Prosiding Fitri
Prosiding Fitri
DAFTAR ISI 1
SAMBUTAN REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN 9
SAMBUTAN DEKAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS 12
PADJADJARAN
SAMBUTAN KETUA PANITIA SEMINAR NASIONAL DAN WORKSHOP 15
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN TAHUN 2017
SUSUNAN KEPANITIAAN SEMINAR NASIONAL DAN WORKSHOP 18
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN TAHUN 2017
SUSUNAN ACARA SEMINAR NASIONAL DAN WORKSHOP FAKULTAS 21
KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN TAHUN 2017
MATERI PEMBICARA 24
PRESENTASI ORAL 154
3
STUDI LITERATUR: UPDATE PELAKSANAAN ORAL CARE 160
PADA PASIEN YANG TERPASANG VENTILASI MEKANIK DI
RUANG ICU
Manajemen Depresi Dan Kepatuhan Minum Obat Pada Penderita HIV- 183
Kajian Literatur Sistematis
FULL TEXT
PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SEBELUM DAN SESUDAH 202
TERAPI MUSIK PADA PASIEN KANKER PAYUDARA YANG
MENJALANI KEMOTERAPI DI RSUP DR. HASAN SADIKIN
BANDUNG
GAMBARAN RESILIENSI
MAHASISWA TAHUN PERTAMA PROGRAM A2016
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya
sehingga kita bisa berkumpul bersama dalam acara Seminar Nasional Keperawatan yang pada
kali ini mengambil Tema “Penguatan profesi keperawatan dalam peningkatan pelayanan
keperawatan” yang juga merupakan rangkaian kegiatan dari peringatan Dies Natalis Fakultas
Keperawatan Universitas Padjadjaran yang ke-23.
Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program yang menjadi prioritas Pemerintah
Indonesia dan tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional. Pada
prakteknya, implementasi program ini terdiri dari 3 pilar utama yaitu: (1) penerapan paradigma
sehat, (2) penguatan pelayanan kesehatan, dan (3) pelaksanaan jaminan kesehatan nasional
(JKN). Universitas Padjadjaran sebagai institusi akademik yang memiliki Fakultas-Fakultas
dalam rumpun ilmu kesehatan, yang salah satunya Fakultas Keperawatan tentu saja diharapkan
untuk bisa berkontribusi banyak dalam mendukung dan menyukseskan program tersebut.
Langkah nyata Universitas Padjadjaran dalam penguatan pelayanan kesehatan tertuang dalam
berbagai program. Pertama, peningkatan mutu pendidikan tenaga kesehatan yang meliputi
Tenaga Medis (Dokter, Dokter Gigi dan Dokter Spesialis), Psikolog Klinis, Tenaga
Keperawatan, Tenaga Kefarmasian, Tenaga Kebidanan dan Tenaga Kesehatan Masyarakat
dengan menerapkan Inter-professional education (IPE), dimana dari semenjak pertama masuk ke
universitas, para mahasiswa didorong untuk berkomunikasi dan berkolaborasi secara multidisplin
dalam menyelesaikan masalah-masalah aktual di masyarakat, dimana langkah awalnya berupa
pelaksanaan Tahap Persiapan Bersama (TPB) untuk mahasiswa Tingkat I dengan materi bahasan
mengenai Suistanable Development Goals (SDGs).
Kedua, kebijakan Universitas Padjadjaran yang mendorong riset-riset inter dan transdisiplin yang
unggul untuk mendorong peningkatan produk-produk akademik yang bisa diterapkan untuk
menyelesaikan permasalahan masyarakat. Pada seminar ini, para pembicara merupakan para ahli
yang berasal dari berbagai institusi, sehingga diharapkan akan memberikan pembahasan yang
lengkap mengenai penguatan profesi keperawatan dalam peningkatan pelayanan keperawatan.
Sebagai tindaklanjut dari seminar ini, saya berharap akan muncul riset-riset dalam bidang
keperawatan yang melibatkan lebih banyak lagi akademisi dan praktis dari disiplin ilmu lainnya,
sehingga akan menghasilkan luaran akademik yang lebih kaya, komprehensif dan memiliki
impact factor yang tinggi.
Ketiga, aktivitas akademik harusnya memiliki dampak nyata terhadap kemaslahatan masyarakat,
sehingga dapat dikatakan bahwa ujung dari ilmu pengetahuan bukanlah hanya nilai pembelajaran
atau laporan penelitian, melainkan terciptanya kesejahteraan umat manusia. Maka dari itu,
Universitas Padjadjaran telah melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata Mahasiswa-
Pengabdian kepada Masyarakat Dosen (KKNM PPMD) Integratif Profesor Masuk Desa yang
bertujuan agar mahasiwa dan dosen bisa mengimplementasikan kemampuan akademiknya di
masyarakat. Saya berharap dalam seminar ini akan ada diskusi mengenai perkembangan
keilmuan bidang keperawatan yang mutakhir, praktek-praktek baik yang telah dilakukan dan
tindak lanjut dari interprofesional education menjadi interprofesional practice.
Terima kasih kami sampaikan kepada para pembicara, Pimpinan Fakultas, Panitia Penyelenggara
dan pihak-pihak yang telah membantu dan berkontribusi untuk menyukseskan pelaksanaan acara
seminar ini.
Akhir kata, saya berharap semoga kegiatan seminar ini berlangsung dengan lancar dan
bermanfaat bagi pengembangan keilmuan serta penguatan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Selamat mengikuti Seminar dan Have Fun.
Bismillahirahmanirahim
Yth. Rektor Universitas Padjadjaran
Yth. Ketua Senat Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
Yth. Ketua Senior Nursing Group dan Jajarannya
Yth. Ketua PPNI DPW Jawa Barat
Yth. Ketua Umum Dies Natalis Fakultas Keperawatan
Yth. Para Pembicara Seminar Nasional dan workshop Keperawatan
Yth. Para Peserta Seminar dan Workshop Nasional serta para undangan yang saya hormati.
Puji serta syukur Kita panjatkan kehadirat Illahi Robbi, Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia-
Nya, sehingga pada hari ini kita dapat berkumpul disini dalam keadaan sejahtera dan sehat wal afiat.
Sholawat serta salam tidak lupa kita kirimkan kepada teladan kita, Nabi Besar Muhammad SAW.
Merupakan kebanggaan bagi kami, Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran, pada hari ini dapat
menyelenggarakan kegiatan nasional berupa “Seminar Nasional dan workshop Keperawatan 2017”
tentang “PENGUATAN PROFESI KEPERAWATAN DALAM PENINGKATAN PELAYANAN KEPERAWATAN”.
Seminar ini dilaksanakan sebagai rangkaian dari peringatan Dies Natalis Universitas Padjajaran ke 60
dan Dies Natalis Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran yang ke-XXIII. Simposium ini
dimaksudkan sebagai bagian dari wujud tanggung jawab fakultas untuk melaksanakan kegiatan yang
bertujuan meningkatkan kompetensi, pengetahuan, profesionalisme, dan membuka wawasan perawat
tentang Keperawatan di Indonesia seiring dengan visi Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
menjadi “Fakultas Pembelajaran Unggul Berbasis Riset dalam Bidang Ilmu dan Profesi Keperawatan”.
Masalah kesehatan saat ini, termasuk masalah keperawatan sudah sangat banyak, diperkirakan
pada masa yang akan datang akan meningkat, dan menyentuh kelompok umur balita, produktif dan
lansia. Upaya penanganannya dilakukan melalui berbagai jenjang pelayanan-asuhan rumah sakit
(hospital care) dan pelayanan-asuhan di luar rumah sakit, terutama pelayana-asuhan di rumah (home
care). Upaya pelayanan-asuhan kesehatan ini sangat memerlukan perawat yang professional dengan
berbagai jenjang kemampuan dari berbagai jenjang pendidikan.yang dapat memberi asuhan
keperawatan dengan benar dan baik dalam jumlah yang memadai. Bahkan di masa depan diperkirakan
dibutuhkan di samping Ners Spesialis juga perawat yang memiliki kemampuan professional khusus atau
lanjut; semacam Ners Spesialis- Konsultan. Oleh karena hal tersebut sangat diperlukan adanya sinergi
antara pendidikan keperawatan dengan pelayanan keperawatan agar tercipta kualitas pelayanan yang
maksimal.
Pada kesempatan ini, saya ingin menghaturkan ucapan terimakasih terdalam dan penghargaan yang
tinggi kepada Kementerian Kesehatan, Rektor Universitas Padjadjaran/yang mewakili, para pembicara
yang telah hadir, sponsor, dan peserta. Tak lupa pula saya mengucapkan terimakasih pada seluruh
panitia yang telah bekerja keras menyelenggarakan kegiatan ini. Akhir kata, saya mengucapkan, selamat
mengikuti Seminar dan workshop Nasional ini, semoga ilmu yang kita dapat dari kegiatan ini dapat kita
gunakan demi meningkatkan pelayanan kesehatan yang prima.
Bismillahi rahmanirahim
- Yth. Ibu kemenkes yang diwakili oleh kepala pusat peningkatan mutu SDM Kesehatan
- Yth. Bapak rektor univ Padjadjaran atau yang mewakili
- Yth. Bapak dekan Fak Keperawatan Univ Padjadjaran
- Yth. Wadek I dan II Fak Keperawatan Univ Padjadajaran
- Yang saya hormati para (Senior Nursing Group) SNG
- Yang saya hormati temen sejawat yang tidak bisa sebut satu persatu
Serta Tamu undangan dan peserta seminar Sekalian yang berbahagia.
AssalamuAlaikumWr.Wb
Selamat Pagi dan Salam Sejatera bagi kita sekalian
Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayahnya sehingga kita semua dapat hadir ditempat ini, dalam rangka mengikuti “SEMINAR
DAN WORKSHOP KEPERAWATAN” dengan tema penguatan profesi keperawatan dalam
peningkatan pelayanan keprawatan.
Tidak lupa pula kita kirimkan salam kepada nabiullah Muhammad saw dimana beliaulah yang
telah mentransisikan kita dari lembah kenistaan menuju puncak bukit kemuliaan.
Hadirin yang kami hormati.
Mengawali sambutan ini, saya ingin mengucapkan selamat datang dalam acara seminar nasional
dengan tema penguatan profesi keperawatan dalam peningkatan pelayanan keprawatan.
Pada kesempatan ini, izinkanlah saya sebagai Panitia Pelaksana untuk melaporkan kegiatan ini
sebagai berikut :
Berkaitan dengan tema tersebut kami menghadirkan beberapa narasumber sebagai pemateri
utama yang menyampaikan materi tentang:
Peran pendidikan keperawatan dalam mendukung pelayanan keperawatan yang bermutu
dan menunjang dalam proses akreditasi
Peran organisasi profesi dalam peraturan dan kebijakan terkait praktek dan kewenangan
klinis keperawatan
Sinergi antara institusi pendidikan dan pelayanan dalam peningkatan kualtas layanan
Penguatan peran ners dalam pelayanan pasien yang terintegrasi melalui kolabirasi
interprofesional
Perspektif ekonomik pelayanan keperawatan dalam konteks pembiayaan pelayanan
kesehatan
Penguatan profesi keperawatan dalam konteks inovasi dan teknologi keperawatan
Kegiatan seminar dilaksankan pada hari ini kamis sampai jumat tanggal 9 – 10 November 2017
pukul 08.00 WIB s/d selesai, bertempat di hotel IBIS
Peserta kegiatan seminar nasional ini dihadiri oleh mahasiswa,professional perawat, dosen
dan pemerhati keperawatan yang berjumlah 250.
Hadirin yang saya muliakan.
Acara ini dapat terlaksana karena dukungan dan usaha semua pihak. Oleh karena itu, saya
ucapkan terima kasih kepada seluruh panitia yang telah bekerja keras untuk melaksanakan
kegiatan ini., Terimaksaih juga kami sampaikan kepada pihak pihak yang telah bekerjasama
dengan kami sehingga acara ini berjalan sesuai harapan. Kegiatan seminar nasional ini menjadi
agenda rutin yang dilaksanakaan Fak Keperawatan Univ Padjadjaran
Kami sebagai panitia penyelenggara mohon maaf apabila terdapat kekurangan-
kekurangan dalam pelaksanaan acara ini, karena kami menyadari tak ada gading yang tak
retak.terakhir harapan kami mudah2an melalui seminar ini pengetahuan yg kita dapatkan dapat
bermanfaat dan dapat diimplimentasikan dalam menunjang peningkatan kualitas pelayanan
keperawatan
Sebelum saya tutup saya ingin mengucapkan kalimat ketika kita memaknai hari ini
adalah hari yag biasa-biasa saja maka kita akan keluar dari ruangan ini menjadi orang yg
biasa-biasa saja,namun ketika kita memaknai hari ini adalah hari yang sangat luar biasa
maka kita akan keluar dari ruangan ini menjadi orang yang sangat luar biasa. Demikian
Laporan Pelaksanaan kegiatan ini kami sampaikan, dengan ucapan Wassalamu ’Alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh
SUSUNAN KEPANITIAAN
SUSUNAN ACARA
SEMINAR NASIONAL DAN WORKSHOP KEPERAWATAN
“PENGUATAN PROFESI KEPERAWATAN DALAM
PENINGKATAN PELAYANAN KEPERAWATAN”
Continuum of care: dari ketergantungan menuju kemandirian hidup yang berkualitas.
Fakultas Keperawatan UNPAD
Ballroom Hotel Ibis Braga, Bandung 2017
a. Pelaksanaan hari 1
b. Pelaksanaan hari ke 2
Jumat, 10 November 2017
WAKTU AGENDA
07.30 – 80.00 Registrasi ulang peserta
Workshop Keperawatan
1. Pembicara : Dr. Ati Surya Mediawati, S.Kp., M. Kes. Dan Bagas, ST.,
MBA.T (Team IT Kemenkes)
Materi : Analisis biaya pelayanan keperawatan/aplikasinya berbasis IT.
2. Pembicara : Dr. Prayetni, S.Kp., M. Kep. (HPMI pusat)
Materi: Level jenjang karir keperawatan dengan nilai jasa keperawatan
(Best practice tata laksana system jenjang karier keperawatan dan
implikasinya pada remunerasi perawat).
08.00 – 11.30
3. Pembicara : Andi Parelangi, S. Kp., M. Kep., M. H. Kes.
Materi : Pengalaman Pengembangan model praktek mandiri
keperawatan (tahapan-tahapan).
4. Moderator : Prof. Dr. Ratna Sitorus, S. Kp., M. App.Sc, dan Co-
moderator : Tuti Pahria, S.Kp., M. Kes., PhD. Focus Group
Discussion (FGD) oleh team SNG dan perwakilan masing-masing
wilayah di Indonesia terkait Problem, Issues and strategis dalam
pengembangan Asuhan dan Pelayanan Keperawatan di Berbagai
Wilayah Indonesia.
11.30 – 13.00 ISOMA
13.00 – 15.00 Concurrent Session : oral/poster presentasi
15.00 – 15.15 Coffee Break
Pengumuman peserta oral/poster presentasi terbaik
15.15 – 16.00
Penutupan
SYSTEMATIC REVIEW :
PENGUATAN PERAN PERAWAT MELALUI NURSE-LED CLINIC DALAM
MENGURANGI BEBAN PELAYANAN KESEHATAN PADA
PENANGANAN MASALAH PENYAKIT KRONIS
Fitri Widanengsih1, Berthy Sri Utami Adiningsih2, Neti Juniarti 3, Citra Windani Mambang Sari3
1 Mahasiswa Program Magister Keperawatan Komunitas, Universitas Padjadjaran Bandung; Kepala Seksi
Yankes Primer Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka
2 Mahasiswa Program Magister Keperawatan Komunitas, Universitas Padjadjaran Bandung; Staf Pengajar
Prodi Keperawatan Universitas Tanjungpura, Pontianak
3 Dosen Bidang Keperawatan Komunitas, Universitas Padjadjaran, Bandung
fitridinkesmjl@gmail.com | berthyadiningsih@gmail.com | neti.juniarti@unpad.ac.id |
citra.windani@unpad.ac.id
ABSTRAK
Penyakit kronis adalah masalah kesehatan yang penyebabnya secara umum dapat dicegah. Perawat sebagai salah
satu tim kesehatan profesional memiliki tingkat partisipasi tinggi dalam penanganan penyakit kronis hingga saat ini.
Sejak diberlakukannya Undang-Undang Perawat, peran perawat khususnya dalam layanan kesehatan primer
semakin menguat. Optimalisasi peran perawat dalam tatanan pelayanan primer juga diprediksi dapat meningkatkan
capaian kesehatan dengan manajemen biaya yang lebih efektif. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk
mendiskusikan literatur terbaru mengenai kelayakan dan efikasi nurse-led clinic (NLC) dalam manajemen penyakit
kronis di tatanan layanan primer (komunitas) serta aplikasi bukti pada pengimplementasian manajemen perawatan
pasien dengan penyakit kronis oleh tenaga kerja perawat. Metode yang digunakan adalah systematic review dari
hasil penelitian yang diperoleh dari database elektronik Google Scholar, PubMed dan Science Direct serta diseleksi
secara bertahap termasuk dengan penggunaan Crowe General Appraisal Tool sebagai kontrol kualitas literatur yang
digunakan. Hasilnya, 29 artikel yang berhasil dikumpulkan dengan kesimpulannya adalah nurse-led clinic memiliki
kecenderungan yang positif dalam mengurangi beban pelayanan kesehatan pada penanganan masalah penyakit
kronis. Beberapa hal yang menjadi rekomendasi penulis adalah mengingat terdapat beberapa sinonim istilah dalam
bahasa Inggris, maka perlu penetapan istilah seragam dalam bahasa Indonesia agar mempermudah pemahaman
perawat khususnya di dalam tatanan pelayanan primer. Selain itu, upaya replikasi penelitian yang ada atau pilot
study terkait beberapa hal lain yang sesuai kondisi lokal perlu untuk dilakukan.
Kata Kunci : Nurse Led Clinic, Penyakit Kronis, cost-effective
ABSTRACT
Chronic diseases is a health problem which most of its causes are preventable. Nurse as one of professional
healthcare team has high participation rate in management of chronic diseases this far. Since the establishment of
Perkesmas Law, nurses role also strengthening particularly in primary care services. Optimalisation of nurses’ role
in the setting of primary care also predicted could improve health outcomes as well as more effective cost
management. The aim of the writing of this article is to discuss recent literatures about nurse-led clinic (NLC)
feasibility and efficacy for chronic diseases management in primary care services (community) and the application
of evidences in the implementation of patient care with chronic diseases by nurses. Systematic review of multistage
selective literatures from electronic databases (Google Scholar, PubMed and Science Direct) used as method in this
article, including Crowe General Appraisal Tool as literatures quality control. The conclution is nurse-led clinic
has positive tendency to reduce health care burden to chronic diseases treatment. Some of author's recommendation
is to agreed a comphrehensive term in Bahasa since there are a lot of synonyms in English in order to describe
nurse-led clinic and respond the recommendation of studies obtained to have uniform terminology in Bahasa for
better understanding of nurses to run the clinic, especially in primary service order. In addition, the efforts of the
replication of existing research or pilot study related some of the other things that suit local conditions need to be
done.
Keywords : Nurse-Led Clinic, Chronic Diseases, Cost-Effective
I. Pendahuluan
Negara-negara di seluruh dunia memiliki masalah pelayanan kesehatan yang
serupa, yakni rendahnya kualitas dan biaya pelayanan, keterbatasan akses pelayanan,
haluaran yang kurang memuaskan, minimnya transparansi informasi serta kepuasan
baik dari sisi klien maupun pemberi pelayanan. Sementara hal-hal tersebut diatas
sudah menjadi kondisi rumit tersendiri, sebagian lokasi juga mengalami pertumbuhan
ketidakpuasan kerja. Profesional kesehatan kerap pensiun dini atau meninggalkan
profesinya terkait pekerjaannya dalam merawat kliennya meskipun didorong pula
dengan ketidakpuasan dalam sistem birokrasi yang mempengaruhi proses pemberian
layanan. Pada keperawatan, hal utama yang menjadi alasan ketidakpuasan umumnya
adalah frustasi terhadap birokrasi kerja, kondisi kerja yang bermacam-macam dan
kehilangan kewenangan. Aksi dan reaksi dari ketidakpuasan dari para profesional
tenaga kesehatan ini akan berkontribusi pada keterbatasan tenaga kerja.
Pemerintah Indonesia dan The United Nations System telah berkomitmen dalam
membangun negara yang sejahtera, demokratis dan adil yang perkembangannya
bermanfaat bagi semua orang dan hak-hak generasi masa depan terlindungi (Republic
of Indonesia and The United Nations System in Indonesia). Pembangunan kesehatan
nasional diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar tercapai peningkatan derajat kesehatan masyarakat
setinggi-tingginya dapat terwujud. Sasaran Program Indonesia Sehat adalah
meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan
dan pemberdayaan masyarakat dengan dukungan perlindungan finansial dan
pemerataan layanan kesehatan. Ada 3 (tiga) pilar utama dalam Program Indonesia
Sehat, yaitu paradigma sehat yang dilakukan secara strategis dengan penguatan upaya
preventif dan promotif serta pemberdayaan masyarakat; penguatan pelayanan
kesehatan melalui peningkatan akses pelayanan, optimalisasi sistem rujukan dan
peningkatan mutu pelayanan kesehatan, dan; jaminan kesehatan nasional melalui
strategi perluasan sasaran dan manfaat serta kendali mutu dan kendali biaya
(Kemenkes RI, 2016).
Bappenas dalam visi dan arah pembangunan jangka panjang untuk pembangunan
kesehatan 2005 – 2025 menyinggung tantangan mengenai kualitas dan akses pada
pelayanan kesehatan yang bermutu antar wilayah, jenis kelamin dan kelompok
pendapatan. Selain itu sumber pembiayaan kesehatan, optimalisasi alokasi
pembiayaan kesehatan dan keterbatasan penyebaran, komposisi dan mutu tenaga
kesehatan juga ikut menjadi sorotan. Sementara itu, sasaran pokok pembangunan
kesehatan pada RPJMN 2015 – 2019 adalah meningkatnya status gizi dan KIA,
peningkatan pengendalian penyakit, peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan
dasar serta rujukan terutama di area 3T (terpencil, tertinggal, perbatasan),
peningkatan responsivitas sistem kesehatan, peningkatan cakupan pelayanan
kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN
kesehatan serta terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin. Salah satu
upaya dalam mencapai sasaran pokok tersebut diatas adalah melalui pengelolaan
pelayanan dalam manajemen penyakit kronis.
Manajemen penyakit kronis adalah sebuah pendekatan sistematis dalam
meningkatkan pelayanan kesehatan bagi orang-orang dengan penyakit kronis, upaya
meminimalisir kerusakan melalui perawatan yang baik dan pemberian pelayanan
kesehatan efektif dan efisien dengan berperan aktif, pendampingan ahli serta sumber
pendukung yang adekuat (Mok, 2009). Penyakit Tidak Menular (PTM) juga dikenal
sebagai penyakit kronis karena cenderung memiliki durasi panjang serta dihasilkan
dari kombinasi faktor genetik, psikologis, lingkungan dan perilaku (WHO, 2017).
Menurut Bapelkes (2016), terdapat 10 (sepuluh) penyebab kematian utama untuk
segala umur berdasarkan Sampel Registrasi Sistem (SRS) dan 6 (enam) diantaranya
adalah Penyakit Tidak Menular (PTM) yakni stroke, penyakit jantung, diabetes
melitus, hipertensi, Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) dan kecelakaan lalu
lintas. Tipe PTM yang paling utama adalah penyakit kardiovaskular seperti serangan
jantung dan stroke, kanker, penyakit respirasi kronis seperti asma dan diabetes
(WHO, 2017).
Menurut Nila F. Moeloek, Menteri Kesehatan RI dalam acara penandatanganan
nota kesepahaman pencegahan dan pengendalian PTM bersama Asosiasi Pemerintah
Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI), PTM menjadi beban penyakit utama karena
menjadi kondisi terbanyak yang membutuhkan layanan Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) dan tren kejadian terus meningkat. WHO Global Report on Non
Communicable Disease (NCD) menyebutkan bahwa persentase kematian akibat PTM
memiliki proporsi sebesar 63% dibandingkan dengan penyakit menular (Bapelkes,
2016) dan telah membunuh 40 juta orang setiap tahunnya atau setara dengan 70%
kematian secara global (WHO, 2017). Sementara itu, di Asia Tenggara proporsi
kematian akibat PTM mencapai 55%, lebih dominan dibanding penyakit menular dan
di Indonesia terjadi peningkatan tren dari 37% pada tahun 1990 menjadi 57% pada
tahun 2015 (WHO Global Observatory, 2011 dalam Bapelkes, 2017). Potensi bonus
demografi kelompok usia produktif 2020 – 2030 (Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional, Badan Pusat Statistik & United Nations Population Fund, 2013) harus dapat
diantisipasi dan didukung dengan kebijakan dan komitmen pemerintah daerah dengan
mencegah dan mengendalikan PTM dan faktor resikonya. Merespon kondisi tersebut,
maka Pemerintah Pusat melalui prakarsa Wakil Presiden Jusuf Kalla, Bappenas dan
lintas sektor terkait telah mencanangkan Gerakan Masyarakat Sehat (GERMAS)
namun masih berupa payung besar implementasi masalah (Bapelkes, 2016).
Pelayanan kesehatan berbasis keperawatan (Nurse-Led care) telah berevolusi
sebagai jawaban atas tantangan peningkatan sejumlah kondisi jangka panjang yang
terkait dengan populasi lansia yang membutuhkan harapan dan dukungan perawatan
mandiri. Keterbatasan tenaga kerja dan peningkatan tuntutan penggunaan layanan
kesehatan membuka peluang perawat untuk dapat memberikan kontribusi yang lebih
besar sehingga pelatihan perawat sebagai pengganti atau pelengkap pelayanan
kesehatan berbasis kedokteran menjadi pilihan di Inggris, Eropa dan sekitarnya
seperti di Amerika, Kanada, Australia, Rusia serta Afrika Selatan. Tulisan ini dibuat
untuk mengumpulkan hasil penelitian mengenai dampak pelayanan kesehatan
berbasis keperawatan (nurse-led care) pada capaian kesehatan, khususnya pada
penyakit tidak menular agar kelak dapat dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan
dalam upaya pengurangan beban pelayanan masalah kesehatan tersebut di komunitas.
II. Metode
Literatur dikumpulkan dari database elektronik dengan pembatasan publikasi
dalam Bahasa Inggris di Google Scholar, PubMed dan Science Direct menggunakan
kata kunci : nursing center OR nursing manage center OR nurse led clinic AND
chronic illness OR diabetes mellitus. Kami juga menggunakan pencarian literatur atau
sumber informasi pendukung pembahasan hasil pencarian kami tersebut. Literatur
yang dikumpulkan merupakan hasil publikasi selama 5 (lima) tahun terakhir, yakni
antara tahun 2012 hingga 2017 dengan kecenderungan pemilihan artikel yang
membahas mengenai diabetes mellitus. Literatur seperti proceeding, tesis, disertasi
maupun grey literature menjadi kriteria eksklusi dalam tulisan ini. Pencarian
dilakukan oleh 2 (dua) orang, sementara seleksi Crowe CAT dan penyusunan
pembahasan serta simpulan dilakukan oleh 3 (tiga) orang.
Gambar. 1 Flowchart PRISM
III. Hasil
Berdasarkan hasil analisis, sebagian besar artikel berasal dari negara maju seperti
Australia, Amerika Serikat, United Kingdom, Belanda, Swedia dan Jepang (lihat tabel
1). Untuk metode penelitian, sebagian besar menggunakan desain penelitian
kuantitatif seperti yang terdapat pada tabel 2.
Hasil analisis menunjukkan bahwa model klinik yang dipimpin oleh Perawat dapat diterima dan
layak untuk pasien dan klinik yang dipimpin oleh perawat dapat melakukan manajemen pasien
penyakit kronis yang stabil (Cajanding, 2016; Katende dan Becker, 2016; Neylon, 2015, Ågren,
Evangelista, Davidson, dan Anna Strömberg, 2013, Eley, et al. 2013).
No. Negara Penulis/Tahun Judul Metode Hasil
1. Filipina Ruff Joseph The Effectiveness of a RCT Intervensi perilaku kognitif berbasis perawat (nurse-
Macale Cajanding Nurse-Led Cognitive led care) adalah strategi efektif dalam meningkatkan
(2016) Behavioral Therapy on kualitas hidup, harga diri dan suasana hati pada pasien
the Filipina dengan gagal jantung. Cara ini
Quality of Life, Self- direkomendasikan dalam perawatan optimal dengan
Esteem and Mood among masalah jantung.
Filipino Patients Living
with
Heart Failure: a
Randomized Controlled
Trial
2. Australia John S Furlera, et Stepping up: a nurse-led Qualitative Model Stepping Up mengizinkan perawatan teknis
al (2014) model of care for insulin method disematkan dalam perawatan umum menyeluruh yang
initiation for people with didukung oleh klinisi dan sistem praktek dalam
type 2 diabetes mengatasi inersia klinik dan mendukung pasien dalam
menyusun jadwal transisi insulin. Keefektifan model
masih dalam penelitian.
3. Uganda Godfrey Katende Nurse-led care Literature Kesimpulannya, perawat memainkan peran yang
32
dan Kathleen interventions for high Review signifikan dalam kontrol tekanan darah tinggi ketika
Becker (2016) blood pressure control: mereka menggunakan strategi berbasis bukti dalam
Implications for non- identifikasi, pencegahan dan manajemen hipertensi.
communicable disease Mengadaptasi strategi tersebut dalam penanganan
programs in Uganda masalah PTM dapat meningkatkan haluaran pasien di
Uganda.
4. United Karen Vinall- A multi-centre study of Mix Methods Sembilan klinik rawat jalan rematik di Inggris
Kingdom Collier, Anna interactional style in diobservasi dan dilakukan perekaman audio antara
Madill, dan Jill nurse Mei 2009 – April 2010 dengan total partisipan 18
Firth (2016) specialist- and physician- praktisi yang terdiri dari perawat dan dokter. Roter’s
led Rheumatology clinics Interactional Analysis System (RIAS) digunakan
in the UK dalam mengkoding data rekaman dari 44 perawat
spesialis dan 63 dokter dan membedakan praktisi yang
diklasifikasikan sebagai ‘sosial-emosional’ versus
‘berfokus pada tugas’. Perawat cenderung ‘sosial-
emosional’.
5. United Julie Neylon Nurse-led management Mix Methods Semua pasien memberi penilaian mereka dengan
Kingdom (2015) of chronic disease in a kategori bagus, sangat bagus dan luar biasa yang
residential care setting mengindikasikan efek positif.
6. Amerika Susanna Ågren, Cost-effectiveness of a RCT Intervensi tidak terbukti cost effective, baik pada
Serikat Lorraine S nurse-led education and pasien maupun pasangannya. Namun, intervensi
Evangelista, psychosocial programme tersebut memiliki tren yang walau tidak signifikan
Thomas Davidson, for patients with chronic mempengaruhi kedua pihak pasien-pasangannya serta
Anna Strömberg heart failure and their berdasarkan analisa yang dilakukan, rasio rata-rata
(2013) partners keefektifan biaya yang masuk akal telah tercapai.
7. Australia Simon Stewart, Impact of a nurse-led RCT (open label Nurse-led Intervention for Less Chronic Heart Failure
Yih-Kai Chan, home and clinic-based with blinded (NIL-CHF) atau intervensi berbasis keperawatan
ChiewWong, secondary prevention endpoint untuk gagal jantung kronis (GJK) minimal, tidak
Garry Jennings, programme to prevent adjudication) efektif dalam upaya pencegahan GJK maupun opname
Paul Scuffham, progressive cardiac ulang namun berhubungan dengan lama opname yang
Adrian Esterman, dysfunction in high-risk lebih pendek dan peningkatan fungsi jantung yang
Melinda individuals: the Nurse- lebih lama.
Carrington led Intervention for Less
Chronic Heart Failure
(NIL-CHF) randomized
controlled study
8. Amerika Janice Smolowitz, Role of the registered Systematic Proyek ini mengidentifikasi 16 contoh praktek
Serikat Elizabeth nurse in primary health discovery pelayanan primer yang menggunakan cakupan
Speakman, Danuta care: Meeting health care (appreciative maksimal Registered Nurse (RN) dalam perawatan
Wojnar, needs in the 21st century inquiry) berbasis tim. Aktivitas RN ini terdiri dari 3 (tiga)
Ellen- konteks utama, yakni perawatan episodik dan
MarieWhelan, preventif, manajemen penyakit kronis dan praktik
SuzanUlrich, operasi. Fungsi yang dilaksanakan RN ini dapat
Carolyn Hayes, meningkatkan kualitas dan efisiensi serta menurunkan
dan Laura Wood biaya.
9. Amerika James Sanders, Pilot Study of a New nonrandomized Total 707 pasien hipertensi telah melakukan 5033
Serikat Clare Guse, Model for Managing prospective trial kunjungan selama 24 Oktober 2007 – 31 Oktober
dan Berthrand C. Hypertension in an 2011, separuhnya telah melakukan 3 kunjungan atau
Onuoha (2013) Uninsured Population kurang. Dari semuanya, 110 memenuhi kriteria
kunjungan 6 bulanan (10 hari), 18% dari kelompok ini
memenuhi 45% harapan dari tujuan interval 6 bulan.
77% pasien melakukan kunjungan lanjut dalam
interval 12 bulan, 22% pasien dalam kelompok ini
memenuhi 56% harapan dalam interval 12 bulan. Baik
pada interval 6 bulan maupun 12 bulan, data
menunjukkan bahwa model ini berhasil membawa
para pasien memenuhi tujuan American Heart
Association dalam penanganan tekanan darah.
10. Japan Michiko Effects of a 6-Month Nonrandomized Masing-masing 15 partisipan dianalisa dari kelompok
Moriyama, Yae Nurse-Led Self- control trial intervensi dan kontrol. Hasilnya, tidak terdapat
Takeshi, Yoshinori Management Program on peningkatan haluaran psikologis namun tingkat
Haruta, Comprehensive keparahan dyspnea, aktivitas sosial dan jarak berkalan
Noboru Hattori & Pulmonary Rehabilitation meningkat secara signifikan pada kelompok intervensi
Chidum for Patients with COPD sehingga terjadi perbaikan kualitas hidup. 3 (tiga)
E.Ezenwaka Receiving Home Oxygen pasien dari kelompok intervensi menerima perawatan
(2013) Therapy suatu gejala yang menyerupai flu namun tidak
membutuhkan hospitalisasi. Namun, 5 (lima) pasien
dari kelompok kontrol menerima perawatan yang
sama dan 2 (dua) diantaranya membutuhkan
hospitalisasi.
11. Australia Rosemary Understanding the Grounded theory Hasilnya, pasien yang menjalani proses melingkar
Mahomed, process of patient Navigating Care melibatkan 3 tahapan yakni
Winsome St John satisfaction with nurse- Determining Care Needs (menentukan kebutuhan
and Elizabeth led chronic disease perawatan), Forming Relationship (membangun
Patterson management in general hubungan), dan Having Confidence (percaya diri). 2
(2012) practice (dua) proses terakhir saling berkaitan dan saling
memberikan masukan atu sama lain. Jika salah satu
langkah tersebut gagal dilakukan, maka pasien akan
cenderung meninggalkan pelayanan kesehatan
berbasis keperawatan (nurse-led care).
12. Swedia Ingrid Larsson, Randomized controlled RCT Klinik rheumatology yang dipimpin oleh perawat
Bengt Fridlund, trial of a nurse-led melakukan intervensi berdasarkan perawatan yang
Barbro Arvidsson, rheumatology clinic for berpusat pada individu yang berfokus pada seluruh
Annika Teleman monitoring biological orang terbukti aman dan bertujuan. Pada pemantauan
dan Stefan therapy pengobatan terapi biologi, hasil dari pasien pada klinik
Bergman (2014) rheumatology yang dipimpin oleh perawat tidak kalah
dari klinik rheumatology dengan tindak lanjut selama
12 bulan. Pasien dengan CIA menjalani terapi bilogis,
dengan aktivitas penyakit yang rendah atau dalam
remisi, bisa dipantau oleh sebuah klinik rheumatology
yang dipimpin oleh perawat tanpa perbedaan apapun
dari hasil yang diukur oleh DAS28.
Yang terpenting dari klinik percobaan ini adalah
tindak lanjut perawatan terapi biologi dapat dilakukan
secara efektif oleh klinik yang dipimpin oleh perawat
yang didasarkan pada perawatan yang berpusat pada
individu.
Percobaan ini akan berlaku untuk pemantauan terapi
selain terapi biologi dan dengan demikian populasinya
menjadi lebih luas. Penelitian lebih lanjut diperlukan
untuk mengevaluasi efek jangka panjang dan
efektivitas biaya klinik rheumatology yang dipimpin
oleh perawat untuk memantau berbagai terapi untuk
pasien dengan CIA (Chronic Inflammatory Arthritis).
13. Belanda Maarten C Kuethe, Nurse versus physician- Systematic Dari lima penelitian yang dilakukan pada 588 orang
Anja A P H led care for Review dewasa dan anak-anak yang termasuk kedalam fokus
Vaessen-Verberne, themanagement of penelitian RCT perawatan yang dipimpin oleh dokter versus perawat.
Roy G Elbers dan asthma. Cochrane Diketahui satu penelitian dengan jumlah 154 pasien
Wim MC Van Database of Systematic dengan asma yang tidak terkendali dan empat
Aalderen (2013) penelitian dengan jumlah 434 pasien penderita asma
dapat terkontrol atau dapat terkontrol sebagian. Disini
tidak ada perbedaan yang signifikan secara ststistik
jumlah yang mengalami eksaserbasi asma dan
keparahan asma setelah pengobatan (durasi tindak
lanjut dari enam bulan sampai dua tahun). Meskipun
tidak ada hasil utama, namun kualitas hidup pasien
merupakan hasil yang utama dan tiga percobaan yang
berjumlah 380 pasien melaporkan hasil ini.
14. Australia Richard A. Iles, et Revenue effects of Cost-Analysis Penggantian Medcare menyediakan pendanaan yang
al (2014) practice nurse-led care (Analisa cukup bagi praktek umum dalam memperkerjakan
for chronic diseases Pembiayaan) perawat dalam batasan beban kerja tertentu.
dari poin angka
The Medicare
Benefit
Schedule
(MBS)
15. Australia Diann S. Eley, et Outcomes And Mix Methods Hasil utama dilaporkan sendiri terkait kualitas hidup
al (2013) Opportunities: A Nurse- dan persepsi dari model kelayakan dan penerimaan
Led Model Of Chronic dari sudut pandang pasien dan perawat. Setelah
Disease Management In penelitian selama 12 bulan terjadi penurunan kualitas
Australian General hidup akan tetapi tren antara kelompok tidak berbeda.
Practice Data kualitatif menunjukkan model klinik yang
dipimpin oleh Perawat dapat diterima dan layak untuk
pasien.
Klinik yang dipimpin oleh perawat dapat melakukan
manajemen pasien penyakit kronis yang stabil
16. China Ho Yu Cheng, Sek Effects of a nurse-led Retrospective Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan
Ying Chair, Qun heart failure clinic on data analysis pentingnya peran klinik HF yang dipimpin oleh
Wang, Janet WH hospital readmission and perawat dalam mengurangi beban pelayanan
Sit, Eliza ML mortality in Hong Kong kesehatan dan meningkatkan hasil pada pasien HF di
Wong dan Hongkong.
Siu Wai Tang
(2016)
17. Australia Andrea Driscoll, A nurse-led up-titration prospective pilot Klinik nurse-led titration (NLT), meningkatkan
Piyush Srivastava, clinic improves chronic randomized optimisasi reseptor beta-adrenegik terapi bloker
Deidre Toia, heart failure optimization controlled trial melalui peningkatan proporsi pasien mencapai dosis
Jackie Gibcus dan of beta-adrenergic maksimal dan memfasilitasi rapid up-titration agen
David L Hare receptor blocking therapy bloker reseptor beta-adrenegik pada pasien dengan
(2014) - a randomized heart failure with reduced ejection fraction (HFrEF)
controlled trial kronis.
IV. Pembahasan
Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang termasuk dalam kategori
penyakit kronis. Beberapa karakteristiknya adalah tanda gejala yang tidak tampak,
kompleksitas perawatan dengan melibatkan modifikasi gaya hidup penderita,
komplikasi banyak dan bersifat irevesibel serta dapat diderita oleh usia anak-anak
hingga lansia. Estimasi terakhir International Diabates Federation (IDF)
menyebutkan bahwa pada tahun 2013 penderita diabetes telah mencapai 382 juta
orang diseluruh dunia dan diperkirakan akan mencapai 592 juta orang pada tahun
2035. Diabetes melitus tipe 2 memiliki proporsi hingga 90% dari seluruh tipe diabetes
(Kemenkes RI, 2014).
Penelitian ini dilakukan pada 2 kelompok yang pada dasarnya, partisipan dari
keduanya memiliki kualitas hidup buruk, harga diri rendah dan gejala depresif dengan
skor moderat. Setelah 12 minggu intervensi, partisipan dalam kelompok intervensi
mengalami peningkatan signifikan pada kualitas hidup,harga diri dan skor suasana
hati (mood) mereka dibandingkan dengan yang hanya menerima perawatan standar.
Sehingga disimpulkan intervensi perilaku kognitif berbasis perawat (nurse-led care)
adalah strategi efektif dalam meningkatkan kualitas hidup, harga diri dan suasana hati
pada pasien Filipina dengan gagal jantung. Cara ini direkomendasikan dalam
perawatan optimal dengan masalah jantung (Cajanding, 2016).
Terdapat bukti kuat yang mendukung intervensi perawatan berbasis keperawatan
(nurse-led care) efektif dalam kontrol tekanan darah tinggi (HBP). Sejumlah strategi
berbasis bukti yang efektif untuk kontrol TD digunakan oleh para perawat,
pendidikan penyedia pelayanan dan pasien, sistem pengingat penyedia pelayanan dan
pasien, peresepan oleh perawat, pelayanan berbasis tim, pengawasan TD di rumah
dan penggunaan algoritma pengobatan (Katende dan Becker, 2016).
Furlera et al (2014) mengembangkan suatu penelitian yang bertujuan untuk
mengembangkan model perawatan (stepping up) dalam inisiasi insulin pada
perawatan diabetes di praktek umum Australia dan mengevaluasi kelayakan integrasi
model tersebut dalam praktek perawatan umum rutin. Namun, hasil akhir dari
penelitian ini masih belum tersedia dan terdapat keterbatasan penting dalam
penelitian ini yakni sampel yang diambil bersifat non-random dan kecil sehingga
40
generalitas hasil penelitian sulit untuk digunakan. Selain itu, para peneliti tidak bisa
menemukan alasan kenapa sebagian sasaran sampel menolak terlibat dalam proyek
penelitian ini sehingga membatasi informasi untuk mengeksplorasi batasan dan
halangan yang dapat diarahkan dalam penelitian tersebut.
Sementara itu dalam penelitian mix method yang dilakukan oleh 5 untuk
membandingkan pekerjaan yang bersifat ‘sosial-emosional’ dan ‘berfokus pada tugas’
diantara perawat dan dokter umum, ditemukan perbedaan signifikan khususnya dalam
cara bicara (speech) yang digunakan, pengumpulan data dan pembangunan hubungan
dengan pasien. Hal yang menjadi fokus perhatian adalah kesempatan pasien dalam
berbicara, bertanya dan mengungkapkan pendapat. Umumnya proporsi komunikasi
adalah bagaimana memperoleh data yang sesuai dengan keinginan pengumpul data,
bukan pada kebutuhan informasi pasien sehingga membuat pasien kerap merasa
kurang dihargai. Pada hasil penelitian, pelayanan yang diperoleh dari perawat lebih
cenderung bersifat sosial-emosional dengan obrolan ringan yang bersifat pribadi,
informasi mengenai gaya hidup yang lebih sering dan informasi terapeutik lainnya
sehingga pasien merasakan suasana kekeluargaan dan nyaman dalam mengungkapkan
pikirannya. Selain itu perawat memperoleh keuntungan dengan kenyamanan pasien
tersebut dengan memperoleh data yang lebih banyak karena membangun hubungan
yang dipengaruhi oleh ciri khas personal, tawa, pernyataan persetujuan, pujian,
kesepakatan maupun ketidaksepakatan atau kritisi, serta pernyataan
keprihatinan/kekhawatiran. Sedangkan pada dokter, pasien cenderung berkomunikasi
untuk memperoleh informasi mengenai pengobatan atau memastikan suatu informasi
yang diketahuinya. Sikap kekeluargaan ini tidak hanya akan membantu perolehan
riwayat medis tertentu namun juga hambatan personal masing-masing serta
meningkatkan dorongan partisipasi pasien. Sebaliknya, para praktisi membutuhkan
waktu tunggu untuk dampak yang lebih besar pada kepuasan pasien. Meskipun telah
diperoleh gambaran kesimpulan bahwa pasien lebih bersikap inisiatif dalam
penanganan perawat, namun data yang berhasil dikumpulkan belum mencapai
signifikansi statistik. Dalam penelitian ini juga disampaikan bahwa fokus
kekhawatiran praktisi adalah dampak lamanya pelayanan klinik pada kepuasan pasien
padahal pasien justru menilai hal tersebut hanya ketidaknyamanan minor. Pasien
justru berfokus pada kebutuhan untuk dihargai dan didengarkan selama konsultasi
serta perasaan bahwa para praktisi ‘punya waktu untuk mereka’. Kekurangan
penelitian ini adalah seluruh pesertanya memilih dirinya sendiri dan memang
diundang untuk terlibat serta lama wawancara yang relatif pendek dengan rata-rata
waktu 15 menit.
The Community-based Chronic Disease Management (CCDM) Clinic atau klinik
manajemen penyakit kronis berbasis masyarakat dibuat untuk memberikan pelayanan
klinik secara medis bagi pasien yang tidak memiliki asuransi dan berada pada wilayah
dengan kebutuhan tinggi namun rendah sumber daya. Model CCDM ini menyatukan
tim berbasis keperawatan dengan model penyakit kronis serta penggunaan protokol
tata laksana klinis berbasis bukti. Hal ini berbeda dengan model tradisional lainnya.
Intrvensi yang diberikan termasuk pendidikan gratis, pengobatan dan pemeriksaan
laboratorium. Model CCDM dapat memberikan implikasi pelayanan kesehatan pada
populasi tanpa asuransi dengan baik namun penelitian lebih lanjut sangat dibutuhkan.
Model ini dianggap kreatif karena menyasar pada kebutuhan populasi rentan. 3 (tiga)
komponen utama dalam CCDM adalah model penyakit kronis, tata laksana dengan
protokol dan model keperawatan komunitas secara bersamaan bekerja untuk
memastika pelayanan yang kompeten dan menyesuaikan sumber daya dengan
kebutuhan. Alasan kesuksesan CCDM adalah karena peneliti haya memiliki
menangani hipertensi tanpa komplikasi sesuai dengan poin dilakukannya CCDM
dengan menggunakan pengaruh teknologi informasi, model pelayanan berbasis bukti
dan pendapat ahli. CCDM membantu memberikan kebebasan biaya mahal dan
intensif serta menyediakan sumber daya model yang sangat dibutuhkan oleh mereka.
Penelitian tersebut juga hanya berfokus pada klinis dan tidak menilai aspek sosial
ekonomi pada penyakit pasien (Sanders, Guse dan Onouha, 2013).
Salah satu kelemahan penelitian diatas adalah mengenai keberadaan dan
ketiadaaan kunjungan langsung dari dokter atau residen yang tidak tercatat. Sehingga
sulit diungkapkan seberapa besar konsultasi pribadi semacam ini mempengaruhi
kepatuhan pasien pada anjuran pengobatan. Penelitian ini juga masih berupa pilot
study walau sudah memberi motivasi mengenai capaian tujuan masalah pasien
hipertensi tanpa asuransi namun sampel yang digunakan masih kecil dan butuh
penelitian lebih banyak lagi untuk menetapkan hubungan sebab akibat dan implikasi
model ini pada perawatan populasi lainnya.
Moriyama, Takeshi, Haruta, Hattori dan Ezenwaka (2013) meneliti dampak
pelayanan kesehatan berbasis keperawatan selama 6 bulan untuk pasien PPOK yang
menerima terapi oksigen dirumah. Hasilnya, tidak terdapat peningkatan haluaran
psikologis namun tingkat keparahan dyspnea, aktivitas sosial dan jarak berkalan
meningkat secara signifikan pada kelompok intervensi sehingga terjadi perbaikan
kualitas hidup. Dibandingkan dengan yang berada dalam kelompok kontrol, ternyata
yang berada dalam kelompok intervensi (nurse-led care) meskipun mengalami
gangguan yang serupa namun tidak sampai membutuhkan perawatan di rumah sakit.
Artikel ini melaporkan hasil evaluasi klinik yang dikelola oleh perawat (advanced
nurse practitioner/ANP) pada 2 kompleks perumahan yang menyediakan tinjuan
tahunan mengenai manajemen penyakit kronis (CDM). Peningkatan 100 %
ditemukan pada sejumlah pasien yang menerima manajemen kondisi tersebut pada
Maret 2015 dibanding Maret 2014. Tidak ada satupun pasien yang menerima
manajemen penyakit kronis sebelum penelitian dimulai. Namun, proyek ini telah
diimplementasikan selama lebih dari 12 bulan (Januari 2014 – Februari 2015). Data
menunjukkan adanya 16 kunjungan dokter umum terkait kondisi penyakit tersebut, 3
(tiga) telah dirawat di RS dan semua yang tidak mengalami hospitalisasi mungkin
telah menerima pelayanan keperawatan yang diimplementasikan dalam periode waktu
tersebut. Semua pasien memberi penilaian mereka dengan kategori bagus, sangat
bagus dan luar biasa yang mengindikasikan efek positif. Kuisioner sendiri dibagikan
tanpa kehadiran perawat ANP sehingga pasien dapat menjawabnya dengan jujur
tanpa dorongan tertentu dari ANP. Meskipun demikian, data kuisioner tersebut
digabungkan oleh ANP sehingga beresiko terjadi bias (Neylon, 2015).
Nurse-led Intervention for Less Chronic Heart Failure (NIL-CHF) atau intervensi
berbasis keperawatan untuk meminimalisir gagal jantung kronis (GJK) tidak efektif
dalam upaya pencegahan GJK maupun opname ulang, namun mempengaruhi lama
rawat inap menjadi lebih pendek dan peningkatan fungsi jantung yang lebih lama
(Stewart, Chan,Wong, Jennings, Scuffham, Esterman dan Carrington, 2015).
Kelemahan penelitian ini adalah bagaimana menghargai kebenaran temuan dan
kemampuan aplikasinya dalam tatanan klinik, terlebih penelitian ini hanya dilakukan
di 1 (satu) tempat saja yakni di RS Pendidikan Kardiologi dalam sistem pelayanan
kesehatan Australia. Akses yang telah siap dengan standar dan manajemen perawatan
yang tinggi menyebabkan mungkin tempat ini kurang tepat menjadi contoh untuk
dapat diaplikasikan di sistem kesehatan lainnya. Subyek yang digunakan juga
heterogen dan kecil untuk kohort selama 3 tahun tindak lanjut yang menyebabkan
kegagalan dalam memberikan kekuatan hasil penelitian yang memadai dalam
mendeteksi perbedaan antar kelompok. Oleh sebab itu, penelitian ini dimaksudkan
akan diperpanjang hingga tahun 2020 serta mengkaji ulang poin akhir primer. Lebih
lanjut, disarankan analisa multivariate, diagnosis primer, kombinasi dengan beban co-
morbiditas, status fungsional dan parameter kunci jantung (termasuk massa LV dan
fungsi diastolik) untuk prediksi poin akhir primer yang lebih bermakna.
Kesimpulan dari penelitian Mahomed, St John dan Patterson (2012) yang
berusaha memahami proses kepuasan pasien dengan manajemen penyakit kronis
berbasis keperawatan di praktek umum menyebutkan bahwa hal tersebut dipengaruhi
oleh 3 (tiga) tahapan yakni Determining Care Needs (menentukan kebutuhan
perawatan), Forming Relationship (membangun hubungan), dan Having Confidence
(percaya diri). Penjelasan mengenai hubungan ketiganya ditampilkan dalam gambar
berikut :
V. Simpulan
Tinjauan sistematik ini menekankan pada kelayakan dan efikasi nurse-led clinic
(NLC) dalam manajemen penyakit kronis di tatanan layanan primer (komunitas) serta
aplikasi bukti pada pengimplementasian manajemen perawatan pasien dengan
penyakit kronis oleh tenaga kerja perawat. Berdasarkan temuan-temuan dari tinjauan
sitematik ini dapat disimpulkan bahwa nurse-led clinic memiliki kecenderungan yang
positif dalam mengurangi beban pelayanan kesehatan pada penanganan masalah
penyakit kronis. Akan tetapi mengingat terdapat beberapa sinonim istilah dalam
bahasa Inggris, maka penulis merekomendasikan perlu penetapan istilah seragam
dalam bahasa Indonesia agar mempermudah pemahaman perawat khususnya di dalam
tatanan pelayanan primer. Selain itu, upaya replikasi penelitian yang ada atau pilot
study terkait beberapa hal lain yang sesuai kondisi lokal perlu untuk dilakukan.