Pembimbing:
Laili Rahayuwati, Dra, M.Kes, MSc; Ryan Hara Permana, S.Kep, Ners, MN
Mahasiswa:
Tripriantini 220110150103
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Permasalahan.............................................................................................2
1.3. Tujuan........................................................................................................2
BAB II METODE..................................................................................................3
BAB III HASIL KEGIATAN PENKES/PROMKES...........................................4
3.1. Deskripsi Kegiatan....................................................................................4
3.2. Data Rekapitulasi Hasil Kuisioner Pengkajian Kebutuhan Belajar..........4
3.3. Hasil Pengkajian Kuisioner.......................................................................7
3.4. Evaluasi.....................................................................................................8
BAB IV PENUTUP.............................................................................................10
4.1. Kesimpulan..............................................................................................10
4.2. Saran........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................11
LAMPIRAN........................................................................................................12
1. SAP KELOMPOK..................................................................................12
2. BAHAN AJAR........................................................................................22
3. MEDIA AJAR.........................................................................................25
4. LINK DOKUMENTASI.........................................................................31
i
BAB I
PENDAHULUAN
buruk salah satunya ialah fenomena Fear of Missing Out (FoMO). Fenomena
tersebut ialah munculnya rasa ketakutan akan kehilangan momen berharga karena
individu tersebut tidak dapat hadir didalamnya dan selalu ingin terhubung dengan
apa yang dilakukan orang lain di media sosial (Przybylski et al., 2013). Kejadian
FoMO menurut sebuah lembaga riset, penemuan, dan inovasi yaitu J. Walter
Walter Thompson, 2012a). Hal ini merupakan fenomena baru dan masih sedikit
yang mengetahui tentang ini (Herman, 2011). Padahal dari pengertian FoMO
tersebut tidak menutup kemungkinan fenomena ini dapat terjadi pada siapa saja
Hasil survei (Kominfo, 2017) sebanyak 88 juta pengguna pada tahun 2015.
51,8% dari tahun sebelumnya yaitu menjadi 132,7 juta pengguna, dan pada tahun
2017 mengalami peningkatan 11 juta yaitu menjadi 143 juta pengguna dan paling
banyak yang diakses dari internet ialah media sosial yaitu sebesar 87,13%.
58,08% yaitu sebesar 20,7 juta pengguna. Survei ini juga mengkomposisikan
penggunaan internet berdasarkan usia, angka terbesar berada pada usia 13-18
1
tahun, yakni sebesar 75,50%. Menurut penelitian (Gezgin, Hamutoglu,
apapun menurut dirinya sendiri, serta tidak ingin banyak dicampuri oleh
perlakuan orang tua (Monks, 2009). Selain itu pada usia remaja pertengahan juga
lebih sering melakukan pencarian hal baru seperti selalu berusaha untuk
pertengahan ingin lebih merasakan kebebasan karena pada masa awal remaja
pertengahan daripada remaja awal yang dilihat dari sikap yang mereka munculkan
terhadap orang tua. Dalam hal tersebut maka kami lebih memilih melakukan
pendidikan kesehatan kepada usia remaja pertengahan yaitu pada siswa SMA.
Salah satu kecanduan internet yang berkaitan dengan media sosial seperti
kecanduan dalam hal berteman di dunia maya (Young, 2011). Media sosial seperti
instagram jika dimainkan secara terus menerus maka akan menjadikan individu
tersebut tidak ingin lepas dari ponselnya. Hal ini dapat berdampak negatif pada
siswa remaja apabila dibiarkan karena dapat menimbulkan faktor resiko seperti
Didukung juga oleh penelitian (Wati & Sodik, 2018) didapatkan dari hasil
2
menjadikan intensitas pemakaian ponsel meningkat sehingga remaja sekolah
kelas, di kantin, serta ketika siswa jalan di koridor sekolah. Selain itu telah
siswa laki laki dan 3 siswa perempuan pada tanggal 14 November 2018 di SMAN
lagi dinyatakan berprestasi rendah, pernyataan tersebut didapatkan dari wali kelas
media sosial yang sering diakses yaitu instagram. Berdasarkan hasil wawancara
rata pada siswa yang berprestasi rendah ialah 2-3 jam dalam sekali memegang
ponsel, dan rata-rata intensitas penggunaan ponsel pada siswa yang berprestasi
tinggi sekitar 15-30 menit dan hanya waktu tertentu saja mereka menggunakan
ponsel dengan intensitas yang lama itupun dalam konteks mereka browsing
sangat mempengaruhi prestasi belajar pada siswa. Selain itu di SMA Negeri
Jatinangor juga sudah dilakukan penelitian untuk mengetahui tingkat FOMO pada
siswa, serta didapatkan bahwa siswa SMA Negeri Jatinangor berada pada level
Kejadian FoMO ini sebenarnya sudah ada yang mengalaminya pada siswa di
SMA Negeri Jatinangor, namun masih banyak siswa yang belum mengenal istilah
FoMO serta belum mengetahui bahwa dirinya telah mengalami FoMO. Kejadian
3
FoMO yang terjadi pada remaja sebaiknya ditangani agar tidak mengganggu
prestasi belajar pada siswa, karena fenomena FoMO ini sebenarnya dapat terjadi
pada siapa saja yang telah menggunakan media sosial yang terakses dari internet.
sehingga masih dapat teratasi sejak dini agar kejadian FoMO agar tidak semakin
Terkait dengan fenomena FoMO ini peran perawat dalam ranah komunitas
ialah dapat sebagai konselor yang dapat memberikan konseling atau arahan untuk
media sosial agar lebih bijak dalam penggunaan ponsel. Berdasarkan hal tersebut
medi sosial pada siswa untuk memberikan pengetahuan agar siswa tidak
internet serta masalah kesehatan apa yang ditimbulkan serta pengetahuan dan
4
1.3 Pemecahan Masalah
umumnya.
sosial.
media sosial.
5
1.5 Manfaat Kegiatan
media sosial yang dapat menimbulkan fenomena FoMO pada diri remaja dan
remaja pun dapat lebih fokus terhadap belajarnya sehingga prestasi belajar
siswa tidak menurun. Selain itu untuk pihak sekolah didapatkan manfaat yaitu
belajar berlangsung.
6
1.6 Timeline Kegiatan
waktu 1
1. Konsep Kegiatan
dan rancangan
anggaran biaya
2. Persuratan,
pendanaan, izin
kegiatan dan
peminjaman tempat
3. Rancangan kegiatan
fiksasi
(susunan acara,
susunan kegiatan)
4. Rapat persiapan hari
–H
5. Pelaksanaan
kegiatan
6. Pengumpulan LPJ
7
Satuan
(Rp)
(Rp)
Jml satuan x Jml Keg
1. Konsumsi Guru 2 buah x 1 Keg 33000 66000
2. Konsumsi Dosen 1 buah x 1 Keg 10000 10000
3. Stiker 3 lembar x 1 Keg 10000 30000
4. Doorprize 5 set x 1 Keg 10000 50000
5. Stand Banner 2 buah x 1 Keg 80000 160000
6. Snack Peserta 76 pcs x 1 Keg 3000 228000
:Susu
7. Snack Peserta : 77 pcs x 1 Keg 1500 115000
Kue
8. Print : SAP & 50 lembar x 1 Keg 500 25000
Proposal
9. Kertas HVS A4 25 lembar x 1 Keg 200 5000
TOTAL 689.000
8
BAB II
Sumedang, Jawa Barat. Sasaran dari program ini adalah anak usia sekolah
menengah atas, yang mana siswa remaja pada usia tersebut mayoritas sudah
mengakses media sosial pada ponselnya dan sering digunakan maupun di rumah
Di SMA Negeri Jatinangor ini juga terfasilitasi Wi-Fi dimana siswa dapat
dalam proses belajarnya. Namun, dari hal tersebut masih banyak siswa yang
ponselnya. siswa pun tidak menyadari bahwa dengan terlalu sering mengakses
media sosial itu dapat menyebabkan kecanduan pada dirinya sehingga muncul
damapk negatif yang dapat merugikan dirinya serta mengganggu proses belajar.
sorotan penting. Idealnya ketika kita sudah mengetahui apa saja yanga kan terjadi
pada diri kita sehingga merugikan kehidupan, sudah pasti kita dapat menghindari
hal-hal tersebut yang dpaat merugikan kita. Dalam program ini akan ditekankan
kepada siswa agar menghindari dari sikap yang dapat menjadikan siswa
9
Kami menunjuk SMA Negeri Jatinangor sebagai objek, karena kami ingin
belajarnya.
10
11
BAB III
3.1 Metode
Penetapan daerah sasaran > survey daerah sasaran > observasi lapangan >
penyusunan materi penyuluhan > rencana penyuluhan > izin pelaksanaan >
Kelompok berdiskusi untuk sasaran yang tepat dilihat dari fenomena yang
ada dan mencari informasi dari yang sudah melakukan penelitian maupun
Kelompok
12
Kelompok menanyakan sikap siswa kepada yang pernah melakukan
Tim proposal mendiskusikan kepada dosen untuk materi yang tepat yang
penkes.
Tim humas membuat surat izin melakukan penkes dari kampus, kemudian
tim humas memberikan surat tersebut kebagian humas sekolah, dan di acc
Setelah semua persiapan telah selesai, kelompok berkumpul dari pagi dan
13
dosen dari kampus dan kegiatan juga berjalan dnegan lancer disertai
9. Laporan akhir
meliputi :
menampilkan bebrapa video, serta diskusi atau taya jawab yang terbuka untuk
siswa.
14
15
BAB IV
terlihat bahwa ada sebagian siswa SMA Jatinangor, kebutuhan belajar yang
1. Perceived needs
2. Unperceived needs
3. Misperceived needs
Karena ada sebagian siswa yang mengetahui jika bahaya kecanduan media
16
4.3 Deskripsi Kegiatan
April 2019 pukul 7.15-09.00 WIB bertempat di SMA Negeri Jatinangor. Tim
acara ini, serta agar siswa selalu mengingat apa yang sudah diberikan oleh tim
konsumsi agar menarik perhatian siswa untuk mengikuti acara ini. Saat
untuk 40 orng, namun jumlah saat itu menjadi bertambah sekitar 30 orang.
Konsumsi yang disediakan tim pun kurang, lalu tim segera membeli lagi untuk
kekurangan tersebut.
Setiap siswa mengisi daftar hadir yang diertai email siswa untuk mengirimkan
e-sertifika sebagai tanda bukti siswa sudah berpartisipasi dalam kegiatan ini,
dan diberikan konsumsi yang telah panitia sediakan. Kegiatan ini dimulai
dengan pembukaan oleh MC yaitu Sofi dan Shelen, lalu sambutan oleh dosen
dan ketua pelaksana Rivada Natasya di setiap kelas. Kegiatan diawali dengan
sosial, apakah siswa pernah mengalaminya, dan dampak apa saja yang akan
siswa, siswa cukup mengenal dengan kecanduan media sosial, namun siswa
masih belum paham mengenai dampak apa saja yang akan timbul pada siswa
17
Kegiatan dilanjutkan dengan pemberian materi menggunakan PPT dan
penampilan video yang sudah tim siapkan, agar siswa tetap tertarik untuk
mengikuti acara dan tidak bosan. Materi yang disampaikan ialah mengenai
bahaya kecanduan media sosial oleh pemateri yaitu Naufal Hafizh dan Faiza
disayangkan karena video tersebut tidak terlalu jelas akibat cahaya dari luar
terlalu terang dan di kelas tersebut tidak ada hordeng. Tim pun mengakui
jendela.
yang sudah disiapkan. Saat sesi pematerian berjalan dengan lancar dan peserta
tersebut bermaksud sharing kepada siswa agar tidak terlalu terlihat menggurui
maka pemateri pun sambil berinteraksi dengan siswa. Setelah materi selesai
disampaikan, dilanjut dengan sesi dan tanya jawab yang bertujuan untuk
sesudahnya diberikan penkes. Tim juga sediakan doorprize untuk yang dapat
menjawab pertanyaan hal ini bertujuan sebagai apresiasi siswa yang sudah
total ada 5 pertanyaan yang dijawab semua dengan benar oleh 5 orang peserta.
18
Doorprize bagi pemenang diberikan oleh pemateri. Setelah sesi doorprize,
dilakukanlah sesi terakhir dari kegiatan pendidikan kesehatan ini yaitu sesi
penutup. Saat sesi ini beberapa siswa sangat terlihat puas dengan apa yang
baru mengetahui informasi lebih dalam lagi tentang kecanduan media sosal.
Setelah sesi tanya jawab siswa juga telah ingin mengurangi penggunaan media
sosial dan akan memanfaatkan waktu lebih baik lagi. Kemuadian, siswa yang
Sebelum foto, diisi oleh do’a, ucapan terima kasih bagi pihak-pihak yang
Setelah semua siswa sudah meninggalkan kelas, tim humas, wakil ketua,
banner sebagai tanda terimakasih sekaligus untuk reminder setiap saat kepada
siswa karena ada pesan pesan di dalamnya. Respon gurunya sangat baik dan
kami jga memberikan bingkisan untuk guru guru di SMA Negeri Jatinangor.
lalu setelah itu kami membereskan kelas dan kami melakukan evaluasi di
kampus.
4.4 Evaluasi
19
dengan menyenangkan. Kegiatan penyuluhan berjalan kondusif karena siswa
dengan banyaknya siswa yang tertarik untuk menjawab pertanyaan ketika sesi
1. Reschedule jadwal
2. Penambahan Peserta
kekurangannya
Media yang digunakan tidak dapat terlihat jelas oleh seluruh siswa
terutama siswa yang berada duduk di belakang. Hal ini dapat mengurangi
Dari saat mulai kegiatan penambahan peserta pun cukup banyak dan juga
bertanggapan baik kepada tim dan dosen dari awal hingga akhir kegiatan,
20
4.5 Teori Pembelajaran
Health Belief Model adalah teori yang paling umum digunakan dalam
pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan. Konsep yang mendasari HBM
adalah bahwa perilaku kesehatan ditentukan oleh keyakinan pribadi atau persepsi
tentang penyakit dan strategi yang tersedia untuk mengurangi terjadinya penyakit.
Persepsi pribadi dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang mempengaruhi
perilaku kesehatan intrapersonal. Ditinjau dari proses terjadinya perubahan
perilaku dalam Health Belief Model, perilaku akan berubah salah satunya yaitu
jika individu diberikan pemahaman tentang keuntungannya. Dicari dulu penyebab
dari suatu perilaku yang kurang baik, lalu diberikan penyuluhan serta informasi
yang terinci tentang keuntungan dari perbaikan perilakunya. Upaya ini dilakukan
dalam pendidikan kesehatan di SMA Negeri Jatinangor.
2. Transtheoritical Model
21
penggunaan media sosial. Selama proses pendidikan kesehatan, pengajar berusaha
agar individu mempunyai motivasi dan secara mandiri dapat berubah.
22
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
dengan baik.
5.2 Saran
diletakkan di depan dan di tengah supaya dapat terlihat jelas hingga belakang,
23
DAFTAR PUSTAKA
Chandra, M., Kohn, C., Pawlitz, J., Powel, G. (2016). Real cost of styrofoam. St.
Louis University.
Elhai, J. D. (2016). Fear of missing out, need for touch, anxiety and depression
are related to problematic smartphone use, 63, 509–516.
Fitidarini, N. L., & Damanhuri, E. (2011, Oktober -). Timbulan Sampah
Styrofoam Di Kota Bandung Styrofoam Waste Generation In The City Of
Bandung. Retrieved Desember 11, 2018, from FTSL ITB:
https://ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/sites/8/2017/03/9.-Noor-Laily-F-
Enri-
Damanhuri.pdf&ved=2ahUKEwjrvr7HuZ3fAhUXSX0KHXoIAZoQFjAN
egQIChAB&usg=AOvVaw2fKxAmE97XkUuRvDGzMoVk.
Firdaus, A. (2018). Hubungan antara fear of missing out (fomo) dengan
kecanduan media sosial pada remaja skripsi. Universitas Islam Negeri
Sunan Ampel Surabaya.
Gezgin, D. M., Hamutoglu, N. B., Gemikonakli, O., & Raman, İ. (2017). Social
Networks
Users: Fear of Missing Out in Preservice Teachers. Journal of Education and
Practice, (July), 13.
Herman, D. (2011). Do You Have FOMO: Fear Of Missing Out ? Retrieved
from http://www.danherman.com/The-Fear-of-Missing-Out-(FOMO)-by-
DanHerman.html
Kimberly S. Young (Ed.). (2011). Internet Addiction: a Handbook and Guide
to Evaluation and treatment. John Wiley.
Kominfo. (2017). Perilaku Pengguna Internet Indonesia. Retrieved from
https://web.kominfo.go.id/sites/default/files/Laporan Survei
APJII_2017_v1.3.pdf
Monks. (2009). Tahap Perkembangan Masa Remaja. Medical Journal New
Jersey Muagman. Jakarta: Grafindo.
Pickhardt, C. E. (2009). Rebel with a Cause: Rebellion in Adolescence.
Psychology Today.
Przybylski, A. K., Murayama, K., Dehaan, C. R., & Gladwell, V. (2013).
Motivational, emotional, and behavioral correlates of fear of missing out.
Computers in Human Behavior, 29(4), 1841–1848.
https://doi.org/10.1016/j.chb.2013.02.014
Thompson, J. W. (2012). JWT: Fear of Missing Out (FoMO). In Fear Of
Missing Out (FOMO).
Wati, N. R., & Sodik, M. A. (2018). Dampak Kecanduan Gadget di Kalangan
Anak Sekolah, 2–10.
24
Wilda, F. S. (2018). Hubungan Antara Fear Of Missing Out Dengan Kecanduan
Internet Kepada Mahasiswa.
25