Call Paper Kecemasan Dan Insomnia
Call Paper Kecemasan Dan Insomnia
PENDAHULUAN
Amerika Serikat, Brazil, Rusia dan Meksiko dengan jumlah diabetes sebesar 10
juta. Prevalensi diabetes melitus yang terdiagnosis dokter atau gejala, tertinggi di
diabetes melitus setiap tahun meningkat. Berdasarkan data yang didapatkan dari
pasien lama dan baru pada tahun 2014 berjumlah (2183 orang), 2015 (2830
orang), 2016 (2864 orang), dan 2017 (4662 orang). Berdasarkan data yang
tahun 2017 dari bulan januari - desember didapatkan 98 orang yang menderita
diabetes melitus sebanyak 77 orang pasien lama dan 21 orang pasien baru dengan
jumlah diabetes melitus tipe I sebanyak 39 orang dan diabetes melitus tipe II
cemas, sering lapar dan sulit tidur yang merupakan beberapa penyebab dari
diabetes melitus tipe II, penderita mengatakan ketika merasa cemas dan sulit tidur
disebabkan oleh rasa sering haus dan buang air kecil berulang kali pada malam
hari.
diabetes melitus tipe II dan mengatakan sering haus, sulit untuk memulai tidur,
sering buang air besar, sering lapar, dan sering kesemutan pada tungkai dan kaki.
diabetes melitus ?
Hasil dari penelitian ini mempunyai dua aspek manfaat yaitu manfaat
1. Bagi Puskesmas
jenis ini yang sering didapatkan. Biasanya timbul pada usia diatas 40 tahun,
namun bisa pula timbul pada usia lebih muda atau sekitar 20 tahun. Sekitar 90-
95% penderita diabetes melitus adalah diabetes melitus tipe II. (Tandra, 2015)
Klasifikasi diabetes melitus dibagi menjadi dua yaitu Diabetes Melitus tipe
a. Diabetes Melitus
oleh faktor turunan atau disebut juga faktor genetik yaitu apabila
Ketika tubuh tidak bisa mendapatkan energi yang cukup dari gula
dan protein yang ada didalam tubuh untuk diubah menjadi energi.
tampak kurus dan berat badannya akan turun karena masa lemak
Oleh karena itu penurunan berat badan yang drastis tanpa didahului
dengan upaya diet yang benar dan signifikan dalam kurun waktu
Diabetes ini muncul pada usia kehamilan ke-24 bulan (bulan keenam).
data dari departemen kesehatan, jumlah pasien diabetes melitus rawat inap
maupun rawat jalan dirumah sakit menempati urutan pertama dari seluruh
Angka lahir utama pada kasus dengan diabetes tak terkendali dapat terjadi 10
deteksi kasus. Kehamilan merupakan hal yang amat di nantikan oleh pasangan
suami istri. Mengetahui tentang riwayat calon pasangan adalah hal yang sangat
diperlukan. Jika sang ibu menderita diabetes dalam keluarga, maka resiko
diabetes pada anakanak mungkin hanya sekitar 1:20. Jika kedua pasangan
memiliki diabetes melitus tipe 1, maka anak-anak pun akan beresiko lebih
tinggi untuk terkena diabetes melitus dan anak-anak akan memiliki resiko lebih
rendah jika orang tua penderita diabetes adalah ibu. (Kurniadi dan Nurrahmani,
2015)
2.1.3Etiologi
Jika salah satu atau kedua orangtua menderita diabetes, maka anak akan
Autoimunitas yaitu tubuh alergi terhadap salah satu jaringan atau jenis selnya
sendiri dalam hal ini, yang dalam pankreas. Tubuh kehilangan kemampuan
Virus atau zat kimia yang menyebabkan kerusakan pada pulau sel (kelompok-
kelompok sel) dalam pankreas tempat insulin dibuat. Semakin banyak pulau sel
a. Faktor keturunan
d. Jarang olahraga
membuat insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik. Hormon insulin
dapat diserap oleh lemak yang ada dalam tubuh. Sehingga pola makan dan gaya
hidup yang tidak sehat bisa membuat tubuh kekurangan insulin (Russel, 2011)
Bila kadar glukosa darah tidak normal namun belum termasuk kriteria diagnosis
diabetes misalnya glukosa darah puasa dibawah 126 mg/dl tetapi 2 jam sesudah
makan 140-199 mg/dl maka keadaan ini disebut sebagai Toleransi Glukosa
Terganggu (TGT) atau Impiraired Glucose Tolerance (IGT). Sudah tentu orang
dengan TGT mempunyai risiko terkena diabetes melitus tipe II jauh lebih besar
Gula darah puasa adalah kadar gula setelah melakukan puasa selama 10-12 jam.
Kadar glukosa darah puasa adalah 80-120 mg/dl. Sementara gula darah 2 jam PP
(post prandial) adalah kadar gula setelah kita berpuasa selama 10-12 jam,
kemudian kita makan dan 2 jam kemudian kadar glukosa diperiksa. Gula darah
sewaktu adalah kapanpun kita periksa, tanpa ada syarat puasa dan makan.
Pemeriksaan glukosa darah hanya mencerminkan kadar glukosa darah pada saat
Pada penderita diabetes, gula darah yang meningkat dalam jangka waktu
lama akan menyebabkan kelainan sistem syaraf yang disebut neuropati diabetik
dan kelainan pembuluh darah. Neuropati terdiri atas neuropati sensorik (rasa),
motorik (gangguan otot), dan autonomik. Keadaan-keadaan ini mengakibatkan
perubahan tekanan pada telapak kaki. Keringat juga akan berkurang (neuropati
timbulnya luka. Selain itu, kaki juga akan rentan terhadap infeksi, mudah terjadi
susah sembuh.
Ada 3 alasan mengapa orang diabetes lebih beresiko mengalami masalah kaki.
tidak menyadari, dan bahkan sering mengabaikan, luka yang terjadi karena tidak
dirasakannya. Luka yang timbul secara spontan sering disebabkan karena trauma,
yang sempit, atau bahan yang keras. Mulanya hanya kecil, tapi kemudian meluas
dalam waktu yang tidak begitu lama. Luka akan menjadi borok dan menimbulkan
bau yang disebut gangren. Jika tidak dilakukan perawatan akan sampai ke tulang
tulang).
Kedua, sirkulasi darah dan tungkai yang menurun dan kerusakan endotel
melitus antara lain berupa penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah perifer
(yang utama). Sering terjadi pada tungkai bawah (terutama kaki). Akibatnya,
perfusi jaringan bagian distal dari tungkai menjadi kurang baik dan timbul ulkus
yang kemudian dapat berkembang menjadi nekrosi/ gangren yang sangat sulit
hantaran oksigen pada serabut saraf yang kemudian menyebabkan degenerasi dari
serabut saraf. Keadaan ini akan mengakibatkan neuropati. Disamping itu, dari
kasus ulkus/ gangren diabetes, kaki diabetes melitus 50% akan mengalami infeksi
tumbuh subur terutama bakteri anaerob. Hal ini karena plasma darah penderita
tinggi sehingga aliran darah menjadi melambat. Akibatnya, nutrisi dan oksigen
jaringan tidak cukup, ini menyebabkan sukar sembuh dan kuman anaerob
berkembang biak.
Ketiga, berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi. Secara umum penderita
diabetes melitus lebih rentan terhadap infeksi. Hal ini dikarenakan kemampuan sel
darah putih yang ‘memakan’ dan membunuh kuman berkurang pada kondisi kadar
2.1.5Manifestasi klinis
dilaboratorium
e) Sering buang air kecil dengan volume yang banyak, yaitu lebih sering
Jika kadar gula darah melebihi nilai ambang ginjal (>180 mg/dl), maka
gula akan keluar bersama urine. Untuk menjaga agar urine yang keluar
(yang mengandung gula itu) tidak terlalu pekat, tubuh akan menarik air
yang banyak dan kencing pun menjadi sering. Dalam keadaan normal,
urine akan keluar sekitar 1,5 liter/ hari, tetapi penderita diabetes yang tidak
terkontrol dapat memproduksi lima kali jumlah itu. Ia akan lebih sering
buang air kecil, terlebih pada malam hari sehingga bisa mengganggu tidur.
Baru tidur sebentar, harus bangun karena ingin buang air kecil.
dengan banyaknya urin yang keluar, badan akan kekurangan air atau
dehidrasi. Untuk mengatasi hal tersebut tubuh akan menimbulkan rasa
haus sehingga orang ingin selalu minum terutama yang dingin, manis,
segar, dan banyak. Tidak jarang, yang dipilih adalah minuman softdrink
membuat kadar gula semakin tinggi. Namun, hal itu biasanya dilakukan
Selain itu, sel juga menjadi kurang gula sehingga otak juga berpikir bahwa
kurang energi itu karena kurang makan, maka tubuh pun kemudian
2.1.6 Patofisiologi
Pada diabetes melitus tipe II terdapat dua masalah yang berhubungan dengan
insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin
akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat
terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam
metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi insulin pada diabetes melitus tipe II
disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin tidak
intoleransi glukosa yang berlangsung lambat dan progresif maka awitan diabetes
melitus tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien,
gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabillitas,
poliuria, polidipsia, luka yang lama sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang
angiopati diabetik. Penyakit ini berjalan kronis dan terbagi dua yaitu gangguan
2013)
2.1.7Pencegahan
7. Hindari stress
9. Hindari merokok
10. Minum obat yang dianjurkan dokter untuk menurunkan kadar gula
11. Bagi penderita diabetes melitus tipe I, pemberian insulin secara teratur perlu
12. Obat penyembuh diabetes memang tidak ada, terapi dengan mengendalikan
gula dalam darah, seseorang dapat terhindar dari bahaya penyakit ini.
Mengubah pola makan dan gaya hidup menjadi lebih baik dan lebih sehat
2.1.8 Penatalaksanaan
lambung. Hormon ini melekatkan dirinya pada reseptor-reseptor yang ada pada
dinding sel. Insulin bertugas untuk membuka reseptor pada dinding sel agar
glukosa memasuki sel. Lalu sel-sel tersebut mengubah glukosa menjadi energi
yang diperlukan tubuh untuk melakukan aktivitas. Dengan kata lain, insulin
membantu menyalurkan gula kedalam sel agar diubah menjadi energi. Jika jumlah
insulin tidak cukup, maka terjadi penimbunan gula dalam darah sehingga
(HONK)
5. Stress berat
perencanaan makan
7. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat (Nurarif dan kusuma, 2015)
2.1.9 Komplikasi
1. Komplikasi metabolik
2. Komplikasi
a) Penyakit ginjal
menjadi zat yang dibutuhkan tubuh. Sebagai akibatnya, proses ini juga
menghasilkan zat-zat sisa atau zat metabolik yang beredar didalam darah
pembuluh darah halus yang disebut glomerulus, serupa dengan filter kecil
jika terjadi gangguan pada filter ini, maka ginjal tidak dapat berfungsi
dengan baik, dan zat-zat sisa metabolisme tidak dapat dikeluarkan dan dapat
membuat ginjal beresiko terkena infeksi yang dapat menyebar dari kandung
Pada keadaan normal, protein yang terkandung didalam darah tidak akan
bisa menembus ginjal. Jika sel dalam ginjal rusak, beberapa molekul protein
yaitu albumin, bisa melewati dinding pembuluh darah halus dan masuk
kesaluran urine. Jika tidak segera diobati dapat menyebabkan gagal ginjal.
b) Penyakit mata
pembuluh darah halus pada retina. Retina terdapat di dalam bola mata
sebelah belakang dan kerjanya adalah menangkap cahaya yang datang dari
luar setelah menembus lensa mata. Katarak (kekeruhan pada lensa mata)
lensa mata terdapat didepan retina yang meneruskan sinar ke retina. Katarak
c) Neuropati (saraf)
Neuropati dapat terjadi pada saraf yaitu neuropati pada tungkai dan kaki,
pada saluran pencernaan, dan pada kandung kemih. Neuropati pada tungkai
dan kaki, dirasakan di tungkai bawah dan sebelah kiri dan kanan adalah
2.2 Kecemasan
berbagai kombinasi tanda-tanda fisik dan psikologis yang tidak dapat dikaitkan
dengan kerusakan nyata pada ‘free floating anxiety’. Ada dua macam kecemasan:
1. Kecemasan normal
a) Kecemasan akibat rasa panik (akut) adalah kecemasan yang terjadi secara
Kecemasan itu mempunyai segi yang disadari, seperti rasa takut, terkejut, tidak
berdaya, rasa berdosa/ bersalah, terancam, dan sebagainya. Juga ada segi-segi
yang ada diluar kesadaran dan tidak bisa menghindari perasaan yang tidak
menyenangkan itu. Rasa cemas itu terdapat dalam semua gangguan penyakit jiwa,
mengancam dirinya
2) Rasa cemas yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk.
3) Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-hal yang
Dapat disimpulkan bahwa cemas itu timbul karena orang tidak mampu
menyesuaikan diri dengan dirinya, dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya.
dengan cara tersebut, dan mencari jalan lain yang kurang sehat yaitu berupa
a) Pembelaan
Usaha yang diakukan untuk mencari alasan-alasan yang masuk akal bagi
b) Proyeksi
Proyeksi adalah menimpakan sesuatu yang terasa dalam dirinya kepada orang
lain, terutama tindakan, pikiran atau dorongan-dorongan yang tidak masuk akal
c) Identifikasi
sebagian dari tindakan atau sukses yang dicapai oleh orang lain
sama lain.
e) Refresi
f) Substitusi
Substitusi adalah cara pembelaan diri yang paling baik diantara cara-cara yang
sesuatu karena tujuan-tujuan yang baik, yang berbeda satu sama sekali dari
tujuan asli yang mudah diterima, dan berusaha mencapai sukses dalam hal itu.
(Aqib, 2013)
dirasa penting dan mengesampingkan hal lain sehingga perhatian hanya pada
spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan
Dkk, 2011).
sedang atau berat sekali orang menggunakan alat ukur (instrumen) yang dikenal
dengan nama Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A). Alat ukur ini terdiri
1=gejala ringan
2=gejala sedang
3=gejala berat
psikolog, sedangkan untuk mengukur derajat berat ringannya gangguan cemas itu
Penyebab kecemasan sukar untuk diperkirakan dengan tepat. Hal ini disebabkan
oleh adanya sifat subyektif dari kecemasan, yaitu : bahwa kejadian yang sama
belum tentu dirasakan sama pula oleh setiap orang. Dengan kata lain suatu
rangsangan atau kejadian dengan kualitas dan kuantitas yang sama dapat
diinterpretasikan secara berbeda antara individu yang satu dengan yang lainnya.
yang bagi individu merupakan sesuatu yang mengancam. Melalui teori belajar
sosial kognitif, Bandura menyatakan bahwa takut dan kecemasan dihasilkan dari
harapan diri yang negatif karena mereka percaya bahwa mereka tidak dapat
mengatasi dari situasi yang secara potensial mengancam bagi mereka (Prabowo,
2014).
2.2.4 Penatalaksanaan
Terapi yang diberikan pada kasus reaksi kecemasan berlebihan adalah dengan
konseling dan medikasi: dengan informasikan bahwa stress dan rasa khawatir
keduanya mempunyai efek fisik dan mental. Dengan mengurangi dampak stress
merupakan terapi sekunder, tapi dapat digunakan jika dengan konseling gejala
2.3 Insomnia
Insomnia adalah suatu gejala kelainan dalam pemenuhan kebutuhan tidur yang
2014).
dianggap sebagai gejala gangguan mood. Setidaknya 80% dari menderita depresi
mengalami insomnia atau kesulitan tidur, seringkali kesulitan untuk tetap tertidur.
lelah setelah bangun. Insomnia atau kesulitan tidur bukanlah suatu penyakit.
Insomnia adalah cara tubuh bereaksi terhadap stress. Jumlah waktu tidur yang
tidur 8 jam setiap malam. Jika tidak mendapatkan cukup tidur, kita akan merasa
mengantuk disiang hari. Pola tidur berubah sesuai dengan usia, (Lubis, 2016).
2.3.2 Etiologi
Insomnia dapat disebabkan oleh stress, kecemasan dan depresi, obat-obatan,
kafein, nikotin dan alkohol, kondisi medis dan perubahan lingkungan atau jadwal
kerja.
2.3.3 Gejala
mengacu pada Insomnia Rating Scale (IRS) yang digunakan oleh Kelompok Studi
objektif. Skala pengukuran insomnia ini tersusun atas 8 pertanyaan terdiri dari:
a) Lamanya tidur
b) Mimpi-mimpi
b) Kualitas tidur
Nilai 2: untuk jawaban tidur tidak nyenyak, dan sangat mudah terbangun
c) Masuk tidur
Nilai 1: untuk jawaban 30 menit lebih cepat dari biasanya dan tidak bisa
tidur lagi
Nilai 2: untuk jawaban bangun 1 jam lebih cepat dan tidak bisa tidur lagi
Nilai 3: untuk jawaban lebih dari 1 jam bangun lebih awal dan tidak dapat
tidur kembali
2.4 Lansia
Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas. Pada
yang berbunyi “lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60
tahun keatas”.
menjadi 4 yaitu : Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia
(elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua
3. Menurut Dra.Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase, yaitu: pertama
(fase inventus) ialah 25-40 tahun, kedua (fase virilities) ialah 40-55, ketiga
(fase presenium) ialah 55-65 tahun, keempat (fase senium) ialah 65 tahun
>65 tahun atau 70 tahun. Masa lanjut usia (getiatric age) itu sendiri dibagi
menjadi tiga batasan umur, yaitu young old (70-75 tahun), old (70-75 tahun),
1. Perubahan Fisik
a. Sel
Jumlah lebih sedikit, ukuran lebih besar, mekanisme perbaikan sel terganggu,
Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, mengecilnya saraf panca
c. Sistem Pendengaran
telinga dalam terutama terhadap bunyi suara atau nada yang tinggi dan tidak
d. Sistem Penglihatan
Sfingter pupil timbul sclerosis, hilang respon terhadap sinar, kornea lebih
menurunnya daya membedakan warna biru dan hijau pada skala, menurunnya
dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi penurunan
aktivitas otot.
f. Sistem Respirasi
g. Sistem Gastrointestinal
Terjadi penurunan selera makan rasa haus, asupan makanan dan kalori, mudah
saliva, karies gigi, gerak peristaltik usus dan pertambahan waktu pengosongan
lambung.
h. Sistem Genitourinaria
Ginjal mengecil aliran darah keginjal menurun, fungsi menurun, fungsi tubulus
i. Sistem Endokrin
j. Sistem Integumen
Kulit mengerut / keriput, permukaan kulit kasar dan bersisik, respon terhadap
trauma menurun, kulit kepala dan rambut menipis dan berwarna kelabu,
elastisitas kulit berkurang pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku menjadi keras
k. Sistem Muskuloskeletal
Tulang kehilangan cairan dan makin rapuh, tubuh menjadi lebih pendek,
2. Perubahan Psikososial
Pensiun adalah nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan identitas
dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila seseorang pensiun (purna tugas),
sadar akan kematian, perubahan dalam hidup, ekonomi akibat pemberhentian dari
gangguan gizi akibat kehilangan jabatan, dan hilngnya kekuatan dan ketegapan
fisik.
3. Perubahan Spiritual
kehidupan, lansia makin teratur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat
dalam berpikir dan bertindak dalam sehari-hari serta perkembangan spiritual pada
4. Perubahan Mental
Untuk mengendalikan hal ini, maka sebaiknya setiap orang walaupun dalam
6. Perubahan Ingatan
2. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan,
menuntut.
4. Tipe pasrah
5. Tipe bingung
1. Usia Biologis
Memberikan taksiran dari posisi individu saat ini sehubungan dengan potensi
jangka hidupnya.
2. Usia Psikologis
Menunjukkan kapasitas adaptif individu dibandingkan dengan orang lain pada
3. Usia Fungsional
dibandingkan dengan orang lain pada orang kronologis yang sama. Apakah ia
4. Usia Sosial
5. Usia Subjektif
6. Usia Religius
1. Menurut Hurlock (1980) terdapat beberapa ciri-ciri orang lanjut usia, yaitu:
Menurut Butler dan Lewis (1983) serta Aiken (1989) terdapat berbagai
e. Kreativitas,
Masalah kesehatan mental pada lansia dapat berasal dari 4 aspek yaitu fisik,
psikologis, sosial dan ekonomi. Masalah tersebut dapat berupa emosi labil, muda
kehilangan, dan tidak berguna. Lansia dengan problem tersebut menjadi rentan
(kegilaan) atau kecanduan obat. Masalah kesehatan mental lansia adalah masalah
berbagai macam penyakit. Lansia akan memerlukan obat yang jumlah atau
psikologis terutama muncul bila lansia tidak berhasil menemukan jalan keluar
masalah yang timbul sebagai akibat proses menua. Rasa tersisih, tidak dibutuhkan
perasaan tidak enak yang harus dihadapi lansia, (Marmi dan Margiyati, 2013).
1. Teori biologis
dalam tubuh termasuk perubahan molekular dan seluler dalam sistem organ
utama dan kemampuan tubuh untuk berfungsi secara adekuat dan melawan
penyakit.
2. Teori genetika
Menurut teori genetika, penuaan merupakan suatu proses yang secara tidak
sadar diwariskan yang berjalan dari waktu ke waktu untuk mengubah sel atau
struktur jaringan.
3. Teori wear-and-tear
Teori ini mengusulkan bahwa akumulasi sampah metabolik atau zat nutrisi
akhirnya malfungsi organ tubuh. Pendukung teori ini percaya bahwa tubuh
4. Teori imunitas
5. Teori Neuroendokrin
terjadi pada struktur dan perubahan pada tingkat molekul dan sel, Nampak
6. Teori psikososiologis
yang menyertai peningkatan lansia, sebagai lawan dari impliksai biologi pada
kerusakan anatomis.
7. Teori kepribadian
8. Teori perkembangan
integritas.
9. Teori disengagement
pada awal tahun 1960-an, menggambarkan proses penarikan diri oleh lansia
dari peran bermasyarakat dan tanggung jawabnya.menurut ahli teori ini, proses
penarikan diri ini dapat diprediksi, sistematis, tidak dapat dihindari, dan
penting untuk fungsi yang tepat dari masyarakat yang sedang tumbuh.
berpendapat bahwa jalan menuju penuaan yang sukses adalah dengan cara
tetap aktif. Havighurst yang pertama menulis tentang pentingnya tetap aktif
secara sosial sebagai alat untuk penyesuian diri yang sehat untuk lansia pada
tahun 1952.
2012)
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini di mulai dari Pengambilan data awal sampai selesai penelitian di
wilayah Puskesmas Limboto Barat, dengan waktu Penelitian ini dari tanggal 04
pendekatan Cross Sectional yaitu untuk mencari hubungan antara variabel yang
ada terhadap data yang dikumpulkan atau data yang diperoleh saat itu juga. Cara
malam hari
1. Populasi
penelitian. Penentuan sumber data dalam suatu penelitian sangat penting dan
Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang mengalami diabetes melitus
2. Sampel
dimana jumlah populasi dijadikan sampel. Jadi sampel dalam penelitian ini
sebagai berikut:
1. Wawancara
Pada metode ini, pengumpulan data dilakukan dengan. Tanya jawab (dialog)
sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer diperoleh
langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat
pengambil data, langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari.
Sedangkan sumber data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain,
tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. (Saryono dan
Anggraeni, 2013)
2. Kuisioner
Suatu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengedarkan suatu
1. Analisis Univariat
Analisis univariat, data yang diperoleh dari hasil pengumpulan dapat disajikan
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, ukuran tendensi sentral atau grafik. Jika
2. Analisa Bivariat
baik berupa komparatif, asosiatif maupun korelatif. Terdapat uji parametrik dan
Untuk melihat ada tidaknya hubungan antar variabel yang digunakan uji
Barat. Memasukan data kedalam rumus Chi Kuadrat, (Saryono dan Anggraeni.
2013).
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Letak Geografis
Kecamatan Limboto barat terdiri dari 10 Desa yaitu Desa Yosonegoro, Pone,
2. Iklim
yang terdapat 2 musim yaitu musim penghujan yang berlangsung dari bulan
Desember sampai bulan Maret dan musim kemarau yang berlangsung dari bulan
Juni sampai bulan September, iklim ini bergantian dalam keadaan normal setiap 6
bulan. Suhu rata - rata 280 – 320 Celsius dengan curah hujan rata – rata 128,75 mm
dan rata – rata hari hujan 187 hari hujan pertahun. Kelembaban rata – rata 70% -
Barat pada tahun 2016 sebanyak 23.717 jiwa, dengan jumlah kepala keluarga
sebanyak 7306 jiwa. Jumlah penduduk laki – laki sebanyak 11.797 Jiwa dan
4. Agama
agama islam
6. Organisasi Puskesmas
Sejalan dengan visi dan misi Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo, Puskesmas
masyarakat
2) Memberdayakan masyrakat untuk meningkatkan derajt kesehatan secara
4)
1. Analisis Univariat
Wilayah Puskesmas Limboto Barat tahun 2018 berusia 60-74 tahun dengan
tamat SMP dan SMA. Responden tamat SD berjumlah 49 orang (83,1 %), tamat
Kecemasan N Presentase %
Ringan 9 15.3
Sedang 15 61.0
Berat 3 23.7
Total 59 100.0
kecemasan ringan berjumlah 9 orang (15,3 %), dan kecemasan berat berjumlah 14
orang (23.7 %)
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan dengan tabulasi silang (Crosstab) untuk menemukan
Hasil analisa data dengan menggunakan uji statistic Chi-square diperoleh hasil
nilai Pvalue 0,028 < 0,05 sehingga H0 ditolak. Artinya ada Hubungan Tingkat
Kecemasan dengan Kejadian Insomnia pada lansia penderita Diabetes Melitus tipe
II.
4.2 Pembahasan
1. Karakteristik Responden
a. Umur
berpengaruh terhadap lansia penderita diabetes melitus tipe II, didapatkan dari 59
responden sebagian besar mengalami insomnia dengan usia 60-74 tahun
mengalami insomnia dengan sering terbangun dini hari, merasa tidak segar pada
malam hari, mengalami mimpi buruk. Pada usia 61-81 tahun cenderung memiliki
Selain itu proses patologis terkait usia dapat menyebabkan perubahan pola tidur.
Kuantitas tidur buruk menyerang 50% orang yang berusia 65 tahun atau lebih.
kejiwaan seperti gangguan kecemasan dan depresi. Hal itu meningkat seiring
bertambahnya usia. Pada usia lanjut sering mengalami pola terbangun pada dini
hari. Beberapa usia lanjut dapat tertidur secara normal tetapi terbangun beberapa
jam kemudian dan sulit untuk tertidur kembali (Bekti dalam Giatiningsih, 2011)
b. Jenis Kelamin
kecemasan ringan 3 orang, kecemasan sedang 5 orang dan berat 2 orang. Menurut
ini karena perempuan lebih sering terbangun 1-2 kali untuk buang air kecil,
minum air dan tidak dapat menahan kencing. Responden mengalami insomnia
(kesulitan tidur), kesulitan tidur ini bisa menyangkut lamanya waktu tidur
(kuantitas) atau kelelapan (kualitas) tidur. Sekitar 20- 40% masyarakat mengalami
masalah insomnia. Wanita dikatakan lebih sering menderita insomnia
c. Pendidikan
semakin tinggi pula pengetahuan seseorang dalam hal mencegah suatu penyakit.
(Menurut darmojo dalam Hubura 2015) tingkat pendidikan merupakan salah satu
d. Pekerjaan
tidak berpengaruh dalam kehidupan lansia karena lansia dengan melakukan hal-
hal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Adapun menurut (susilo dalam
marini, 2015) masalah insomnia yang terjadi pada lansia ini disebabkan oleh
banyak hal. Hal-hal yang bisa menyebabkan terjadinya insomnia pada lansia
tersebut berupa faktor dari luar (ekstrinsik) yaitu gaya hidup dan lingkungan yang
kurang tenang serta faktor dari dalam (intrinsik) yaitu kecemasan, kondisi fisik
dan depresi, pada umumnya kesempatan untuk turut berperan dengan cara penuh
arti bagi kehidupan seseorang yang penting bagi dirinya adalah suatu komponen
fungsi peran pada lansia secara negatif sangat mempengaruhi kepuasaan hidup.
Selain itu juga penelitian terbaru menunjukkan pentingnya aktivitas mental dan
e. Kecemasan
berbeda dan lansia penderita diabetes melitus sangat rentan karena lansia merasa
bahwa penyakit ini akan memberi dampak lebih bahaya jika tidak dicegah ataupun
ditangani segera. (Kozier, dkk dalam Anggraeni 2013) yang menyatakan bahwa
dipenuhi dengan masalah pribadi mungkin tidak rileks dengan cukup untuk dapat
sistem syaraf simpatis. Perubahan kimia ini menyebabkan kurangnya waktu tidur
tahap IV NREM, dan tidur REM serta lebih banyak perubahan dalam tahap tidur
lain dan lebih sering terbangun. Masalah kesehatan mental pada lansia berasal dari
4 aspek yaitu fisik, psikologis, sosial dan ekonomi yang berupa mudah
merasa tidak berguna, lansia dengan beberapa masalah ini dapat mengalami
f. Insomnia
kafein yang menyebabkan timbulnya kesulitan tidur Insomnia adalah suatu gejala
tidur berlebihan, merokok sebelum tidur) usia diatas 50 tahun (Turana dalam
Sohati 2012)
dan IRT Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
Hasil uji Chi-square yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara tingkat
kecemasan dengan kejadian insomnia pada lansia penderita diabetes melitus tipe
II, didapatkan hasil analisisnya yaitu diketahui nilai P = 0,028. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai P < α (0,05). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
ada hubungan tingkat kecemasan dengan kejadian insomnia pada lansia penderita
insomnia 4 orang dan mengalami insomnia 5 orang, hal ini dikarenakan karena
responden mengatakan pola tidur dengan sering terbangun pada malam hari
terutama pada lansia penderita diabetes melitus tipe II yang sering buang air kecil,
haus, lapar mengakibatkan responden sulit memulai tidur dengan kurang dari 8
jam sehari. Sedangkan pada 4 responden yang tidak mengalami insomnia karena
responden tidur dengan baik karena dapat menahan buang air kecil, tidak
mengalami kesukaran dalam tidur dan tidak mengalami mimpi-mimpi yang buruk.
Responden dengan tingkat kecemasan berat yang tidak mengalami insomnia satu
diantaranya karena salah satu faktor yang mempengaruhi responden cepat tertidur
kejadian insomnia sesuai pernyataan yang menyatakan bahwa salah satu faktor
memulai tidur, masuk tidur memerlukan waktu yang lebih dari 60 menit,
dianggap sebagai gejala gangguan mood. Setidaknya 80% dari menderita depresi
mengalami insomnia atau kesulitan tidur, seringkali kesulitan untuk tetap tertidur.
lelah setelah bangun. Insomnia atau kesulitan tidur bukanlah suatu penyakit.
Insomnia adalah cara tubuh bereaksi terhadap stress. (Lubis, 2016) Menurut
Kurniadi dan Nurrahmani, 2015. Salah satu faktor penyebab kadar gula dalam
darah meningkat yaitu kurang tidur. Hasil riset para ahli dari University Of
kronis yaitu sebanyak 50-70% dari semua lansia yang berusia >65 tahun,
Hasil Penelitian ini sejalan dengan penelitian Marini (2015). Terdapat hubungan
antara tingkat kecemasan dengan kejadian Insomnia pada lansia di Balai Panti
Tresna Werda Ilomata Kota Gorontalo. Lansia lebih banyak mengalami tingkat
berat (17,1%). Adanya hubungan dari kedua variabel ditunjukkan dari hasil
0,001 lebih kecil dari 0,05). Menurut Penelitian Hubura 2017, Terdapat Pengaruh
Terapi Murothal Alquran dan Terapi Musik Klasik terhadap Kejadian Insomnia
menggunakan uji statistik paired sampel T test sebesar P value= 0,000 < taraf
nyata (α=0,05). Setelah dilakukan perlakuan murothal Al-quran dan terapi musik
klasik terhadap kejadian insomnia pada lansia didapatkan hasil bahwa mIRThal
Pengisian kuesioner dilakukan dengan cara peneliti yang mengisi langsung lembar
permasalahan muncul saat pengumpulan data, ada responden yang menolak untuk
ingin istirahat, responden mengatakan masih banyak urusan dan ada juga
5.1 Simpulan
(84,7%)
2018.
Dengan adanya hubungan dari kedua variabel ditunjukkan dari hasil penelitian uji
1. Bagi Puskesmas
Sebagai masukkan bagi wilayah Puskesmas limboto barat dalam hal ini
Diharapkan untuk penelitian lebih lanjut agar dapat meneliti faktor resiko depresi,
kejadian insomnia serta memilih responden dewasa agar lebih baik untuk di ajak
Betteng Dkk. 2014. Analisis Faktor Resiko Penyebab terjadinya Diabetes Melitus
Tipe II pada Wanita Usia Produktif, Jurnal 2 (2) Hal 405
Hawari, 2013. Manajemen Stres, Cemas dan Depresi, Jakarta: FKUI Jakarta
Hubura, 2017. Pengaruh Terapi Murothal Al-quran dan Terapi Musik Klasik
terhadap Kejadian Insomnia pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha
Beringin. Kabupaten Gorontalo. Universitas Muhammadiyah Gorontalo.
Skripsi
Keliat Dkk, 2011. Manajemen Kasus Gangguan Jiwa, Jakarta: Buku Kedokteran
EGC