Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila

Dosen Pengampu : Ahmad Samawi

Disusun Oleh :

1. Gita Ayu Widya Ningrum (190154603613)


2. Melisa Abigail Meliala (190154603277)
3. Mutiara Alif Afrimah (190154603295)
4. Richardo Marchandy (190154603308)
5. Tiara Betsy Sasmitarani (190154603298)

PENDIDIKAN LUAR BIASA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

2020

1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
dantak lupa pula kami ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkanrahmat, hidayah -Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Pancasila yang membahas tentang “Pancasila Sebagai Etika”. Dan juga kami
berterima kasih kepada Bapak Ahmad Samawi selaku dosen mata kuliah Pendidikan
Pancasila di Universitas Negeri Malang yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Adapun makalah Pendidikan Pancasila sebagai Etika ini telah kami usahakan
semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai referensi buku dan referensi
internet,sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa
menyampaikan bayak terima kasih kepada seluruh referensi-referensi yang telah membantu
kami dalam pembuatan makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Peranan Pancasila Sebagai Etika di Indonesia, khususnya
bagi penulis. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
dimasa depan.

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... 1


KATA PENGANTAR ..................................................................................................... 2
DAFTAR ISI..................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 4


A.Latar belakang .............................................................................................................. 4
B.Rumusan masalah.......................................................................................................... 4
C.Tujuan ........................................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 5


A.Pengertian Etika ........................................................................................................... 5
B.Norma Etik Bersumberkan Pancasila .......................................................................... 7
C.Kode Etik Profesi ........................................................................................................ 14
D. Pengamalan Subjektif Norma Etik ........................................................................... 15

BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 16


A.Kesimpulan ................................................................................................................. 16
B.Saran ........................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 17

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nilai norma dan moral adalah konsep-konsep yang saling terkait. Dalam
hubungannya dengan pancasila maka ketiganya akan memberikan pemahaman yang
saling melengkapi sebagai sistem etika. Pancasila sebagai suatu sistem falsafat pada
hakikatnya merupakan suatu sistem nilai yang menjadi sumber dari penjabaran norma
baik norma hukum, norma moral maupun norma kenegaraan lainnya. Disamping itu,
terkandung juga pemikiran-pemikiran yang bersifat kritis,mendasar, rasional, sistematis
dan komprehensif. Oleh karena itu, suatu pemikiran filsafat adalah suatu nilai-nilai yang
mendasar yang memberikan landasan bagi manusia dalam hidup bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai tersebut dijabarkan dalam kehidupan yang bersifat
praksis atau kehidupan nyata dalam masyarakat, bangsa dan Negara maka diwujudkan
dalam norma-norma yang kemudian menjadi pedoman. Norma-norma itu meliputi :
Norma moral : Yang berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dapat diukur dari sudut
baik dan buruk, sopan atau tidak sopan, susila atau tidak susila. Norma hukum : Sistem
peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam suatu tempat danwaktu tertentu dalam
pengertian ini peraturan hukum. Dalam pengertian itulah Pancasila berkedudukan sebagai
sumber dari segala sumber hokum. Dengan demikian, Pancasila pada hakikatnya bukan
merupakan suatu pedoman yang langsung bersifat normatif ataupun praksis melainkan
merupakan suatu sistem nilai-nilai etika yang merupakan sumber norma.

B. Rumusan Masalah
Berdasar latar belakang yang telah dikemukakan di atas, muncul beberapa rumusan
masalah yang menarik untuk dikaji
1. Apakah pengertian dari etika
2. Norma etik bersumberkan Pancasila
3. Kode etik profesi
4. Pengalaman subjektif terhadap norma etik
C. Tujuan
1. Agar mahasiswa lebih memahami tentang materi Pancasila Sebagai Sistem Etika.
2. Untuk mendorong semangat mahasiswa agar memiliki etika yang sesuai dengan
Siladalam Pancasila.
3. Untuk menambah wawasan mahasiswa tentang Pancasila Sebagai Sistem Etika.
4. Untuk memberi gambaran secara tertulis tentang Pancasila Sebagai Sistem Etika

4
BAB II
PANCASILA SEBAGAI ETIKA

A. PENGERTIAN ETIKA
Kata etika yang secara etimologis dari kata yunani ethos secara harfifah berarti
adat kebiasaan. Watak atau kelakuan manusia. Dalam KBBI, etika di artikan sebagai ilmu
tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).
Pengertian etika bisa beragam menurut para ahli, namun dapat di klasifikasikan kedalam
3 makna (sudarminta, 1997); makna etika yang pertama adalah sebagai sistemnilai. Kata
etika di sini berarti nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangaan hidup
atau sebagai pedoman penilaian baik buruknya prilaku manusia, baik secara individu
maupun sosial dalam suatu masyarakat. Makna ini misalnya di gunakan dalam etik jawa,
etik protestan, dan sebagainya. Makna yang kedua adalah kode etik,yang mana
merupakan kumpulan norma dan nilai moral yang wajib di perhatikan oleh pemegang
profesi tertentu.Meurut bertens (2000), kata etika dapat di artikan sebanyak 3 jenis
1. Etika berarti nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan
bagiseseorang atau suatu kelompok yan mengatur tingka lakunya. Hal ini biasa di
artikan sebagai sistem nilai yang befungsi dalam hidup manusia perorangan maupun
stafsocial.
2. Etika di artikan sebagai kumpulan asas dan moral yaitu kode etik.
3. Etika berarti ilmu tentang yang baik atau buruk.Selain etika, di kenal juga dengan
istilah etiket, yang berasal dari bahasa prancis,etiquette, eika berarti moral namun
etiket adalah sopan santun,dinyatakan bahwa :
1. Etiket menyangkut cara sesuatu perbuatan yang harus di lakukan manusia,
sedangkan etika tidak terbatas pada cara di lakukannya sesuat perbuatan, etika
memberi norma pada perbuatan itu sendiri .
2. Etiket hanya berlaku dalam pergaulan, sedangkan etika tidak bergantung pada
hadir tidaknya orang lain.
3. Etiket bersifat relative, sedangkan etika bersifat absolute.
4. Etiket berarti memandang manusia hanya dari segi lahiriahnya, sedangkan etika
menyangkutkan manusia dari segi dalam.

1. Macam-macam etika atau filsafat moral


Etika sebagai filsafat moral adalah salah satu cabang ilmu yang secara filsafatyang
secara khusus mengkaji prilaku manusia dari segi baik buruknya atau benarsalahnya.
Secara umum dapat di bedakan dua cabang besar etika:
 Etika umum adalah etika yang menyajkan beberapa pengertian dasar dan pengaji
beberapa permasalahan pokok dalam filsafat moral.
 Etika khusus adalah etika yang membahas beberapa permasalahan moral dalam
bidang bidang khusus.
a. Etika deskriptif
Hanya melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas, misalnya adat
kebiasaansuatu kelompok, tanpa memberikan penilaian. Etika deskriptif

5
memelajari moralitasyang terdapat pada kebudayaan tertentu, dalam periode
tertentu. Etika ini dijalankanoleh ilmu-ilmu sosial: antropologi, sosiologi,
psikologi, dll, jadi termasuk ilmu empiris, bukan filsafat.
b. Etika normatif
Etika yang tidak hanya melukiskan, melainkan melakukan penilaian
(preskriptif:memerintahkan). Untuk itu ia mengadakan argumentasi, alasan-alasan
mengapasesuatu dianggap baik atau buruk. Etika normatif dibagi menjadi dua,
etika umumyang memermasalahkan tema-tema umum, dan etika khusus yang
menerapkan prinsip-prinsip etis ke dalam wilayah manusia yang khusus, misalnya
masalahkedokteran, penelitian. Etika khusus disebut juga etika terapan.

c. Metaetika
Meta berati melampaui atau melebihi. Yang dibahas bukanlah moralitas
secaralangsung, melainkan ucapan-ucapan kita di bidang moralitas. Metaetika
bergerak pada tataran bahasa, atau memelajari logika khusus dari ucapan-ucapan
etis.

2. Aliran-aliran dalam filsafat moral


a. Etika keutamaan
Kata lain adalah etika kebajikan berdefinisi teori yang
mempelajarikeutamaan(virtue), keutamaan adalah suatu disposisi batin yang
besifat tetapsebagai akibat suatu latihan dan kebiasaan untuk berbuat baik.
Keutamaan merupakan ciri-ciri keluhuran watak yang secara moral pantas di
ajukan kepada setiap orang dan di kejar olehnya. Etika keutamaan meletakkan
tekanan dan focus perhatiannya pada pribadi pelaku tindakan dan kualitas
watak pribadi tersebut. Aristoteles mengatakan arête di mana berbahasa
yunani yang berarti keutamaan, ada kaitannya dengan keunggulan
(excellence)serta di pakai untuk menunjukan bahwa seseorang bisa
melaksanakan fungsi pokok nya dengan baik. Keutamaan moral adalah ciri-
ciri watak manusia yang secara umum di junjung tinggi dan di miliki seorang
berkat latihan atau pembiasaan berbuat baik. Beberapa watak yang terkandung
dalam nilai keutamaan di antaranya adalah baik hati,kasatria, belas kasih, terus
terang, bersahabat, murah hati, bernalar, percaya diri, penguasaaan diri, sadar,
suka bekerja sama, berani, santun, jujur, terampil, adil,setia, bersahaja,
disiplin, mandiri, bijak sana, peduli dan toleran.

b. Etika deontology
Etika deontology adalah teori yang membicarakan kewajiban moral
sebagai halyang benar dan bukan membicarakan tujuan atau akibat dari etika
deontology dalammember tekanan dan focus perhatiannya pada prinsip-
prinsip yang mendasari tindakan, dan mengajarkan bahwa sebuah tindakan itu
benar kalau tindakan tersebut selaras dengan prinsip kewajiban yang relevan
untuknya. Kata deon berasal dari yunani yang artinya berkewajiban yang
merupakan inti dari teori ini dan mengasumsi bahwa orang orang bertindak
secara moral bila mengikuti aturan yang benar atau baik imperatif kategoris
merupakan perintah yang tidak bersyarat dan mutlak dimana di simbolkan

6
dengan perkataan ‟bertindaksecara moral‟ dimana perkataan itu tidak
mengandung perintah(command) tetapi secara moral yang datang dari diri
sendiri, tidak bersyarat, bersifat mutlak, dan merupakan realisasi dari rasio
(budi) praksis (zubaidi).

c. Etika teleology
Etika teleology adalah teori yang menyatakan bahwa hasil dari
tindakan moral menentukan nilai tindakan atau kebenaran tintakan. Etika
teleology menganggap nilai moral dari suatu tindakan di nilai berdasarkan
pada jauh mana tindakan tersebut mencapai tujuannya. Etika ini juga
menganggap bahwa kebenaran dan kesalahan suatu tindakan di nilai dari
tujuan akhir yang di inginkan. Aliran-aliran ini meliputi eudaemonisme,
hedonism, dan utilitarianisme.

B. NORMA ETIK BERSUMBERKAN PANCASILA


Sunoto (1982) memberikan pengertian etika pancasila sebagai filsafat moral atau
filsafat kesusilaan yang berdasar atas kepribadian, ideologi, jiwa dan pandangan hidup
berbangsa Indonesia. Etika pancasila adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari sila-sila
pancasila untuk mengatur prilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
diIndonesia. Di dalam etika pancasila mengandung nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan, dan keadilan. Kelima nilai tersebut membentuk prilaku manusia diIndonesia
dalam semua aspek pancasila itu lebih dekat pada pengertian etika keutamaanatau etika
kebajikan, meskipun corak keduanya mainstream yang lain. Namun menurut Notonagono,
etika keutamaan lebih dominan karena etika pancasila cerminan dalam empat tabit saleh atau
kebajikan, yaitu kebijakan, kesederhanaan, keteguhan, dan keadilan. Pancasila sebagai dassar
filsafat tercantum dalam undang 1945 di dalam pembukaan memiliki implikasi etis, yakni
sebagai sumber norma etik, yang bersumber dari pemikiran mendalam terhadap nilai dasar
pancasila.
1. Nilai pancasila sebagai sumber norma etik
Nilai nilai yang tertuang dalam pancasila menjadi inspirasi sekaligus
peganganhidup dlam mewujudkan harapan dan cita-cita bangsa. Namun demikian, nilai
tidak bersifat opersional dan belum konkret. Agar dapat bersifal operasional dan menjadi
pedoman hidup, nilai di wujudkan ke dalam norma. Norma atau kaidah itulah yang
bersifat operasional dan menjadi pegangan atau panduan hidup dalam bersikap dan
berperilaku.
 Ketuhanan yang maha esa
Nilai dasar yang tertuang dalam sila pertama pancasila adalah nilai ketuhanan.
Dimana yang menyangkut pada keyakinan dan kepercayaan yang di miliki oleh
bangsa ini. Agama merupakan salah satu sumber moralitas (sudaryanto 20017) aspek
etis yang tercermikan dari sila pertama pancasila adalah jaminan bagi setiap penduduk
untuk mengidentifikasi dirinya berdasarkan keyakinan atau agama tertentu. Setiap
individu berhak menyatakan dirinya berdasar keyakinan yang ia percayai.
7
 Kemanusiaan yang adil dan beradab
Didalam sila ini menunjukan bahwa kedudukan manusia yang sederajat dan
bermartabat. Manusia di tempatkan di dalam kedudukan yang terhormat.
Kemanusiaan menyakut segala unsur yang melekat pada diri manusia sebagai mahluk
monopluralis (notonagono1980). Dan didalam nya melekat atribut adil dan beradab
yang mempertegas orientasi kemanusiaan berdasar pancasila. Dalam hal ini
pemerintah harus menjamin setiap usaha manusia akan manusia dalam kerangka
mewujudkan sosok manusia yang adil dan beradab.
 Persatuan Indonesia
Persatuan mengikat seluruh perbedaan yang niscaya dalam bangsa ini.
Persatuan juga merupakan modalitas utama dalam mengintegrasikan seluruh
kepentingan di bawah paying kebangsaaan. Pemerintah dan rakyat harus secara sadar
menjaga dan memelihara kohesivitas yang melekatkan entitas bangsa ini dalam satu
bingkai kebangsaan.
 Kerakyatan yang di pimpin oleh kebijaksanaan dan permusyawaratan
Menepatkan masyarakat sebagai nilai universal yang melengkapi sila
sebelumnya. Nilai kerakyatan menegaskan bahwa orientasi sesungguhnya dari
keberadaan bangsa ini harus bermuara pada kepentingan rakyat. Rakyat adalah
kekuatan terbesar yang menentukan harapan dan cita-cita bangsa. Pemerintah harus
mengupayakan optimalisasi potensi kekuatan rakyat sebagai penopang
keberlangsungan bangsa. Dan pemerintah harus menginsyafi kenyataan bahwa rakyat
adalah subjek dan bukan objek. Konsekuensi perlakuan rakyat sebagai ojekoleh
pemerintah bisa di pandang tidak etis (sudaryanto2017).
 Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Sila kelima ini memuat nilai keadilan social yang ditujukan bagiseluruh
bangsa indonesia. Keadilan sosial menjamin pemerataan.

2. Etika Pancasila dalam Ketetapan MPR RI No.II/MPR/1978


Dalam kedudukan sebagai dasar filsafat negara, maka nilai nilai Pancasila
harus dijabarkan kedalam norma yang menjadi pedoman dalam penyelenggaraan
bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat. Ada dua norma dalam hidup bernegara,
yakni norma hukum dan norma moral atau etik (Kaelan, 2013). Oleh karena itu, dapat
dinyatakan bahwa nilai pancasila perlu diderivasikan kedalam norma hukum dan
norma etik bernegara. Pancasila menjadi sumber norma hukum adalah implikasi
yuridis dari pancasila dasar filsafat negara. Pancasila menjadi sumber norma etik
adalah implikasietis dari pancasila dasar filsafat negara. Dalam kaitannya dengan
etika, maka nilai pancasila menjadi sumber normaetik bernegara. Nilai pancasila
terjabarkan kedalam norma etik bernegara. Nilai pancasila terjabarkan kedalam norma
etik bernegara. Dalam pengalaman sejarah bernegara diindonesia, ketetapan MPR No.
II/MPR/1978 Tentang penghayatan dan pengalaman pancasila atau ekaprasetya
pancakarsa dapat dipandang sebagai contoh norma etik bernegara. Pedoman
penghayatan dan pengalaman pancasila berisis butir butir pengalaman dari sila sila
pancasila yang dimaksudkan sebagai pedoman untuk dijadikan penuntun atau
pegangan terhadap sikap dan tingkah laku bagi setiap manusia Indoensia dalam
kehidupan bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat. Dalam ketetapan tersebut
dinyatakan pula bahwa P4 bukan merupakan tafsir pancasila dasarnegara. Tafsir

8
pancasila dasar negara adalah sebagaimana termuat dalam UUD 1945yang berisikan
norma hukum. Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa butir butir P4merupakan
norma etik dari pada sila sila pancasila. Butir Butir norma sila pancasila :
a. Ketuhanan Yang Maha Esa
1) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa
2) Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing yang
adil dan beradab.
3) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama
antara pemelukagama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-
beda terhadap Tuhan YangMaha Esa.
4) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan
kepercayaanterhadap Tuhan Yang Maha Esa
5) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah
masalah yangmenyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan
Yang Maha Esa.
6) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan
ibadahsesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
7)Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap tuhan
Yang MahaEsa kepada orang lain.
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab
1) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2)Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi
setiapmanusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama,
kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan
sebagainya.
3)Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia
4)Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tea selira
5)Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain
6)Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan
7)Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan
8)Berani membela kebenaran dan keadilan
9)Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat
manusia
10)Mengembangkan sikap hormat menghoarmati dan bekerjasama
dengan bangsa lain.

9
c. Persatuan Indonesia
1)Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan
keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama
diataskepentingan pribadi dan golongan.
2)Sanggup dan rela berkorban untuk kepentinga negara dan bangsa
apabila diperlukan
3)Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa
4)Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air
Indonesia
5)Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
6)Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal
Ika
7)Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

d.Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/ perwakilan
1)Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia
Indonesiamempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama
2)Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain
3)Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama
4)Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan
5)Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai
sebagaihasil musyawarah
6)Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan
melaksanakan hasil keputusan musyawarah
7)Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan
8)Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati
nurani yang luhur
9)Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara
moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan
persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama

10
10)Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai
untukmelaksanakan permusyawaratan.

e. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


1)Mengembangkan perbuatan yang luhr, yang mencerminkan sikap
dan suasanakekeluargaan dan kegotongroyongan
2)Mengembangkan sikap adil terhadap sesame
3)Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban
4)Menghormati hak orang lain
5)Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri
sendiri
6)Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat
pemerasanterhadap orang lain
7)Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat
pemborosan dangaya hidup mewah.
8)Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau
merugikankepentingan umum
9)Suka bekerja keras
10)Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi
kemajuan dankesejahteraan bersama
11)Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan
yang meratadan berkeadilan sosial.
Butir butir P4 yang merupakan norma etik bersumberkan pancasila, dewasa ini
telahmenjadi pengalaman sejarah bangsa. Dikatakan demikian, oleh karena ketetapan
MPR RI No.II/MPR/1978 telah dicabut dan tidak berlaku lagi. Dicabutnya ketetapan
MPR tersebut berdasarkan pada ketetapan MPR No.XVIII/MPR/1998 tentang
pencabutan ketetapan majelis permusyawaratan rakyat republik indonesia No.
II/MPR/1978 tentang pedoman penghayatan dan pengalaman pancasila (Ekaprasetya
Pancakarya) dan penetapan tentang penegasan kembali pancasila sebagai dasar
negara.
Ada beberapa implikasi yang timbul setelah ditiadakannya ketetapan tersebut.
Misalnya, dalam pelajaran PPKn 1994, butir butir pancasila dalam P4 tidak lagi
menjadi materi pokok. Dalam pelajaran PKn 2006, butir butir P4 secara ekspelisit
juga tidak tampak. Dampak lainnya adalah dihapuskannya BP7 (Badan Pembinaan
Pendidikan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) sebagai lembaga
negara yang selama masa orde baru bertugas mengelola dan menyelenggarakan
program penataran P4, melalui keputusan presiden No. 27 Tahun 1999 tentang

11
pencabutan keputusan presiden No. 10 Tahun 1979 tentang Badan Pembinaan
Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila.
Yang menarik adalah, meskipun P4 telah dicabut, sebagian publik masih
menyatakan persetujuan dengan apa yang termuat dalm P4 tersebut. P4 dianggap
sebagai sesuatu yang baik, tidak ada yang salah, memiliki tujuan yang baik dan justru
penting digunakan untuk membangun jati diri manusia indonesia. Secara substansi P4
lebih menitik beratkan pada pembentukan moral dalam bersikap dan bertingkah laku
warga negara dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, bernegara. P4 merupakan etika
sosial dan politik bagi seluruh bangsa indonesia (Achmad Fauzi, 2003). Ketetapan
MPR No.II/MPR/1978 adalah pedoman yang dapat dijadikan penuntun dan pegangan
terhadap sikap dan tingkah laku bagi setiap manusia indoensia dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara (ketut Rindjin,2010). Yuwono Sudarsana
menilai tidak semua materi yang diberikan dalam penataran P4 terdahulu salah.
Menurut pengamatannya, penataran P4 sebenarnya bertujuan baik, namun dalam
implementasinya terlalu kaku dan dipaksakan (Kompas, 1 september 2007).
Mengapa ketetapan MPR tentang P4 tersebut dicabut, dapat kita ketahui
berdasarkan konsideran ketetapan MPR No. XVIII/MPR/1998 yang mengatakan
bahwa materi muatan dan pelaksanaan dari ketetapan majelis permusyawaratan rakyat
republik indonesia No.II/MPR/1978 tentang pedoman penghayatan dan pengamalan
pancasila tidak sesuai dengan perkembangan kehidupan bernegara. Uraian akan latar
belakang pencabutan tersebut kiranya belum cukup menjelaskan kepada banyak
pihak. Oleh karena itu, perlu penelitian lanjut perihal mengapa ketetapan MPR No.
II/MPR/1978 ini dicabut.

3. Etika Pancasila dalam Ketetapan MPR RI No. V/MPR/2001


Kebutuhan akan norma etik disisi norma hukum diawal era reformasi akhirnya
disadari oleh penyelenggara negara. Majelis Permusyawaratan Rakyat menetapkan 2
ketetapan berkenaan dengan ini, pertama yang khusus berkenaan dengan
penyelenggaraan negara, yaitu ketetapan MPR No. XI/MPR/1998 tentang
penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Kedua, yang bersifat lebih umum, yaitu ketetapan MPR No.VI/MPR/2001 tentang
etika kehidupan berbangsa. Etika kehidupan berbangsa dapat dikatakan sebagai norma
etik negara. Dalam ketetapan nya tersebut dinyatakan bahwa etika kehidupan
berbangsa merupakan rumusan yang bersumber dari ajaran agama, khususnya yang
bersifat universal dan nilai nilai luhur budaya bangsa yang tercerminkan dalam
pancasila sebagai acuan dasar dalam berpikir, bersikap, dan bertingkah laku dalam
kehidupan berbangsa. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pancasila
merupakan salah satu sumber etika kehidupan berbangsa. Sumber etika berbangsa
lainnya adalah ajaran agama. Pancasila merupakan sumber etika kehidupan berbangsa
karena didalam nya terkandung nilainilai luhur budaya indonesia. Ketut Rindjin
(2010) mengatakan ketetapan tentang etika kehidupan berbangsa dapat dipandang
sebagai pengganti ketetapan MPR Tahun 1978 tentangP4.Adapun Bidang kehidupan
yang sangat perlu adanya etika :

12
a. Etika Sosial Dan Budaya
Etika ini bertolak belakang dari rasa kemanusiaan yang mendalam
dengan menampilkan kembali sikap jujur, saling peduli, saling memahami,
saling menghargai, saling mencintai, dan saling tolong menolong di antara
sesama manusia dan warga bangsa. Sejalan dengan itu, perlu menumbuhkan
kembali budaya malu, yakni malu berbuat kesalahan dan semua yang
bertentangan dengan moral agama dan nilai nilai luhur budaya bangsa. Untuk
itu juga perlu ditumbuh kembangkan kembali budaya ketauladanan yang harus
diwujudkan dalam perilaku para pemimpin baik formal maupun informal pada
setiap lapisan masyarakat. Etika ini dimaksudkan untuk menumbuhkan dan
mengembangkan kembali kehidupan berbangsa yang berbudaya tinggi dengan
mengunggah, menghargai dangmengembangkan budaya nasional yang
bersumber dari budaya daerah agar mampu melakukan adaptasi, dan interaksi
dengan bangsa lain tindakan proaksi sejalan dengan tuntutan globalisasi.
Untuk itu, diperlukan penghayatan dan pengamalan agama yang benar,
kemampuan adaptasi, ketahanan, dan kreativitas budaya darimasyarakat.
b. Etika Politik dan Pemerintahan
Etika ini dimaksudkan untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih,
efisien,efektif serta menumbuhkan suasana politik yang demokratis yang
dicirikan keterbukaan, rasa tanggung jawab, tanggap akan aprisiasi rakyat,
menghargai perbedaan, jujur dalam persaingan, kesediaan untuk menerima
pendapat yang lebih benar, serta menjunjung tinggi hak asasi manusia dan
keseimbangan hak dankewajiban dan kehidupan bernegara. Masalah potensial
yang dapat menyebabkan permusuhan dan pertentangan haruslah diselesaikan
secara musyawarah dengan penuh kearifan dan kebijaksanaan sesuai nilai nilai
luhur agama dan budaya, dengan tetaop menjunjung tinggi perbedaan sebagai
sesuatu yang manusiawi dan alamiah. Etika Politik dan pemerintahan
diharapkan mampu menciptakan suasana harmonis antar kekuatan sosial
politik atau kelompok kepentingan untuk mencapai sebesar besarnya
kemajuan bangsa dan negara dengan mendahulukan kepentingan bersama
melebihi kepentingan pribadi atau golongan. Etika ini diwujudkan dalam
bentuk sikap yang jujur, bertata krama dalam perilaku politik yang toleran,
berpura pura, tidak arogan, jauh dari sikap munafik serta tidak melakukan
kebohongan publik, tidak manipulatif dan berbagai tindakan yang tidak terpuji
lainnya.
c. Etika ekonomi dan bisnis
Etika dimaksudkan agar prinsip dan perilaku ekonomi, baik oleh
pribadi, institusi, maupun pengambilan keputusan dalam bidang ekonomi
dapat melahirkan kondisi dan realitas ekonomi yang bercirikan persaingan
yang jujur, berkeadilan, mendorong berkembangnya etos kerja ekonomi, daya
tahan ekonomi dan kemampuan saing, dan terciptanya suasana kondusif untuk
pemberdayaan ekonomi yang berpihak kepaeda rakyat kecil melalui kebijakan
yang berkesinambungan.

13
d. Etika Penegakan Hukum Yang Berkeadilan
Etika ini dimaksudkan untuk menumbuhkan kesadaran bahwa tertib
sosial, ketenangan dan keteraturan hidup bersama hanya dapat diwujudkan
dengan ketaatan terhadap hukum dan seluruh peraturan yang ada. Etika ini
meniscayakan penegakan hukum secara adil, perlakuan yang sama dan tidak
diskriminatif terhadap setiap warga negara dihadapan hukum, dan
menghindarkan penggunaan hukum secara salah sebagai alat kekuasaan dan
bentuk-bentuk manipulasi hukum lainnya.

e. Etika Keilmuan
Etika keilmuan dimaksudkan untuk menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan, ilmu pengetahuan dan teknologi agar warga bangsa mampu
menjaga harkat dan martabatnya, berpijak kepada kebenaran untuk mencapai
kemaslahatan dan kemajuan sesuai dengan nilai-nilai agama dan budaya. Etika
ini diwujudkan secara pribadi maupun kolektif dalam karsa, cita dan karya,
yang tercermin dalam perilaku kreatif, inovatif, inventif, dan komunikatif
dalam kegiatan membaca, belajar, meneliti, menulis, berkarya, serta
menciptakan iklim kondunsif bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
f. Etika Lingkungan
Etika lingkungan menegaskan pentingnya kesadaran menghargai dan
melestarikan lingkungan hidup serta penataan tata ruang secara berkelanjutan
dan bertanggung jawab.

C. KODE ETIK PROFESI


Isi Etika Kehidupan Berbangsa sebagaimana ketetapan MPR No.
VI/MPR/2001 bersifat garis-garis besar dan pokok-pokoknya saja. Tindak lanjut atau
kaidah pelaksanaan dari pokok-pokok etika ini adalah mengembangkannya ke dalam
etika profesi, seperti etika profesi hukum, politik, ekonomi, kedokteran, guru, dan
jurnalistik.Etika merupakan norma-norma yang dianut oleh kelompok,golongan atau
masyarakat tertentu mengenai perilaku yang baik dan buruk. Etika adalah refleksi
kritis danrasional mengenai norma-norma yang terwujud dalam perilaku hidup
manusia, baik secara pribadi atau kelompok. Sistem etika bagi profesional
dirumuskan secara konkret dalam suatu kode etik profesi yang secara harafiah berarti
etika yang ditulis. Tujuan kode etik adalah menjunjung tingggi martabat profesi atau
seperangkat kaidah perilaku sebagai pedoman yang harus dipatuhi dalam mengemban
suatu profesi.

D. PENGAMALAN SUBJEKTIF TERHADAP NORMA ETIK

14
Pengamalan secara subjektif adalah dengan menjalankan nilai-nilai pancasila secara
pribadi dalam bersikap dan bertingkah laku kehidupan berbangsa dan bernegara. Nilai
pancasila tersebut terwujud dalam norma etik yang berlaku di masyarakat atau kode etik
profesi tertentu. Norma etik mengikat secara moral, tidak memaksa dari luar, tetapi berdasar
kesadaran diri sendiri untuk melaksanakan. Apabila seseorang melangggar norma etik maka
ia akan mendapat sanksi etik. Sanksi etik umumnya dibuat bertingkat, mulai dari teguran
lisan, teguran tertulis, peringatan, sampai sanksi etik yang kuat yakni dikeluarkan dari
organisasi profesi tersebut secara tidak hormat.
Norma moral seperti P4, etika kehidupan bersama, dan kode etik profesi dapat disebut
sebagai subjektifikasi yang subjektif dari pelaksanaan nilai-nilai yang umum, abstrak, dan
universal dari pancasila dasar negara. Subjektifikasi yang objektif pada dasarnya pembuatan
pedoman hukum bagi manusia indonesia yang umumnya bersumber dari nilai-nilai pancasila
yang telah terjabar dalam peraturan perundangan.
Bukti bahwa sifat subjektifikasi yang objektif maupun subjektif ini bisa berubah dan
berkembang dapat ditunjukkan dengan adanya perubahan norma hukum dalam UUD 1945
setelah amandemen, dicabutnya Ketetapan MPR tentang P4, munculnya ketetapan tentang
etika kehidupan berbangsa. Menurut Jimly Assidiqie (2011:3) nilai-nilai kehidupan
berbangsa dan bernegara tetap kita perlukan sehingga materinya dituangkan menjadi
Ketetapan MPR RI No.VI MPR/2001 yang dibiarkan tetap berlaku sampai sekarang
olehKetetapan MPR No.I/MPR/2003.
Pengamalan subjektif atas pancasila adalah pengamalan terhadaap norma-norma etik
bernegara termasuk kode etik profesi yang mencerminkan nilai-nilai pancasila. Pengamalan
pancasila dilaksanakan oleh setiap individu, perorangan atau setiap warga negara
indonesia.Pengamalan subjektif berasal dari kesadaran pribadi. Pengamalan subjektif atau
disebut aktualisasi pancasila secara subjektif (Kaelan,2013) penting dan dapat menetukan
pengamalan pancasila secara objektif.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendukung dari Pancasila sebagai etika adalah Pancasila memegang
peranandalam perwujudan sebuah sistem etika yang baik di negara ini. Di setiap saat
dandimana saja kita berada kita diwajibkan untuk beretika disetiap tingkah laku kita.
Seperti yang tercantum di sila ke dua pada Pancasila, yaitu “Kemanusian yang adildan
beradab” sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran pancasila dalam membangun
etika bangsa ini sangat berandil besar. Dengan menjiwai butir-butirPancasila masyarakat
dapat bersikap sesuai etika baik yang berlaku dalammasyarakat maupun bangsa dan
negara.
B. Saran
1. Etika (nilai, norma dan moral) harus senantiasa di terapkan dalam bersikap dan
berperilaku dalam kehidupan sehari-hari, sehingga terwujud perilaku yang
sesuaidengan adat, budaya dan karakter bangsa Indonesia.
2. Nilai-nilai Pancasila senantiasa harus diamalkan dalam setiap kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Agar tercipta persatuan dan kesatuan
antar warga Indonesia

16
DAFTAR PUSTAKA

Winarno.2016.Paradigma Baru Pendidikan Pancasila.Jakarta:Bumi Medika

https://www.academia.edu/38990493/Makalah_Pancasila_Pancasila_Sebagai_Etika

17
18

Anda mungkin juga menyukai