Pertemuan 15 :
Bila semua langkah ini dilakukan, maka fondasi sudah diletakkan bagi upaya
selanjutnya oleh ahli forensic untuk melakukan pengidentifi kasian formal atas
jenazah. Mengimplementasikan semua langkah ini sejak awal juga
meningkatkan jumlah jenazah yang teridentifi kasi bahkan jika respon
forensik tidak dimungkinkan. Manajemen jenazah yang tepat juga mencakup
pengakuan dan bantuan kepada keluarga, teman-teman dan masyarakat yang
berduka.
1. Data umum:
- Nama
- Berat badan – Tinggi badan (BB – TB)
- Jenis kelamin/usia/alamat
- Pakaian
- Perhiasan
- Sepatu
- Kepemilikan lainnya
2. Data medis:
- Warna kulit
- Warna dan jenis rambut
- Mata
- Cacat dan tatto atau tanda-tanda khusus lainnya
- Catatan medis/perawatan patah tulang/ operasi
- Golongan darah.
Data-data ini dapat dikumpulkan dari:
1. Keluarga
Apabila di antara korban ada warga negara asing, maka data ante
mortem dapat diperoleh melalui perantara NCB Interpol Polri dan
perwakilan negara asing (kedutaan/konsulat).
- Nama penderita
- Usia
- Jenis kelamin
- Pekerjaan
- Tanggal perawatan, penambalan, pencabutan, dan lainlain
- Pembuatan gigi tiruan, orthodonti, dan lain-lain
- Foto Rontgen.
a. Perlukaan
c. Tatto, dll.
- Metode sederhana
a. Visual
c. Dokumentasi.
- Metode ilmiah
a. Sidik jari
b. Medik: serologi
c. Odontologi
d. Antropologi
e. Biologi.
Pada prinsipnya, pemeriksaan identitas seseorang memerlukan
berbagai metode mulai dari yang sederhana sampai yang rumit.
Metode ilmiah yang paling mutakhir saat ini adalah DNA Profiling
(sidik jari DNA). Cara ini banyak mempunyai keungulan tetapi
memerlukan pengetahuan dan sarana yang canggih dan mahal.
Dalam melakukan identifikasi selalu diusahakan cara-cara yang
mudah dan tidak rumit. Apabila dengan cara yang mudah tidak
bisa, baru meningkat ke cara yang rumit. Selanjutnya dalam
melakukanidentifikasi tidak hanya menggunakan satu cara saja,
segala cara yang mungkin dilakukan harus diperiksa, hal ini
penting karena semakin banyak kesamaan yang ditemukan
semakin akurat. Identifikasi tersebut minimal harus menggunakan
2 cara. Pada prinsipnya, proses identifikasi mudah yaitu hanya
membandingkan data-data tersangka korban dengan data dari
korban tak dikenal, semakin banyak kecocokan semakin tinggi
keakuratannya. Dalam melaksanakan identifikasi manusia melalui
gigi, kita dapatkan 2 kemungkinan.
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Ras
4. Golongan darah
5. Bentuk wajah
6. DNA.
3. Garis luar dan muka foto digaris pada kertas transparan dengan
patokan titik-titik tertentu.
1. Primer/Utama:
- Gigi
- Sidik jari
- DNA
2. Sekunder/Pendukung:
- Visual
- Properti
- Medik.
- Tanggal/jam.
- Nomor registrasi jenazah.
- Diserahkan kepada siapa, alamat lengkap, hubungan
keluarga dengan korban.
- Dibawa ke mana/akan dimakamkan di mana.
- Perawatan jenazah setelah teridentifikasi dilaksanakan
olehunsur Pemerintah Daerah, dalam hal ini Dinkes terkait
dibantu oleh keluarga korban.
Persyaratan pemakaman:
Konstruksi pemakaman
- Untuk bencana yang ekstrim (yakni jumlah kematian yang sangat besar
dengan sumber daya dan/atau kapasitas terbatas untuk menggali kuburan
individual), pemakaman memanjang barangkali tidak dapat dihindari.
- Lokasi pemakaman harus berjarak minimal 30 m dari mata air atau
aliran air dan 200 m dari sumur atau sumber air minum.
- Praktik keagamaan yang berlaku dapat menjadi petunjuk preferensi arah
peletakan jenazah (misalnya kepala menghadap ke timur, atau ke
Kiblat).
- Pemakaman memanjang berbentuk parit harus berupa parit yang
mengakomodasi satu baris jenazah, masing-masing ditempatkan sejajar
dengan jarak 0,4 m satu dengan yang lain.
- Meskipun tidak ada rekomendasi standar untuk kedalaman kuburan,
disarankan agar:
- Kuburan harus memiliki kedalaman antara 1,5 m sampai 3 m.
- Kuburan untuk kurang dari lima orang harus memungkinkan
untuk setidaknya 1,2 m (1,5 m jika kuburan ada di pasir) antara
dasar kuburan dan ketinggian air tanah, atau level dimana
ketinggian air tanah akan naik.
- Untuk pemakaman massal, ketinggian air harus minimal 2,5 m
jaraknya dan bagian bawah kuburan setidaknya 0,7 m di atas
zona jenuh. Jarak ini dapat naik sesuai dengan kondisi tanah.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/abbf7e649748d49cb
f426b1db1b8bc01.pdf
- Promosi kesehatan dan partisipasi masyarakat pasca bencana
Promosi kesehatan berkaitan dengan mencapai perbaikan kesehatan
melalui upaya bersama dari individu, keluarga dan masyarakat di satu sisi,
dan lembaga-lembaga eksternal, otoritas kesehatan, dll. syarat promosi
kebersihan dan pendidikan kebersihan seperti menghindari paparan semua
jenis bahaya, serta aspek yang lebih sempit didefinisikan sebagai yang
berkaitan dengan kebersihan, seperti pengendalian penyakit menular di
keadaan darurat. Tindakan social yang membantu untuk mengurangi
dampak negatif dan meningkatkan ketahanan penduduk juga penting.
Keselamatan dan kesehatan promosi, kesadaran lingkungan, dan
penguatan organisasi masyarakat merupakan elemen penting dalam
membantu orang untuk menjadi tidak rentan terhadap keadaan darurat dan
bencana.
Kegiatan promosi kesehatan dan partisipasi masyarakat di semua tahapan
siklus manajemen bencana, sebelum dan setelah peristiwa bencana adalah
sebagai berikut:
Pencegahan dan kesiapsiagaan darurat:
partisipasi masyarakat dalam menilai risiko dan kerentanan,
mempromosikan kesadaran bahaya lingkungan dan kesadaran
keselamatan, dan memperkuat ketahanan dan organisasi masyarakat.
Peningkatan dan pelatihan kesadaran merupakan aspek penting dari
mitigasi bencana dan kesiapsiagaan darurat.
Tanggap darurat dan pemulihan:
partisipasi masyarakat dalam fase respon dan dalam pesanpesan
komunikasi kesehatan yang spesifik segera setelah bencana, memastikan
perbaikan yang berkelanjutan dan bertahap dalam kesehatan lingkungan.
Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat berarti keterlibatan orang-orang dari tahap awal
proses pembangunan, untuk meminta pendapat mereka tentang rencana
program yang telah dikembangkan, atau atas kontribusi mereka terhadap
pelaksanaan program yang dilakukan. Keterlibatan masyarakat sangat
penting untuk mengurangi kerentanan terhadap bencana, untuk
memfasilitasi pemulihan setelah bencana yang telah menyerang, dan untuk
merangsang organisasi masyarakat yang merupakan dasar untuk
pembangunan berkelanjutan.
Prinsip partisipasi masyarakat
a. Masyarakat dapat dan harus menentukan prioritas masalah yang mereka
hadapi
b. Kedalaman besar dan luasnya pengalaman bersama dan pengetahuan
masyarakat dapat dibangun untuk membawa perubahan dan perbaikan
c. Ketika orang memahami masalah, mereka akan lebih mudah bertindak
untuk menyelesaikannya
d. Untuk memecahkan masalah mereka, jalan terbaik adalah dengan proses
partisipatif