Anda di halaman 1dari 9

BUKU M. SUDRAJAT BASSAR, S.H.

, TINDAK – TINDAK PIDANA TERTENTU DI


DALAM KITAB UNDANG – UNDANG HUKUM PIDANA

PENGANIAYAAN

Undang – undang tidak memberikan ketentuan tentang maksud istilah “penganiayaan”. Akan
tetapi apabila dengan sengaja menganggu kesehatan orang itu dapat disamakan dengan
penganiayaan. Apabila penganiayaan ittu membawa kematian, maka hukumannya dapat
diperberat , seperti yang tercantum dalam Pasal 351 ayat 2 dan 3.

Percobaan melakukan penganiayaan, tidak dikenakan hukuman. Hal ini seperti yang
dikemukakan oleh Noyon Langemeyer, dipersoalkan seorang yang menembak orang lain tetapi
tidak kena sasaran. Kalau si pelaku mengaku akan melukai ringan, dan tidak ada rancangan lebih
dulu secara terang, maka mungkin sekali hanya dianggap terbukti sebagai percobaan untuk
melakukan penganiayaan dari pasal 351, dan dengan demikian orang itu tidak dapat dikenakan
hukuman. Akan hal ini bagi penulis ( M. Sudrajat Bassar, SH) tidak memuaskan, dan penulis
lebih suka apabila percobaan melakukan penganiayaan biasa dinyatakan tindak pidana. Tetapi
apabila perbuatan itu hanya berupa mengangkat tangan untuk memukul orang lain, namun
dihalang – halangi oleh orang ketiga, kepada jaksa masih ada kesempatan penuh untuk tidak
menuntut berdasar prinsip oportunitas.

Sedangkan menurut Dr. Wirjono Prodjodikoro, S.H., apabila seseorang hanya mengaku mencoba
melukai biasa orang lain dengan menembak orang lain itu, tetapi karena menembak hampir
selalu mengakibatkan luka berat atau matinya orang lain itu. Maka meskipun hanya mengaku
mencoba melakukan penganiayaan biasa tanpa ada tanda – tanda lain si pelaku dapat saja
dinyatakan melakukan percobaan untuk penganiayaan berat, dan karenanya dapat dikenakan
hukuman.

Demikian pula apabila seseorang menusuk orang lain dengan pisau tetapi luput. Bahkan apabila
seseorang hanya memukul dengan kepalan tangan tetapi luput, jika yang memukul itu misalnya
seorang juara tinju, maka dapat dinyatakan orang itu melakukan tindak pidana mencoba
menganiaya berat, jadi dapat dihukum.

Adapun beberapa macam penganiayaan, yaitu :

1). Penganiayaan biasa (Pasal 351 KUHP)

Terkait hal ini undang – undang tidak memberi kententuan mengenai arti dari penganiayaan
(mishandeling) itu. Menurut yurisprudensi penganiayaan yaitu sengaja menyebabkan perasaan
tidak enak (penderitaan), rasa nyeri (pijn), atau luka.

Menurut Pasal 351 ayat 4, penganiayaan disamakan dengan “sengaja merusak kesehatan”.

- Merusak kesehatan, umpamanya orang sedang tidur dibuka jendela kamar tidurnya sehingga
orang itu masuk angin

- Perasaan tidak enak, misalnya menyuruh orang berdiri di terik matahari, menyuruh menyelam
ke dalam kolam pada waktu malam (penderitaan).

- Rasa nyeri (pijn), umpamanya memukul, mencubit, menyikut

- Luka, misalnya menusuk dengan pisau, mengiris, memotong

Semua perbuatan ini harus dilakukan dengan sengaja, dan tidak dengan maksud yang patut atau
melewati batas yang diizinkan.

Percobabann melakukan “penganiayaan biasa” (Pasal 351) dan percobaan melakukan


“penganiayaan ringan” (Pasal 352), tidak dihukum. Kecuali apabila penganiayaan biasa
berakibat lukak berat atau mati, diancam hukuman lebih berat. Luka berat atau mati di sini, harus
merupakan akibat yang tidak dimaksud oleh si pembuat. Apabila “luka berat” itu dimaksud,
maka dikenakan pasal 355 (penganiayaan berat), dan jika “kematian” yang dimaksud, maka
perbuatan itu masuk “pembunuhan” (pasal 338)

2). Penganiayaan ringan ( Pasal 352 KUHP )

Ancaman hukumannya yaitu penjara paling lama 3 bulan atau denda sebesar 4500 rupiah.
Hukuman ini dapat ditambah 1/3 bagi yang bersalah melakukan perbuatan itu terhadap orang
yang bekerja padanya atau yang berada di bawah kekuasaannya.
Yang dimaksud dengan “penganiayaan ringan” ialah :

1. Yang tidak mengakibatkan sakit atau menyebabkan terhalangnya orang menjalankan


jabatannya atau mata pencahariannya.

2. Yang tidak direncanakan terlebih dahulu.

3. Yang tidak menggunakan benda yang membahayakan nyawa atau kesehatan orang.

4. Yang tidak dilakukan terhadap orang tuanya, isterinya atau suaminya, anak – anaknya, atau
pegawainya yang sedang atau karena melakukan kewajibannya.

Menurut Dr. Wiryono Prodjodikoro, S.H., yang termasuk penganiayaan ringan yaitu apabila
tidak masuk rumusan pasal 353 dan 356 dan tidak menyebabkan sakit atau halangan untuk
menjalankan jabatan atau pekerjaann. Dalam praktek ukuran ini ialah, apakah s korban harus
dirawat di rumah sakit atau tidak.

3). Penganiayaan yang direncanakan terlebih dahulu (Pasal 353 KUHP)

Perbuatan ini diancam dengan hukuman penjara paling lama 4 tahun. Akan tetapi bila
perbuatan itu membawa akibat luka berat pada tubuh, dihukum dengan hukuman penjara paling
lama 7 tahun. Apabila penganiayaan itu mengakibatkan matinya orang, dihukum dengan
hukuman penjara paling lama 9 tahun. Percobaan pada kejahatan ini dapat dihukum.

4). Penganiyaan yang diisengaja untuk melukai berat (Pasal 354 KUHP)

Perbuatan ini diancam dengan hukuman penjara paling lama 8 tahun. Dalam penganiayaan
ini, niat si pembuat harus ditukan pada “melukai berat” artinya luka berat itu harus dimaksud
oleh si pembuat.

Apabila luka berat itu hanya merupakan akibat saja ( tidak dimaksud), maka perbuatan itu
termasuk “penganiayaan biasa yang berakibat luka berat” (Pasal 351 ayat 2). Apabila perbuatan
ini menyebabkan matinya orang, maka yang bersalah dihukum dengan hukuman penjara paling
lama 10 tahun. Percobaan pada kejahatan ini, dapat dihukum.

Adapun perbedaan antara “luka berat” yang dimaksud dalam Pasal 351 ayat (2) dan dalam Pasal
354 KUHP :

a. luka berat yang dimaksud dalam Pasal 351 ayat 2, merupakan akibat, bukan tujuan;sedangkan
b. luka berat yang dimaksud dalam Pasal 354 ini merupakan tujuan.

5). Penganiayaan berat yang direncanakan terlebih dahulu (Pasal 355 KUHP)

Diancam hukuman penjara paling lama 12 tahun. Apabila perbuatan ini menyebabkan
kematian orangnya, maka hukumannya dinaikkan menjadi 15 tahun.

6). Penganiayaan terhadap orang – orang tertentu dan dengan menggunakan benda – benda yang
membahayakan kesehatan orang ( Pasal 356 KUHP)

Ancaman hukuman yang ditentukan dalam Pasal 351,353,354, dan 355 dapat ditambah dengan
1/3 :

1. Apabila kejahatan itu dilakukan terhadap ibunya, bapaknya yang sah, isterinya atau suaminya,
atau anaknya.

2. Apabila kejahatan dilakukan terhadap seseorang pejabat ketika atau karena menjalankan
tugasnya yang sah.

3. Apabila kejahatan dilakukan dengan memberikan bahan yang berbahaya bagi nyawa atau
kesehatan untuk dimakan atau diminum.

Mengenai “bapak” adalah bapak yang sah, artinya laki – laki yang kawin dengan perempuan
yang melahirkan anak itu. “Pejabat” maksudnya adalah “pegawai negeri”, termasuk juga ABRI.
Terhadap kejahatan ini, dapat dijatuhkan hukuman pencabutan hak yang tersebar dalam Pasal 35
Nomor 1-4.

Apakah dapat dikenakan hukuman tambahan yang disebut dalam Pasal 35 Nomor 5, yaitu
pencabutan hak menjalankan kekuasaan sebagai orang tua, wali atau pengampu? Dapat, sebab
menurut pasal 37, orang tua atau wali yang melakukan kejahatan terhadap anaknya atau anak
yang diurus tersebut dalam Titel XX, dapat dikenakan hukuman tambahan pencabutan kekuasaan
tadi.

7). Penyerangan / perkelahian (Pasal 358 KUHP)

Pasal ini digunakan dalam hal terjadi suatu perkelahian atau penyerangan yang dilakukan oleh
beberapa orang, yang akibatnya ada orang luka parah atau mati, akan tetapi tidak diketahui siapa
dari orang itu yang telah melukai parah atau membunuh oranf itu. Apabila di dalam perkelahian
atau penyerangan itu dapat dibuktikan atau diketahui, siapa di antara orang – orang itu yang telah
menyebabkan luka parah atay mati, maka terhadap orang itu, selain dituntut pasal 358 juga dapat
dikenakan ketententuan penganiayaan atau pembunuhan.

Yang diatur dalam Pasal 358 ini adalah akibat dari penyerangan atau perkelahian yang
menyebabkan luka berat atau mati orang. Apabila dapat dibuktikkan siapa orrangnya di antara
mereka yang ikut melakukan penyerangan itu, maka yang harus dipertanggungjawabkan adalah
yang menyebabkan luka berat atau terbunuhnya orang itu. Apabila terdapat turut serta pada
penyerangan atau pergulatan itu, maka semua orang yang ikut harus dipertanggungjawabkan dan
dapat dihukum. Tanggung jawab satu per satu mengenai akibat itu, tidiak perlu dibuktikan. Turut
serta yang dimaksud di sini adalah ikut penyerangan atau ikut berkelahi, bukan “turut serta” yang
dimaksud dalam Pasal 55 KUHP.

PEMBUNUHAN

Pembunuhan ini termasuk tindak pidana material (materiale delict), artinya untuk
kesempurnaan tindak pidana tidak cukup dengan dilakukannya perbuatan itu, akan tetapi menjadi
syarat juga adanya akibat dari perbuatan itu.

Kejahatan terhadap nyawa orang ini terbagi atas beberapa jenis, yaitu :

1). Pembunuhan biasa (Pasal 338 KUHP)

Dalam pembunuhan biasa (doodslag), harus dipenuhi unsur :

1. bahwa perbuatan itu harus disengaja dan kesengajaan itu harus timbul seketika itu juga
(dolus repentinus atau dolus impetus), ditunjukan dengan maksud supaya orang itu mati.

2. melenyapkan nyawa orang itu harus merupakan perbuatan yang “positif” walaupun dengan
perbuatan yang kecil sekalipun.

3. perbuatan itu harus menyebabkan matinya orang :

a. seketika itu juga

b. beberapa saat setelah dilakukannya perbuatan itu..


Harus ada hubungan di antara perbuatan yang dilakukan itu dengan kematian orang tersebut.

2). Pembunuhan terkwalifikasi / gequalificerd ( Pasal 394 KUHP)

Jenis pembunuhan ini adalah pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului dengan
perbuatan/tindak pidana lain, dan dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau
memudahkan perbuatan itu, atau di dalam kedapatan tengah berbuat untuk melepaskan dirinya
maupun peserta lainnya dari hukuman atau untuk memastikan penguasaan barang yang diperoleh
secara melawan hukum.

Adapun unsur – unsur dari kejahatan ini :

1. Pembunuhan ini dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan suatu perbuatan tindak
pidana lain yang dilakukan sesudah pembunuhan itu. Sengaja membunuh sebagai persiapan
untuk melakukan perbuatan pidanna lain. Pembunuhan itu diikuti oleh petbuatan pidana lain.

2. Pembunuhan ini dilakukan dengan maksud untuk memudahkan melakukan perbuatan pidana
lain. Pembunuhan itu berbarengan atau disertai dengan perbuatan pidana lain. Sengaja
membunuh untuk menggampangkan perbuatan pidana lain.

3. Pembunuhan ini dilakukan sesudah melakukan perbuatan laim dengan maksud :

a. untuk menyelamatkan dirinya atau pengikut sertanya dari hukuman, atau

b. supaya apa yang didapat dari perbuatan itu tetap aka nada di tangannya.

Di dalam pembunuhan itu, orang – orang yang menyertai melakukan perbuatan pidana lain tidak
dipertanggungjawabkan tentang pembunuhan itu. Mereka hanya dipersalahkan atas perbuatan
pidana yang lainnya saja, kecuali apabila mereka mmembantu juga di dalam pembunuhan itu.
Jadi, pembunuhan tersebut dalam pasal ini, hanya dipersalahkan kepada orang yang
melakukannya saja.

Sebab – sebab yang ada dalam unsur 1,2 dan 3 di atas yang menyebabkan pembunuhan itu,
meberatkan tindak pidan aitu, sehingga diancam hukuman penjara seumur hidup atau selama –
lamanya 20 tahun.

3). Pembunuhan yang direncanakan / moord (Pasal 340 KUHP)

Unsur – unsur dari kejahatan ini :


1. Adanya kesengajaan (dolus premiditatus), yaitu kesengajaan yang harus disertai dengan suatu
perencanaan terlebih dahulu.

2. Yang bersalah di dalam keadaan tenang memikirkan untuk melakukan pembunhuan itu dan
kemudian melakukan maksudnya dan tidak menjadi soal berapa lama waktunya.

3. Di antara saat timbulnya pikiran untuk membunuh dan saat melakukan pembunuhan itu, ada
waktu ketenangan pikiran. Umpamanya : yang bersalah memikirkan untuk membunuh di dalam
keadaan marah atau terharu ingatannya toh melakukan juga pembunuhan itu.

Lain halnya apabila pikiran untuk membunuh itu timbul di dalam keadaan marah, dan keharuan
itu berlangsung terus sampai ia melaksanakan pembunuhan itu, maka dalam hal ini tidak ada
perencanaan yang dipikirkan dalam hati yang tenang.

Bagi pembantu kejahatan ini tidak dikenakan peringanan hukum dengan hanya dihukum 1/3
dari hukuman pembunhan biasa, akan tetapi harus dikenakan hukuman 1/3 dari hukuman yang
terdapat dalam Pasal 340 KUHP.

Ancaman pidana terhadap pembunuhan yang direncanakan ini yaitu hukuman mati atau
pidana penjara seumur hidup atau 20 tahun penjara.

Pengertian “dirancangkan secara tenang” (voorbedachte raad) :

Apabila pembunuhan itu dilakukan dengan dirancangka lebih dulu secara tenang, maka terjadi
tindak pidana “pembunuhan berencana” (moord). Untuk unsur perancangan ini tidak perlu ada
tenggang waktu lama antara waktu meranncangkan dan waktu melakukann pembunuhan itu.

Sebaliknya walaupun ada tenggang waktu yang tidak begitu pendek, belum tentu dapat
dikatakan ada rancangan lebih dulu secara tenang. Ini semua tergantung dari keadaan kongkret
dari setiap peristiwa. Antara timbulnya niat untuk membunuh dengan pelaksanaannya itu harus
ada waktu si pembuat untuk dengan tenang memikirkan, misalnya dengan cara bagaimana
pembunuhan itu akan dilakukan.Terkait waktu ini tidak boleh terlalu sempit, akan tetapi
sebaliknya juga tidak perlu terlalu lama. Yang penting ialah, apakah di dalam waktu itu si
pembuat dengan tenang masih dapat berfikir – fikir, yang sebenarnya ia masih ada kesempatan
untuk membatalkan niatnya akan membunuh itu, akan teteapi ia tidak mempergunakannya.

4). Pembunuhan anak /kinderdoodslag (Pasal 341 KUHP)


Unsur – unsur dalam pembunuhan anak :

1. Pembunuhan anak itu harus dilakukam oleh ibunya sendiri. Apakah si ibu itu mempunyai
suami atau tidak, hal itu tidak menjadi persoalan.

2. Pembunuhan anak itu harus terdorong oleh rasa ketakutan akan diketahui melahirkan anak
itu

5). Pembunuhan atas permintaan si korban ( Pasal 344 KUHP)

Diancam 12 tahun bagi orang yang menghilangkan jiwa orang lain atas permintaan orang itu
sendiri, yang jelas dengan kesungguhan hati. Jadi, permintaan untuk membunuh itu harus
disebutkan dengan nyata dan sungguh – sungguh. Apabila tidak, maka orang itu hanya
dikenakan pembunuhan biasa (Pasal 338 KUHP).

Terdapat faktor yang meringankan, sehingga oleh karenanya hakim tidak boleh menjatuhkan
hukuman lebih dari 12 tahun, meskipun perbuatan itu tidak ada bedanya dengan pembunuhan
biasa atau pembunuhan yang direncanakan. Faktor yang meringankan itu ialah adanya
permintaan yang sungguh – sungguh dari orang yang diambil nyawanya. Permintaan yang
begitu saja atau secara omongan atau keinginan yang diucapkan, misalnnya omongan seorang
anak atau orang yang kurang sehat ingatannya, tidak dapat dianggap suatu permintaan yang
disyaratkan di dalam pasal 344 itu.

Pasal 344 tidak menyebutkan bahwa perbuatan itu harus dilakukan dengan sengaja, akan
tetapi syarat ini harus dianggap sebagai suatu keharusan, sebab jika tidak, perbuatan itu
termasuk perbuatan yang tercantum dalam Pasal 359 KUHP kadi merupakan perbuatan
“culpoos” atau “alpa”.

6). Masalah bunuh diri (Pasal 345 KUHP)

Orang yang sengaja menghaasut, menolong orang lain untuk bunuh diri itu, dapat dikenakan
pasal ini, asal orang itu betul – betul bunuh diri (mati). Apabila bunuh diri, tetapi tidak mati,
orang yang menghasut itu tidak dapat dihukum.

Membunuh diri bukanlah perbuatan yang dapat dihukum. Oleh karena itu membantu
melakukan bunuh diri juga tidak dapat dihukum. Dengan demikiain membantu orang
membunuh diri tidak dianggap sebagai membantu di dalam arti Pasal 56 KUHP, akan tetapi
dijadikan suatu perbuatan tersendiri , yaitu dimaksud dalam Pasal 345 KUHP.

Untuk berlakunya Pasal 345 itu, membunuh diri itu harus benar – benar dilakukan, artinya
orangnya sampai mati karenanya. Apabila tidak sampai terjadi kematian, maka yang melakukan
pembujukan atau membantu atau memberikan iktiar untuk bunuh diri itu, dapatt dituntut atas
dasar mencoba.

Anda mungkin juga menyukai