NIM : 1931007
Prodi : Hukum
Mata Kuliah : Etika Profesi
Advokad/Pengacara
1. Pasal 3 huruf b yaitu, ”Advokat dalam melakukan tugasnya tidak perlu hanya-
mata untuk mendapat ketidakseimbangan materi tetapi lebih sesuai dengan
hukumnya, Kebenaran dan Keadilan.”
3. Pasal 4 huruf c, ”Advokat tidak dibenarkan untuk kliennya bahwa perkara yang
ditanganinya akan menang.”
4. Pasal 9 huruf a, ”Setiap Advokat wajib dipenuhi dan diperoleh Kode Etik
Advokat ini.”
Kode Etik Advokat Indonesia merupakan hukum tertinggi bagi advokat dalam
menjalankan profesi. Tidak hanya menjamin dan melindungi advokat, kode etik juga
membebankan setiap advokat untuk jujur dan bertanggung jawab dalam menjalankan
profesinya, baik kepada klien, pengadilan, negara atau masyarakat. “Oleh karena itu,
setiap advokat dalam menjalankan tugas profesinya wajib tuduk, taat dan patuh pada
Pancasila, UUD 1945, UU Advokat, Kode Etik Advokat dan nilai-nilai tukar publik.
Dengan demikian, setiap advokat tidak dapat digunakan untuk melakukan dan
mencoba yang dimaksudkan dengan moralitas dan mencederai rasa keadilan publik.
Pada Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Advokat ditegaskan untuk menjamin
keamanan kehakiman yang independen, maka diperlukan profesi advokat yang bebas,
mandiri, bertanggung jawab,
Kode etik profesi Kepolisian Republik Indonesia (Polri) didasari atas Peraturan
Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2011 tentang Kode Etik
Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia (Perkapolri14/2011”). Pelanggaran
etika yang berkaitan dengan tindakan aparat tersebut adalah pelanggaran etika
kemasyarakatan dan etika kepribadian. Dalam menjalankan profesinya, anggota
Polri harus menjunjung tinggi kejujuran, kebenaran, keadilan, dan menjaga
kehormatan dalam berhubungan dengan masyarakat. Mereka juga harus bersikap
jujur, terpercaya, bertanggung jawab, disiplin, bekerja sama, adil, peduli,
responsif, tegas, dan humanis.
Hakim
Kode etik hakim yang harus dijalani dengan baik dan benar sesuai dengan
keputusan bersama Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia dan Ketua
Komisi Yudisial Republic Indonesia No.047/KMA/SKB/IV/2009–02
SKB/P.KY/IV/2009. Di Indonesia, banyak sekali hakim yang tidak beretika,
hingga mengalami pelepasan jubah hitam secara paksa. Hakim-hakim tersebut
diduga melanggar etika, yang pelanggarannya setara dengan pelanggaran hak asasi
manusia, karena telah mendukung pelaku yang melanggar, bukan korbannya
Sanski yang di berikan adalah :
Jaksa
Kode etik profesi jaksa diatur dalam peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia
Nomor : PER-067/A/ JA/07/2007, tentang Kode Etik Perilaku Jaksa.
Pasal 3
1. Menaati kaidah hukum, peraturan perundang-undangan, dan peraturan
kedinasan yang berlaku. Jaksa harus mengikuti peraturan-peraturan yang
berlaku pada saat ini
2. Menghormati prinsip cepat, sederhana, biaya ringan sesuai dengan
prosedur yang ditetapkan.
3. Mendasarkan pada keyakinan dan alat bukti yang sah untuk mencapai
keadilan dan kebenaran.
4. Bersikap mandiri, bebas dari pengaruh, tekanan atau ancaman opini
publik secara langsung atau tidak langsung. Seorang jaksa harus
berpendirian terhadap dirinya sendiri tanpa gangguan dari orang lain dan
tidak boleh takut dengan ancaman seseorang
5. Bertindak secara objektif dan tidak memihak. Jaksa tidak boleh berpihak
kepada salah satu tersangkat karena tersangkat masih ada hubungan
dengan jaksa
6. Memberitahukan dan/atau memberikan hak-hak yang dimiliki oleh
tersangka atau terdakwa maupun korban.
7. Membangun dan memelihara hubungan fungsional antara aparat penegak
hukum dalam mewujudkan sistem peradilan pidana terpadu.
8. Mengundurkan diri dari penanganan perkara yang mempunyai
kepentingan pribadi atau keluarga, mempunyai hubungan pekerjaan,
partai atau finansial atau mempunyai nilai ekonomis secara langsung atau
tidak langsung.
9. Menyimpan dan memegang rahasia sesuatu yang seharusnya
dirahasiakan.
10. Menghormati kebebasan dan perbedaan pendapat sepanjang tidak
melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan.
11. Menghormati dan melindungi hak asasi manusia dan hak-hak kebebasan
sebagaimana yang tertera dalam peraturan perundang-undangan dan
instrumen hak asasi manusia yang diterima secara universal.
12. Menanggapi kritik dengan arif dan bijaksana.
13. Bertanggung jawab secara internal dan berjenjang, sesuai dengan
prosedur yang ditetapkan.
14. Bertanggung jawab secara eksternal kepada publik sesuai kebijakan
pemerintah dan aspirasi masyarakat tentang keadilan dan kebenaran.
Pasal 4
Kode etik notaris disusun dan dirancang oleh Ikatan Notaris Indonesia pada tahun 2005
dan diperbaharui pada tahun 2015. Terdapat ketentuan-ketentuan tanggung jawab
profesi notaris, termasuk kewajiban, larangan, dan pengecualian profesi notaris.
Berikut ini kewajiban notaris yang tertuang dalam Pasal 3, Kode Etik Notaris :
Memiliki moral, akhlak, serta kepribadian yang baik.
Menghormati dan menjunjung tinggi martabat jabatan notaris.
Menjaga dan membela kehormatan perkumpulan.
Berperilaku jujur, mandiri, tidak berpihak, amanah, dan penuh rasa tanggung
jawab berdasarkan peraturan perundang-undangan dan isi sumpah jabatan
notaris.
Mengutamakan pengabdian kepada kepentingan masyarakat dan negara.
Dalam Kode Etik Notaris pada tahun 2015, larangan etika notaris diatur dalam pasal 4
dan berikut ini :
Mempunyai lebih dari satu kantor, yaitu kantor cabang ataupun kantor
perwakilan.
Memasang papan nama atau tulisan yang berbunyi “Notaris atau Kantor Notaris”
di luar lingkungan kantor.
Bekerja sama dengan biro jasa, orang, atau badan hukum yang bertindak sebagai
perantara untuk mendapatkan klien.
Menandatangani akta yang proses pembuatannya telah dipersiapkan oleh pihak
lain.
Mengirimkan minuta kepada klien untuk ditandatangan.
Jika seorang notaris melanggar kode etik, sanksi yang diterima notaris dapat berupa
teguran, peringatan, pemberhentian sementara dari keanggotaan perkumpulan, hingga
pemberhentian dengan tidak hormat dari keanggotaan perkumpulan.
TERIMA KASIH