Anda di halaman 1dari 9

HADITS TENTANG SHALAT TARAWIH

Makalah

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadits Ahkam1

Dosen Pengampu Dr. Mahfud, M.M.

Disusun oleh kelompok 5 :

1. Destri Ayuli M (191110003)


2. Widiyawati (191110008)
3. Muhamad Dirwan Dermawan (191110033)

Hukum Keluarga Islam (A)

Fakultas Syariah

Univeritas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten Tahun


Akademik 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa ta’ala, karena berkat
rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul "HADITS TENTANG SHALAT
TARAWIH”. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah "Hadits Ahkam 1.”
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya
makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Penulis,

KELOMPOK 5
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bulan Ramadhan adalah merupakan bulan suci, bulan yang dimuliakanAllah Swt, bulan
penuh maghfiroh (ampunan) dan berkah-Nya, bulan dimanapintu-pintu surga dibuka lebar- lebar
dan pintu neraka ditutup rapat, syaiton-syaiton dibelenggu,bulan dimana jiwa menjadi tenang dan
hati menjadi tentram. Oleh sebab itulah Rasul Saw dalam bulan Ramadhan mengajak umatnya
agar meningkatkan ibadah, termasuk didalamnya beliau menggalakkan tuntunannya dalam
melaksanakan shalat dimalam bulan Ramadhan yangdinamakan Shalat Tarawih. Didalam shalat
tarawih ini, Rasul Saw hanya memberikan contohtuntunan dan tidak memberikan batasan dalam
jumlah raka’atnya. Hal tersebuttentunya memberikan kebebasan, kelonggaran kepada umatnya
untuk menentukan sendiri pilihannya dengan melihat kondisi dan kemampuan sendiri,apakah ia
mampu melaksanakan dengan 11 raka’at atau 23 raka’at atau bahkan dengan 39 raka’at. Dengan
demikian, ini adalah merupakan rahmat bagi umatnya, Allah telah berfirman didalam Al-Quran
yng artinya : “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (Qs.
Al-Baqarah : 286)

B. Rumusan Masalah

1.Bagaimana Pengertian Shalat Tarawih?

2.Bagaimana Waktu dan Hukum Shalat Tarawih?

3.Bagaimana Fadhilah/keutamaan Shalat Tarawih?

4.Apa saja Hadist Tentang Tarawih ?


C. Tujuan Pembahasan

1. Untuk Mengetahui Pengertian Shalat Tarawih.

2. Untuk Mengetahui Pengertian Bagaimana Waktu dan Hukum Shalat Tarawih.

3. Untuk Mengetahui Pengertian Fadhilah/keutamaan Shalat Tarawih.


BAB II

PEMBAHASAN

A. ARTI TARAWIH

Lafadz Tarawih bentuk jamak dari mufrad Tarwihah yang mempunyai arti istirahat.Shalat
Tarawih adalah : Shalat malam yang dikerjakan pada bulan suciRamadhan sesudah mengerjakan
shalat fardhu isya’. H. Mochtar mendefinisikanShalat Tarawih ialah Shalat malam pada bulan
Ramadhan hukumnya sunnahmu’akkad, bagi pria dan wanita boleh dikerjakan sendiri-sendiri,
bolehberjama’ah dengan waktunya setelah shalat isya’ sampai terbit fajar.Disebut Shalat Tarawih
oleh karena shalat ini mempunyai rakaat danbacaan yang panjang sehingga dalam
melaksanakannya memakan waktu yanglama dengan demikian memerlukan istirahat, dan istirahat
ini biasanya dilakukanpada setiap 2 kali salam dari 4 rakaat.

B. WAKTU DAN HUKUM SHALAT TARAWIH

Waktu untuk mengerjakan shalat tarawih adalah dari sesudahdikerjakannya shalat isya
sampai terbitnya fajar. Adapun waktu yang utama danafdhol untuk mengerjakan shalat tarawih
para ulama membagi atas 2 (dua)bagian, apakah dikerjakan pada awal atau akhir malam.1.Awal
malam lebih utama, bagi mereka yang tidak terbiasa atau khawatirtidak mampu untuk bangun
malam.2.Akhir malam lebih utama, bagi yang terbiasa dan tidak mempunyaikekhawatiran sama
sekali untuk bangun malam.Hukum Shalat Tarawih adalah Sunnah Mu’akkadah.

C. FADHILAH SHALAT TARAWIH

Sebagaimana disebutkan dalam hadits diatas, yang diriwayatkan oleh Al-Jama’ah dari Abu
Hurairah ra menunjukkan bahwa fadhilah bagi orang yangmengerjakan shalat tarawih adalah
mendapatkan ampunan dosa-dosanya yangtelah lewat.Sedangkan fadhilah yang lain adalah
mendapatkan fitrah (bersih sucibagaikan bayi yang baru dilahirkan oleh ibunya), sebagaimana
hadits yangdiriwiyatkan oleh Imam Ahmad, Nasai dan Ibn Majah dari Abdurrahman Ibn Auf, yang
Artinya :“Dari Abdurrahman Ibn Auf ra : Sesungguhnya Nabi Saw bersabda :Sesungguhnya Allah
Azza Wa Jalla telah mewajibkan puasa bulan Ramadhan dan Aku telah menuntunkan shalat
(tarawih)nya. Barangsiapa puasa Ramadhan dan shalat Tarawih karena Iman dan mengharap
pahala dari Allah, maka dosa-dosanya akan keluar bagaikan bayi yangbaru dilahirkan oleh ibunya”
(HR. Imam Ahmad, Nasai dan Ibn Majah).
D. TAHAPAN DIPERINTAH-NYA SHALAT TARAWIH

Sebagaimana dijelaskan oleh As-Syaikh Athiyah Muhammad Salim, ImamMasjid An-


Nabawy As-Syareef dalam bukunya : At-Tarawih Aktsar Min Alf AamFi Masjidi An-Nabiy Alaihi
As-Salam bahwa shalat tarawih itu mempunyaitahapan-tahapan dalam perkembangan diperintah-
Nya shalat tarawih, yangterdiri dari 3 tahapan di antaranya :

1. Tahapan Pertama

Yaitu tahap dimana Rasulullah Saw secara umum baru memberikansemangat dan anjuran (
At-Targhib al-Muthlaq), tanpa menyebut jumlahrakaat dan tanpa embel-embel, sebagaimana
hadits yang diriwayatkan olehImam Muslim dari Abu Hurairah ra yang artinya : “Bahwasanya
Rasulullah Saw bersabda : Barang siapa melaksanakanshalat (tarawih) karena iman kepada Allah
dan mengharap ridha Allah, maka diampunilah dosa-dosanya yang telah lewat”

Dalam hadits ini Rasulullah Saw hanyak mengajak dan menggugahkepada siapa saja dengan
memberitahukan tentang fadilah shalat tarawihpada bulan Ramadhan dengan tanpa menyebut
jumlah rakaat, tanpamemberikan contoh dan bahkan tanpa menyuruh dengan sungguh-sungguh.

2. Tahapan Kedua

Tahap anjuran, dalam anjuran ini dikaitkan antara shalat tarawihdengan bulan Ramadhan,
bahwa shalat tarawih itu hukumnya sunnah, dalamtahapan ini Rasulullah Saw belum memberikan
contoh dan tuntunan, hanyaanjurannya saja yang lebih dipertegas dari tahap pertama, yaitu bagi
yangmengerjakan shalat tarawih karena iman dan mengharap ridha Allah, ia akankembali seperti
waktu dilahirkan oleh ibunya, yaitu bersih tanpa noda dandosa, seperti yang diterangkan hadits
dibawah ini Artinya :“Dari Abdurrahman Ibn Auf ra : Sesungguhnya Nabi Saw bersabda :
Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla telah mewajibkan puasa bulanRamadhan dan Aku telah
menuntunkan shalat (tarawih)nya. Barangsiapa puasa Ramadhan dan shalat Tarawih karena Iman
danmengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya akan keluar bagaikan bayi yang baru
dilahirkan oleh ibunya” (HR. Imam Ahmad,Nasai dan Ibn Majah).

3. Tahapan Ketiga

Pada tahap ini Rasulullah memberikan contoh dan tuntunan denganmengerjakannya sendiri,
yang lalu diikuti oleh sahabat. Dari sinilah lalu shalattarawih berkembang ada diantara para
sahabat yang mengerjakannyadengan keluarganya dirumah, sebagaimana hadits Jabir ra yang
diriwayatkanoleh Imam Al-Marwazy yang artinya :“Sahabat Ubay Ibn Ka’ab ra menghadap
kepada Rasulullah Saw dalam bulan Ramadhan, ia bertanya : Ya Rasulullah tadi malam sayaada
suatu masalah? Rasulullah bertanya : Apa itu? Ubay menjawab : perempuan-perempuan
keluargaku berkata : kita tidak membaca (hafal Al-Quran), maka sebaiknya kita shalat (tarawih)
berjamaah denganmu, dan kemudian aku shalat bersama mereka dengan 8rakaat, Rasulullah diam
(tidak menjawab), itu pertanda beliaumeridhoinya”

Dari hadits tersebut diatas telah nampak jelas bahwa shalat tarawihpada tahapan ini
dilaksanakan dan dikerjakan dengan cara berjama’ah.

E. DALIL DAN KEUTAMAAN SHALAT TARAWIH

Selain ibadah puasa, salah satu yang spesial di bulan Ramadhan adalah shalat tarawih.
Ritual yang dilakukan setelah shalat Isya ini memiliki keutamaan dan pahala yang besar. Syekh
Taqiyuddin al-Hishni dalam karyanya Kifayatul Akhyar menegaskan bahwa kesunnahan shalat
tarawih merupakan kesepakatan seluruh ulama dari berbagai mazhab, tidak dianggap pendapat-
pendapat yang menyelisihi konsensus tersebut.

Al-Hishni mengatakan:

“Adapun shalat tarawih, tidak diragukan lagi di dalam kesunnahannya. Kesepakatan ulama telah
menjadi kukuh di dalam kesunnahannya, yang demikian dikatakan tidak hanya satu orang. Tidak
dianggap pendapat-pendapat yang menyimpang” (Syekh Taqiyuddin al-Hishni, Kifayah al-
Akhyar, hal. 89).

Terdapat beberapa hadits yang menjelaskan tentang keutamaan tarawih. Di antaranya hadits Nabi
riwayat Imam al-Bukhari, Muslim dan lainnya:

“Barang siapa ibadah(tarawih) di bulan Ramadhan seraya beriman dan ikhlas, maka diampuni
baginya dosa yang telah lampau” (HR al-Bukhari, Muslim, dan lainnya).

Ulama sepakat bahwa redaksi “qâma ramadlâna”di dalam hadits tersebut diarahkan pada shalat
tarawih. Syekh Khatib al-Syarbini menegaskan:

“Ulama sepakat atas kesunnahan tarawih dan sesungguhnya tarawih adalah shalat yang
dikehendaki dalam hadits Nabi, Barang siapa ibadah (tarawih) di bulan Ramadhan seraya beriman
dan ikhlas, maka diampuni baginya dosa yang telah lampau. Hadits diriwayatkan al-Bukhari.
Adapun sabda Nabi “imanan”, maksudnya adalah membenarkan bahwa yang demikian itu haq
seraya meyakini keutamaannya. Sabda Nabi “wahtisaban”, maksudnya ikhlas” (Syekh Khatib al-
Syarbini, Mughni al-Muhtaj, juz 1, hal. 459).

Ulama berbeda pendapat mengenai dosa yang diampuni dalam hadits tersebut,
sebagaimana mereka juga ikhtilaf di dalam hadits-hadits sejenis. Menurut al-Imam al-Haramain,
yang dihapus hanya dosa-dosa kecil, sedangkan dosa besar hanya bisa diampuni dengan cara
bertaubat. Sementara menurut Imam Ibnu al-Mundzir, redaksi “mâ” (dosa) dalam hadits tersebut
termasuk kategori lafadh ‘âm (kata umum) yang berarti mencakup segala dosa, baik kecil atau
besar.
F. HADIST TENTANG SHALAT TARAWIH
Al-Hishni mengatakan:

‫اْلجإ َماع على ذَلِك قَالَه غير َواحِ د َو ََل ِعب َإرة بشواذ إاْل َ إق َوال‬
ِ ‫ص ََلة الت َّ َرا ِويح فَ ََل شكّ فِي سنيتها وانعقد إ‬
َ ‫َوأما‬
“Adapun shalat tarawih, tidak diragukan lagi di dalam kesunnahannya. Kesepakatan ulama telah
menjadi kukuh di dalam kesunnahannya, yang demikian dikatakan tidak hanya satu orang. Tidak
dianggap pendapat-pendapat yang menyimpang” (Syekh Taqiyuddin al-Hishni, Kifayah al-
Akhyar, hal. 89).
Terdapat beberapa hadits yang menjelaskan tentang keutamaan tarawih. Di antaranya hadits Nabi
riwayat Imam al-Bukhari, Muslim dan lainnya:

‫سابًا غُف َِر لَهُ َما تَقَد ََّم إ‬


‫مِن ذَ إن ِبه‬ َ ِ‫ضانَ إي َمانًا َواحإ ت‬ َ َ‫ِمََ إن ق‬
َ ‫ام َر َم‬
“Barangsiapa ibadah (tarawih) di bulan Ramadhan seraya beriman dan ikhlas, maka diampuni
baginya dosa yang telah lampau” (HR al-Bukhari, Muslim, dan lainnya).

Ulama sepakat bahwa redaksi “qâma ramadlâna” di dalam hadits tersebut diarahkan pada
shalat tarawih. Syekh Khatib al-Syarbini menegaskan:

‫سابًا غُف َِر‬َ ِ‫ضانَ إي َمانًا َواحإ ت‬َ ‫ام َر َم‬ َ ‫ « َم إن َق‬- ‫سلَّ َم‬َ ‫ع َل إي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ ‫ع َلى أَ َّن َها ا إل ُم َرادُ إ‬
َ - ‫مِن َق إو ِل ِه‬ َ ‫ع َلى سُ ّنِيَّتِ َها َو‬
َ ‫َو َق إد ات َّ َف ُقوا‬
‫ أَ إ‬:‫سابًا‬
‫ي‬ َ ِ‫ َواحإ ت‬،ُ‫ضيلَتَه‬ ِ َ‫صدِيقًا بِأَنَّهُ َح ٌّق ُم إعتَ ِقدًا ف‬‫ي تَ إ‬ ‫ أَ إ‬:‫ إي َمانًا‬:ُ‫ي َوقَ إولُه‬ ِ ‫مِن ذَ إنبِ ِه َو َما تَأ َ َّخ َر» َر َواهُ ا إلبُخ‬
ُّ ‫َار‬ ‫لَهُ َما تَقَد ََّم إ‬
ً ‫إخ ََل‬
‫صا‬ ‫ إ‬،

“Ulama sepakat atas kesunnahan tarawih dan sesungguhnya tarawih adalah shalat yang
dikehendaki dalam hadits Nabi, Barang siapa ibadah (tarawih) di bulan Ramadhan seraya
beriman dan ikhlas, maka diampuni baginya dosa yang telah lampau. Hadits diriwayatkan al-
Bukhari.

Adapun sabda Nabi “imanan”, maksudnya adalah membenarkan bahwa yang demikian itu haq
seraya meyakini keutamaannya. Sabda Nabi “wahtisaban”, maksudnya ikhlas” (Syekh Khatib al-
Syarbini, Mughni al-Muhtaj, juz 1, hal. 459). Ulama berbeda pendapat mengenai dosa yang
diampuni dalam hadits tersebut, sebagaimana mereka juga ikhtilaf di dalam hadits-hadits sejenis.
Menurut al-Imam al-Haramain, yang dihapus hanya dosa-dosa kecil, sedangkan dosa besar hanya
bisa diampuni dengan cara bertaubat. Sementara menurut Imam Ibnu al-Mundzir, redaksi “mâ”
(dosa) dalam hadits tersebut termasuk kategori lafadh ‘âm (kata umum) yang berarti mencakup
segala dosa, baik kecil atau besar.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Lafadz Tarawih bentuk jamak dari mufrad Tarwihah yang mempunyai artiistirahat. Shalat
Tarawih adalah : Shalat malam yang dikerjakan pada bulan suciRamadhan hukumnya sunnah
mu’akkad, bagi pria dan wanita boleh dikerjakansendiri-sendiri, boleh berjama’ah dengan
waktunya setelah mengerjakan shalatfardhu isya’ sampai terbit fajar.Waktu untuk mengerjakan
shalat tarawih adalah dari sesudah dikerjakannyashalat isya sampai terbitnya fajar. Adapun waktu
yang utama/afdhol untukmengerjakan shalat tarawih, ialah:

1. Awal malam lebih utama bagi mereka yangtidak terbiasa atau khawatir tidak mampu untuk
bangun malam.

2. Akhir malamlebih utamabagi yang terbiasa dan tidak mempunyai kekhawatiran sama
sekaliuntuk bangun malam. Sedangkan hukum Shalat Tarawih adalah Sunnah Mu’akkadah.
DAFTAR PUSTAKA
https://islam.nu.or.id/post/read/53099/dalil-dan-keutamaan-shalat-tarawih
https://barabbasayin.blogspot.com/2014/05/makalah-shalat-tarawih.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai