Panduan Kesiapsiagaan
dan Penanganan Tanggap Darurat
LATAR BELAKANG
Proyek Realizing Education’s Promise: Support to Indonesia’s Ministry of Religious Affairs for
Improved Quality of Education—selanjutnya disebut Proyek—bertujuan meningkatkan mutu
pengelolaan dan layanan pendidikan madrasah dalam binaan Kementerian Agama. Proyek akan
berjalan selama lima tahun bekerja sama dengan Bank Dunia dan sudah mulai berjalan sejak 26
November 2019.
1. Penerapan sistem e-RKAM (Rencana Kerja dan Anggaran Madrasah berbasis elektronik)
secara nasional dan pemberian dana bantuan untuk madrasah.
2. Penerapan sistem penilaian hasil belajar di tingkat Madrasah Ibtidaiyah (MI) untuk seluruh
peserta didik kelas 5 secara nasional.
3. Kebijakan dan pengembangan keprofesian berkelanjutan untuk guru, kepala madrasah, dan
tenaga kependidikan madrasah.
4. Penguatan sistem untuk mendukung peningkatan mutu pendidikan.
Kegiatan Proyek dalam keempat komponen tersebut dilakukan di 34 provinsi dan 514
kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Proyek dengan area pekerjaan seluas itu diharapkan tidak
menimbulkan dampak negatif.
Project Management Unit (PMU) membuat pedoman tentang Kesiapsiagaan Bencana dan
Penanganan Tanggap Darurat sebagai antisipasi terhadap kejadian yang tak diinginkan atau situasi
darurat. Ketentuan ini merupakan bagian dari komitmen Proyek untuk menjaga keamanan dan
keselamatan pekerja serta keberlanjutan kegiatan.
OBJEK PEKERJAAN
Secara umum ketentuan dan regulasi terkait kebencanaan dan tindakan penanganan tanggap
darurat yang digunakan mengacu pada Undang Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana dan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.
Proyek Realizing Education’s Promise – Madrasah Education Quality Reform (REP-MEQR)
Sesuai regulasi tersebut, panduan yang digunakan dokumen ini mengacu pada pengertian berikut
ini:
1. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau
faktor non alami maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
2. Penyelenggaraan penanggulanggan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi
penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan
bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.
3. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada
saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi
kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar,
perlindungan pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.
4. Korban bencana adalah orang atau kelompok orang yang menderita atau meninggal dunia
akibat bencana.
TUJUAN
Dokumen panduan ini disusun dengan tujuan:
• Menjadi pedoman dalam menghadapi kejadian yang tak diinginkan seperti bencana alam dan
bencana non alam serta kejadian darurat
• Memperkuat saling pengertian antara PMU dan pekerja untuk bersama-sama mengantisipasi
dan menghadapi kejadian yang tak diinginkan atau kondisi darurat
• Meminimalisir risiko yang timbul, baik kepada manusia dan lingkungan sekitar, akibat
kejadian yang tak diinginkan sebagai akibat langsung maupun tidak langsung dari bencana
yang terjadi.
PANDUAN UMUM
1. Panduan tentang Kesiapsiagaan dan Penanganan Tanggap Darurat dalam pelaksanaan
Proyek menjadi tanggung jawab Project Management Unit (PMU).
2. PMU membentuk Tim Kesiapsiagaan dan Penanganan Tanggap Darurat (selanjutnya
disebut Tim Tanggap Darurat) untuk mengkoordinasikan, memantau, dan mengevaluasi
pelaksanaan Panduan. Tim dapat menjadi bagian dari Tim Adhoc Penanggulangan
Bencana dan Tanggap Darurat yang dibentuk oleh Kementerian Agama.
3. Tim Tanggap Darurat terdiri dari sebuah tim kerja dengan dengan lingkup pekerjaan :
a. Menyusun dan menentukan kerangka kerja kebencanaan dan penanganannya.
b. Menyiapkan dokumen program yang akan bermanfaat bagi manusia dan lingkungan
dalam situasi dan kondisi kedaruratan
c. Menyusun Sistem Kerja Kesiapsiagaan dan Penanggulangan Kebencanaan
d. Menjadi pelaksana sekaligus penanggung jawab penanganan bencana dan situasi
kedaruratan sesuai objek pekerjaan dalam dokumen ini
4. Struktur Tim Tanggap Darurat terdiri dari PMU dan Staf K3 atau pegawai lain yang
ditunjuk, serta memiliki kendali hingga ke tingkat Madrasah di daerah.
Proyek Realizing Education’s Promise – Madrasah Education Quality Reform (REP-MEQR)
5. Panduan ini diimplementasikan di semua area dan wilayah kerja Proyek REP-MEQR dan
menjadi komitmen semua pihak yang terlibat dalam Proyek REP-MEQR.
6. Setiap pelaksana kegiatan dan pekerja harus dipastikan telah mendapatkan sosialisasi
mengenai Panduan ini secara berkala.
7. Secara berkala setiap enam bulan PMU wajib melaporkan proses pelaksanaan Ketentuan
ini dari seluruh lokasi ke Tim Pengarah Proyek.
Proyek Realizing Education’s Promise – Madrasah Education Quality Reform (REP-MEQR)
2. RUANG LINGKUP
Prosedur ini hanya berlaku di lingkungan proyek REP-MEQR yang meliputi: persiapan,
penanggulangan, dan pemulihan keadaan darurat.
3. TANGGUNG JAWAB
3.1. PMU bertanggung jawab menyediakan fasilitas baik berupa peralatan, perlengkapan maupun
bahan yang diserahkan untuk dikelola oleh Tim Tanggap Darurat sebagai persiapan
menghadapi tanggap darurat, melakukan instruksi langkah-langkah penanggulangan
kedaruratan, dan melakukan koordinasi dengan pihak atau instansi lain yang terkait.
3.2. Penanggungjawab Pekerjaan Renovasi bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
penanggulangan keadaan darurat di daerah kecelakaan dan melakukan koordinasi dengan
semua bidang terkait serta melakukan pemeriksaan dan uji coba peralatan dan perlengkapan
tanggap darurat serta melaksanakan semua instruksi dalam rangka persiapan, penanggulangan
dan pemulihan keadaan darurat.
4. DEFINISI
Pengertian-pengertian yang ada dalam prosedur ini :
4.1 Keadaan Darurat adalah berubahnya suatu kegiatan/keadaan atau situasi yang semula
normal menjadi tidak normal sebagai akibat dari suatu peristiwa atau kejadian yang tidak
diduga atau dikehendaki. Keadaan darurat dapat berupa terjadinya bencana alam, kebakaran,
kecelakaan kerja, pencemaran lingkungan, dan/atau keributan.
4.2 Penanggulangan Keadaan Darurat adalah upaya atau tindakan yang dilakukan untuk
mengatasi keadaan yang akan menimbulkan kerugian, agar situasi atau keadaan yang tidak
dikehendaki tersebut dapat segera di atasi atau dinormalisasi dan kerugian ditekan seminimal
mungkin.
5. REFERENSI
5.1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1997 tentang Keselamatan Kerja
5.2 Permenaker No. 05 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3)
5.3 Permenakertrans R.I No.Per.15/MEN/VIII/2008 tentang Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan di Tempat Kerja
5.4 Kesiapsiagaan dan prosedur tanggap darurat Badan Nasional Penanggulangan Bencana
5.5 Prosedur Kebencanaan World Bank
Tim Tanggap Darurat terdiri dari Pimpinan dan Staf Proyek dan Tim K3 Proyek dan/atau
tim eksternal yang ditunjuk atas dasar pengetahuan atau sudah terlatih untuk bertindak
dalam keadaan darurat, seperti kebakaran, pertolongan pertama, tumpahan bahan kimia dan
sebagainya. Tim yang ditugaskan di lapangan selama kegiatan proyek berlangsung akan
berkoordinasi dengan PMU untuk implementasi prosedur ini.
6.1.2 Peralatan tanggap darurat
Peralatan tanggap darurat harus tersedia di lokasi sesuai potensi bahayanya dan fungsinya.
Peralatan harus diinventarisasi dan diperiksa kondisi kelayakannya setiap hari sebelum
dimulainya pekerjaan. Peralatan tanggap darurat yang wajib tersedia yaitu:
Peralatan Obat
• Plester • Obat penurun panas (parasetamol
• Povidone iodine untuk desinfektan tablet 500 mg)
• Alkohol 70% • Obat pereda rasa nyeri (parasetamol
• Kapas bersih atau ibuprofen)
• Pembalut segitiga (mitela) • Obat antialergi (CTM untuk obat
• Perban gulung minum dan krim hidrokortison untuk
• Kasa steril alergi pada kulit)
• Perban elastis • Obat antidiare dan keracunan
• Gunting (misalnya Norit dan Attapulgit, serta
• Termometer oralit untuk mengatasi dehidrasi)
• Sarung tangan steril • Obat pencahar
• Cotton bud • Obat mag (antasida)
• Pinset • Obat batuk
• Peniti • Krim gatal seperti calamine atau
• Hand sanitizer bedak dingin
• Oksigen • Krim luka bakar
• Obat-obatan untuk penyakit pribadi,
misalnya asma, hipertensi, atau
lainnya.
6.1.3 Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan merupakan bentuk antisipasi kemungkinan terjadinya bencana. Upaya
kesiapsiagaan dilakukan pada saat bencana mulai teridentifikasi akan terjadi. Kegiatan
yang dilakukan antara lain:
1. Aktivasi tim tanggap darurat.
2. Pelatihan siaga/simulasi/gladi/teknis penanggulangan bencana (SAR, sosial, kesehatan,
prasarana dan pekerjaan umum).
3. Inventarisasi sumber daya pendukung kedaruratan.
4. Penyiapan dukungan dan mobilisasi sumberdaya/logistik.
5. Penyiapan sistem informasi dan komunikasi yang cepat dan terpadu.
6.1.4 Pelatihan
Tim Tanggap Darurat PMU sekurang-kurangnya melakukan pelatihan satu kali dalam
setahun guna memastikan kesiapan pelaksanaan tanggap darurat dapat dilaksanakan secara
optimal. Pelatihan dapat menggunakan pihak ketiga dari lembaga spesialis situasi darurat
yang memiliki materi dan trainer yang profesional. Pelatihan ini didokumentasikan oleh
PMU (termasuk dalam bentuk daftar hadir, foto, dan sebagainya). Penanggungjawab
Pekerjaan Renovasi wajib memberikan pengarahan harian tentang K3 dan KBG kepada
pekerja dan pengunjung yang mencakup langkah yang perlu diambil dalam kejadian darurat.
6.1.5 Komunikasi Tim Tanggap Darurat
Anggota tim darurat masing-masing harus memiliki telepon genggam, radio komunikasi
atau alat komunikasi lainnya sehingga mereka dapat dikumpulkan secepat mungkin ke
tempat kejadian. Nomor telepon mereka harus diberikan pada seluruh pekerja di lapangan.
(sebutkan nomor yang mudah diingat).
6.1.6 Penentuan nomor telepon internal dan eksternal untuk keadaan darurat
Nomor telepon internal harus ditentukan untuk keadaan darurat, sehingga dapat dan siap
digunakan saat kejadian darurat. Nomor telepon eksternal, seperti pemadam kebakaran,
ambulan, kepolisian dan sebagainya.
(Detail Kontak Eksternal Terlampir)
6.1.7 Peta Evakuasi
Peta evakuasi terbaru harus disediakan dan ditempatkan di lokasi strategis. Peta perlu
mencakup:
• Lokasi pekerja saat ini (tanda “Anda berada di sini”),
• Pintu keluar terdekat,
• Titik kumpul/pertemuan (assembly point),
• Rute evakuasi,
• Lokasi APAR, P3K, atau peralatan tanggap darurat lainnya.
6.1.8 Titik pertemuan di luar lokasi
Beberapa titik pertemuan (assembly point) di luar lokasi yang telah ditentukan sebelumnya
harus ditandai dan pegawai diinstruksikan berkumpul di titik tersebut saat keadaan darurat.
Jika keadaan darurat tidak mampu ditangani secara intern dan membutuhkan bantuan yang
sifatnya segera, maka ketua tim tanggap darurat akan mengintruksikan untuk menghubungi
pihak luar, seperti pemadam kebakaran, kepolisian, rumah sakit atau instansi lainnya.
6.3.8. Penghentian sarana dan kegiatan tertentu
Selama keadaan darurat mungkin perlu untuk menghentikan saluran gas, listrik, air,
peralatan/mesin dan sarana lainnya yang memungkinkan dapat memperburuk upaya
penyelesaian keadaan darurat.
6.3.9. Mendirikan penghalang (isolasi) / perimeter
Penghalang menandakan bahwa suatu zona isolasi melarang siapa pun masuk, kecuali tim
tanggap darurat / orang yang diberi ijin.
6.3.10. Menghentikan sumber/potensi bahaya
Sumber bahaya harus segera dihentikan bila hal tersebut dapat dilakukan dengan aman,
misalnya menutup lubang kebocoran bahan kimia berbahaya dan lain-lain.
6.3.11. Menyebarkan informasi kepada para pegawai
Pengawas/perwakilan/juru bicara tim tanggap darurat harus mengabarkan informasi yang
sebenarnya untuk mencegah terjadinya kesimpangsiuran dan meredakan ketegangan pada
para pegawai. Bila harus dipulangkan, maka nama dan tujuan dari pegawai yang
dipulangkan harus dicatat oleh pengawas.
6.3.12. Membersihkan sisa-sisa penanggulangan/keadaan darurat
Bila keadaan sudah memungkinkan untuk kegiatan pembersihan sisa-sisa penanggulangan
keadaan darurat, maka harus segera dibersihkan.
6.3.13. Pegawai dapat kembali bekerja
Setelah dilakukan penilaian dan tim tanggap darurat menyatakan bahwa keadaan telah
aman, maka ketua tim akan memberikan instruksi/ijin kepada para pegawai untuk memasuki
gedung dan bekerja kembali.
Sumber daya Proyek dan peralatan pemulihan keadaan darurat harus diinspeksi secara
berkala, harus ditingkatkan sejalan dengan perubahan sumber daya yang dimiliki.
6.4.6. Pusat pengendalian pemulihan
Bila seluruh kegiatan operasional berada dalam satu gedung, maka pusat pengendalian
pemulihan keadaan darurat harus didirikan di luar lokasi yang tidak terlalu jauh.
6.4.7. Pembuatan laporan
Koordinator tim tanggap darurat dan/atau penanggung jawab K3 wajib membuat laporan
yang ditujukan ke PMU dan instansi lain jika diperlukan. Laporan terdiri dari identifikasi
sumber dan dampak dari peristiwa (root cause analysis) serta rencana perbaikan.
Proyek Realizing Education’s Promise – Madrasah Education Quality Reform (REP-MEQR)
Lampiran 1
Gambar: Alur Penanganan Kebencanaan dan Kedaruratan
Catatan: Pihak eksternal di luar Proyek dan Kementerian Agama yang memiliki tugas dan fungsi dalam
penanggulangan kebencanaan dan situasi darurat.
Proyek Realizing Education’s Promise – Madrasah Education Quality Reform (REP-MEQR)
Lampiran 2
Terkait kebencanaan dan situasi kedaruratan, Pemerintah Indonesia memiliki empat lembaga yang
berperan dalam penanggulangan bencana, yaitu:
2. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan standarisasi siaga, latihan, dan pelaksanaan operasi
pencarian dan pertolongan.
3. Perumusan dan penetapan kebutuhan siaga, latihan, dan pelaksanaan operasi pencarian dan
pertolongan.
4. Koordinasi pelaksanaan penyelenggaraan operasi pencarian dan pertolongan, pembinaan
tenaga dan potensi, sarana dan prasarana dan sistem komunikasi.
5. Pengembangan dan pelaksanaan sistem informasi & komunikasi pencarian dan pertolongan.
▪ Kontak
Jalan Angkasa Blok B.15 KAV 2-3 Kemayoran, Jakarta Pusat ,Indonesia
Telp: 021 6570 1116 (08.00 - 16.00) & 021 6570 1116 (Emergency Call) Ext. 115
Fax : 021 65701152 (08.00 - 16.00) & 021 65867512 ( BCC)
Email : basarnas@basarnas.go.id
Twitter : @SAR_NASIONAL
Damkar (Dinas Tata Kota) Kota Tarakan, Jl. Pulau Banda Tarakan
Telepon : (0551) 32230
o IPK Kalimantan Selatan
DAMKAR Kompsyu Banjarmasin, Jl. AES Nasution RT 32
Telepon : (0511) 7199009
BPK Bersi Banjarmasin, Jl. S.Parman Gg.Purnama Gec.Ban-Teng Kota Banjarmasin
Telepon : (0511) 7103290
Proyek Realizing Education’s Promise – Madrasah Education Quality Reform (REP-MEQR)
Lampiran 3
LEMBAGA PENANGANAN BENCANA BANJIR DKI JAKARTA