Anda di halaman 1dari 4

Pandeglang, 15 Juni

2022

Perihal : REPLIK

Kepada Yang Mulia,


Ketua Majelis Hakim Perkara Nomor. 670/Pdt.G/2015/PA. Pdlg
Pengadilan Agama Pandeglang
Di

pandeglang

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Widiyati binti Dede johadi, 26 Tahun, agama Islam, pendidikan terakhir S1, bertempat
tinggal Kp. Kalanggunung, des. Kalang gunung, kec cipeucang, rt 001/002,
Dengan ini mengajukan Replik atas Jawaban TERMOHON, yang diuraikan pada tanggal 01
Juni 2022 sebagai berikut :

DALAM KONVENSI
Pemohon tetap pada dalil-dalil sebagaimana terurai dalam surat permohonan cerai gugat, dan
selanjutnya membantah seluruh dalil-dalil Termohon sebagaimana diuraikan dalam
Jawabannya, dengan uraian seperti dibawah ini.
1. Tidak benar jika Pemohon tidak pernah kasar. Pemohon justru memiliki watak yang
kurang baik:
a. Berprilaku kasar menampar pada tanggal 27 juli 2019, benar adanya disaksikan
oleh saksi 1 dan 2 dan adanya bukti visum di rs bayangkara
b. Termohon pernah selingkuh karena ada foto mereka berdua sedang makan di
rumah makan putih minang, kemudian mereka pergi ke sebuah hotel

DALAM REKONVENSI
1. Menolak hak anak asuh anak kepada Termohon Penggugat Rekonvensi, mengingat
Termohon terggugat Rekonvensi tidak memiliki sikap yang baik. Dan apabila
Pemohon Tergugat Rekonvensi tidak mendapatkan hak asuh anak, maka Pemohon
Pemohon Tergugat Rekonvensi memohon kepada Yang Mulia Majelis Hakim, agar
diberikan hak yang seadil-adilnya dalam hal mengasuhan anak.

2. Menolak nafkah anak sebesar Rp.300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) jika hak asuh
anak diberikan kepada Termohon Konvensi/Penggugat Rekonvensi mengingat
kemampuan ekonomi Pemohon Konvensi/Tergugat Rekonvensi yang hanya memiliki
penghasilan sebesar Rp. 3.400.000,- per bulan tidak memungkinkan untuk
memberikan uang sebesar itu. Namun demikian, Pemohon Konvensi/Tergugat
Rekonvensi akan tetap bertanggungjawab atas segala kebutuhan anak dengan
memberikan nafkah anak sebesar minimal Rp.800.000,- (delapan ratus ribu rupiah)
per bulan hingga anak tersebut dewasa atau mandiri.
3. Menolak biaya anak lampau sebesar Rp. 9.900.000,- (sembilan juta sembilan ratus
ribu rupiah) yang terhitung 3 bulan sejak April 2015 hingga Juni 2015. Dengan alasan
sebagai berikut:
a. Pada saat meninggalkan rumah pada tanggal 06 April 2015 Pemohon
Konvensi/Tergugat Rekonvensi telah memberikan uang nafkah kepada
Termohon Konvensi/Penggugat Rekonvensi untuk kebutuhan bulan April 2015
pada tanggal 31 Maret 2015.
b. Selama meninggalkan rumah, Termohon Konvensi/Penggugat Rekonvensi
tidak melakukan kewajibannya sebagai seorang istri.
c. Termohon Konvensi/Penggugat Rekonvensi tidak memiliki itikad baik dengan
tidak memberitahukan keadaan dan keberadaan anak terhadap Pemohon
Konvensi/Tergugat Rekonvensi untuk sekedar memberikan kasih sayang yang
telah menjadi hak seorang anak terhadap ayahnya. Bahkan orang tua Pemohon
Konvensi/Tergugat Rekonvensi sudah membawakan uang untuk kebutuhan
anak, namun Termohon Konvensi/Penggugat Rekonvensi tetap tidak
memberitahukan keberadaan anaknya kepada orang tua Pemohon.
d. Berdasarkan hukum, nafkah anak lampau tidak dapat dituntut, karena nafkah
anak tetap menjadi kewajiban kedua orang tuanya baik Pemohon
Konvensi/Tergugat Rekonvensi maupun Termohon Konvensi/Penggugat
Rekonvensi, terutama ayahnya sedangkan ibunya membantu jika ayahnya tidak
mampu atau berhalangan, kewajiban tersebut sampai anak dewasa atau
mandiri, sebagaimana Yurisprudensi Mahkamah Agung, dalam putusan nomor
24 K/AG/2003 tanggal 26 Februari 2004, bahwa tuntutan nafkah pada anak
pada masa lampau tidak dapat dituntut, karena nafkah ini bukan litamlik (untuk
dimiliki) melainkan untuk liintifa’ (untuk kemanfaatan), sehingga gugatan
tentang nafkah anak pada masa lampau tersebut seharusnya ditolak.
4. Menolak uang Mut’ah yang diajukan Termohon Konpensi/Penggugat Rekonvensi
sebesar Rp. 50.000.000 (seratus juta rupiah) dengan landasan bahwa Pemohon
Konvensi/Tergugat Rekonvensi memiliki 2 rumah yang menjadi tempat tinggalnya,
karena rumah tersebut milik orang tua Pemohon Konvensi/Tergugat Rekonvensi.
Selain itu Pemohon Konvensi/Tergugat Rekonvensi hanya memiliki penghasilan
sebesar Rp. 3.400.000,- serta mengingat uang Mut’ah adalah kenang-kenangan
yang sifatnya tidak wajib (sunnat) sebagaimana pasal 159 Kompilasi Hukum Islam,
maka Pemohon Konvensi/Tergugat Rekonvensi hanya mampu memberikan uang
sebagai Mut’ah sebesar Rp. 1.500.000 (satu juta lima ratus ribu rupiah).
5. Menolak uang Iddah sebesar Rp. 10.000.000 (Sepuluh juta rupiah) dengan alasan
karena sesuai dengan Pasal 152 Kompilasi Hukum Islam, maka Termohon
Konvensi/Penggugat Rekonvensi tidak berhak mendapatkan nafkah iddah karena telah
meninggalkan rumah kediaman bersama tanpa sepengetahuan dan seizin
Pemohon Konvensi/Tergugat Rekonvensi (nusyuz). Hal ini sejalan dengan pendapat
Ulama Hanafiyah yang menyatakan bahwa yang dimaksud Nusyuz adalah wanita yang
keluar dari rumah suaminya tanpa alasan yang benar, sedangkan menurut Ulama
Malikiyah, Syafi’iyah dan Hanabilah adalah istri tidak lagi menjalankan kewajiban-
kewajibannya, sedangkan dalam posita surat permohonan Pemohon
Konvensi/Tergugat Rekonvensi.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka Pemohon memohon kepada Majelis Hakim untuk
dapat memutuskan :
DALAM KONPENSI
1. Mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya.
2. Mengizinkan Pemohon untuk mengucapkan ikrar talak terhadap Termohon
di depan Pengadilan Agama Wonosari.
3. Menetapkan biaya perkara menurut hukum.

DALAM REKONPENSI
1. Menolak permohonan Termohon Konvensi/Penggugat Rekonvensi
untuk seluruhnya.
2. Memberikan hak asuh anak (hadhonah) kepada Pemohon
Konvensi/Tergugat Rekonvensi.
3. Menyatakan biaya pendidikan dan penghidupan yang harus diberikan oleh
Pemohon Konvensi/Tergugat Rekonvensi sebesar Rp. 800.000,- (delapan
ratus ribu rupiah) per bulan hingga anak tersebut dewasa atau mandiri.
SUBSIDAIR
Atau apabila Majelis hakim berpendapat lain mohon putusan yang seadil-adilnya.

Demikian Replik ini saya ajukan, Wassalamu’alauikum Wr. Wb

Pemohon,

Widiyati binti dede johadi

Anda mungkin juga menyukai