Anda di halaman 1dari 27

PENDIDIKAN KESEHATAN KEPADA SISWA MENGENAI BAHAYA

KECANDUAN MEDIA SOSIAL

Pembimbing:

Laili Rahayuwati, Dra, M.Kes, MSc; Ryan Hara Permana, S.Kep, Ners, MN

Mahasiswa:

Karunia Adiyuda Dilaga 220110150008

Nanda Hariyawinata 220110150014

Yuli Anggia 220110150019

Rivada Natasya Fadillah 220110150049

Nada Shofi Salsabila 220110150052

Faiza Zulfikar Sa’ban 220110150084

Naufal Hafizh Fauzan 220110150087

Shelen Indah 220110150101

Tripriantini 220110150103

Nenden Budiani Hanum 220110150112

Rery Yuliani Pratiwi

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2019
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Permasalahan.............................................................................................2
1.3. Tujuan........................................................................................................2
BAB II METODE..................................................................................................3
BAB III HASIL KEGIATAN PENKES/PROMKES...........................................4
3.1. Deskripsi Kegiatan....................................................................................4
3.2. Data Rekapitulasi Hasil Kuisioner Pengkajian Kebutuhan Belajar..........4
3.3. Hasil Pengkajian Kuisioner.......................................................................7
3.4. Evaluasi.....................................................................................................8
BAB IV PENUTUP.............................................................................................10
4.1. Kesimpulan..............................................................................................10
4.2. Saran........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................11
LAMPIRAN........................................................................................................12
1. SAP KELOMPOK..................................................................................12
2. BAHAN AJAR........................................................................................22
3. MEDIA AJAR.........................................................................................25
4. LINK DOKUMENTASI.........................................................................31

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kecanduan media sosial pada remaja akan menimbulkan dampak yang

buruk salah satunya ialah fenomena Fear of Missing Out (FoMO). Fenomena

tersebut ialah munculnya rasa ketakutan akan kehilangan momen berharga karena

individu tersebut tidak dapat hadir didalamnya dan selalu ingin terhubung dengan

apa yang dilakukan orang lain di media sosial (Przybylski et al., 2013). Kejadian

FoMO menurut sebuah lembaga riset, penemuan, dan inovasi yaitu J. Walter

Thompson Intelligence (JWT) adalah gangguan kesehatan psikologis yang dapat

mengindikasikan timbulnya kecemasan apabila tidak membuka media sosial (J.

Walter Thompson, 2012a). Hal ini merupakan fenomena baru dan masih sedikit

yang mengetahui tentang ini (Herman, 2011). Padahal dari pengertian FoMO

tersebut tidak menutup kemungkinan fenomena ini dapat terjadi pada siapa saja

yang menggunakan media sosial.

Hasil survei (Kominfo, 2017) sebanyak 88 juta pengguna pada tahun 2015.

Pada tahun 2016 di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan sebanyak

51,8% dari tahun sebelumnya yaitu menjadi 132,7 juta pengguna, dan pada tahun

2017 mengalami peningkatan 11 juta yaitu menjadi 143 juta pengguna dan paling

banyak yang diakses dari internet ialah media sosial yaitu sebesar 87,13%.

Penggunaan internet terbanyak ialah di Pulau Jawa dengan presentase mencapai

58,08% yaitu sebesar 20,7 juta pengguna. Survei ini juga mengkomposisikan

penggunaan internet berdasarkan usia, angka terbesar berada pada usia 13-18

1
tahun, yakni sebesar 75,50%. Menurut penelitian (Gezgin, Hamutoglu,

Gemikonakli, & Raman, 2017) menemukan bahwa usia dibawah 21 tahun

memungkinkan mengalami Fear of Missing Out.

Usia remaja pertengahan (15-18 tahun) sudah mulai ingin menentukan

apapun menurut dirinya sendiri, serta tidak ingin banyak dicampuri oleh

perlakuan orang tua (Monks, 2009). Selain itu pada usia remaja pertengahan juga

lebih sering melakukan pencarian hal baru seperti selalu berusaha untuk

mendapatkan informasi yang mereka inginkan salah satunya dengan

menggunakan internet termasuk menggunakan media sosial, karena usia remaja

pertengahan ingin lebih merasakan kebebasan karena pada masa awal remaja

mereka tertunda akan kebebasannya (Pickhardt, 2009). Maka lebih

memungkinkan adanya kebebasan dalam penggunan ponsel pada remaja

pertengahan daripada remaja awal yang dilihat dari sikap yang mereka munculkan

terhadap orang tua. Dalam hal tersebut maka kami lebih memilih melakukan

pendidikan kesehatan kepada usia remaja pertengahan yaitu pada siswa SMA.

Salah satu kecanduan internet yang berkaitan dengan media sosial seperti

instagram ialah Cyber-relationship addiction, yaitu individu akan mengalami

kecanduan dalam hal berteman di dunia maya (Young, 2011). Media sosial seperti

instagram jika dimainkan secara terus menerus maka akan menjadikan individu

tersebut tidak ingin lepas dari ponselnya. Hal ini dapat berdampak negatif pada

siswa remaja apabila dibiarkan karena dapat menimbulkan faktor resiko seperti

prestasi belajar yang menurun karena terlalu lama memainkan ponselnya.

Didukung juga oleh penelitian (Wati & Sodik, 2018) didapatkan dari hasil

penelitiannya bahwa dampak negatif dari kecanduan media sosial dimana

2
menjadikan intensitas pemakaian ponsel meningkat sehingga remaja sekolah

menjadi malas untuk belajar.

Hasil studi pendahuluan dilakukan pada tanggal 14 November 2018 di SMAN

Jatinangor, terlihat tidak sedikit siswa yang menggunakan ponselnya ketika di

kelas, di kantin, serta ketika siswa jalan di koridor sekolah. Selain itu telah

dilakukan juga wawancara terhadap 6 siswa di kelas XI MIPA 2, terdiri dari 3

siswa laki laki dan 3 siswa perempuan pada tanggal 14 November 2018 di SMAN

Jatinangor. 3 siswa tersebut dinyatakan berprestasi tinggi di kelasnya dan 3 siswa

lagi dinyatakan berprestasi rendah, pernyataan tersebut didapatkan dari wali kelas

XI MIPA 2. Semua siswa yang diwawancara mengakui bahwa memiliki akun

media sosial yang sering diakses yaitu instagram. Berdasarkan hasil wawancara

yang penulis dapatkan, menunjukkan bahwa Intensitas penggunaan ponsel rata-

rata pada siswa yang berprestasi rendah ialah 2-3 jam dalam sekali memegang

ponsel, dan rata-rata intensitas penggunaan ponsel pada siswa yang berprestasi

tinggi sekitar 15-30 menit dan hanya waktu tertentu saja mereka menggunakan

ponsel dengan intensitas yang lama itupun dalam konteks mereka browsing

tentang pelajaran. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan ponsel ini memang

sangat mempengaruhi prestasi belajar pada siswa. Selain itu di SMA Negeri

Jatinangor juga sudah dilakukan penelitian untuk mengetahui tingkat FOMO pada

siswa, serta didapatkan bahwa siswa SMA Negeri Jatinangor berada pada level

sedang pada tingkat FoMO.

Kejadian FoMO ini sebenarnya sudah ada yang mengalaminya pada siswa di

SMA Negeri Jatinangor, namun masih banyak siswa yang belum mengenal istilah

FoMO serta belum mengetahui bahwa dirinya telah mengalami FoMO. Kejadian

3
FoMO yang terjadi pada remaja sebaiknya ditangani agar tidak mengganggu

prestasi belajar pada siswa, karena fenomena FoMO ini sebenarnya dapat terjadi

pada siapa saja yang telah menggunakan media sosial yang terakses dari internet.

sehingga masih dapat teratasi sejak dini agar kejadian FoMO agar tidak semakin

parah terjadi pada siswa.

Terkait dengan fenomena FoMO ini peran perawat dalam ranah komunitas

ialah dapat sebagai konselor yang dapat memberikan konseling atau arahan untuk

anak usia remaja sekolah khususnya di lingkungan sekolah untuk meningkatkan

kesejahteraan psikologis pada remaja di sekolah. Selain itu perawat dapat

memberikan dorongan kepada guru dan orang tua untuk melakukan

pendampingan kepada remaja dalam membatasi penggunaan ponsel khususnya

media sosial agar lebih bijak dalam penggunaan ponsel. Berdasarkan hal tersebut

maka sangat penting dilakukan pendidikan kesehatan tentang bahaya kecanduan

medi sosial pada siswa untuk memberikan pengetahuan agar siswa tidak

mengalami Fear of Missing Out (FoMO).

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang didapatkan :

1. Banyak remaja yang menggunakan gadget dan belum mengetahui kecanduan

internet serta masalah kesehatan apa yang ditimbulkan serta pengetahuan dan

pemahaman tentang tersebut masih minimal

2. Banyak remaja yang tidak menyadari bahwa dampak penggunaan media

sosial dapat menjadikan siswa mengalami kecanduan internet serta dianggap

bukan masalah serius bagi remaja.

4
1.3 Pemecahan Masalah

Untuk turut membantu memecahkan masalah-masalah yang dapat

mengakibatkan FoMO pada remaja seperti kecanduan media sosial, maka

langkah-langkah yang diambil adalah :

1. Memberikan pendidikan kesehatan tentang kecanduan media sosial pada

remaja dan dapat memberdayakan remaja dalam aspek kesehatan pada

umumnya.

2. Diharapkan dengan melakukan kegiatan ini, tingkat pengetahuan remaja

mengenai kecanduan internet dapat ditingkatkan, serta remaja lebih

membatasi dalam penggunaan media sosialnya terutama saat di sekolah.

1.4 Tujuan Kegiatan

Kegiatan pengabdian kepada remaja ini yang berupa penyuluhan

Kesehatan kecanduan internet pada remaja bertujuan untuk :

1. Membantu para remaja khususnya remaja di SMA Negeri Jatinangor

yang memerlukan pandangan lebih luas terhadap kecanduan media

sosial.

2. Remaja dapat mengubah perilakunya untuk dapat mengontrol

penggunaan media sosial.

3. Remaja menjadi lebih mengetahui apa dampak negatif dari penggunaan

media sosial.

5
1.5 Manfaat Kegiatan

Dengan melakukan kegitan penyuluhan tentang kecanduan media sosial

pada remaja ini diharapkan dapat memberikan manfaat :

Dari penyuluhan pendidikan kesehatan dapat memberikan manfaat

kepada kesehatan psikologis serta dapat menghindari terjadinya kecanduan

media sosial yang dapat menimbulkan fenomena FoMO pada diri remaja dan

remaja pun dapat lebih fokus terhadap belajarnya sehingga prestasi belajar

siswa tidak menurun. Selain itu untuk pihak sekolah didapatkan manfaat yaitu

guru-guru jadi mengetahui bahayanya bahaya kecanduan internet yang

disebabkan dari penggunaan ponsel yang berlebih khususnya media sosial,

sehingga sekolah dapat bertindak untuk memberikan peringatan kepada siswa

agar dapat membatasi penggunaan ponselnya terutama ketika sedang jam

belajar berlangsung.

6
1.6 Timeline Kegiatan

No Rincian kegiatan Rincian Minggu Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4

waktu 1
1. Konsep Kegiatan

dan rancangan

anggaran biaya
2. Persuratan,

pendanaan, izin

kegiatan dan

peminjaman tempat
3. Rancangan kegiatan

fiksasi

(susunan acara,

susunan kegiatan)
4. Rapat persiapan hari

–H
5. Pelaksanaan

kegiatan
6. Pengumpulan LPJ

1.7. ANGGARAN BIAYA

No Uraian Rincian Perhitungan Harga Jumlah

7
Satuan
(Rp)
(Rp)
Jml satuan x Jml Keg
1. Konsumsi Guru 2 buah x 1 Keg 33000 66000
2. Konsumsi Dosen 1 buah x 1 Keg 10000 10000
3. Stiker 3 lembar x 1 Keg 10000 30000
4. Doorprize 5 set x 1 Keg 10000 50000
5. Stand Banner 2 buah x 1 Keg 80000 160000
6. Snack Peserta 76 pcs x 1 Keg 3000 228000

:Susu
7. Snack Peserta : 77 pcs x 1 Keg 1500 115000

Kue
8. Print : SAP & 50 lembar x 1 Keg 500 25000

Proposal
9. Kertas HVS A4 25 lembar x 1 Keg 200 5000
TOTAL 689.000

8
BAB II

GAMBARAN UMUM SISWA

Program pengabdian masyarakat yang diarahkan pada bidang kesehatan

masyarakat ini akan dilaksanakan di SMA Negeri Jatinangor, Kabupaten

Sumedang, Jawa Barat. Sasaran dari program ini adalah anak usia sekolah

menengah atas, yang mana siswa remaja pada usia tersebut mayoritas sudah

mengakses media sosial pada ponselnya dan sering digunakan maupun di rumah

atau di sekolah. Disinilah pembelajaran tentang kecanduan media sosial sangat

diperlukan, di mana sekolah ini sudah dilakukan penelitian bahwa di sekolah

tersebut mengalami kecanduan media sosial yang tinggi.

Di SMA Negeri Jatinangor ini juga terfasilitasi Wi-Fi dimana siswa dapat

kapan saja menggunakannya. Hal tersebut bertujuan untuk mempermudah siswa

dalam proses belajarnya. Namun, dari hal tersebut masih banyak siswa yang

menggunakannya untuk kebutuhan lain seperti mengaksies media sosial pada

ponselnya. siswa pun tidak menyadari bahwa dengan terlalu sering mengakses

media sosial itu dapat menyebabkan kecanduan pada dirinya sehingga muncul

damapk negatif yang dapat merugikan dirinya serta mengganggu proses belajar.

Maka, pemebrian informasi mengenai bahaya kecanduan media sosial menjadi

sorotan penting. Idealnya ketika kita sudah mengetahui apa saja yanga kan terjadi

pada diri kita sehingga merugikan kehidupan, sudah pasti kita dapat menghindari

hal-hal tersebut yang dpaat merugikan kita. Dalam program ini akan ditekankan

kepada siswa agar menghindari dari sikap yang dapat menjadikan siswa

kecanduan terhadap media sosial.

9
Kami menunjuk SMA Negeri Jatinangor sebagai objek, karena kami ingin

bersosialisasi dengan SMA tersebut yang mana siswa-siswi nya dan

lingkungannya ramah. Kami juga ingin memperingati siswa-siswi tersebut agar

tidak mengalami kecanduan media sosial yang dapat mengganggu proses

belajarnya.

10
11
BAB III

METODE DAN PELAKSANAN

3.1 Metode

Metode pelaksanaan pada program penyuluhan masyarakat ini yang akan

dilaksanakan merupakan sebuah rangkaian tahapan yang disusun secara

sistematis. Berikut gambaran flow map yanga akan berjalan :

Penetapan daerah sasaran > survey daerah sasaran > observasi lapangan >

penyusunan materi penyuluhan > rencana penyuluhan > izin pelaksanaan >

sosialisasi program > pelaksanaan program > laporan akhir

Dari flow map diatas dapat didefinisikan sebagai berikut :

1. Penetapan daerah sasaran yang akan digunakan untuk sosialisasi

Kelompok berdiskusi untuk sasaran yang tepat dilihat dari fenomena yang

ada dan mencari informasi dari yang sudah melakukan penelitian maupun

sudah pernah memberikan pendidikan kesehatan di berbagai SMA

2. Penetapan daerah sasaran

Kelompok berdiskusi dengan yang sudah pernah melakukan penelitian di

SMA Negeri Jatinangor dan menanyakan tentang keantusian siswa nya

ketika didatangi oleh mahasiswa. Hasil informasi yang didapat cukup

menjawab kemauan kelompok sehinggakelompok menetapkan SMA

Negeri Jatinangor sebagai daerah sasaran.

Kelompok

3. Melakukan pengamatan terhadap sekolah menengah atas yang ditetapkan

12
Kelompok menanyakan sikap siswa kepada yang pernah melakukan

penelitian serta fenomena yang berkaitan dengan kecanduan media sosial.

Hasil informasi juga sudah menggambarkan bahwa fenomena kecanduan

media sosial memang ada di sekolah tersebut.

4. Penyusunan materi untuk penyuluhan

Tim proposal mendiskusikan kepada dosen untuk materi yang tepat yang

akan diberikan ketika penkes nanti.

5. Menyusun jadwal penyuluhan

Kelopmok mendiskusikan dahulu tanggal-tanggal yang tidak bentrok

dengan waktu kuliah, kemudia tim humas juga mendatangi ke sekolah

untuk memberitahukan tujuandan maksud kelompok mendatangi sekolah

dan langsung menentukan tanggal yang cocok untuk jadwal pemberian

penkes.

6. Izin pelaksanaan untuk pendidiakn kesehatan (penkes)

Tim humas membuat surat izin melakukan penkes dari kampus, kemudian

tim humas memberikan surat tersebut kebagian humas sekolah, dan di acc

dari pihak sekolah

7. Sosialisasi program kepada sasaran

Tim humas, wakil ketua dan ketua mendatangi ke sekolah untuk

menjelaskan penkes yang akan kita lakukan di sekolah.

8. Pelaksanaan program penyuluhan

Setelah semua persiapan telah selesai, kelompok berkumpul dari pagi dan

menyiapkan 2 kelas yang akan di pakai di sekolah kemudian dihadiri

13
dosen dari kampus dan kegiatan juga berjalan dnegan lancer disertai

antusian siswa yang snagat baik.

9. Laporan akhir

Untuk gambaran tata pelaksanaan program yang akan dilaksanakan,

langkah pertama yang akan dilaksanakan adalah meminta izin kepada

pihak yang berwenang untuk melaksanakan kegiatan di sekolah menengah

atas. Tahap kedua, melakukan sosialisasi program terhadap bagian humas

dari sekolah. Tahap ketiga, melakukan persiapan penyusunan materi

penyuluhan dan rancangan kegiatan. Tahap selanjutnya, pembelian dan

persiapan peralatan yang dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan

kegiatan tersebut, seperti peminjaman proyektor, white screen, microvon,

lembar materi, poster, dan doorprize, serta sertifikat.

Kegiatan ini akan berlangsung selama 120 menit untuk melakukan

penyuluahan. Pokok-pokok materi penyuluhan yang akan kami ajarkan

meliputi :

1. Dampak positif media sosial

2. Dampak negatif media sosial

3. Penyebab kecanduan media sosial

4. Cara mengatasi kecanduan media sosial

Penerapan materi tersebut bersifat sharing untuk siswa maka kita

melakukan ceramah untuk penjelasan materi dari setiap mahasiswa serta

menampilkan bebrapa video, serta diskusi atau taya jawab yang terbuka untuk

siswa.

14
15
BAB IV

HASIL KEGIATAN PENDIDIKAN KESEHATAN

4.1 Hasil Pengkajian

Berdasarkan hasil rekapitulasi hasil pengkajian kebutuhan belajar dapat

terlihat bahwa ada sebagian siswa SMA Jatinangor, kebutuhan belajar yang

termasuk kedalam kebutuhan belajar :

1. Perceived needs

Karena ada sebagian mengetahui dampak dari kecanduan media sosial

yang berbahaya bagi kesehatan

2. Unperceived needs

Karena ada sebagian siswa yang belum mengetahui dampak dari

kecanduan media sosial yang berbahaya bagi kesehatan

3. Misperceived needs

Karena ada sebagian siswa yang mengetahui jika bahaya kecanduan media

social berbahaya, tetapi masih tetap menggunakannya secara berlebihan

4.2 Data Rekapitulasi Hasil Pengkajian Kebutuhan Belajar

1. Jumlah audience : 70 orang

2. Audience berusia : 15-16 tahun

16
4.3 Deskripsi Kegiatan

Kegiatan pendidikan kesehatan yang dilaksanakan pada hari senin, 29

April 2019 pukul 7.15-09.00 WIB bertempat di SMA Negeri Jatinangor. Tim

melakukan pemasangan banner ditujukan agar siswa mengetahui maksud dari

acara ini, serta agar siswa selalu mengingat apa yang sudah diberikan oleh tim

sehingga akan bermanfaat untuk jangka panjang. Tim juga menyediakan

konsumsi agar menarik perhatian siswa untuk mengikuti acara ini. Saat

mendekati waktu pelaksanaan, jumlah siswa yang awalnya hanya ditujukan

untuk 40 orng, namun jumlah saat itu menjadi bertambah sekitar 30 orang.

Konsumsi yang disediakan tim pun kurang, lalu tim segera membeli lagi untuk

kekurangan tersebut.

Jumlah audience menjadi ± 70 orang dibagi menjadi 2 kelas A dan B.

Setiap siswa mengisi daftar hadir yang diertai email siswa untuk mengirimkan

e-sertifika sebagai tanda bukti siswa sudah berpartisipasi dalam kegiatan ini,

dan diberikan konsumsi yang telah panitia sediakan. Kegiatan ini dimulai

dengan pembukaan oleh MC yaitu Sofi dan Shelen, lalu sambutan oleh dosen

dan ketua pelaksana Rivada Natasya di setiap kelas. Kegiatan diawali dengan

MC menanyakan sejauh mana siswa mengetahui tentang kecanduan media

sosial, apakah siswa pernah mengalaminya, dan dampak apa saja yang akan

muncul apabila mengalami kecanduan media sosial. Dari semua jawaban

siswa, siswa cukup mengenal dengan kecanduan media sosial, namun siswa

masih belum paham mengenai dampak apa saja yang akan timbul pada siswa

yang mengalami media sosial serta cara menanganinya.

17
Kegiatan dilanjutkan dengan pemberian materi menggunakan PPT dan

penampilan video yang sudah tim siapkan, agar siswa tetap tertarik untuk

mengikuti acara dan tidak bosan. Materi yang disampaikan ialah mengenai

bahaya kecanduan media sosial oleh pemateri yaitu Naufal Hafizh dan Faiza

Zulfikar. Anggota lainnya mendokumentasikan kegiatan tersebut, hal ini

ditujukan untuk membuat video hasil penkes. Pematerian diawali dengan

menampilkan video, di kelas A yaitu dengan pemateri Naufal Hafizh sangat

disayangkan karena video tersebut tidak terlalu jelas akibat cahaya dari luar

terlalu terang dan di kelas tersebut tidak ada hordeng. Tim pun mengakui

keselahannya karena tidak meniapkan kertas maupun kain untuk menutup

jendela.

Setelah video selesai ditampilkan, pemateri langsung menamilkan PPT

yang sudah disiapkan. Saat sesi pematerian berjalan dengan lancar dan peserta

tampak fokus dan memerhatikan apa yang sedang dipresentasikan. Setelah

pemberian materi, dilanjutkan metode yang digunakan ialah ceramah, hal

tersebut bermaksud sharing kepada siswa agar tidak terlalu terlihat menggurui

maka pemateri pun sambil berinteraksi dengan siswa. Setelah materi selesai

disampaikan, dilanjut dengan sesi dan tanya jawab yang bertujuan untuk

mengetahui sejauh mana perubahan siswa dari yang sebelumnya dan

sesudahnya diberikan penkes. Tim juga sediakan doorprize untuk yang dapat

menjawab pertanyaan hal ini bertujuan sebagai apresiasi siswa yang sudah

berani ke depan dan sudah memperjhatikan kegiatan dengan baik. Pertanyaan

dibacakan oleh pemateri dan peserta antusias untuk menjawab pertanyaan,

total ada 5 pertanyaan yang dijawab semua dengan benar oleh 5 orang peserta.

18
Doorprize bagi pemenang diberikan oleh pemateri. Setelah sesi doorprize,

dilakukanlah sesi terakhir dari kegiatan pendidikan kesehatan ini yaitu sesi

penutup. Saat sesi ini beberapa siswa sangat terlihat puas dengan apa yang

disampaikan. Beberapa siswa yang menanyakan tentang penkes ini, terlihat

baru mengetahui informasi lebih dalam lagi tentang kecanduan media sosal.

Setelah sesi tanya jawab siswa juga telah ingin mengurangi penggunaan media

sosial dan akan memanfaatkan waktu lebih baik lagi. Kemuadian, siswa yang

belum mendapatkan konsumsi diabagikan ketika selesai foto bersama.

Sebelum foto, diisi oleh do’a, ucapan terima kasih bagi pihak-pihak yang

terlibat dengan siswa SMA Negeri Jatinangor.

Setelah semua siswa sudah meninggalkan kelas, tim humas, wakil ketua,

ketua, dan dosen langsung menemui humas sekolah untuk memberikan

banner sebagai tanda terimakasih sekaligus untuk reminder setiap saat kepada

siswa karena ada pesan pesan di dalamnya. Respon gurunya sangat baik dan

senang ketika kami melakukan pendidikan kesehatan di sekolah. Kemudian

kami jga memberikan bingkisan untuk guru guru di SMA Negeri Jatinangor.

lalu setelah itu kami membereskan kelas dan kami melakukan evaluasi di

kampus.

4.4 Evaluasi

Penyuluhan mengenai bahaya kecanduan media sosial dilaksanakan di

SMA Jatinangor dengan jumlah peserta kurang lebih 70 siswa. Peserta

penyuluhan terlihat antusias saat pemberian materi berlangsung. Peserta

mengikuti penyuluhan dengan senang hati karena penyuluhan dilaksanakan

19
dengan menyenangkan. Kegiatan penyuluhan berjalan kondusif karena siswa

memperhatikan materi yang disampaikan dengan baik. Hal ini dibuktikan

dengan banyaknya siswa yang tertarik untuk menjawab pertanyaan ketika sesi

tanya jawab. Untuk evaluasi dari kegiatan ini antara lain :

1. Reschedule jadwal

Kegiatan penyuluhan penyuluhan dilakukan pada hari senin, tanggal 29

April 2019. Terkait dengan perjanjian untuk tanggal pelaksanaannya

dengan pihak sekolah SMA Jatiangor dipercepat.resc

2. Penambahan Peserta

Jumlah peserta bertambah saat pelaksaanan penyuluhan dan snack bagi

peserta kurang sehingga beberapa anggota harus keluar untuk membeli

kekurangannya

3. Kurang efektifnya fungsi media ajar

Media yang digunakan tidak dapat terlihat jelas oleh seluruh siswa

terutama siswa yang berada duduk di belakang. Hal ini dapat mengurangi

keefektifan penjelasan materi karena media yang digunakan tidak

sepenuhnya berjalan sesuai fungsi yaitu sebagai penjelasan materi.

4. Respon siswa dan guru yang baik

Dari saat mulai kegiatan penambahan peserta pun cukup banyak dan juga

terlihat siswa antusias untuk mengikutinya. Guru di sekoalh juga

bertanggapan baik kepada tim dan dosen dari awal hingga akhir kegiatan,

20
4.5 Teori Pembelajaran

1. Health Belief Model

Health Belief Model adalah teori yang paling umum digunakan dalam
pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan. Konsep yang mendasari HBM
adalah bahwa perilaku kesehatan ditentukan oleh keyakinan pribadi atau persepsi
tentang penyakit dan strategi yang tersedia untuk mengurangi terjadinya penyakit.
Persepsi pribadi dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang mempengaruhi
perilaku kesehatan intrapersonal. Ditinjau dari proses terjadinya perubahan
perilaku dalam Health Belief Model, perilaku akan berubah salah satunya yaitu
jika individu diberikan pemahaman tentang keuntungannya. Dicari dulu penyebab
dari suatu perilaku yang kurang baik, lalu diberikan penyuluhan serta informasi
yang terinci tentang keuntungan dari perbaikan perilakunya. Upaya ini dilakukan
dalam pendidikan kesehatan di SMA Negeri Jatinangor.

2. Transtheoritical Model

Dalam transtheoritical model perubahan perilaku dimaknai sebagai proses


perkembangan yang berlangsung dalam rentang waktu tertentu dan melalui
beberapa tahap. Dalam proses pendidikan kesehatan ini, pengajar dapat
mengetahui peserta didiknya berada pada tahap apa. Selama proses pendidikan
kesehatan diketahui bahwa mayoritas peserta didik berada pada tahap
contemplation yaitu individu berada dalam tahap lebih peduli terhadap sisi positif
dan negatif dari perubahan perilaku yang direncanakan, namun masih merasa
bimbang untuk benar-benar akan melakukannya, sehingga hal ini dapat
menjadikan individu menunda perubahan.

3. Theory of Reasoned Action

Theory of Reasoned Action paling berhasil ketika diaplikasikan pada perilaku


yang di bawah kendali individu yang bersangkutan. Jika perilaku tersebut tidak
sepenuhnya di bawah kendali atau kemauan individu, ia mungkin tidak akan
secara nyata menampilkan perilaku tersebut, dalam hal ini yaitu membatasi

21
penggunaan media sosial. Selama proses pendidikan kesehatan, pengajar berusaha
agar individu mempunyai motivasi dan secara mandiri dapat berubah.

22
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengkajian kebutuhan belajar didapatkan bahwa kebutuhan

belajar siswa SMA Jatinagor, meliputi kebutuhan belajar perceived needs,

unperceived needs, dan misperceived needs. Pada proses pelaksanaan

penyuluhan; siswa SMA Jatinangor, terlihat antusias saat pemberian materi

berlangsung. Peserta mengikuti penyuluhan dengan senang hati karena

penyuluhan dilaksanakan dengan menyenangkan. Kegiatan penyuluhan

berjalan kondusif karena siswa memperhatikan materi yang disampaikan

dengan baik.

Namun, perlu diperhartikan kembali dalam penggunaan media

pembelajaran yang tidak terlihat sampai ke belakang.

5.2 Saran

Untuk penyuluhan ke depannya diusahakan menggunakan proyektor yang

diletakkan di depan dan di tengah supaya dapat terlihat jelas hingga belakang,

jumlah fasilitator disesuaikan dengan banyaknya audience, dan membawa

perlengkapan kegiatan sendiri.

23
DAFTAR PUSTAKA

Chandra, M., Kohn, C., Pawlitz, J., Powel, G. (2016). Real cost of styrofoam. St.
Louis University.
Elhai, J. D. (2016). Fear of missing out, need for touch, anxiety and depression
are related to problematic smartphone use, 63, 509–516.
Fitidarini, N. L., & Damanhuri, E. (2011, Oktober -). Timbulan Sampah
Styrofoam Di Kota Bandung Styrofoam Waste Generation In The City Of
Bandung. Retrieved Desember 11, 2018, from FTSL ITB:
https://ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/sites/8/2017/03/9.-Noor-Laily-F-
Enri-
Damanhuri.pdf&ved=2ahUKEwjrvr7HuZ3fAhUXSX0KHXoIAZoQFjAN
egQIChAB&usg=AOvVaw2fKxAmE97XkUuRvDGzMoVk.
Firdaus, A. (2018). Hubungan antara fear of missing out (fomo) dengan
kecanduan media sosial pada remaja skripsi. Universitas Islam Negeri
Sunan Ampel Surabaya.
Gezgin, D. M., Hamutoglu, N. B., Gemikonakli, O., & Raman, İ. (2017). Social
Networks
Users: Fear of Missing Out in Preservice Teachers. Journal of Education and
Practice, (July), 13.
Herman, D. (2011). Do You Have FOMO: Fear Of Missing Out ? Retrieved
from http://www.danherman.com/The-Fear-of-Missing-Out-(FOMO)-by-
DanHerman.html
Kimberly S. Young (Ed.). (2011). Internet Addiction: a Handbook and Guide
to Evaluation and treatment. John Wiley.
Kominfo. (2017). Perilaku Pengguna Internet Indonesia. Retrieved from
https://web.kominfo.go.id/sites/default/files/Laporan Survei
APJII_2017_v1.3.pdf
Monks. (2009). Tahap Perkembangan Masa Remaja. Medical Journal New
Jersey Muagman. Jakarta: Grafindo.
Pickhardt, C. E. (2009). Rebel with a Cause: Rebellion in Adolescence.
Psychology Today.
Przybylski, A. K., Murayama, K., Dehaan, C. R., & Gladwell, V. (2013).
Motivational, emotional, and behavioral correlates of fear of missing out.
Computers in Human Behavior, 29(4), 1841–1848.
https://doi.org/10.1016/j.chb.2013.02.014
Thompson, J. W. (2012). JWT: Fear of Missing Out (FoMO). In Fear Of
Missing Out (FOMO).
Wati, N. R., & Sodik, M. A. (2018). Dampak Kecanduan Gadget di Kalangan
Anak Sekolah, 2–10.

24
Wilda, F. S. (2018). Hubungan Antara Fear Of Missing Out Dengan Kecanduan
Internet Kepada Mahasiswa.

25

Anda mungkin juga menyukai