelah adopsi. Nilai rata-rata SRET sebelum adopsi IFRS adalah 0,139 dan
setelahnya 0,0962. Pada periode pra-adopsi, SRET memiliki standar deviasi 1,31, nilai
minimum -2,19, dan nilai maksimum 51,9. Untuk periode pasca adopsi, IFRS memiliki
standar deviasi 1,23, nilai minimum -1,99, dan nilai maksimum 51,9.

SRETDRET memiliki rata-rata -0,167 sebelum adopsi IFRS dan -0,125


setelahnya. Dari sebelum periode adopsi IFRS hingga setelah periode adopsi IFRS,
terdapat peningkatan yang konsisten dalam nilai rata-rata SRETDRET secara
keseluruhan dari -0.140 menjadi -0.0797. Dalam periode pra-adopsi IFRS, deviasi
standar SRETDRET adalah0,265 dengan nilai minimum -2,19 dan nilai maksimum 0.
Setelah adopsi IFRS, standar deviasi SRETDRET adalah 0,201, dengan nilai
minimum -1,99 dan nilai maksimum 0.
 Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat konservatisme setelah


penerapan IFRS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, meskipun praktik konservatisme
memang ada sebelum adopsi IFRS, tampaknya praktik konservatif tidak berlanjut dalam
periode pasca adopsi. Hal ini ditunjukkan dengan menurunnya sensitivitas laba akuntansi
terhadap pengakuan return negatif. Hasilnya terbukti kuat melalui pengujian tambahan
dimana sampel dikelompokkan menjadi dua periode: pra-adopsi dan pasca adopsi.

Karena penurunan konservatisme setelah adopsi IFRS, investor harus


menganalisis informasi akuntansi secara lebih rinci, karena penurunan sensitivitas
pengembalian laba akuntansi. Lebih lanjut, otoritas standar akuntansi Indonesia harus
mewaspadai penurunan konservatisme yang berimplikasi pada penurunan kualitas laba.
Selanjutnya, manajemen harus menyadari bahwa penerapan IFRS dapat mengurangi
konservatisme, yang bertentangan dengan relevansi.

 Evaluasi Dan kritik

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, hanya satu jenis


konservatisme yang diperiksa: laba per pengembalian saham. Penelitian selanjutnya
mungkin ingin membandingkan dua jenis konservatisme untuk menarik kesimpulan
komprehensif tentang status konservatisme setelah adopsi IFRS. Kedua, studi ini juga
membuka ruang bagi studi masa depan untuk membahas isu-isu konservatisme dengan
mengontrol tingkat tata kelola perusahaan baik di tingkat perusahaan maupun di tingkat
negara.

Anda mungkin juga menyukai