Anda di halaman 1dari 5

Nama : Abdul Rahim Hutabarat

NIM : 1931007
Prodi : Hukum
Mata Kuliah : Etika Profesi

“Buatlah dan Bandingkan Jenis sanksi pelanggaran etika profesi hukum!”

 Advokad/Pengacara

Kode Etik profesi Advokat yang perlu dipatuhi antara lain:

1. Pasal 3 huruf b yaitu, ”Advokat dalam melakukan tugasnya tidak perlu hanya-
mata untuk mendapat ketidakseimbangan materi tetapi lebih sesuai dengan
hukumnya, Kebenaran dan Keadilan.”

2. Pasal 4 huruf a yaitu, ”Advokat dalam perkara-perkara perdata harus


memenuhi syarat dengan jalan damai.”

3. Pasal 4 huruf c, ”Advokat tidak dibenarkan untuk kliennya bahwa perkara yang
ditanganinya akan menang.”

4. Pasal 9 huruf a, ”Setiap Advokat wajib dipenuhi dan diperoleh Kode Etik
Advokat ini.”

Kode Etik Advokat Indonesia merupakan hukum tertinggi bagi advokat dalam
menjalankan profesi. Tidak hanya menjamin dan melindungi advokat, kode etik juga
membebankan setiap advokat untuk jujur dan bertanggung jawab dalam menjalankan
profesinya, baik kepada klien, pengadilan, negara atau masyarakat. “Oleh karena itu,
setiap advokat dalam menjalankan tugas profesinya wajib tuduk, taat dan patuh pada
Pancasila, UUD 1945, UU Advokat, Kode Etik Advokat dan nilai-nilai tukar publik.
Dengan demikian, setiap advokat tidak dapat digunakan untuk melakukan dan
mencoba yang dimaksudkan dengan moralitas dan mencederai rasa keadilan publik.
Pada Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Advokat ditegaskan untuk menjamin
keamanan kehakiman yang independen, maka diperlukan profesi advokat yang bebas,
mandiri, bertanggung jawab,

Ada 3 maksud yang terkandung dalam pembentukan kode etik, yaitu:

1. Menjaga dan meningkatkan kualitas moral.


2. Menjaga dan meningkatkan kualitas keterampilan teknis.
3. Melindungi kesejahteraan materiil untuk pengemban profesi.
 Polisi

Kode etik profesi Kepolisian Republik Indonesia (Polri) didasari atas Peraturan
Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2011 tentang Kode Etik
Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia (Perkapolri14/2011”). Pelanggaran
etika yang berkaitan dengan tindakan aparat tersebut adalah pelanggaran etika
kemasyarakatan dan etika kepribadian. Dalam menjalankan profesinya, anggota
Polri harus menjunjung tinggi kejujuran, kebenaran, keadilan, dan menjaga
kehormatan dalam berhubungan dengan masyarakat. Mereka juga harus bersikap
jujur, terpercaya, bertanggung jawab, disiplin, bekerja sama, adil, peduli,
responsif, tegas, dan humanis.

 Hakim

Kode etik hakim yang harus dijalani dengan baik dan benar sesuai dengan
keputusan bersama Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia dan Ketua
Komisi Yudisial Republic Indonesia No.047/KMA/SKB/IV/2009–02
SKB/P.KY/IV/2009. Di Indonesia, banyak sekali hakim yang tidak beretika,
hingga mengalami pelepasan jubah hitam secara paksa. Hakim-hakim tersebut
diduga melanggar etika, yang pelanggarannya setara dengan pelanggaran hak asasi
manusia, karena telah mendukung pelaku yang melanggar, bukan korbannya
Sanski yang di berikan adalah :

a) Sanski berat memutuskan pemberhentian dengan hak pensiun, pemberhentian


tidak dengan hormat
b) Sanksi ringan berupa pernyataan tidak puas secara tertulis,teguran lisan
c) Sanksi Sedang penundaan kenaikan gaji berkala selama satu tahun, penundaan
kenaikan pangkat selama satu tahun, penundaan kenaikan gaji berkala selama
enam bulan dan penurunan gaji sebesar satu kali kenaikan gaji berkala selama
satu tahun.

 Jaksa

Kode etik profesi jaksa diatur dalam peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia
Nomor : PER-067/A/ JA/07/2007, tentang Kode Etik Perilaku Jaksa.

Kewajiban Jaksa dalam Melaksanakan Tugas Profesi

Pasal 3
1. Menaati kaidah hukum, peraturan perundang-undangan, dan peraturan
kedinasan yang berlaku. Jaksa harus mengikuti peraturan-peraturan yang
berlaku pada saat ini
2. Menghormati prinsip cepat, sederhana, biaya ringan sesuai dengan
prosedur yang ditetapkan.
3. Mendasarkan pada keyakinan dan alat bukti yang sah untuk mencapai
keadilan dan kebenaran.
4. Bersikap mandiri, bebas dari pengaruh, tekanan atau ancaman opini
publik secara langsung atau tidak langsung. Seorang jaksa harus
berpendirian terhadap dirinya sendiri tanpa gangguan dari orang lain dan
tidak boleh takut dengan ancaman seseorang
5. Bertindak secara objektif dan tidak memihak. Jaksa tidak boleh berpihak
kepada salah satu tersangkat karena tersangkat masih ada hubungan
dengan jaksa
6. Memberitahukan dan/atau memberikan hak-hak yang dimiliki oleh
tersangka atau terdakwa maupun korban.
7. Membangun dan memelihara hubungan fungsional antara aparat penegak
hukum dalam mewujudkan sistem peradilan pidana terpadu.
8. Mengundurkan diri dari penanganan perkara yang mempunyai
kepentingan pribadi atau keluarga, mempunyai hubungan pekerjaan,
partai atau finansial atau mempunyai nilai ekonomis secara langsung atau
tidak langsung.
9. Menyimpan dan memegang rahasia sesuatu yang seharusnya
dirahasiakan.
10. Menghormati kebebasan dan perbedaan pendapat sepanjang tidak
melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan.
11. Menghormati dan melindungi hak asasi manusia dan hak-hak kebebasan
sebagaimana yang tertera dalam peraturan perundang-undangan dan
instrumen hak asasi manusia yang diterima secara universal.
12. Menanggapi kritik dengan arif dan bijaksana.
13. Bertanggung jawab secara internal dan berjenjang, sesuai dengan
prosedur yang ditetapkan.
14. Bertanggung jawab secara eksternal kepada publik sesuai kebijakan
pemerintah dan aspirasi masyarakat tentang keadilan dan kebenaran.

Larangan Jaksa dalam Melaksanakan Tugas Profesi

Pasal 4

1. Menggunakan jabatan dan/atau kekuasaannya untuk kepentingan pribadi


dan/atau pihak lain. Dalam hal tersebut jaksa tidak boleh menyalah gunakan
pekerjaan tersebut dikarenakan jaksa harus bersikap profesional.
2. Merekayasa fakta-fakta hukum dalam penanganan perkara. Dalam menentukan
dasar hukum yang akan dikenakan kepada tersangka atau terdakwa dalam
proses penangan perkara harus sesuai dengan fakta yuridis yang ada dan tidak
boleh melakukan manipulasi atau memutar balikkan fakta yang berakibat
melemahkan atau meniadakan ketentuan pidana yang seharusnya didakwakan
dan dibuktikan.
3. Menggunakan kapasitas dan otoritasnya untuk melakukan penekanan secara
fisik dan/atau psikis. Larangan untuk melakukan penekanan dengan cara
mengancam/ manakut-nakuti guna memperoleh keuntungan pribadi atau pihak
lainnya.
4. Meminta dan/atau menerima hadiah dan/atau keuntungan serta melarang
keluarganya meminta dan/atau menerima hadiah dan/atau keuntungan
sehubungan dengan jabatannya. Upaya untuk meminta dan/atau menerima
walaupun tidak ada tindak lanjutnya berupa pemberian atau hadiah merupakan
pelanggaran menurut ayat ini. Larangan untuk meminta dan/atau menerima
hadiah dan/atau keuntungan termasuk bagi keluarga, pada atau dari pihak
tertentu dimaksudkan untuk menghindari adanya maksud-maksud tertentu
sehingga dapat memengaruhi jaksa dalam melaksanakan tugas profesinya.
Selain itu, juga dimaksudkan untuk menjaga integritas jaksa.
5. Menangani perkara yang mempunyai kepentingan pribadi atau keluarga,
mempunyai hubungan pekerjaan, partai atau finansial atau mempunyai nilai
ekonomis secara langsung atau tidak langsung. Seorang jaksa tidak boleh
menangani suatu perkara di mana jaksa tersebut memiliki hubungan keluarga,
hubungan suami istri meskipun telah bercerai, hubungan pertemanan dan
hubungan pekerjaan di luar menjalankan jabatan sebagai jaksa dengan pihak
yang sedang diproses, serta kepentingan finansial yang dapat memengaruhi
jalannya proses hukum yang sedang ditangani oleh jaksa tersebut.
6. Bertindak diskriminatif dalam bentuk apa pun. Jaksa dengan alasan apa pun
tidak dibenarkan melakukan pembedaan perlakuan terhadap seseorang
berdasarkan agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial, status
ekonomi, jenis kelamin, bahasa, keyakinan politik, yang berakibat
pengurangan, penyimpangan atau penghapusan pengakuan atau pelanggaran
hak hukumnya.
7. Membentuk opini publik yang dapat merugikan kepentingan penegakan
hukum. Dalam melaksanakan tugas sebagai jaksa semata-mata dalam rangka
menegakkan hukum dan keadilan, terdapat hal yang tidak perlu diketahui oleh
publik karena dapat berpengaruh pada proses penegakan hukum, untuk itu
jaksa tidak diperbolehkan membuat pernyataan yang dapat merugikan
penegakan hukum kepada publik.
8. Memberikan keterangan kepada publik kecuali terbatas pada hal-hal teknis
perkara yang ditangani.
 Notaris

Kode etik notaris disusun dan dirancang oleh Ikatan Notaris Indonesia pada tahun 2005
dan diperbaharui pada tahun 2015. Terdapat ketentuan-ketentuan tanggung jawab
profesi notaris, termasuk kewajiban, larangan, dan pengecualian profesi notaris.
Berikut ini kewajiban notaris yang tertuang dalam Pasal 3, Kode Etik Notaris :
 Memiliki moral, akhlak, serta kepribadian yang baik.
 Menghormati dan menjunjung tinggi martabat jabatan notaris.
 Menjaga dan membela kehormatan perkumpulan.
 Berperilaku jujur, mandiri, tidak berpihak, amanah, dan penuh rasa tanggung
jawab berdasarkan peraturan perundang-undangan dan isi sumpah jabatan
notaris.
 Mengutamakan pengabdian kepada kepentingan masyarakat dan negara.

Dalam Kode Etik Notaris pada tahun 2015, larangan etika notaris diatur dalam pasal 4
dan berikut ini :

 Mempunyai lebih dari satu kantor, yaitu kantor cabang ataupun kantor
perwakilan.
 Memasang papan nama atau tulisan yang berbunyi “Notaris atau Kantor Notaris”
di luar lingkungan kantor.
 Bekerja sama dengan biro jasa, orang, atau badan hukum yang bertindak sebagai
perantara untuk mendapatkan klien.
 Menandatangani akta yang proses pembuatannya telah dipersiapkan oleh pihak
lain.
 Mengirimkan minuta kepada klien untuk ditandatangan.

Jika seorang notaris melanggar kode etik, sanksi yang diterima notaris dapat berupa
teguran, peringatan, pemberhentian sementara dari keanggotaan perkumpulan, hingga
pemberhentian dengan tidak hormat dari keanggotaan perkumpulan.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai