Anda di halaman 1dari 18

“COMMUNITY MENTAL HEALTH NURSING

(CMHN)”

Dosen Koordinator :
Triyana Harlia Putri, S.Kep. Ners, M.Kep

DISUSUN OLEH :
DINA NURUL SAKINAH
I1031191058

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat dan limpahan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan waktu yang telah
ditentukan, yang tidak lepas dari hambatan namun akhirnya dapat diatasi dengan baik.
Penulis mengucapkan terima kasih dengan selesainya makalah ini tidak lepas dari
kerjasama berbagai pihak, baik itu dari dosen pengajar maupun pembimbing, serta
pihak pihak disekitar penulis yang sudah memberikan bantuan, nasihat serta dukungan.
Makalah ini berjudul “COMMUNITY MENTAL HEALTH NURSING
(CMHN)” Karena adanya keterbatasan dan kurangnya ilmu pengetahuan yang dimiliki
oleh penulis, makalah ini masih jauh dari kata sempurna sehingga penulis menerima
segala kritik dan saran dari berbagai pihak sehingga perbaikan di masa mendatang
dapat dilakukan.
Meskipun demikian, harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat dan memenuhi
harapan berbagai pihak.

Pontianak, Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .........................................................................................vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................vii

BAB I: PENDAHULUAN ..................................................................................1


Latar Belakang ......................................................................................................1
Rumusan Masalah .................................................................................................4
Tujuan ...................................................................................................................4

BAB II: PEMBAHASAN....................................................................................5


Pengertian CMHN .................................................................................................5
Sejarah dan teori yang mendasari CMHN ............................................................6
Pelaksanaan CMHN di Indonesia maupun luar negeri .........................................9
Manfaat CMHN ....................................................................................................11

BAB III: PENUTUP............................................................................................13


Kesimpulan ...........................................................................................................13
Saran......................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................14


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Comunity Mental Health Nursing adalah upaya untuk mewujudkan pelayanan


kesehatan jiwa dengan tujuan pasien yang tidak tertangani di masyarakat akan
mendapatkan pelayanan yang lebih baik. CMHN adalah pelayanan keperawatan yang
komprehensif, holistik, dan paripurna, berfokus pada masyarakat yang sehat jiwa,
rentang terhadap stres dan dalam tahap pemulihan serta pencegahan kekambuhan
(gangguan jiwa). CMHN merupakan salah satu strategi berupa program peningkatan
pengetahuan dan keterampilan yang diberikan kepada petugas kesehatan melalui
pelatihan dalam rangka upaya membantu masyarakat menyelesaikan masalah
kesehatan jiwa. (Keliat, 2018).

Gangguan jiwa adalah penyakit kronis yang membutuhkan proses panjang dalam
penyembuhannya. Proses pemulihan dan penyembuhan pada orang dengan gangguan
jiwa membutuhkan dukungan keluarga untuk menentukan keberhasilan pemulihan
tersebut. Adanya stigma negative terhadap ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa)
dan keluarganya menyebabkan ODGJ dan keluarganya akan terkucilkan. Pada
keluarga, stigma akan menyebabkan beban psikologis yang berat bagi penderita
gangguan jiwa sehingga berdampak pada kurang adekuatnya dukungan yang
diberikan oleh keluarga pada proses pemulihan ODGJ. Gangguan jiwa adalah kondisi
dimana proses fisiologik atau mentalnya kurang berfungsi dengan baik sehingga
mengganggunya dalam fungsi sehari-hari. Gangguan ini sering disebut dengan
gangguan psikiatri atau gangguan mental dan dalam masyarakat umum kadang
disebut dengan gangguan saraf. Gangguan jiwa yang dialami oleh seseorang memiliki
bermacam-macam gejala, baik yang tampak jelas maupun yang hanya tedapat dalam
pikirannya . Mulai dari perilaku menghindar dari lingkungan, tidak mau berhubungan
/berbicara dengan orang lain dan tidak tidak mau makan hingga mengamuk dengan
tanpa sebab yang jelas. Dan ada pula yang bisa diajak bicara hingga yang tidak
perhatian sama sekali dengan lingkungannya. Dampak gangguan jiwa antara lain
gangguan dalam aktivitas sehari-hari, gangguan hubungan interpersonal dan
gangguan fungsi dan peran social (Lestari,dkk.2014).

Perkembangan penderita skizofernia dalam tingkatan yang di teliti oleh (Syamsudin


dalam waloyo, widodo, & rahayu 2017). Menyatakan bahwa salah satu gangguan
jiwa Psikosa Fungsional yang terbanyak adalah Skizofrenia. Studi epidemiologi
menyebutkan bahwa perkiraan angka prevalensi Skizofrenia secara umum berkisar
antara 0,2% hingga 2,0% tergantung di daerah atau negara mana studi itu dilakukan.
Di Indonesia sendiri, kasus klien dengan Skizofrenia 25 tahun yang lalu diperkirakan
1/1000 penduduk dan diperkirakan dalam 25 tahun mendatang akan mencapai
3/1000. Hasil survei penduduk dan wawancara bersama perawat klien skizofrenia di
yayasan AsSyifa panti rehabilitasi jiwa di kabupaten Jombang didapatkan bahwa dari
sebanyak 20 klien dari umur 15-35 tahun dinyatakan menderita skizofrenia,
didapatkan sebanyak 5 (25%) klien mengalami skizofrenia karena tidak disetujui
keluarga dalam menjalani status percintaan, didapatkan sebanyak 10 (50%) pasien
menderita skizofrenia dikarenakan tuntutan ekonomi dan sebanyak 5 (25%) klien
menderita skizofrenia dikarenakan mengalami pola asuh yang keras oleh keluarga.
Berdasarkan data dinyatakan sebanyak 25% klien skizofrenia yang menderita
diakibatkan olah pola asuh yang keras beresiko menyebabkan terjadinya skizofrenia
(Waloyo,dkk.2017)

Kenyataannya perawat CMHN berupaya untuk memberikan layanan untuk


meningkatkan produktifitas. Penderita gangguan jiwa yang terjadi di Indonesia tidak
sesuai dengan perkembangan produktifitas pada gangguan jiwa, dalam penerapan
peningkatan produktivitas ODGJ (orang dengan ganggguan jiwa) setelah diberikan
terapi farmakologi/obat-obatan penderita gangguan jiwa mendapatkan kembali
kontak realita dimana skizofrenia adalah gangguan yang terjadi karena gangguan
fungsi neurologis yang diakibatkan stumulan dari tekanan psikologis yang
menyebakan adanya waham dan halusinasi. Penerimaan lingkungan terutama
lingkungan internal atau keluarga mendapatkan tekanan- tekanan dari lingkungan
sosial yang memberikan dampak pada cara pandang untuk penderita gangguan
skizofrenia terutama pada daerah Jombang, Indonesia yang menganggap penderita
skizofrenia adalah musibah untuk keluarga dan dilingkungan dianggap sebagai orang
yang tidak berguna.

Orang dengan ganggguan jiwa masih dianggap sebagai orang yang tidak berguna.
Dalam lingkup keluarga orang dengan gangguan jiwa dipandang tidak memiliki
kemampuan untuk bisa kembali produktif, dimana mereka dianggap sebagai orang
yang tidak berguna. Sedangkan diwilayah peneliti melakukan penelitian didapatkan
bahwa orang dengan gangguan jiwa sudah mendapat perhatian lewat program
Community health mental nursing atau keperawatan jiwa berbasis komunitas. Hal ini
secara nyata dapat dilihat dari pencapaian pasien gangguan jiwa yang telah dibina,
mereka dapat menghasilkan sesuatu hal yang beguna bagi kelangsungan hidupnya
seperti telur dari hasil peternakan ayam. Ditempat penelitian mendapat perhatian dari
pihak terkait. Sehingga tempat ini sering dijadikan lokasi studi banding, karena
penderita gangguan jiwa dilokasi peneliti telah didapatkan mampu kembali ke
masyarakat dan kembali berkerja secara mandiri. Sedangkan ditempat lain sudah
mendapatkan pelatihan CMHN namun belum terlaksana secara optimal. Maka dari itu
peran perawat guna meningkatakan produktifitas orang dengan gangguan jiwa sangat
diperlukan dalam penusunan program-program pelayanan kesehatan di komunitas.
Adanya peran serta kader kesehatan jiwa dikomunitas dalam membantu program
yang telah direncanakan oleh perawat dengan memberikan pemahaman mengenai
penderita gangguan jiwa kepada masyarakat

Penderita ganggguan jiwa dapat berguna walaupun sebelumnya pernah mengalami


ganggguan jiwa diberikan sebuah terapi untuk meningkatkan produktifitasnya di
dalam kehidupan sehari-hari, selain dari terapi itu juga, penderita dapat menghasilkan
suatu barang yang memiliki nilai jual. Maka dari itu pentingnya pemberian terapi
terhadap penderita gangguan jiwa dan mampu memberikan dampak positif untuk
mendukung produktivitas dengan memberikan pelatihan-pelatihan soft skill seperti
kerajinan-kerajinan agar mengurangi angka penderita gangguan jiwa, dikarenakan
adanya support atau dukungan dari internal.

Perawat jiwa berbasis komunitas (CMHN) di Kabupaten jombang sendiri sudah


mendapatkan pelatihan secara khusus oleh dinas kesehatan setempat, menurut
(Ramawati, 2017). Informan utama adalah mereka yang terlibat langsung dalam
interaksi sosial yang diteliti. Informan utama pada penelitian ini adalah pemegang
program kesehatan jiwa. Di Kabupaten Jombang telah diakui mempunyai kelebihan
pada pelayanan kesehatan jiwa komunitas. Di Kabupaten Jombang, Desa Bongkot,
Kecamatan Peterongan. Perawat CMHN disana telah melakukan Itermediate Course
CMHN (IC CMHN) yaitu pemberdayaan kader kesehatan jiwa. Perawat dan kader
CMHN telah mengadakan posyandu khusus penderita gangguan jiwa sejak akhir
2014 dan telah diakui keberadaannya. Terdapat lebih 167 penderita gangguan jiwa
yang telah mengikuti program posyandu. 80% diantaranya sedang dalam proses
penyembuhan dan 50% penderita gangguan jiwa sudah dapat berkerja secara mandiri
dan kembali ke masyarakat. Dalam program posyandu yang diadakan, perawat dan
kader kesehatan jiwa melakukan pemeriksaan kesehatan dan dibekali kemampuan
dalam membuat kerajinan tangan. Seperti membuat keset dari kain bekas, tas dari
limbah plastik serta keterampilan-keterampilan yang dapat mengasilkan suatu produk.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Jelaskan pengertian tentang CMHN ?


2. Jelaskan sejarah dan teori yang mendasari CMHN?
3. Bagaimana pelaksanaan CMHN di Indonesia maupun diluar negeri ?
4. Jelaskan manfaat dari CMHN?

1.3 Tujuan
Setelah mengikuti seminar ini, ditujukan agar mahasiswa mampu :
a. Menjelaskan tentang konsep keperawatan kesehatan jiwa komunitas atau
CMHN (Community Mental Health Nursing).
b. Menjelaskan program dari keperawatan kesehatan jiwa komunitas atau
CMHN (Community Mental Health Nursing).
c. Menjelaskan kekurangan program dari keperawatan kesehatan jiwa
komunitas atau CMHN (Community Mental Health Nursing).
d. Menguraikan pelayanan keperawatan kesehatan jiwa komunitas secara
komprehensif melalui tiga tingkat pencegahan.
e. Menguraikan proses keperawatan kesehatan jiwa dalam pelayanan
kesehatan jiwa komunitas.
BAB II
ISI

2.1 PENGERTIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA (COMMUNITY


MENTAL HEALTH NURSING)
Community Mental Health Nurse (CMHN) yaitu suatu pendekatan asuhan
keperawatan jiwa masyarakat yang dapat dilakukan oleh perawat dengan
pengawasan dokter melalui pelatihan khusus untuk kesehatan jiwa (Dinkes, 2006).
1. Keperawatan kesehatan jiwa komunitas adalah pelayanan keperawatan yang
komprehensif, holistik dan paripurna berfokus pada masyarakat yang sehat
jiwa, rentan terhadap stress dan dalam tahap pemulihan serta pencegahan
kekambuhan.
2. Pelayanan keperawatan yang komprehensif adalah pelayanan yang difokuskan
pada pencegahan primer pada anggota masyarakat yang sehat jiwa, pencegahan
sekunder pada anggota masyarakat yang mengalami masalah psikososial dan
gangguan jiwa dan pencegahan tersier pada pasien gangguan jiwa dengan
proses pemulihan.
3. Pelayanan keperawatan yang holistic aalah pelayanan yang difokuskan pada
aspek bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual.
a. Aspek fisik dikaitkan dengan kehilangan organ tubuh yang dialami anggota
masyarakat akibat bencana yang memerlukan pelayanan dalam rangka
adaptasi mereka terhadap kondisi fisiknya.
b. Aspek psikologis dikaitkan dengan berbagai masalah psikologis yang
dialami masyarakat seperti ketakutan, trauma kecemasan maupun kondisi
yang lebih berat dimana memerlukan pelayanan agar mereka dapat
beradaptasi dengan situasi tersebut.
c. Aspek sosial dikaitkan dengan kehilangan suami/ istri/ anak, keluarga
dekat, kehilangan pekerjaan, tempat tinggal, harta benda serta adanya
konflik yang berkepanjangan pada masayarakat di NSD yang memerlukan
pelayanan dari berbagai sector terkait agar mereka mampu
mempertahankan kehidupan sosial yang memuaskan.
d. Aspek budaya dikaitkan dengan budaya tolongf menolong dan
kekeluargaan yang dapat digunakan sebagai sistem pendukung sosial dalam
mengatasi berbagai permasalah yang ditemukan.
e. Aspek spiritual dikaitkan dengan nilai-nilai agama yang kuat di masyarakat
NAD yang dapat diberdayakan sebagai potensi masyarakat dalam
mengatasi berbagai konflik dan masalah kesehatan yang terjadi.
4. Pelayanan keperawatan paripurna adalah pelayanan yang lengkap jenjang
pelayanannya yaitu dari pelayanan kesehatan jiwa spesialistik, pelayanan
kesehatan jiwa integratif dan pelayanan kesehatan jiwa yang bersumber daya
masyarakat. Pemberdayaan seluruh potensi dan sumber daya yang ada di
masyarakat diupayakan agar terwujud masayarakat yang mandiri dalam
memelihara kesehatannya. Pelayanan keperawatan paripurna akan diuraikan
lebih mendalam dalam modul pengorganisasian.
5. Pelayanan keperawatan diberikan secara terus menerus (continuity of care) dari
kondisi sehat sampai sakit dan sebaliknya, baik di rumah maupun di rumah sakit
(di mana saja orang berada), dari dalam kandungan sampai lanjut usia.
6. Tujuan pelayanan adalah meningkatkan kesehatan jiwa, mencegah terjadinya
gangguan jiwa, mempertahankan dan meningkatkan kemampuan pasien dan
keluarga dalam memelihara kesehatan jiwa
7. Perawat dapat mengaplikasikan konsep kesdehatan jiwa kominitas dalam
memberikan pelayanan masyarakat sehingga anggota masyarakat sehat jiwa
dan yang mengalami gangguan jiwa dapat dipertahankan dilingkungan
masyarakat serta tidak perlu dirujuk segera ke rumah sakit jiwa.

2.2 Program CMHN (Community Mental Health Nursing)


a. Program CMHN
Program ini dimulasi sejak bulan Agustus 2005, dimana beberapa tenaga
terampil yang dari Jakarta membuat try out untuk 2 perawat atau puskesmas
dari 10 puskesmas dengan 6 fasilitator di aceh besar, di Aceh Besar. Perawat
tersebut dilatih sesuai modul bagaimana mengidentifikasi kasus kesehatan jiwa,
berkomunikasi dengan pasien jiwa, dan penangannya dengan supervisi dari
fasilitator didukung pihak managerial dari Dinas Kesehatan kabupaten dan
provinsi. Terdapat 4 orang fasilitator di tingkat kabupaten dan 4 orang
fasilitatorutama di tingkat Provinsi. Tanggung jawab Fasilitator utama adalah
untuk memberikan tnggapan terhadap persoalan yang dibawa oleh level
puskesmas dikecamatan atau kabupaten.
Perawat CMHN di tiap puskesmas turun kemasyarakat .2 kali seminggu
untuk mengidentifikasi kasus gangguan jiwa dan psychososial dan memberikan
penangan yang tepat. Program CMHN ini didukung oleh WHO. Pelayanan di
level puskesmas ini memegang peranan yang penting karena dapat
mengidentifikasi pasien di masyarakat dan memberikan penanganan dini
terhadap kasus.
b. Program Perawatan Kesehatan jiwa MasyaraKat (CMHN)
Tidak lama setelah tsunami, Badan Kesehatan Dunia, bekerjasama
dengan Dinas Kesehatan Propinsi di Banda Aceh dan program juru rawat
Universitas Indonesia di Jakarta, telah mengembangkan sebuah kurikulum
bentuk baru untuk melatih para perawat di puskesmas di bidang perawatan
kesehatan jiwa masyarakat (community mental health nursing - CMHN).
Program ini juga meliputi sebuah pelatihan penyegaran di bidang psikiatri dasar
dan protokol penulisan resep bagi dokter umum dari puskesmas yang sama.
Pendanaan pertama-tama diarahkan kepada kecamatan-kecamatan yang
terkena dampak tsunami di sepanjang pesisir pantai di Aceh. Para juru rawat
diajarkan mengenai cara menangani beberapa gangguan psikiatri akut dalam
sebuah kurikulum yang juga menekankan teknik pengurusan dasar bagi pasien
penyakit mental dan pendidikan bagi keluarga.
Tugas mereka di CMHN meliputi kunjungan aktif ke masyarakat untuk
pengidentifikasian kasus, pendidikan bagi keluarga, pengobatan, dan rujukan
untuk kasus-kasus kompleks diluar kemampuan mereka. Para juru rawat yang
telah diseleksi pada awalnya diberikan kursus dasar, yang pertama dari tiga seri.
Kursus tingkat menengah baru dilaksanakan di beberapa kecamatan di Bireuen;
yang meliputi komponen pendidikan masyarakat yang luas, melatih para juru
rawat CMHN untuk melakukan kunjungan yang lebih intensif ke desa-desa,
berfokus pada pendeteksian dini, dan keahlian konseling dasar. Jika program
pelatihan CMHN tingkat dasar, menengah dan lanjutan ternyata berhasil,
makan akan dijadikan model untuk layanan kesehatan mental di seluruh Aceh
dan seluruh Indonesia.
Dukungan yang berkelanjutan untuk program ini saat ini datang dari
Asian Development Bank. Program CMHN merupakan infrastruktur yang ideal
sebagai ajang kerjasama dengan Departemen Kesehatan di Jakarta dan Dinas
Kesehatan Propinsi dan Kabupaten di Aceh dalam menciptakan layanan
kesehatan jiwa berbasis masyarakat bagi daerahdaerah bekas konflik.
Hingga kini, program CMHN masih dalam tahap awal dan belum
diperluas ke daerah-daerah pedalaman, dan anggaran bagi transportasi para juru
rawat jarang memadai untuk perjalanan ke desa-desa yang terpencil yang
mengalami dampak terburuk dari konflik. Namun demikian, penekanan yang
dilakukan pada program CMHN terhadap kunjungan dan pendidikan
masyarakat adalah bentuk-bentuk kegiatan yang akan dibutuhkan guna
mengintegrasikan daerah-daerah konflik ke dalam sistem pelayanan kesehatan
dan untuk mengisi kekurangan dalam rasa kepercayaan dan pemahaman antar
para korban konflik dan personil kesehatan. Segala intervensi di masa depan
bagi masyarakat yang terkena dampak konflik harus bekerjasama dengan para
perawat CMHN serta para koordinatornya di kantor dinas Kesehatan
Kabupaten yang terdekat (IOM, 2006).
c. Setelah dievaluasi adanya peningkatan penangan kasus jiwa di masyarakat,
maka program tersebut diberlakukan untuk 11 kabupaten lainnya di Aceh.
d. Pemetaan kasus dilakukan terlebih dahulu sebelum perawat turun ke
masyarakat. Perawat mengidentifikasi pasien dan mendokumentasikannya
dengan mengisiformulir khusus . Untuk pasien yang perlu dirujuk sudah
tersedia formulir rujukankhusus dan untuk pasien yang sudah dapat kembali di
follow up di rumah setelahdirawat di BPKJ juga tersedia formulir khusus dari
BPKJ ke Puskesmas, untukmemudahkan follow up pasien. Supervisor dari
kabupaten dan provinsi melakukan supervisi seminggu sekali ke lapangan , dan
supervisor dari Jakarta melakukan supervise sebulan sekali ke lapangan.

e. Pelatihan program CMHN terdiri dari 3 level tingkatan :


i. Tingkat dasar untuk masalah gangguan Individu dan keluarga -> sekarang
sedang diselesaikan, terdiri dari 14 modul, dilakukan supervise sampai
bulan desember 2005.
ii. Tingkatan Intermediate (Menengah) untuk masalah psychososial yang akan
dilaksanakan pada bulan January
iii. Tingkatan Advance (Lanjut)
f. Level pendidikan perawat program CMHN ini berasal dari spk dan bidan.
g. Dinas Kesehatan Provinsi dan WHO bekerjasama untuk menjalankan program
CMHN dengan memfasilitasi perawat yang bekerja di masyarakat dengan
menyelenggarakan pelatihan dan supervisi.
h. Perawat CMHN melaporkan kasus dan berkoordinasi dengan pihak WHO,
Puskesmas setempat dan Dinas Kesehatan kabupaten setempat melalui
fasilitator CMHN, dan seharusnya dinas Kesehatan kabupaten melaporkannya
ke Dinkes Provinsi (Dinkes, 2005).
2.3 Pelaksanaan CMHN Di Indonesia Maupun Di Luar Negara

a) Pendekatan :

. 1) Perencanaan sosial (social planning) 
Keputusan program pemenuhan dan


penyelesaian masalah didasarkan atas fakta- fakta yang didapatkan di
lapangan dan fokusnya pada penyelesaian tugas. Pendekatan ini diperlukan
pada kondisi yang memerlukan penyelesaian masalah dengan segera. Hal ini
telah dilakukan pada awal terjadi tsunami dan gempa bumi. 

. 2) Aksi sosial (social action)
Program pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian
masalah pada satu area tertentu 
dilakukan oleh sekelompok ahli dari tempat
lain. Hal ini dilakukan jika pada tempat kejadian belum dapat diidentifikasi
sumber daya yang digunakan. Hal ini juga telah dilakukan dan berlangsung
sampai saat ini. 


. 3) Pengembangan masyarakat (Comunity development)
Program pemenuhan


kebutuhan dan penyelesaian masalah ditekankan pada peran 
serta
masyarakat, pemberdayaan masyarakat atau peningkatan kemampuan
masyarakat dalam menyelesaikan masalah dan saling memberi bantuan dalam
mengidentifikasi masalah atau kebutuhan serta penyelesaian masalah. 


. 4) Penerapan 


a. Mengidentifikasi kebutuhan dan masalah serta sumber daya yang ada di


masyarakat. Cara memeperoleh data dapat dilakukan melalui :
• Informasi dari masyarakat tentang anggota masyarakat yang
mengalami 
gangguan jiwa 

• Informasi dari perawat komunitas 

• Menentukan sendiri dengan melakukan pengkajian langsung baik
perorangan, 
keluarga maupun kelompok 

• Melalui pertemuan-pertemuan formal dan informal 

b. Mengelompokkan data yang dikumpulkan dengan cara :
• Jika ditemukan anggota masyarakat yang masih sehat maka diperlukan
program 
pencegahan dan peningkatan kes-wa agar tidak terjadi
masalah psikososial dan 
gangguan jiwa. 

• Jika ditemukan masyarakat yang mengalami masalah psikososial maka

diperlukan program untuk intervensi pemulihan segera 

• Jika ditemukan kasus gangguan jiwa maka diperlukan intervensi
pemulihan 
segera dan rehabilitasi 

c. Merencanakan dan melaksanakan tindakan keperawatan terhadap kasus.
Perawat kesehatan jiwa komunitas membuat jadual dalam melakukan
tindakan terhadap kasus dengan menggunakan modul asuhan keperawatan,
meliputi :
• Jadwal aktivitas harian sesuai dengan program kerja harian 

• Jadwal kunjungan terhadap kasus-kasus yang ditangani sesuai dengan
program pemulihan 

d. Melakukan evaluasi tindak lanjut 

• Mencatat kemajuan perkembangan pasien dan kemampuan keluarga
merawat 
pasien
• Jika kondisi kasus berkembang kearah yang lebih baik, maka
diteruskan rencana 
asuhan yang telah ditetapkan sampai pasien
mandiri 

• Jika ditemukan tanda dan gejala yang memerlukan pengobatan, maka
perawat 
kesehatan jiwa komunitas dapat memberikan obat sesuai
dengan standar 
pendelegasian program pengobatan serta memonitor
pengobatan 

• Jika dengan perawatan dan pengobatan pasien tidak mengalami
perubahan 
(kondisi bertambah berat), maka pasien dirujuk ke
puskesmas 

• Jika setelah dirujuk pasien tidak mengalami perubahan, maka
dikonsultasikan 
dengan tim kesehatan jiwa tingkat kabupaten 

• Jika kondisi pasien tetap tidak mengalami perubahan, maka dirujuk ke
rumah 
sakit umum atau rumah sakit jiwa dengan rekomendasi tim
kesehatan jiwa tingkat kabupaten.
2.4 Manfaat CMHN
Manfaat dari CMHN menurut Invalid source specified. adalah untuk dapat
memberdayakan masyarakat sehingga masyarakat dapat merawat penderita
gangguan jiwa tetap berada dimasyarakat tanpa kehilangan produktifitasnya.
Upaya yang digunakan untuk membantu masyarakat menyelesaikan masalah-
masalah kesehatan jiwa akibat dampak konflik tsunami, gempa maupun bencana
lain. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap perawat dalam
memberikan, pelayanan keperawatan kesehatan jiwa bagi masyarakat sehingga
tercapai kesehatan jiwa masyarakat secara optimal serta menjelaskan konsep
keperawatan kesehatan jiwa komunitas, menerapkan komunikasi terapeutik dalam
memberikan pelayanan asuhan keperawatan jiwa Menjelaskan peran dan fungsi
perawat kesehatan jiwa dalam memberikan pelayanan keperawatan bekerjasama
dengan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan
peran dan fungsinya menerapkan konsep pengorganisasian masyarakat dalam
memberikan pelayanan keperawatan kesehatan jiwa memberikan asuhan
keperawatan pada anak dan remaja dengan gangguan jiwa seperti depresi dan
perilaku kekerasan, memberikan asuhan keperawatan pada usia dewasa yang
gangguan jiwa dengan masalah harga diri rendah, perilaku kekerasan, resiko bunuh
diri, isolasi diri, halusinasi, waham dan defisit perawatan diri memberikan asuhan
keperawatan pada lansia dengan gangguan jiwa depresi dan demensia
Mendokumentasikan asuhan keperawatan jiwa komunitas.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa CMHN adalah pelayanan
keperawatan yang komprehensif, holistik dan paripurna. Pengabdian ini
dilakukan sebagai upaya pengoptimalan penanganan masalah kesehatan jiwa di
masyarakat yang berfokus pada masyarakat yang sehat jiwa, rentan terhadap
stress dan sedang dalam tahap pemulihan serta pencegahan kekambuhan agar
pasien yang mengalami gangguan jiwa dapat menjadi mandiri dan produktif,
mencegah terjadinya kekambuhan dan mendeteksi serta melakukan ini intervensi
untuk kelompok yang rentan terjadi gangguan jiwa.

3.2 Saran
Sebagai tenaga kesehatan kita harus dapat bekerja sama dengan tenaga medis
lainnya untuk meningkatkan kesehatan pada ODGJ diindonesia. Dan masyarakat
juga dapat membantu dan bekerjasama untuk sentantiasa membantu tenaga medis
memberikan pelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Dinkes. 2005. Rapat koordinasi sub group kesehatan jiwa, 27 Februari 2008.

Dinkes. 2006. Penanggulangan kesehatan jiwa masyarakat, 27 Februari 2008.

FKUI dan WHO. 2006. Modul basic course community mental health mursing.UI,
Fikep dan WHO. Modul basic course Comunity Mental Health Nursing. Jakarta
: Universitas Indonesia.
Anonymous. e.d. Hubungan motivasi internal dan eksternal dengan kinerja petugas
CMHN. Universitas SumateraUtara (USU).

Khasanah, Arifah Nur. (2011). Tutor Community Mental Health Nursing (CMHN).
Arifah Territoire. Diakses pada tanggal 24 May 2012.

Anda mungkin juga menyukai