Anda di halaman 1dari 14

Jakarta, 24 mei 2019

Tolak
Tindakan sewenang wenang dan
Penyalagunaan kekuasaan
(ABUSE OF POWER)

Kepada Yth:

KETUA PENGADILAN NEGRI JAKARTA SELATAN

Jl. Ampera Raya No.133,RT.5/RW.10


Ragunan,pasar minggu
Jakarata selatan 12940

Perihal :permintaan pemeriksaan praperadilan

Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini:
1. JEVERSON PETONENGAN,S.H.,M.H.
2. VEIVE LARGE HAMENDA, S.H

Advokat/pengacara yang beralamat di polonia camp 82 otista,RT.3/RW.6


NO. 24 kelurahan bidara cina,jakarta timur.baik bersama- sama maupun
sendiri-sendiri bertindak atas nama dan untuk kepentingan BURHAN BIN
MARSUSE dan SUBHAN PONTOLAWONGKAN berdasarkan kekuatan surat kuasa
khusus tertanggal 02 mei 2019 sebagai tersangka dalam perkara tindak
pidana pembunuhan berencana jo turut serta melakukan perbuatan yang
dapat di hukum sebagaimana di maksud dalam pasal 340 jo pasal 55 KUHP
di polres pandeglang

Selanjutnya disebut
sebagai:.............................................................
.....................PEMOHON

M E N G G U G A T :

1.kepolosian republik indonesia yang beralamat di jl.trunojoyo No.3


2 1 RT.2/RW.1 selong ,kecamatan kebayoran baru,jakarta selatan
12110.
Selanjutnya di sebut sebagai TERMOHON III.
2.kepala kepolosian Daerah Banten yang beralamat di jl.syeh Nawawi
Al Bantani No.76,Banjarsari,kecamatan serang,kota serang,Banten
42123.
Selanjutnya di sebut sebagai TERMOHON III.
3.kepala kepolisian Resor pandeglang yang beralamat di
jl.Bhayangkara No. 7, pandeglang,kabupaten pandeglang,Banten
42212.
Selanjutnya Disebut sebagai TERMOHON III.

Adapun yang menjadi dalil-dalil dan pertimbangan hukum


pengajuan gugatan praperadilan ini adalah sebagai berikut:

OPENING STATMENT

“JUSTICE FOR BURHAN AND SUBHAN”


Indonesia adalah Negara hukum.istilah naegara hukum disebut
dengan rechstaat dan nada pula disebut dengan Rule of
law.sarjana eropa kontinental menyebutnya dengan
Rechaats,sedangkan sarjana hukum anglo saxon (inggris dan
amerika)menyebutkan adalah yang berdasar atas hukum
(Rechstaats),tidak berdasar atas konsitusi(hukum dasar),tidak
bersifat absolut(kekuasaan yang tidak terbatas).oleh karna itu
penegakan hukum di indonesia termasuk penerapan hukum acara
pidana haruslah berdasar hukum dan menjujung tinggi hak asasi
manusia.penegak hukum harus berjalan di koridor hukum serta
tata tertib hukum acara pidana. Jika penyidik sebagai penegak
hukum keluar dari koridor hukum acara pidana maka terjadilah
penyalagunaan kekuasaan (abuse of power).penyidik yang
memiliki kekuasaan hukum di tangannya sangat berpotensi untik
melakukan kesewenang-wenangan dan melukai rasa keadilan. Untuk
itulah Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) mengatur
mengenai peradilan sebagai lembaga kontrol terhadap kewenangan
paksa penyidik sehingga orang yang tidak bermasalah seperti
burhan dan subhan tidak gampang menjadi korban melalui sebuah
proses penyidikan yang serampangan. Burhan dan subhan bisa di
selamatkan melalui peradilan. Justice for burhan and subhan.
I. KAPASITAS PARA PIHAK

1. Pemohon burhan bin marsuse dan burhan pontolawokang adalah


tersangka dalam perkara tindak pidana pembunuhan berencana
jo turut serta melakukan perbuatan yang dapat di hukum
sebagai mana di maksud dalam pasal 340 jo pasal 55 KUHP di
polres pandeglang (TERMOHON III).

2. TERMOHON I menurut pasal 1angka 14 Undang Undang


KepolisianRepublik Indonesia yang selanjutnya di sebut
Kapolri adalah pimpinan Kepolisian Negara Republik
Indonesia dan penanggung jawab penyelenggaraan fungsi
kepolisian. Lebih lanjut pasal 5 UU Kepolisian menjelaskan
bahwa Kelpolisian Negara Republik Indonesia adalah
kepolisian nasional yang merupakan satu kesatuan dalam
melaksanakan perannya termasuk didalamnya peran penegakan
hukum yang di jalankan oleh Termohon III.

3. Termohon II adalah kepala kepolisian daerah banten yang


selanjutnya di sebut kapolda adalah pimpinan kepolisian
daerah yang juga membawahi kepolisian Resor pandeglang.

4. Termohon III adalah kepolisian Resor Pandeglang yang


bertanggungjawab secara langsung atas tindakan anggota
kepolisian di resor pandeglang.

Bahwa sesuai dengan pasal 118 Hir,pemohondengan ini memilih


pengadilan Negri Jakarta Selatan sasuai dengan alamat Termohon
I. Diajukannya permintaan pemeriksaan praperadilan di
pengadilan Negri Jakarta Selatanjuga di maksudkan agar
keputusan praperadilan nantinya benar-benar dilandaskan pada
asas persidangan yang berimbang (fair trial) serta bebas
kepentingan.

II. DASARHUKUM PRAPERADILAN

1. bahwa perlu dipahami dan di ketahui sejarah lahirnya lembaga


praperadilan karena terinspirasi olih prinsip prinsip yang
bersumber dari adanya hak Habeas Corpus dalam sistem peradilan
Anglo Saxon, yang memberikan jaminan fundamental terhadap hak
Asasi Manusia Khususnya hak kemerdekaan. Habeas Corpus Act
memberikan hak kepada kepada seseorang melalui suatu perintah
pengadilan menurut pejabat yang melaksanakan hukum (ilegal) atau
tegasnya melaksanakan hukum pidana formil tersebut benar-benar
sahsesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Hal ini untuk
menjamin bahwa perampasan ataupun pembatasan kemerdekaan
terhadap seorang tersangka atau terdakwa itu telah benar-benar
memenuhi ketentuan-ketentuan hukum yang berlakkku maupun
jaminan hak-hak asasi manusia ;

2. Bahwa keberadaan Lembaga praperadilan sebagaimana diatur dalam


bab X Bagian kesatu KUHAP dan Bab XII Bagian kesatu KUHAP,secara
jelas dan tegas dimaksudkan sebagai sarana kontrol atau
pengawasan horizontal atau menguji keabsahan penggunaan wewenang
oleh aparat penegak hukum (ic. Penyelidik/penyidik maupun
penuntut umum),sebagai upaya koreksi terhadap penggunaan
wewenang apabila dilaksanakan secara sewenang-wenang dengan
maksud/tujuan lain di luar dari yang di tentukan secara tegas
dalam KUHAP, guna menjamin perlindungan terhap hak asasi setiap
orang termasuk hal ini pemohon. Menurut Luhut M. Pangaribuan,
lembaga praperadilan yang terdapat di dalam KUHAP idendik dengan
lembaga pre trial yang terdapat di amerika serikat yang
menerapkan prinsip Habeas Cotpus, yang mana pada dasarnya
menjelaskan bahwa di dalam masyarakat yang beradab, maka
pemerintah harus selalu menjamin hak kemerdekaan seseorang;

3. Bahwa lembaga praperadilan sebagaimana dia atur dalam pasal 77


s/d 83 KUHAP adalah suatu lembaga yang berfungsi untuk menguji
apakah tindakan/upaya paksa yang di lakukan oleh
penyidik/penuntut umum telah sesuai dengan undang-undang dan
tindakan tersebut telah dilengkapi administrasi penyidikan
secara cermat atau tidak, karena pada dasarnya tuntunan
praperadilan menyangkut sah tidaknya tindakan penyidik atau
penuntut umum di di dalam melakukan penyidikan atau penuntutan ;

4. Bahwa kewenangan pengadilan Negeri melalui lembaga praperadilan


menurut pasal 1 angka 10 jo pasal 77 KUHAP pada prinsipnya di
batasi ruang lingkupnya yakni semata-mata untuk memeriksa dan
memutus tentang :

a. Sah atau tidaknya penangkapan, penahanan;


b. Sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian
penuntutan; dan
c. Ganti kerugian dan/atau rehabilitasi bagi seorang yang
perkara pidananya dihentikan pada tingkat penyidikan atau
penuntut.
Akan tetapi dalam perkembangannya, pasca dilakukannya uji materi
melalui putusan Mahkamah Konstitusi No. 21/PUU-XII/2014, terdapat
beberapa kaidah baru yang langsung di mempengarunhi beberapa
substansi KUHAP didalamnya menyangkut praperadilan, yakni sebagai
berikut:

1) Frasa “bukti permulaan”, “bukti permulaan yang cuku”, dan “bukti


yang cukup”, sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 akngka 14, pasal
17,dan pasal 21 ayat (1) KUHAP bertentangan dengan UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dan tidak mempunyai kekuatan
mengikat sepanjang tidak di maknai bahwa “bukti permulaan
“,”bukti permulaan yang cukup “dan :bukti yang cukup” adalah
minimal 2 alat bukti sebagai man dimaksud dalam pasal 184 KUHAP;

2) Pasal 77 KUHAP bertentangan dengan UUD Negara Republik Indonesia


Tahun 1945 dan tidak mempunyai kekuatan mengikat sepanjang tidak
di maknai bahwa termasuk penetapan tersangka,penggeledahan, dan
penyitaan;
Dengan demikian wewenang lembaga praperadilan telah di perluas
oleh mahkamah konstitusi dan penyitaan.

III. TENTANG HUKUNYA

A. FAKTA-FAKTA

1. Bahwa pemohon (Burhan Bin Marsuse dan Subhan Pontolawokang)


adalah tersangka dalam perkara tindak pidana pembunuhan
berencana JO turut serta melakukan perbuatan yang dapat di hukum
sebagaimana di mkasud dalam pasal 340 jo pasal 55 KUHAP yang
diterapkan oleh penyidik di satuan reserse dan kriminal umum
TERMOHON III;

2. Bahwa termohon III melakukan penangkapan terhadap pemohon Burhan


Bin Marsuse pada tanggal 12 April 2019. Termohon III melalui tim
yang melakukan penangkapan datang ke rumah pemohon saat pagi
hari, salah seorang anggota tim masuk ke rumah mengaku sebagai
angoota polisi tanpa memperkenalkan diri dengan jelas atau
menunjukan identitas langsung meminta pemohon bersama dua orang
kerabat pemohon yakni saksi Hasanudin dan saksi Ali untuk ikut
naik kendaraan dengan alasan jalan jalan. Pristiwa tersebut juga
disaksikan oleh istri dan anak pemohon serta saksi Hendry
Heriyawan. Selanjutnya sejak pemohon mengalami tindakan
intimidasi,pengancaman dan penganiyayaan. Saksi Hasan dan Ali
juga hendak ditutup matanya tapi rencana tersebut dibatalka.
Pemohon dan keluarga pemohon tidak menerima surat apapun saat
penangkapantersebut dilakukan.

3. Bahwa selanjutnya pemohon di periksa di polsek anyer kemudian


diperiksa lagi di salahsatu ruangan di polda Banten, dalam
pemerikisaan tersebut menurut pemohon Burhan Bin Marsuse dalam
pernyataan tertulisnya (Bukti P1), pemohon mengalami tindakan
tindakan penganiyayaan antara lain sebagai berikut :

a. Diperlakukan dengan kejam


b. Di siksa
c. Di pukul
d. Di setrum bibir, badan dan kemaluan.
e. Jari tangan pelapor di patahkan.
f. Di ancam akan di bunuh.

Pemohon di paksa mengakui bahwa pemohon adalah seorang yang


terlibat dalam pembunuhan korban AH dan SGP serta berperan
membuang mayat kedua korban. Tindakan- tindakan tersebut di
alami pemohon berkali-kali dalam kurun waktu beberapa hari agar
supaya pemohon mengakuio tuduhan bahkan pemohon di paksa untuk
menandatangani bap yang berbeda dengan fakta yang pemohon
sampaikan saat pemeriksaan sampai akhirnya pemohon di tetapkan
sebagai tersangka dan ditahan. Saat keluarga dan kerabat dekat
pemohon mengunjungi pemohon di rumah tahanan negara pandeglang,
mereka melihat kondisi pemohon sangat memprihatinkan. Terdapat
bekas banyak luka dan pukulan bahkan pemohon masih mengeluh
kesakitan karena jari tangan pemohon di batahkan.

Bahwa surat penangkapan (BUKTI P2) dan penahanan (BUKTI P3)


baru di kirim ke keluarga pemohon Burhan Bin marsuse melalui
post seminggu kemudian.

4. Bahwa berdasarkan bap pemohon Burhan Bin Marsuse yang di duga di


rekayasa oleh penyidik termohon III kemudian melakukan
penangkapan terhadap pemohon subhan

Tidak sahnya penangkapan yang di lakukan TERMOHON III.

5. Bahwa sebagaimana diuraikan dalam kronologis,Termohon III saat


melakukan penangkapan tidak memperkenalkan diri,tidak menunjukan
bukti identitas dan tidak menunjukan bukti identitas dan tidak
membawa surat penangkapan serta tidak memberikan tembusan surat
penangkapan kepada keluarga pemohon.para pemohon langsung
diminta ikut serta di tutup matanya.

6. Bahwa penangkapan terhadap pemohon Burhan dan Subhan tidak


pernah diawali dengan pemeriksaan terlebih dahulu baik
pemeriksaan untuk permintaan klarifikasi maupun pepmeriksaan
sebagai saksi dan panggilan untuk diperiksa sebagai tersangka.
Menurut pernyataan tertulis mereka, kedianya langsung ditangkap
bahkan dianiaya secara keji sampai akhirnya ditahan. Keduanya
tidak pernah menerima surat panggilan apapun sebelum ditangkap.
7. Bahwa tindakan penangkapan yang dilakukan termohon III
bertentangan dengan tata cara penangkapan yang diatur pasal 18
KUHAP :

Ayat (1) pelaksanaan tugas penangkapan dilakukan oleh petugas


kepolisian negara republik indonesia dengan memperlihatkan
surat tugas serta memberikan kepada tersangka surat perintah
penangkapan yang mencantumkan identitas tersangka dan
menyebutkan alasan penangkapan serta uraiyan singkat perkara
kejahatan yang dipersangkakan serta tempat di periksa.

Ayat (3) Tembusan surat perintah penangkapan sebagaimana


dimaksud dalam ayat (1) harus di berikan kepada keluarga segera
setelah penangkapan di lakukan.

8. Bahwa tindakan penangkapan yang dilakukan juga bertentangan


pasal 37 ayat (1) peraturan kapolri No. 14 tahun 12 tentang
manajemen penyidikan Tindakan Pidana.

Dalam hal melakukan penangkapan, setiap penyidik wajib:

A. Memberitahu /menunjukan tanda identitasnya sebagaimanapetugas


polri ;
B. Menunjukkan surat perintah penangkapan, kecuali dalam hal
tertangkap tangan ;
C. Memberitahukan alasan penangkapan dan hak-hak tersangka;
D. Menjelaskan tindak pidana yang di persangkakan termasuk
ancaman hukuman kepada tersangka pada saat penangkapan; dan
E. Menhormati status hukum anak yang melakuan tindak pidana dan
memberitahu orang tua atau wali anak yang ditangkap segera
setelah penangkapan

9. Bahwa oleh karena penangkapan yang dilakukan termohon III


bertentangan dengan tata cara penangkapan yang di atur melaui
KUHAP dan perkaproli maka tindakan penangkapan terhadap para
pemohon melalui surat penangkapan nomor
sp.kap/23/IV/2019/Reskrim tanggal 12 april 2019 DAN surat
penangkapan nomor sp.kap/24/IV/2019/Reskrim tanggal 13 april
2019haruslah dinyatakan tidak sah dan batal demi hukum (null and
void).

Tidak sahnya penetapan tersangka yang dilakukan


TERMOHON III
10. Bahwa selanjutnya secara otomatis penetapan tersangka terhadap
diri pemohon Burhan dan Subhan juga tidak didasarkan pada surat
apapun oleh karena para pemohon setelah ditangkap langsung di
periksa dan di tahanoleh penyidik. Penetapan tersangka terhadap
kedua pemohon dilakukan secara terburu-buru dan serampangan.hal
ini dibuktikan dengan fakta bahwa penetapan tersangka dilakukan
sebelum adanya hasil autopsimayat korban pembunuhan. Bagaimana
mungkin hasil autopsiyang menunjukan tentang waktu kematian
korban serta dugaan waktu terjadinya pembunuhan belum di ketahui
tetapi tersangkanya sudah biisa ditemukan.Anehnya lagi,penyidik
secepat kilat menyimpulkan kedua pemohon sebagai orang yang
membuang mayat sedangkan pelaku pembunuhan/eksekutor yang
sebenarnya justru belum di panggil apalagi di periksa.Sangatlah
patut di duga penetapan tersangka terhadap para pemohon tidak
memenuhi syarat cukup bukti atau bukti permulaan yang cukup
menurut KUHP.

11. Bahwa sesuai dengan fakta fakta angka 3 s/d 6 yang di


uraikan sebelumnya, penetapan tersangka yang dilakukan termohon
III juga dilandasi atas dugaan kuat adanya REKAYASA FAKTA serta
tindakan penyiksaan yang keji, tidak manusiawi dan melanggal
hukuman antra lain :

a. Pasal 52 KUHAP yang menyabutkan “dalam pemeriksaan pada


tingkat penyidikan dan pengadilan, tersangka atau terdakwa
berhak memberikan memberikan kerterangan secara bebas kepada
penyidik atau hakim”.

b. Pasal 117 ayat 1 KUHAP menyebutkan “keterangan tersangka dan


atau saksi kepada penyidik diberikan tanpa tekanan dari siapa
pun dan atau dalam bentuk apapun”.

12. Bahwa tindakantermohon III juga bertentangan dengan


peraturan kapolri nomor 7 tahun 2006 tentang kode etik profesi
kepolisisan Negara Repupblik, Indonesia ,khususnya dalam pasal 7
telah di jelaskan bahwa Anggota kepolisian Negara Republik
indonesia senantiasa menghindarkan diri dari perbuatan tercela
yang dapat merusak kehormatan profesi dan organisasinya,dengan
tidak melakukan tindakan-tindakan berupa:

(a) Bertutur kata kasar dan bernanda kemarahan


(b) Menyalahi dan atau menyimpang dari prosedur tugas;
(c) Bersikap mencari-cari kesalahan masyarakat
(d) Mempersulit masyarakat yang membutuhkan
bantuan/pertolongan;
(e) Menyebarkan berita yang dapat meresahkan masyarakat;
(f) Melakukan perbuatanh yang di rasakan meresahkan martabat
perempuan;
(g) Melakukan tindakan yang dirasakan sebagai perbuatan
menelantarkan anak-anak dibawah umur;dan
(h) Merendahkan harkat dan martabat manusia

13. Bahwa tindakan-tindakan termohon III juga bertentangan


dengan pasal 13 ayat (1) peraturan kapolri nomor 8 tahun 2009
tentang implementasi prinsip dan standar HAM dalam
penyelenggaraan tugas kepolisian Negara Republik Indonesia yang
menyebutkan bahwa dalam melaksanakan kegiatan
penyelidikan,setiap petugas polri dilarang:

(a) Melakukan itmindasi,ancaman,siksaan fisik,psikis ataupun


seksual untuk mendapatkan informasi,keterangan atau7
pengakuan;
(b) Menyuruh atau menghasut orang lain untuk melakukan
tindakan kekerasan di luar proses hukum atau secara sewenang-
wenang;
(c) Memberitakan rahasia seseorang yang berperkara;
(d) Memanipulasi atau berbohong dalam membuat atau
menyampaikan laporan hasil penyelidikan;
(e) Merekayasa laporan sehingga mengaburkan investigasi atau
memutarbalikan kebenaran;
(f) Melakukan tindakan yang bertujuan untuk meminta imbalan
dari pihak yang berperkara.

14. Bahwa tindakan termohon III juga bertentangan dengan


peraturan kapolri nomor 8 tahun 2009,khususnya dalam pasal 11
ayat (1) telah di tegaskan bahwa setiap petugas/anggota polri
dilarang melakukan:

(a) Penangkapan dan secara sewenang wenang dan tidak


berdasarkan hukum ;
(b) Penyisaan tahanan atau terhadap orang yang disangka
terlibat dalam kejahatan ;
(c) Pelecehan atau kekerasan seksual terhadap tahananatu orang
orang yang disangka terlibat dalam kejahatan ;
(d) Penghukuman atau perlakuan tidak manusiawi yang
merendahkan martabat manusia;
(e) Koruopsi dan menerima suap
(f) Menghalangi proses pradilan dan menutup-nutupi proses
kejahatan
(g) Penghukuman dan tindakan fisik yang tidak berdasarkan
hukum
(h) Perlakuan terhadap seseorang yang melaporkan kasus
pelanggaran HAM oleh orang lainmelakukan penggeledahan atau
penyitaan yang tidak sesuai hukum
(i) Menggunakan kekerasan dansentaja api yang berlebihan.

15. Bahwa tindakan pemeriksaan yang di lakukan penyidik


bertentangan dengan pasal 66 ayat (4) perperkapolri No. 1 tahun
2012 “penyidik/penyidik pembatu dilarang menggunakan kekerasan,
tekanan atau ancaman dalam bentuk apapun, dan harus berprilaku
sebagai pihak yang kan menggali fakta-fakta dalam penegakan
hukum”.

16. Bahwa dapat dipastikan para pemohon dalam setiap


pemekriksaan tidak di damping oleh penasehat hukum tidak
mungkin penganiyayaan terhadap mereka terjadi. Kami percaya
Yang Mulia Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini akan
secara bijak dan jeli dalam pemeriksan nantinya jika mendadak
muncul bukti dari termohon III berupa surat penolakan
penunjukan penasihat hukum atau adanya penunjukan penasihat
hukum atau adanya penasihat hukum yang diduga sarat rekayasa.
Perbuatan termohon III yang memeriksa para pemohon bertentangan
dengan kuhap serta yurisrudensi antara lain sebagai berikut:

a. Pasal 56 ayat (1) KUHAP “dalam hal tersangka atau terdakwa


disangka atau di dakwa melakukan tindak pidana mati atau
ancaman pidana 25 tahun atau lebih atau bagi mereka yang
tidak mampu yang di ancam dengan pidana lima tahun atau lebih
yang tidak mempunyai penasehat hukum sendiri, pejabat yang
bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaandalam proses
peradilan wajib menunjukpenasehat hukum bagi mereka
b. Putusan Mahkamah Agung RI No 1565 k/pid/1991 tertanggal 16
september 1993 yang menyatakan pada pokoknya ,”apabila
syarat –syarat tidak di penuhi seperti halnya penyidik tidak
menunjukpenasihat hukum bagi tersangka sejak awal
penyidikan ,maka tuntutan penuntut umum dinyatakan tidak
dapat di terima.”
c. Putusan Mahkamah Agung RI dengan No 367 k/pid/1998
tertanggal 29 Mei 1998 yang pada pokonya menyatakan “bahwa
bila tak didampingi penasehat hukum di tingkat penyidikan
maka bertentangandengan pasal 56 KUHAP, hingga BAP penyidikan
dan penuntut umumbatal demi hukum dan karenanya tuntutan
penuntut umum tidak dapat di terima ,walaupun pemeriksaan di
siding pengadilan di damping penasihat hukum.”

17. Bahwa selanjutnya sesuai pasal 1 angka 14 KUHAP Tersangka


adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya
berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku pidana;
di9kaitkan dengan pasal 21 ayat (2) KUHAP”penahanan atau
penahanan lanjutan dilakukanoleh penyidik atau penuntut umum
terhadap tersangka atau terdakwa dengan memberikan surat
perintah penahanan atau penetapan hakim yang mencantumkan
identitas tersangka atau terdakwa dan menyebutkan alasan
penahanan serta uraian singkat perkara kejahatan yang di
persangkakan atau di dakwakan serta tempat ia ditahan”. Dari
kedua penjelasan pasal tersebut dapat di ketahui bahwa
seseorang tersangka berhak mengetahui tuduhan perbuatan pidana
yang di persangkakan kepada;

18. Bahwa dengan demikian uraiyan singkat yang dimaksud dalam


pasal 21 ayat (2) KUHAP adalah uraian mengenai perbuatan yang
di lakukan oleh tersangka yang di anggap sebagai tindak pidana
yang sementara dipersangkakan kepadanya. Dibutuhkan adanya
konfrontir ataupun permintaan klarifikasi kepada tersangka
sehubungan dengan bukti-bukti yang dimiliki oleh penyidik. Hal
ini dimaksudkan untuk mencegah apayang di sebut dalam istilah
unfair prejudice atau persangkaanyang tidak wajar akan tetapi
hal tersebut tidak pernah dilakukan oleh penyidik. Sejak
ditangkap penyidik telah berkesimpulan bahwa para pemohon
adalah pembunuh dan tidak memberikan kesmpatan sedikitpun bagi
para pemohon untuk membela diri. Para pemohon langsung
daitangkap, ditetapkan sebagai dan ditahan tanap pembelaan;

19. Bahwa tindakan termohon menyebabkan pemohon tidak


kehilangan haknya untuk memberikan pembelaan serta bukti-bukti
sehubungan dengan pembuatan pidana yang dipersangkakan
kepadanya karena tidak mendapatkan penjelasan dari termohon.
PENYIDIK TELAH TERSESAT SAAT MELAKUKAN PENYELIDIKAN. Tindakan
termohon ini juga menyebabkan pemeriksaan perkara berjalan
menurut kehendak termohon sendiri sehingga secara sadar telah
menginjak-injak hak asasi pemohon karena tidak dijalankan
sesuai dengan tatacara yang benar menurut Hukum;

20. Bahwa proses penyidikan yang dilakukan termohon juga


membuktikan bahwa pola kerja termohon tidak dilakukan secara
transparan sehingga mengundang dugaan bahwa termohon hanya
memaksakan sebuhah perkara yang tidak dilandasi oleh bukti
permulaan yang cukup. Untuk itu sangat beralasan hukum bagi
kami kepada Yang Mulia Hakim Yang memeriksa dan mengadili
perkara in casu untukmemerinntahkan termohon untuk menunjukan
bukti permulaan yang cukup dalam sidang peradilan ini karena
bukti permulaan yangcukup merupakan syarat mutlak yang
diwajibkan KUAHP untuk menetapkan seseorang menjadi tersangka.
Jika tidak, maka termohon dalam segala tindakaknnya berpotensi
besar melakukian kesewenang-wenangan dan menyalagunakan
kekuasaan (abouse of power) yang ada padanya secara khusus
dapat terjadi dalam perkara in casur,

21. Bahwa oleh karna proses penetapan tersangka terhadap


pemohon telah di laksanakan dengan cara-cara melanggar
ketentuan hukum acara pidana maka sangat beralasan hukum bagi
pemohon untuk meminta agar YANG MULIA HAKIM yang meriksa dan
mengadili perkara ini untuk memutuskan agar penetapan tersangka
yangt dilakukan termohon sesuai surat perintah
penyidikan nomor sp.sisik/19/IV/Reskrim tanggal 12 April
2019 DINYATAKAN TIDAK SAH DAN BATAL DEMI HUKUM.Oleh karenanya
penyidikan a quo tidak mempunyai kekuatan mengikat;

Penahanan terhadap pemohon di dasari pada proses penyidikan dan


penetapan tersangka yang CACAT YURIDIS DAN MELANGGAR HUKUM.

22. Bahwa oleh karena penahanan terhadap diri pemohon telsh


didasarkan oleh proses penyidikan dan penetapan tersangka yang
melanggar hukum maka sangat beralasan hukum bagi pemohon untuk
meminta agar Yang Mulia Hakim yang memeriksa dan mengadili
perkara ini untuk memutuskan agar surat perintah penahanan
nomor: Sp.Han/24/IV/2019/Reskrim tanggal 13 April 2019 terhadap
pemohon Burhan Bin Marsuse dan surat perintah penahanan Nomor :
Sp.Han/24/IV/2019/Reskrim tanggal 13 April 2019 terhadap
pemohon subhan pontolawokang dinyatakan TIDAK SAH dan BATAL
DEMI HUKUM;

23. Bahwa Sehubungan dengan putusan lembaga pra peradilan atas


alasan-alasan yang terurai dalam posita gugatan in casu adalah
bersifat final dan mengikat, maka diharapkan putusan inidapat
dilaksanakan segera selambatnya 1 x 24 jam sesudah pembacaan
putusan. Dan untuk menjamin pelaksanaan putusan perkara in,
maka sangat beralasan bila di berlakukan pembayaran uang paksa
(dwangsom)sebesar Rp. 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah)
setiap hari kelalaian melaksanakan isi putusan.

Ganti Kerugian dan Rehabilitasi

24. Bahwa oleh karena pembuatan termohon ini III menyebabkan


kerugian pada diri pemohon maka mohon denga hormat agar yang
mulia hakim menghukum para para termohon secara tanggung
renteng untuk membayar ganti kerugian materil sebesar
Rp.1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) dan kerugian immateril
sebesar Rp. 100.000.000.000,- (seratus milyar rupiah). Mohon
juga agar para termohon dibebankan tanggung jawab untuk
merehabilitasi nama baik para pemohon di semua media baik media
cetak,media online radio dan televisi.

25. Bahwa oleh karena termohon III dalam melaksanakan tugasnya


ada dibawah pengawasan termohon I dan termohon II maka kami
mohon agar Yang Mulia Hakim yang memeriksa dan mengadili
perkara ini juga membebankan tanggungjawab terhadap termohon I
dan Termohon II.

IV. PENUTUP
Mengahiri permintaan peradilan In cas, perkenankanlah para pemohon
menyampaikan dipersidangan Yang Mulia ini bahwa sejatinya kami sangat
mendukung upaya penyidikan dalam perkara ini. Namun demi martabat
keadilan dan kebenaran, maka lebih baik melepaskan 1000 orang yang
bersalah daripada menghukum 1 orang yang tak bersalah. Oleh
karenanya, berdasarkan dalil dan pertimbangan sebagaimana diuraikan
di atas, maka Para Pemohon dengan penuh kerendahan hati meminta agar
Yang Mulia Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara in casu
berkenan memutuskan permintaan pemeriksaan praperadilan ini dengan
amar sebagai berikut:

1. Menyatakan menerima dan mengabulkan permohonan pemohon untuk


seluruhnya;
2. Menyatakan bahwa perbuatan Termohon yang menetapkan Pemohon
Burhan Bin Marsuse dan pemohon Subhan Pontolawokan selaku
tersangka tanpa prosedur adalah cacat yuridis/bertentangan
deengan hukum,dan oleh karenanya tidak mempunyai kekuatan
mengikat;
3. Menyataka perbuatan termohon yang melakukan penangkapan tanpa
surat terhadap para pemohon tanpa prosedur adalah cacat
yuridis/bertentangan dengan hukum,dan oleh karenanya tidak
mempunyai kekuatan mengikat;
4. Menyatakan perbuatan termohon yang melakukan penahanan terhadap
para pemohon adalah cacat yuridis/bertentangan dengan hukum,dan
oleh karenanya tidak mempunyai kekuatan mengikat;
5. Menyatakan surat perintah penyidikan nomor
sp.sidik/19/IV/Reskrim tanggal 12 April 2019 adalah tidak sah
dan batal demi hukum,dan oleh karenanya tidak mempunyai kekuatan
mengikat;
6. Menyatakan surat penangkapan nomor sp.kap/23/IV/2109/Reskrim
tanggal 12 April 2019 DAN surat penangkapan nomor
sp.kap/24/IV/2019/Reskrim tanggal 13 April 2019 adalah TIDAK SAH
DAN BATAL DEMI HUKUM serta tidak mempunyai kekuatan mengikat.
7. Menyatakan surat perintah penahanan Nomor;
Sp.Han/23/IV/2019/Reskrim tanggal 13 april 2019 terhadap Pemohon
Burhan Bin Marsuse dan Surat perintah penahanan
Nomor:Sp.Han/24/IV/2019/Reskrim tanggal 13 April 2019 terhadap
pemohon Subhan Pontolawokang dinyatakan TIDAK SAH dan DEMI
HUKUM.
8. Menyatakan tidak sah segala keputusan atau penetapan yang
dikeluarkan lebih lanjut oleh Termohon III yang berkaitan dengan
penetapan tersangka diri para pemohon oleh Termohon III;
9. Menghukum para termohon untuk secara tanggung renteng membayar
ganti kerugian kepada para pemohon yakni kerugian materil
sebesar Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) dankerugian
immateril sebesar Rp. 100.000.000.000,- (seratus milyar
rupiah).
TOTAL KERUGIAN sebesar Rp. 101.000.000.000,- (seratus satu
milyar rupiah).
10. Menghukum para termohon untuk secara tanggung renteng
rehabilitasi nama baik Pemohon disemua media sosial, baik
cetak,online,radio, dan televisi yang ada di indonesia;
11. Memerintahkan para Termohon untuk segera melaksanakan
putusan ini dan membebaskan pemohon, paling lambat 1 x 24 jam
setelah pembacaan putusan dilakukan;
12. Menghukum para Termohon untuk secara tanggung renteng
membayar uang pakasa (dwangsom) setiap hari keterlambatan
melakukan putusan dalam perkara ini sebesar Rp. 20.000.000,-
(dua puluh juta rupiah) setiap harinya;
13. Menghukum para termohon untuki membayar biaya perkara yang
timbul dalm perkara yang timbul dalam perkara a quo.

Atau apabila Yang Mulia berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-
adilnya (Ex Aequo Et Bono).

Hormat kami

KUASA HUKUM PARA PEMOHON,

JEVERSON PENTONENGAN S.H. M.H. VEIVE L. HAMENDA


S.H.

Anda mungkin juga menyukai