Anda di halaman 1dari 47

BAB III

PERCOBAAN 3
GENERATOR DC

3.1 Gambar Rangkaian


3.1.1 Rangkaian Percobaan Generator Penguat Terpisah

B
2

1 2

Gambar 3.1 Rangkaian Generator Penguat Terpisah

3.1.2 Rangkaian Percobaan Generator Penguat Shunt

B 2

Gambar 3.2 Rangkaian Generator Penguat Shunt

3.1.3 Rangkaian Percobaan Generator DC Seri


1 2 2 1

Gambar 3.3 Rangkaian Generator DC Seri

70
3.1.4 Rangkaian Percobaan Generator DC Penguat Kompon Pendek

2 1

B 2

Gambar 3.4 Generator DC Penguat Kompon Pendek

3.1.5 Rangkaian Percobaan Generator DC Penguat Kompon Panjang


2 1

B 2

Gambar 3.5 Generator DC Penguat Kompon Panjang


3.2 Data Percobaan
3.2.1 Generator DC Penguat Terpisah
3.2.1.1 Beban Nol
Tabel 3.1 Data Percobaan Beban Nol
No. If (A) Ea (V) n (rpm)
1. 0.04 18.4 1495
2. 0.10 23.6 1496
3. 0.12 32.7 1497
4. 0.14 44.6 1495
5. 0.17 52.4 1495

3.2.1.2 Berbeban
Tabel 3.2 Data Percobaan Berbeban
No Beban
If (A) IL (A) n (rpm) Vt (V) Ea (V) Rf (Ω)
. (W)
1. 40 0.14 0.1 1495 43.7 43.9 72.9
2. 60 0.15 0.17 1495 37.7 37.8 113.5
3. 100 0.16 0.2 1495 45.4 45.7 161

3.2.1.3 Hubung Singkat


Tabel 3.3 Data Percobaan Hubung Singkat
No. If (A) Ia (A) n (rpm) Ea (V)
1. 0.14 7.25 1497 0
2. 0.19 8.39 1497 0

3.1.2.4 Karakteristik Luar


Tabel 3.4 Data Percobaan karakteristik Luar
Beban
No. If (A) IL (A) n (rpm) Ea(V) Rf (KΩ)
(W)
1. 40 0,16 0,09 1494 45.8 51.3
2. 60 0,19 0,21 1493 45.2 51.3
3. 100 0,19 0,21 1493 45.1 51.3

3.1.2.5 Karakteristik Pengaturan


Tabel 3.5 Data Percobaan Karakteristik Pengarturan
No Beban Rf (Ω)
If (A) IL (A) n (rpm) Ea(V)
. (W)
1. 40 0.16 0.08 1492 50.1 27
2. 60 0.17 0.2 1492 50.1 40.2
3. 100 0.18 0.22 1494 50.1 81.4

3.2.2 Generator DC Penguat Shunt


3.2.2.1 Beban Nol
Tabel 3.6 Data Percobaan Beban Nol
No. If (A) Ea (V) n (rpm)
1. 0.04 5.13 1495
2. 0.14 45.5 1492
3. 0.23 70.2 1492
4. 0.32 87.2 1489
5. 0.40 105.3 1487

3.2.2.2 Berbeban
Tabel 3.7 Data Percobaan Berbeban
No Beban Ea (V)
If (A) IL (A) n (rpm) Vt (V) Rf (Ω)
. (W)
1. 40 0.27 0.25 1492 66.9 66.8 74.6
2. 60 0.25 0.21 1492 61.5 62.2 75.5
3. 100 0.20 0.20 1492 57.0 57.5 77.7

3.2.3 Generator DC Penguat Seri


Tabel 3.8 Data Percobaan Berbeban
No Beban
If (A) IL (A) n (rpm) Vt (V) Rf (Ω)
. (W)
1. 40 0.015 0.015 1488 1.58 91.5
2. 60 0.019 0.019 1490 1.23 91.5
3. 100 0.024 0.024 1487 1.13 91.5

3.2.4 Generator DC Penguat Kompon Pendek


3.2.4.1 Beban Nol
Tabel 3.9 Data Percobaan Beban Nol
No. If (A) Ea (V) n (rpm)
1. 0.09 17 1492
2. 0.18 45.37 1492
3. 0.23 60.8 1487
4. 0.32 79.6 1482
5. 0.36 89.2 1480

3.2.4.1 Berbeban
Tabel 3.10 Data Percobaan Berbeban
No Beban Ea (V)
If (A) IL (A) n (rpm) Vt (V) Rf (Ω)
. (W)
1. 40 0.015 0.015 1491 61.4 61.2 83.4
2. 60 0.019 0.019 1492 42.7 43 83.3
3. 100 0.024 0.024 1490 60.5 61 72.3

3.2.5 Generator DC Penguat Kompon Panjang


3.2.5.1 Beban Nol
Tabel 3.11 Data Percobaan Beban Nol
No. If (A) Ea (V) n (rpm)
1. 0.1 25 1493
2. 0.14 40.5 1491
3. 0.2 57 1488
4. 0.3 83.7 1486
5. 0.36 93.7 1484

3.2.5.2 Berbeban
Tabel 3.12 Data Percobaan Berbeban
No Beban Ea (V)
If (A) IL (A) n (rpm) Vt (V) Rf (Ω)
. (W)
1. 40 0.22 0.1 1490 66.9 67.45 89.4
2. 60 0.12 0.19 1490 48.4 49.5 96.4
3. 100 0.17 0.19 1490 55 55.4 155

3.3 Analisa dan Pembahasan


Generator DC diputar oleh motor induksi 3 fasa, sehingga rotor generator
DC berputar. Konstruksi stator generator DC dan rotor generator DC yang berupa
kumparan, sehingga nilai tegangan DC pada stator untuk menjadikan stator
sebagai magnet. Kumparan magnet yang berupa kumparan pada rotor karena
terjadi perpotongan medan magnet stator dengan lilitan pada titik selanjutnya
timbul GGL pada rotor dan dihasilkan melalui komutator sebagai penghantar.

3.3.1 Generator Penguat Terpisah


3.3.1.1 Percobaan Beban Nol
Tabel 3.13 Data Percobaan Beban Nol
No. If (A) Ea (V) n (rpm)
1. 0.04 18,4 1495
2. 0.10 23,6 1496
3. 0.12 32,7 1497
4. 0.14 44,6 1495
5. 0.17 52,4 1495

Dari tabel 3.13 dapat dibuat grafik sebagai berikut.


 Grafik If – Ea
Grafik If - Ea
60

50

40

30

20

10

0
0.04 0.1 0.12 0.14 0.17

Gambar 3.6 Grafik Perbandingan If – Ea


Ea(V)

If(A)

Gambar 3.7 Grafik Ideal If – Ea

Dari Gambar 3.6 dapat dilihat apabila hubungan If dengan Ea percobaan


beban nol memiliki bentuk yang sesuai dengan grafik idealnya seperti pada
Gambar 3.7 yang menunjukkan apabila ketika nilai arus medan (If) dinaikkan,
maka tegangan armature-nya (Ea) juga akan semakin naik nilainya dan saat sudah
mencapai arus jenuh maka yang terjadi adalah ketika nilai arus medan (If)
dinaikkan maka tegangan armature-nya (Ea) semakin turun nilainya. Sedangkan,
pada percobaan diatas nilai If belum mencapai arus jenuh. Pada percobaan
diperoleh nilai arus medan sebesar 0.04 A maka tegangan armatur nya 18.4 V,
lalu saat nilai arus medan sebesar 0.10 A maka tegangan armatur nya 23.6 V dan
saat nilai arus medan sebesar 0.12 A maka tegangan armatur nya 32.7 V.
Kemudian, saat nilai arus medan sebesar 0.14 A maka tegangan armatur nya 44.6
V dan saat nilai arus medan sebesar 0.17 A maka tegangan armatur nya 52.4 V.
3.3.1.2 Percobaan Berbeban
Tabel 3.14 Data Percobaan Berbeban
No Beban
If (A) IL (A) n (rpm) Vt (V) Ea (V) Rf (Ω)
. (W)
1. 40 0.14 0.1 1495 43.7 43.9 72.9
2. 60 0.15 0.17 1495 37.7 37.8 113.5
3. 100 0.16 0.2 1495 45.4 45.7 161

Dari tabel 3.14 dapat dibuat grafik hubungan antara beban dengan Vt
 Grafik P – Vt
120

100

80

60

40

20

0
43.7 37.7 45.4

Gambar 3.8 Grafik Percobaan P – Vt


Vt (volt) Grafik Ideal Hubungan P - Vt

P (Watt)

Gambar 3.9 Grafik Ideal P – Vt


Dari gambar 3.8 didapatkan grafik hubungan beban dengan Vt untuk
percobaan berbeban seperti diatas, dari gambar diatas dapat dilihat pada variasi 1
saat beban 40 W maka nila Vt nya sebesar 43.7 V. Kemudian variasi 2 saat beban
60 W maka nila Vt nya sebesar 37.8V dan variasi 3 saat beban 100 W maka nila
Vt nya sebesar 45.4 V, hal ini kurang sesuai dengan grafik ideal hubungan P
dengan Vt seperti pada gambar 3.9, yang mana menunjukkan semakin besar nilai
beban yang digunakan maka nilai Vt-nya akan semakin kecil. Perbedaan ini
disebabkan karena kesalahan alat ukur dan alat praktikum yang sudah tua.
 Grafik Vt – IL
50

45

40

35

30

25

20

15

10

0
0.1 0.17 0.2

Gambar 3.10 Grafik Percobaan Vt – IL

Grafik Ideal Hubungan Vt - IL


Vt (volt)

IL (A)

Gambar 3.11 Grafik Ideal Vt – IL


Dari gambar 3.10 didapatkan grafik hubungan IL dengan Vt untuk percobaan
berbeban seperti diatas, dari gambar diatas dapat dilihat semakin nilai Vt maka
nilai IL akan semakin kecil, hal ini sudah sesuai dengan grafik ideal hubungan Vt
dengan IL seperti pada gambar 3.11, yang mana menunjukkan semakin besar nilai
Vt generator DC maka nilai IL-nya akan semakin kecil. Namun pada saat variasi
pertama, terdapat sedikit ketidaksesuaian. Hal ini dikarenakan alat ukur yang
kurang akurat dan alat praktikum yang sudah tua.
 Grafik P - Rf

Grafik P dan Rf
180

160

140

120

100
Rf (ohm)

80

60

40

20

0
30 40 50 60 70 80 90 100 110
P (W)

Gambar 3.12 Grafik Perbandingan P – Rf

Grafik Ideal Hubungan P - Rf


Rf (ohm)

P (W)

Gambar 3.13 Grafik Ideal P – Rf


Dari Gambar 3.12 didapatkan grafik hubungan P beban dengan Rf untuk
percobaan Generator DC penguat terpisah berbeban. Dari data grafik dapat dilihat
semakin besar nilai beban, nilai Rf tetap konstan. Sesuai dengan percobaan
dimana saat nilai P sebesar 40 W, 60 W dan 100 W diperoleh nilai Rf tetap
sebesar 72,9 , 113,5 dan 161,0 Ω. Hal sesuai dengan grafik ideal hubungan P
dengan Rf yang menunjukkan semakin besar nilai arus P maka nilai Rf semakin
besar pula.
3.3.1.3 Percobaan Hubung Singkat
Tabel 3.15 Data Percobaan Hubung Singkat
No. If (A) Ia (A) n (rpm) Ea (V)
1. 0.14 7.25 1497 0
2. 0.19 8.34 1497 0

 Grafik If – Ia
Dari tabel 3.15 didapatkan grafik hubungan antara arus eksitasi (If) dengan
Arus armatur seperti berikut ini:
10

0
0.14 0.19

Gambar 3.14 Grafik Percobaan If – Ia

Grafik Ideal Hubungan If - Ia


Ia (A)

If (A)

Gambar 3.15 Grafik Ideal If – Ia


Dari gambar 3.12 dapat dilihat nilai arus eksitasi sebesar 0.14 A memiliki
nilai arus armature hubung singkat 7.25 A dan ketika arus eksitasi bernilai 0.19 A
memiliki nilai arus armature hubung singkat sebesar 8.34 A. Dari data tersebut
didapatkan grafik yang berbanding lurus, hal ini sudah sesuai dengan grafik ideal
seperti pada gambar 3.13 yang menunjukkan semakin besar arus eksitasi maka
arus armature hubung singkatnya juga akan semakin besar.

3.3.1.4 Percobaan Karakteristik Luar


Tabel 3.16 Data Percobaan karakteristik Luar
Beban
No. If (A) IL (A) n (rpm) Ea(V) Rf (KΩ)
(W)
1. 40 0,16 0,09 1494 45.8 51.3
2. 60 0,19 0,21 1493 45.2 51.3
3. 100 0,19 0,21 1493 45.1 51.3

 Grafik Ia – Ea
Dari tabel 3.16 dapat dicari nilai Ia dengan rumus berikut:
I a=I f + I L

 Saat beban 40 W
I a=I f + I L
I a=0.16+ 0.09
I a=0.25 A

 Saat beban 60 W
I a=I f + I L
I a=0.19+ 0.21
I a=0.4 A

 Saat Beban 100 W


I a=I f + I L
I a=0.19+ 0.21
I a=0.4 A
Dari perhitungan diatas dapat dibuat grafik hubungan arus armatur dengan
tegangan armatur seperti berikut ini:

46

45.5

45

44.5

44

43.5

43

42.5
0.16 0.19 0.19

Gambar 3.16 Grafik Percobaan Ia – Ea

Grafik Ideal Hubungan Ia - Ea


Ea (volt)

Ia (A)

Gambar 3.17 Grafik Ideal Ia – Ea


Berdasarkan gambar 3.14 didapatkan grafik hubungan arus armatur
dengan tegangan armatur pada percobaan karakteristik luar seperti diatas. Bisa
dilihat nilai Ea 45.8 V arus armature sebesar 0.16 A kemudian turun menjadi 45.2
V saat nilai arus Ia sebesar 0.19 A. Kemudian turun menjadi 45.1 V saat nilai arus
Ia sebesar 0.19 A. Hal ini sudah cukup sesuai dengan grafik ideal yang
ditunjukkan pada gambar 3.15.
 Grafik P - Rf

Grafik P dan Rf
60

50

40
Rf (ohm)

30

20

10

0
30 40 50 60 70 80 90 100 110
P (W)

Gambar 3.18 Grafik Perbandingan P – Rf

Grafik Ideal Hubungan P - Rf


Rf (ohm)

P (W)

Gambar 3.19 Grafik Ideal P – Rf


Dari Gambar 3.12 didapatkan grafik hubungan P beban dengan Rf untuk
percobaan Generator DC penguat terpisah berbeban. Dari data grafik dapat dilihat
semakin besar nilai beban, nilai Rf tetap konstan. Sesuai dengan percobaan
dimana saat nilai P sebesar 40 W, 60 W dan 100 W diperoleh nilai Rf tetap
sebesar 51,3 . Hal ini tidak sesuai dengan grafik ideal hubungan P dengan Rf
yang menunjukkan semakin besar nilai arus P maka nilai Rf semakin besar
pula.hal ini disebabkan karena kurang telitinya praktikan dan alat yang sudah tua.
3.3.1.5 Percobaan Karakteristik Pengaturan
Tabel 3.17 Data Percobaan Karakteristik Pengarturan
No Beban Rf (Ω)
If (A) IL (A) n (rpm) Ea(V)
. (W)
1. 40 0.16 0.08 1492 50.1 27
2. 60 0.17 0.2 1492 50.1 40.2
3. 100 0.18 0.22 1494 50.1 81.4

 Grafik Ia – Ea
Dari tabel 3.17 dapat dicari nilai Ia dapat dengan rumus berikut:
I a=I f + I L
 Saat beban 40 W
I a=I f + I L
I a=0.16+ 0.08
I a=0.24 A

 Saat beban 60 W
I a=I f + I L
I a=0.17+ 0.2
I a=0.37 A

 Saat Beban 100W


I a=I f + I L
I a=0.18+ 0.22
I a=0.4 A
Dari perhitungan diatas dapat dibuat grafik hubungan arus armatur dengan
tegangan armatur seperti berikut ini:
60

50

40

30

20

10

0
0.24 0.37 0.4

Gambar 3.20 Grafik Percobaan Ia – Ea

Grafik Ideal Hubungan Ia - Ea


Ea (volt)

Ia (A)

Gambar 3.21 Grafik Ideal Ia – Ea

Dari gambar 3.16 didapatkan grafik hubungan arus armatur dengan tegangan
armatur untuk percobaan karakteristik pengaturan seperti diatas, dari data grafik
dapat dilihat semakin besar nilai arus Ia nilai tegangan armature Ea tetap konstan,
sesuai dengan percobaan saat nilai arus Ia sebesar 0,24 A, 0.37 A, dan 0,4 A
maka tegangan armature Ea tetap sebesar 50.1. Hal ini sudah sesuai dengan grafik
ideal hubungan Ia dengan Ea, yang mana menunjukkan semakin besar nilai arus Ia
maka nilai tegangan armature Ea tetap konstan.

 Grafik Ia – If
Dari tabel 3.16 dapat dibuat grafik hubungan antara arus armatur dengan
arus eksitasi seperti berikut:
0.19

0.18

0.18

0.17

0.17

0.16

0.16

0.15
0.24 0.37 0.4

Gambar 3.22 Grafik Percobaan Ia – If

Grafik Ideal Hubungan Ia - If


If (mA)

Ia (mA)

Gambar 3.23 Grafik Ideal Ia – If


Dari gambar 3.18 didapatkan grafik hubungan arus armatur dengan arus
eksitasi untuk percobaan karakteristik pengaturan seperti diatas, dari data
perhitungan dapat dilihat semakin besar nilai arus armatur maka nilai arus
eksitasinya juga akan semakin besar. Bisa dilihat nilai arus armatur 0.24 A arus
eksitasinya sebesar 0.16 A, kemudian naik menjadi 0.37 A saat nilai arus
eksitasinya sebesar 0.17 A, kemudian naik menjadi 0.4 4 saat nilai arus armtur
sebesar 0.18 A. Hal ini sesuai dengan grafik ideal hubungan arus armatur dengan
arus eksitasi yang mana semakin besar nilai arus armatur maka nilai arus
eksitasinya akan semakin besar.

 Grafik P - Rf

Grafik P dan Rf
90

80

70

60

50
Rf (ohm)

40

30

20

10

0
30 40 50 60 70 80 90 100 110
P (W)

Gambar 3.24 Grafik Perbandingan P – Rf

Grafik Ideal Hubungan P - Rf


Rf (ohm)

P (W)

Gambar 3.25 Grafik Ideal P – Rf


Dari Gambar 3.24 didapatkan grafik hubungan P beban dengan nilai Rf untuk
percobaan karakteristik pengaturan. Dari percobaan dapat dilihat semakin besar
nilai P beban, maka nilai Rf juga akan semakin besar. Pada nilai P 40 W nilai
Rfnya 27 Ω. Pada nilai P 60 W nilai Rfnya 40,2 Ω. Pada nilai P 100 W nilai
Rfnya 81,4 Ω.. Hal ini sesuai dengan grafik ideal hubungan P dengan Rf yang
mana semakin besar nilai P beban maka nilai Rf akan semakin besar.

3.3.2 Generator DC Penguat Shunt


3.3.2.1 Percobaan Beban Nol
Tabel 3.18 Data Percobaan Beban Nol
No. If (A) Ea (V) n (rpm)
1. 0.04 5.13 1495
2. 0.14 45.5 1492
3. 0.23 70.2 1492
4. 0.32 87.2 1489
5. 0.40 105.3 1487

Berdasarkan tabel 3.18 dapat dibuat grafik berikut


 Grafik If – Ea
120

100

80

60

40

20

0
0.04 0.14 0.23 0.32 0.4

Gambar 3.26 Grafik Hubungan If – Ea


Grafik Ideal Hubungan If dan Ea
Ea(V)

If(A)

Gambar 3.27 Grafik Ideal If – Ea

Berdasarkan gambar 3.20 didapat dilihat grafik hitung If – Ea sudah sesuai


dengan grafik idealnya pada gambar 3.21. Pada percobaan 1, ketika I f bernilai
0.04 maka nilai Ea sebesar 5.13 V. Dimana ketika If nya dinaikkan menjadi 0.14
A, maka tegangan Ea nya juga semakin besar menjadi 45.5 V. Ketika I f nya
dinaikkan menjadi 0.23 A, maka nilai Ea sebesar 70.2 V. Pada percobaan ini,
belum mencapai nilai If jenuh, sehingga nilai Ea nya masih selalu naik.

3.3.2.2 Percobaan Berbeban


Tabel 3.19 Data Percobaan Berbeban
No Beban Ea (V)
If (A) IL (A) n (rpm) Vt (V) Rf (Ω)
. (W)
1. 40 0.27 0.25 1492 66.9 66.8 74.6
2. 60 0.25 0.21 1492 61.5 62.2 75.5
3. 100 0.20 0.20 1492 57.0 57.5 77.7
Dari tabel 3.19 dapat dibuat grafik hubungan antara Beban dengan Vt
 Grafik Beban – Vt

Series 1
68

66

64

62

60

58

56

54

52
40 60 100

Gambar 3.28 Grafik Hubungan P-Vt

Grafik Beban - Vt
Vt (V)

Beban (W)

Gambar 3.29 Grafik Ideal P-Vt


Berdasarkan gambar 3.22 dapat dilihat grafik hubungan P dan V t sudah
sesuai dengan grafik ideal pada gambar 3.23. Nilai P dan V t adalah berbanding
terbalik, semakin besar nilai beban P maka nilai tegangan Vt yang dihasilkan
semakin kecil. Hal ini bisa dilihat ketika nilai P=40 W nilai Vt=66.9 V, kemudian
ketika P=60 W nilai Vt=62.2, kemudian ketika nilai P=100 W nilai Vt=57.0. Hal
ini telah sesuai dengan teori yang ada.
 Grafik IL – Vt
68

66

64

62

60
Column2

58

56

54

52
0.2 0.21 0.25

Gambar 3.30 Grafik Hubungan V-IL

Grafik Ideal Hubungan Vt dan IL


Vt (V)

IL (A)

Gambar 3.31 Grafik Ideal V-IL

Berdasarkan gambar 3.24 dapat dilihat grafik hubungan V dengan I L, yang


mana belum sesuai dengan grafik ideal pada gambar 3.25. Semakin besar IL maka
Vt juga semakin rendah. Sebaliknya dimana nilai Vt semakin besar maka nilai IL
semakin rendah. Namun pada data yang didapat, hasil tidak sesuai dengan grafik
ideal. Ketidaksesuaian data percobaan tesebut dikarenakan adanya kesalahan
pembacaan alat ukur dan ketidaksesuaian adjustment tang ampere yang
digunakan.
 Grafik P - Rf

Grafik P dan Rf
78
77.5
77
76.5
76
Rf (ohm)

75.5
75
74.5
74
73.5
73
30 40 50 60 70 80 90 100 110
P (W)

Gambar 3.32 Grafik Perbandingan P – Rf

Grafik Ideal Hubungan P - Rf


Rf (ohm)

P (W)

Gambar 3.33 Grafik Ideal P – Rf

Dari Gambar 3.31 didapatkan grafik hubungan P beban dengan nilai Rf


untuk percobaan Generator DC Penguat Shunt Berbeban. Dari percobaan dapat
dilihat semakin besar nilai P beban, maka nilai Rf juga akan semakin besar. Pada
nilai P 40 W nilai Rfnya 74,6 Ω. Pada nilai P 60 W nilai Rfnya 75,5 Ω. Pada nilai
P 100 W nilai Rfnya 77,7 Ω.Hal sesuai dengan grafik ideal hubungan P dengan Rf
yang mana semakin besar nilai P beban maka nilai Rf akan semakin besar.

3.3.3 Generator Penguat Seri


Tabel 3.20 Data Percobaan Berbeban
No Beban
If (A) IL (A) n (rpm) Vt (V) Rf (Ω)
. (W)
1. 40 0.015 0.015 1488 1.58 91.5
2. 60 0.019 0.019 1490 1.23 91.5
3. 100 0.024 0.024 1487 1.13 91.5

Dari tabel 3.20 dapat dicari nilai Io dapat dicari dengan rumus:
I a=I f + I L

 Saat beban 40 W
Ia = I f + I L
Ia = 0.15 + 0.15
Ia = 0.3

 Saat beban 60 W,
Ia = I f + I L
Ia = 0.19 + 0.19
Ia = 0.38

 Saat beban 100 W,


Ia = I f + I L
Ia = 0.24 + 0.24
Ia = 0.48
 Grafik Ia – Vt

Series 1
1.8

1.6

1.4

1.2

0.8

0.6

0.4

0.2

0
0.3 0.38 0.48

Gambar 3.34 Grafik Hubungan Io-Vt

Grafik Ideal Hubungan Vt dan IL


Vt (V)

Ia (A)

Gambar 3.35 Grafik Ideal Ia-Vt

Berdasarkan gambar 3.26 dapat dilihat grafik hubungan I a dan V yang


sudah sesuai dengan grafik ideal pada gambar 3.33 dimana emakin besar Io maka
nilai Vt akan menurun. Pada nilai data pertama yaitu pada Ia sebesar 0.3 A
didapatkan nilai Vt 1.58 V, dan pada data ke 2 mengalami kenaikan nilai Vt
sebesar 1.23 V pada nilai arus Ia sebesar 0.38 A, kemudian data ke tiga nilai Ia
0.48 A tenagan Vt menjadi 1.13 V.
 Grafik P - Rf

Grafik P dan Rf
100
90
80
70
60
Rf (ohm)

50
40
30
20
10
0
30 40 50 60 70 80 90 100 110
P (W)

Gambar 3.36 Grafik Perbandingan P – Rf

Grafik Ideal Hubungan P - Rf


Rf (ohm)

P (W)

Gambar 3.37 Grafik Ideal P – Rf

Dari Gambar 3.35 didapatkan grafik hubungan P beban dengan Rf untuk


percobaan Generator DC penguat seri. Dari data grafik dapat dilihat semakin
besar nilai beban, nilai Rf tetap konstan. Sesuai dengan percobaan dimana saat
nilai P sebesar 40 W, 60 W dan 100 W diperoleh nilai Rf tetap sebesar 91,5 Ω.
Hal ini tidak sesuai dengan grafik ideal hubungan P dengan Rf, yang mana
seharusnya menunjukkan semakin besar nilai arus P maka nilai Rf semakin besar
pula. Ketidaksesuaian ini diakibatkan karena proses praktikum mengambil nilai
Rf yang sama.

3.3.4 Generator DC Penguat Kompon Pendek


3.3.4.1 Percobaan Beban Nol
Tabel 3.21 Data Percobaan Beban Nol
No. If (A) Ea (V) n (rpm)
1. 0.09 17 1492
2. 0.18 45.37 1492
3. 0.23 60.8 1487
4. 0.32 79.6 1482
5. 0.36 89.2 1480

Dari tabel 3.21 dapat dibuat grafik hubungan antara If dengan Ea


 Grafik If – Ea
100

90

80

70

60

50

40

30

20

10

0
0.09 0.18 0.23 0.32 0.36

Gambar 3.38 Grafik Hubungan If – Ea


Grafik Ideal Hubungan If dan Ea
Ea (V)

If (A)

Gambar 3.39 Grafik Ideal If – Ea


Berdasarkan gambar 3.28 didapat dilihat grafik hitung I f – Ea belum
terlihat kesesuaiannya dengan grafik idealnya pada gambar 3.29. Pada percobaan
1, ketika If bernilai 0.09 A maka nilai Ea sebesar 17 V Dimana ketika If nya
dinaikkan menjadi 0.18 A, maka tegangan Ea nya juga semakin besar menjadi
senilai 45.37 V. Namun bila If nya dinaikkan melebihi titik jenuhnya, maka saat I f
nya diturunkan pola penurunan tegangan Ea berbeda dengan Ea naik. Pada
percobaan ini, belum mencapai nilai If jenuh, sehingga nilainya masih terus naik.

3.3.4.2 Percobaan Berbeban


Tabel 3.22 Data Percobaan Berbeban
No Beban Ea (V)
If (A) IL (A) n (rpm) Vt (V) Rf (Ω)
. (W)
1. 40 0.015 0.015 1491 61.4 61.2 83.4
2. 60 0.019 0.019 1492 42.7 43 83.3
3. 100 0.024 0.024 1490 60.5 61 72.3

Dari tabel 3.22 dapat dibuat grafik hubungan antara Beban – Vt.
 Grafik Beban – Vt

Series 1
70

60

50

40

30

20

10

0
40 60 100

Gambar 3.40 Grafik hubungan beban – Vt

Grafik Ideal Hubungan Beban dan Vt


Vt (V)

Beban (W)

Gambar 3.41 Grafik ideal hubungan beban – Vt


Berdasarkan grafik gambar 3.30 bisa dilihat bahwa grafik percobaan
hubungan beban dengan Vt belum sesuai dengan grafik idealnya. Terlihat pada
grafik percobaan pada nilai beban 40 W nilai Vt yang dihasilkan yaitu sebesar
61.4 V dan nilainya turun pada nilai beban 60 W dengan nilai tegangan Vt sebesar
42.7 A, namun nilainya naik pada nilai beban 100 W dengan nilai tegangan Vt
sebesar 60.5 V. Ketidaksesuaian percobaan tersebut terjadi karena kesalahan
dalam pengukuran dan kesalahan praktikan dalam pengambilan data.
 Grafik P - Rf

Grafik P dan Rf
86
84
82
80
78
Rf (ohm)

76
74
72
70
68
66
30 40 50 60 70 80 90 100 110
P (W)

Gambar 3.42 Grafik Perbandingan P – Rf

Grafik Ideal Hubungan P - Rf


Rf (ohm)

P (W)

Gambar 3.43 Grafik Ideal P – Rf

Dari Gambar 3.41 didapatkan grafik hubungan P beban dengan nilai Rf untuk
percobaan kompon pendek berbeban. Dari percobaan dapat dilihat semakin besar
nilai P beban, maka nilai Rf juga akan semakin besar. Pada nilai P 40 W nilai
Rfnya 83,4 Ω. Pada nilai P 60 W nilai Rfnya 83,4 Ω. Pada nilai P 100 W nilai
Rfnya 72,3 Ω. Hal ini tidak sesuai dengan grafik ideal hubungan P dengan Rf
yang mana semakin besar nilai P beban maka nilai Rf akan semakin besar.

3.3.5 Generator DC Penguat Kompon Panjang


3.3.5.1 Percobaan Beban Nol
Tabel 3.23 Data Percobaan Beban Nol
No. If (A) Ea (V) n (rpm)
1. 0.1 25 1493
2. 0.14 40.5 1491
3. 0.2 57 1488
4. 0.3 83.7 1486
5. 0.36 93.7 1484

Dari tabel 3.23 dapat dibuat grafik hubungan antara If dengan Ea


 Grafik If – Ea

Series 1
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
0.1 0.14 0.2 0.3 0.36

Gambar 3.44 Grafik Hubungan If – Ea


Ea(V)

If(A)

Gambar 3.45 Grafik Ideal If – Ea

Dari Gambar 3.32 dapat dilihat hubungan If - Ea belum terlihat


kesesuaiannya dengan grafik idealnya pada gambar 3.33, dimana ketika I f nya
naik maka tegangan Ea nya juga semakin besar. Sesuai dengan percobaan saat
nilai If sebesar 0.1 A maka nilai tegangan Ea sebesar 25 V, lalu saat nilai If
sebesar 0.14 A maka nilai tegangan Ea sebesar 40.5 V, dan saat nilai If sebesar 0.2
A maka nilai tegangan Ea sebesar 57. Namun bila If nya dinaikkan melebihi arus
jenuhnya, maka saat If nya diturunkan, pola penurunan Ea berbeda Þngan Ea naik.
Pada percobaan ini, belum mencapai nilai If jenuh, sehingga nilainya masih naik.

3.3.5.2 Percobaan Berbeban


Tabel 3.24 Data Percobaan Berbeban
No Beban Ea (V)
If (A) IL (A) n (rpm) Vt (V) Rf (Ω)
. (W)
1. 40 0.22 0.1 1490 66.9 67.45 89.4
2. 60 0.12 0.19 1490 48.4 49.5 96.4
3. 100 0.17 0.19 1490 55 55.4 155

Dari tabel 3.24 dapat dibuat grafik hubungan antara P dengan V


 Grafik P – V
80

70

60

50

40

30

20

10

0
40 60 100

Gambar 3.46 Grafik Hubungan P - V

Grafik Ideal Hubungan P - V


V ( volt)

P (Watt)

Gambar 3.47 Grafik Ideal P – V


Pada grafik gambar 3.34 dapat dilihat bahwa pada saat P = 40 W didapat
Vt sebesar 66.9 V, saat P = 60 W didapat Vt sebesar 48.4 V, dan saat P = 100 W
didapat Vt sebesari 55.4 V. Nilai yang didapat pada percobaan belum sesuai
dengan grafik ideal yang dapat dilihat pada gambar 3.35. Hal ini diakrenakan
kesalahan pembacaan alat ukur.
 Grafik Vt – IL
Dari tabel 3.23 dapat dibuat grafik hubungan antara Vt dengan IL
80

70

60

50

40

30

20

10

0
0.1 0.19 0.19

Gambar 3.48 Grafik Hubungan Vt - IL

Grafik Ideal Hubungan Vt - IL


Vt ( volt)

IL (A)

Gambar 3.49 Grafik Ideal Vt -IL

Berdasarkan grafik gambar 3.36 dapat dilihat bahwa grafik percobaan tidak sesuai
dengan grafik idealnya. Pada data percobaan pertama didapatkan data IL sebesar
0.1 A dengan nilai tegangan Vt adalah 66.9 V, kemudian nilanya turun ketika nilai
IL sebesar 48.4 A nilai tegangan Vt sebesar 48.4 V, dan kemudian kembali naik
pada nilai arus 0.19 A dengan nilai Vt sebesar 55 V. Ketidaksesuaian pada data
kedua dikarenakan pembacaan alat ukur yang kurang tepat dan adjustment tang
ampere yang kurang presisi.
.
 Grafik P - Rf

Grafik P dan Rf
180

160

140

120

100
Rf (ohm)

80

60

40

20

0
30 40 50 60 70 80 90 100 110
P (W)

Gambar 3.50 Grafik Perbandingan P – Rf

Grafik Ideal Hubungan P - Rf


Rf (ohm)

P (W)

Gambar 3.51 Grafik Ideal P – Rf

Dari Gambar 3.49 didapatkan grafik hubungan P beban dengan nilai Rf untuk
percobaan karakteristik pengaturan. Dari percobaan dapat dilihat semakin besar
nilai P beban, maka nilai Rf juga akan semakin besar. Pada nilai P 40 W nilai
Rfnya 84,4 Ω. Pada nilai P 60 W nilai Rfnya 96,4 Ω. Pada nilai P 100 W nilai
Rfnya 155 Ω. Hal ini tidak sesuai dengan grafik ideal hubungan P dengan Rf yang
mana semakin besar nilai P beban maka nilai Rf akan semakin besar.
Ketidaksesuaian ini diakibatkan tidak adanya indikator parameter kecerahan nyala
lampu yang sama antara 3 variasi beban lampu.

3.3.6 Perbedaan Karakteristik dari Masing-Masing Penguat


Berikut adalah perbedaan dari karakteristik masing-masing penguat

3.3.6.1 Generator DC Penguat Terpisah


Merupakan generator DC yang arus medannya disuplai dari sumber DC
eksternal. Rangkaian ekuivalen generator DC penguat terpisah adalah sebagai
berikut:
If Ia Ra IL
+

Rf

Vf Vt
Ea

Gambar 3.52 Rangkaian ekuivalen generator penguat terpisah

Persamaan :
Ia = I L
Vt = Ea - IaRa
Vf
If =
Rf
Dimana Vt merupakan tegangan terminal generator dan If adalah arus
yang mengalir ke terminal generator. Ea merupakan tegangan internal yang
terbentuk dalam generator dan Ia merupakan arus armature generator.
Dengan menggunakan Hukum Kirchoff . Vt = E a - IaRa. Karakteristik
tegangan terminal ditunjukkan dengan grafik sebagai berikut :
Vt (volt)

IL (A)

Gambar 3.53 Karakteristik Terminal Generator DC Penguat Terpisah

3.3.6.2 Generator DC Penguat Shunt


Generator DC penguat Shunt merupakan generator DC yang menyuplai
arus medannya sendiri dengan kumparan medannya yang terhubung paralel pada
terminal mesin. Berikut rangkaian ekuivalen generator DC Penguat Shunt.
IL

Rf

Ea IL Vt

Lf

Gambar 3.54 Rangkaian Generator DC Penguat Shunt

Persamaan :
Ia = I f + I L
Vt = Ea - IaRa
Vf
If =
Rf
Dimana Ia merupakan arus armature, sedangkan Vt merupakan tegangan
pada terminal. Berdasarkan Hukum Kirchoff, tegangan pada generator adalah Vt
= Ea- IaRa.
Build up tegangan pada generator ini tergantung pada fluks membuat
pada generator, sehingga pada awalnya tegangan terminal yang keluar akan
bernilai kecil dan akan membesar seiring meningkatnya If. Semaikn besar If, maka
akan memperbesar Ea. Dengan Ea = K.φ.T.ω.I, sehingga Vt akan naik.
Bentuk karakteristik tegangan terminal generator DC Shunt :
Vt (volt)

IL (A)

Gambar 3.55 Karakteristik terminal generator DC Shunt

3.3.6.3 Generator DC Penguat Seri


Generator DC penguat seri merupakan generator DC yang belitan
medannya terhubung seri dengan armaturnya , karena arus armature jauh lebih
besar, dan ada arus pada rangkaian medan shunt, maka pada generator seri ini
memiliki jumlah belitan medan yang lebih sedikit untuk membangkitkan medan
magnet yang sama. Berikut rangkaian ekivalennya.
Rs Ls
Ra Ia Is IL

Ea Vt

Gambar 3.56 Rangkaian ekivalen generator DC Penguat Seri


Persamaan :
Ia = I s = I L
Vt = Ea + Ia (Ra + Rs)
Berdasarkan Hukum Kirchoff, tegangan terminal generator ini adalah Vt
= Ea + Ia (Ra + Rs). Berikut merupakan karakteristik terminal generator DC
penguat seri.

3.3.6 Generator DC Penguat Kompon

 Generator DC Kompon Pendek


Merupakan generator DC yang memiliki belitan medan seri maupun
parallel. Berikut rangkaian ekuivalen generator DC kompon pendek :

Ia Rs Ls Is
Ra
IF
Ea
Rf
Vt

Lf

Gambar 3.57 Generator DC Penguat Kompon Pendek

Persamaan :
Fnn =Nf . If + Nse . Io – Fns

 Generator DC Kompon Panjang


Bentuk rangkaian ekuivalen generator DC penguat kompon panjang :
Ia Rs Ls
Ra IL

Ea Rf
Vt
IL

Lf

Gambar 3.58 Generator DC Kompon Panjang

Persamaan :
If = Va / Rf

Pada generator DC ini diperoleh bahwa Ia = Il + If. Berdasarkan hokum


kirchoff, tegangannya adalah Vf = Ea-Ia (Ra+Rs). Berikut merupakan
karakteristrik terminal dari generator DC penguat kompon panjang.

Gambar 3.59 Karakteristik Terminal Generator DC Kompon Panjang


Kondisi overcurrent compounded terjadi saat tegangan beban penuh lebih
besar dari tegangan beban nol. Flat compounded terjadi saat tegangan beban
penuh sama dengan tegangan tanpa beban. Undercompounded terjadi saat
tegangan beban penuh lebih kecil dari tegangan tanpa beban.
3.4 Kesimpulan
1. Dari percobaan generator DC penguat terpisah beban nol, nilai If dan Ea
adalah berbanding lurus. Pada nilai If sebesar 0.04 A maka tegangan armatur
nya 18.4 V, lalu saat nilai If sebesar 0.1 A maka Ea nya 23.6 V dan saat nilai
If sebesar 0.12 A maka Ea nya 32.7 V. Kemudian, saat nilai If sebesar 0.14 A
maka Ea nya 44.6 V dan saat nilai If sebesar 0.17 A maka Ea nya 52.4 V. Hal
ini sudah sesuai dengan teori.
2. Dari percobaan generator DC penguat terpisah berbeban, nilai P beban dan I
beban adalah berbanding lurus. Pada nilai P 40 W diperoleh nilai I beban
0.1A. Pada nilai P 60 W diperoleh nilai I beban 0.17 A. Sedangkan, Pada
nilai P 100 W diperoleh nilai I beban 0.2 A.Sehingga, hasil percobaan telah
sesuai teori.
3. Dari percobaan generator DC penguat terpisah hubung singkat, nilai If
berbanding lurus dengan Ia. Dimana pada nilai If 0.14 A diperoleh nilai Ia
7.25 A dan pada nilai If 0.19 A diperoleh nilai Ia 8.39 A.Sehingga, hasil
percobaan telah sesuai teori.
4. Dari percobaan generator DC penguat terpisah karakteristik luar, diperoleh
data 3 variasi beban. Variasi 1 beban 40 W diperoleh I beban 0.09 A. Variasi
2 beban 60 W diperoleh nilai I beban 0.21 A. Sedangkan, variasi 3 beban 100
W diperoleh I beban 0.21 A. Data tersebut tidak sesuai teori karena nilai arus
cenderung menurun ketika beban naik. Kesalahan ini diakibatkan karena alat
ukur yang kurang presisi.
5. Dari percobaan generator DC penguat terpisah karakteristik pengaturan,
diperoleh data 3 variasi beban. Variasi 1 beban 40 W diperoleh I beban 0.08
A. Variasi 2 beban 60 W diperoleh nilai I beban 0.2 A. Sedangkan, variasi 3
beban 100 W diperoleh I beban 0.22 A. Pada. Pada data tersebut
menunjukkan nilai beban dengan arus adalah berbanding lurus. Sehingga,
percobaan kurang sesuai dengan teori.
6. Dari percobaan generator DC penguat shunt beban nol menunjukkan nilai If
berbanding lurus dengan nilai Ea. Pada nilai If 0.04 A diperoleh nilai Ea 5.13
V. Pada If 0.23 A diperoleh nilai Ea 70.2 V. Pada nilai If 0.32 A diperoleh
nilai Ea 87.2 V dan pada If 0.46 A diperoleh Ea 15.3 V. Sehingga hasil
percobaan tersebut telah sesuai teori.
7. Dari percobaan generator DC penguat shunt berbeban, menunjukkan nilai P
berbanding terbalik dengan niai IL. Pada variaso 1 beban 40 W diperoleh IL
0.25 A. Pada variasi 2 beban 60 W diperoleh IL 0.21 A dan pada variasi 3
beban 100 w diperoleh IL 0.20 A. Sehingga hasil percobaan tersebut telah
sesuai teori.
8. Dari percobaan generator DC penguat seri diperoleh data percobaan untuk P
dan IL berbanding lurus. Pada variasi 1 P = 40 W diperoleh IL = 0.015 A.
pada variasi 2 beban 60 W diperoleh IL 0.024 A. Pada variasi 3 beban 100 W
diperoleh IL 0.05 A. Sehingga data twersebut sudah sesuai dengan teori.
9. Dari percobaan generator DC penguat kompon pendek beban nol
menunjukkan nilai If berbanding lurus dengan Ea. Pada nilai If 0.09 A
diperoeh nilai Ea 17 V. Pada niali If 0.18 A diperoleh Ea 45.37 V. Pada nilai
If 0.23 A diperoleh Ea 60.8 V. Pada nilai If 0.32 A diperoleh Ea 79.6 V dan
pada nilai If 0.36 diperoleh Ea 89.2 V. Sehingga data tersebut telah sesuai
teori.
10. Dari percobaan generator DC penguat kompon pendek berbeban
menunjukkan nilai beban tidak sesuai dengan teori dengan nilai Vt. Pada
nilai beban 40w diperoleh Vt 61.4 v. Pada nilai beban 60 W diperoleh Vt
42.7 V. Pada nilai beban 100 W diperoleh Vt 60.5 V.
11. Dari percobaan generator DC penguat kompon panjang diperoleh nilai If
berbanding lurus dengan Ea. Pada nilai If 0.1 A diperoleh Ea 25 V. Pada
nilai If 0.14 diperoleh nilai Ea 40.5 V. Pada nilai If 0.2 diperoleh nilai Ea 57
V. Pada nilai If 0.3 A diperoleh nilai Ea 83.7 V. Pada nilai If 0.36 A
diperoleh nilai Ea 0.37 V. Sehingga hasol percobaan sesuai dengan teori.
12. Dari hasil percobaan generator DC penguat kompon panjang berbeban
menunjukkan nilai beban dengan nilai IL sesuai dengan teori. Pada variasi 1
beban 40 W diperoleh nilai IL 0.1 A. Pada variasi 2 beban 60 W diperoleh
nilai IL 0.19 A. Sehingga hasil telah sesuai dengan teori.

Anda mungkin juga menyukai