TB PERITONITIS
Pembimbing :
Disusun Oleh:
AlvinaCitaIndriani D
0961050194
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
PERIODE 2 OKTOBER – 9 DESEMBER 2017
RSUD KOTA BEKASI
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh :
0961050194
PENDAHULUAN
yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis, dan terlihat penyakit ini juga sering
genetalia interna.1Penyakit ini jarang berdiri sendiri dan biasanya merupakan kelanjutan proses
tuberkulosa di tempat lain terutama dari tuberkulosa paru, namun sering ditemukan bahwa pada
waktu diagnosa ditegakkan proses tuberkulosa di paru sudah tidak kelihatan lagi. Hal ini bisa
terjadi karena proses tuberkulosa di paru mungkin sudah menyembuh terlebih dahulu sedangkan
termasuk di Indonesia, sedangkan di negara Amerika dan Negara Barat lainnya walaupun sudah
jarang ada kecendrungan meningkat dengan meningkatnya jumlah penderita AIDS dan Imigran.
Karena perjalanan penyakitnya yang berlangsung secara perlahan-lahan dan sering tanpa keluhan
atau gejala yang jelas maka diagnosa sering tidak terdiagnosa atau terlambat ditegakkan 3 .Tidak
jarang penyakit ini mempunyai keluhan menyerupai penyakit lain seperti sirosis hati atau
I. IDENTITAS PASIEN
No. RM : 09.84.xx.xx
Nama : An. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 13 tahun
Berat badan : 38 kg
Tanggal lahir : 11 November 2004
Alamat : Perum Margahayu Blok C No.72
Suku Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Tanggal masuk RS : 3 Oktober 2017
Tanggal keluar RS : 9 Oktober 2017
.
B. KELUHAN TAMBAHAN :
Mual , muntah, disertai penurunan nafsu makan
Panjang lahir : 49 cm
Merah (+)
Pucat (-)
Biru (-)
Kuning (-)
E. RIWAYAT PERKEMBANGAN
Pertumbuhan gigi :6 bulan (Normal: 5–9 bulan)
Psikomotor :
Tengkurap :3 bulan (Normal: 3–4 bulan)
Duduk :6 bulan (Normal: 6–9 bulan)
Berdiri :11 bulan (Normal: 9-12 bulan)
Berjalan :14 bulan (Normal: 13 bulan)
Bicara :11 bulan (Normal: 9–12 bulan)
Membaca dan menulis :6 tahun (Normal: 6–7 tahun)
Gangguan perkembangan mental / emosi: -
Kesimpulan riwayat perkembangan: Pada pasien tidak didapatkan keterlambatan
pertumbuhan dan perkembangan termasuk gangguan perkembangan mental.
F. RIWAYAT IMUNISASI
Vaksin Dasar (umur) Ulangan (umur)
BCG 2 bulan - - - - -
Campak - - 9 bulan - - -
Kesimpulan riwayat imunisasi: Pasien telah mendapatkan imunisasi dasar lengkap dan
sesuai jadwal yang ada.
G. RIWAYAT KELUARGA
a. Riwayat Pernikahan
Ayah / Wali Ibu / Wali
Nama Tn. D Ny. R
Perkawinan ke- 1 1
Pendidikan terakhir (tamat → SMA SMA
kelas/tingkat)
Agama Islam Islam
Suku Bangsa Jawa Jawa
Keadaan kesehatan Sehat Sehat
Kosanguinitas - -
Penyakit , bila ada - -
I. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis :
Poli RSUD BEKASI (3/10/2017)
Keadaan Umum :
Kesan Sakit : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan lain : Pucat (+), sianosis (-), ikterik (-), dyspnoe (-)
Tanda Vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi :90x/ menit, irama teratur, kuat, isi cukup, ekual kanan kiri.
Pernapasan :20 x /menit , tipe torako-abdominal
Suhu Tubuh :39,9 0C, suhu axilla
Telinga :
Bentuk : Normotia Tuli : -/-
Nyeri tarik aurikula : -/- Nyeri tekan tragus : -/-
Liang telinga : Lapang +/+ Membran timpani : Sulit dinilai
Serumen : -/- Refleks cahaya : Sulit dinilai
Cairan : -/-
Hidung :
Bentuk : Simetris Napas cuping hidung : -/-
Sekret : -/-, jernih Deviasi septum :-
Mukosa hiperemis : -/- Hipertrofi konka : +/-
Bibir : Mukosa berwarna merah muda, kering (-), sianosis (-).
Mulut : Trismus (-), oral hygiene cukup baik, i, mukosa gusi berwarna
merah muda , mukosa pipi berwarna merah muda, arkus palatum
simetris dengan mukosa palatum berwarna merah muda.
Lidah : Normoglosia, mukosa berwarna merah muda, hiperemis (-) ,
atrofi papil (-), tremor (-), lidah kotor (-).
Tenggorokan :Tonsil T1/T1, tidak hiperemis, faring tidak hiperemis, uvula
terletak di tengah.
Leher : Bentuk tidak tampak adanya kelainan, edema (-), massa (-), tidak
tampak dan tidak teraba pembesaran tiroid maupun KGB tidak
tampak deviasi trakea.
Thoraks :Bentuk thoraks simetris saat inspirasi dan ekspirasi, deformitas
(-), retraksi suprasternal (-), retraksi intercostal (-), retraksi
subkostal (-).
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak nampak
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS V linea midklavikularis sinistra
Perkusi : Batas atas jantung ICS III linea parasternal sinistra
Batas kiri jantung ICS V linea midklavikula sinistra
Batas kanan jantung ICS III-IV linea sternalis kanan
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-)
Paru :
Inspeksi : Bentuk thoraks simetris, tidak ada pernafasan yang
tertinggal , pernafasan tipe torako-abdomial, deformitas (-),
retraksi suprasternal (-), retraksi interkostal (-), retraksi subkostal
(-).
Palpasi : Nyeri tekan (-), benjolan (-), gerak nafas simetris kanan dan
kiri
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, regular, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen :
Inspeksi : asites +
Auskultasi : Bising usus (+), frekuensi 6 x / menit
Palpasi : Supel, nyeri tekan+ epigastrium , turgor kulit kembali cepat, hepar
tidak teraba membesar, lien tidak teraba membesar.
Perkusi : hipertimpani
Kelenjar Getah Bening :
Preaurikuler : Tidak teraba membesar
Postaurikuler : Tidak teraba membesar
Submandibula : Tidak teraba membesar
Axilla : Tidak teraba membesar
Inguinal : Tidak teraba membesar
Anggota Gerak :
Ekstremitas : Akral hangat pada keempat ekstremitas, sianosis (-/-), oedem
kaki (+/+)
Tangan Kanan Kiri
Tonus otot Normotonus Normotonus
Sendi Aktif Aktif
Kaki Kanan Kiri
Tonus otot Normotonus Normotonus
Sendi Aktif Aktif
Oedem - -
Kulit : Warna kulit kuning langsat, merata diseluruh tubuh, pucat
(-) , sianosis (-), ikterik (-), turgor kulit baik, lembab , pengisian
kapiler 2 detik.
Tulang Belakang :Bentuk normal, tidak terdapat deviasi, benjolan (-), ruam (-)
II. DIAGNOSA BANDING
Peritonitis TB
III.DIAGNOSA KERJA
Appendicitis
IV. ANJURAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
CT scan
USG Abdomen
Terapi :
Pro Rawat Inap
IVFD KaEn 3A 20 tetes per menit
Lab : Albumin
Cek ureum, kreatinin
Urin lengkap
Foto Abdomen 3 posisi
V. Follow up
• 5/10/2017
• Perawatan hari ke 2
Kepala : normocephali
• Domperidone 3x 10 mg
6/10/2017
Perawatan hari ke 3
Kepala : normocephali
Domperidone 3x 10 mg
7/10/2017
Perawatan hari ke 4
Kepala : normocephali
• metronidazole 3x250 mg
• Domperidone 3x 10 mg
8/10/2017
Perawatan hari ke 5
Kepala : normocephali
Domperidone 3x 10 mg
• 9/10/2017
Perawatan hari ke 6
S : keluhan -
RR : 18x/menit
Kepala : normocephali
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
PPD > 2
TB Intraperitoneal
P : Acc pulang
• Domperidone 3x 10 mg
ANALISA KASUS
peningkatan tekanan dalam perut dan menekan dinding perut. Distensi dapat terjadi ringan ataupun berat
tergantung dari tekanan yang dihasilakan. Distensi abdominal dapat terjadi local atau menyeluruh dan
dapat secara bertahap atau secara tiba-tiba. Distensi abdominal akut mungkin merupakan tanda dari
Asites →terdapat 3 teori tentang terbentuknya asites ini, seperti : underfilling, overflow dan
vasodilatasi arteri perifer.
1. Teori underfiling, menunjukkan bahwa abnormalitas primer berkaitan dengan sequestrasi
cairan pada pembuluh splangnic, yang memicu hipertensi portal dan konsekuensinya,
menurunkan efektifitas volume darah yang bersirkulasi. Kondisi ini mengaktifasi renin
plasma, aldosteron, nervus simpatis yang memicu retensi natrium dan air di ginjal.
2. Teori Overflow, pada terodi ini abdnormalitas primer disebabkan gangguan retensi ginjal
terhadap natrium dan air akibat tidak adanya deplesi volume. Teori ini berkembang
berdasarkan observvasi pasien sirosis yang terjadi hipervolumia intravaskuler tibanding
hipovolumia.
3. Teori yang sekarang digunakan adalah adanya hipotesa vasodilatasi arteri perifer. Adanya
hipertensi portal memicu vasodilatasi yang menyebabkan penurunan efektifitas volume
darah arteri. Eksitasi neurohormonal meningkat, retensi natrium ginjal meningkat dan
volume plasma terekspansi. Kondisi ini akan memicu overflow cairan ke cavum
peritoneal abdomen. Teori vasodilatasi ini, juga menunjukkan bahwa undefiling adalah
fase awal dan overflo adalah fase akhir pada sirosis.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Tuberkulosis peritoneal adalah situs jarang infeksi paru yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis (TBC). Risiko meningkat pada pasien dengan sirosis, infeksi
HIV, diabetes melitus, keganasan, setelah pengobatan dengan anti-tumor necrosis factor
(TNF) agen, dan pada pasien yang menjalani dialisis peritoneal rawat jalan rutin.
2. Insidensi
Tuberkulosis peritoneal lebih sering dijumpai pada wanita dibanding pria dengan
(4,5)
perbandingan 1,5:1 dan lebih sering dekade ke 3 dan 4 Tuberkulosis peritoneal
dijumpai 2 % dari seluruh Tuberkulosis paru dan 59,8% dari tuberculosis Abdominal. 5 Di
Amerika Serikat penyakit ini adalah keenam terbanyak diantara penyakit extra paru
sedangkan peneliti lain menemukan hanya 5-20% dari penderita tuberkulosis peritoneal
Pada saat ini dilaporkan bahwa kasus tuberculosis peritoneal di negara maju semakin
meningkat dan peningkatan ini sesuai dengan meningkatnya insiden AIDS di negara
maju1. Dia Asia dan Afrika dimana tuberculosis masih banyak dijumpai, tuberculosis
peritoneal masih merupakan masalah yang penting. Manohar dkk melaporkan di Rumah
Sakit King Edward III Durban Afrika selatan menemukan 145 kasus tuberculosis
selama periode 1968-1972 dan Sulaiman di rumah sakit yang sama periode 1975-1979
melaporkan ada 11 kasus Tuberkulosis peritoneal di Rumah sakit Tjikini Jakarta untuk
Anatomi Fisiologi
a. Peritoneum
Peritoneum ialah membran serosa rangkap yang terbesar di dalam tubuh.
Peritoneum terdiri artas dua bagianutama, yaitu peritoneum parietal, yang melapisi
dinding rongga abdominal, dan peritoneum visceral, yang melapisi semua organ yang
Ruang yang berada diantara dua lapisan ini disebut ruang peritonial atau
sebuah lipatan besar atau omentum mayor yang kaya akan lemak, bergantungan di
sebelah depan lambung, lipatan kecil (omentum minor) berjalan dari porta hepatica
setelah menyelaputi hati ke bawah, ke kurvatura minor lambung dan disini bercabang
untuk menyelaputi lambung ini. Kolon juga terbungkus oleh peritoneum ini,
kemudian berjalan ke atas dan berbelok ke belakang sebagai meso-kolon kea rah
mesentrium usus halus. Omentum besar dan kecil, mesentrium usus halus dan
mesokolon, semua memuat penyaluran darah vaskuler dan limfe dari organ-organ
yang diselaputinya.
organ-organ terhadap dinding posterior abdomen. Sejumlah besar kelenjar limfe dan
infeksi.
b. Rongga abdomen
meluas dari atas diafragma sampai pelvis di bawah. Rongga abdomen dibagi menjadi
dua bagian, yaitu rongga sebelah atas yang lebih besar, dan pelvis yaitu rongga
panggul, dari panggul besar di depan dan di kedua sisi, otot-otot abdominae, tulang-
tulang aliaka da iga-iga sebelah bawah. Di belakang tulang punggung dan otot psoas
Isi abdomen sebagian besar dari saluran pencernaan yaitu lambung, usus halus
Pembuluh limfe dan kelenjar, urat saraf, peritoneum dan lemak juga di jumpai
1) Lambung
waktu pendek
2) Usus halus
Usus halus adalah bagian saluran pencernaan diantara lambung dan usus
besar. Usus halus panjang, tube yang berliku-liku yang memenuhi sebagian besar
rongga abdomen. Usus halus terdiri dari : duodenum, yeyunum dan ileum.
a) Duodenum
Yeyunum merupakan bagian pertama dan illem merupakan bagian kedua dari
saluran usus halus. Semua bagian usus tersebut mempunyai panjang yang
Usus halus mempunyai dua fungsi utama yaitu pencernaan dan absorpsi
bahan-bahan nutrisi dan air. Proses pencernaan dimulai dari dalam mulut dan
lambung oleh kerja ptyalin, asam klorida dan pepsin terhadap makanan yang
menjadi asam dan gliserol (dengan bantuan garam empedu pada keluaran empedu
ke dalam duodenum oleh kontraksi kelenjar empedu) serta protein menjadi asam
amino.
Proses pencernaan disempurnakan oleh beberapa enzim dalam getah usus
(sukus enterikus). Enzim-enzim ini terdapat pada brush bovaer vili dan
2. Etiologi
di tempat lain, terutama paru-paru. Namun demikian, sering juga dilaporkan bahwa
sudah menyembuh atau tidak ada lagi. Hal ini mungkin terjadi oleh karena proses
langsung berlanjut (kontinu) dari alat sekitarnya, tetapi lebih sering disebabkan karena
reaktivitas proses laten yang terdapat di peritoneum yang diperoleh sewaktu terjadi
penyebaran hematogen dari proses primer terdahulu. Oleh karena itu pulalah banyak
Pada sebagian kecil selain terjadi melalui penyebaran hematogen dapat juga
melalui penyebaran langsung tuberculosis usus, tuberculosis alat genitalia interna atau
lahan, sering penderita tidak menyadari keadaan ini. Pada lebih 70% kasus ditemukan
keluhan yang berlangsung lebih dari empat bulan. Keluhan yang paling sering adalah
adanya nyeri pada perut, pembengkakan perut, tidak nafsu makan, batuk, demam,
tuberculosis yang dirawat di rumah sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, antara tahun
1975 sampai dengan tahun 1979 ditemukan keluhan sebagai berikut: sakit perut 57 %,
Keluhan yang berasal dari saluran cerna seperti sakit perut, mencret dan lain-lain
berhubungan dengan ada tidaknya proses dalam usus atau adanya perlengketan antara
usus dengan peritoneum atau usus dengan usus. Jika perlengketan begitu hebat dapat
terjadi penggumpalan sehingga jalan makanan terganggu dan terjadi gejala illeus
obstruktif.
Patogenesis
perkontinuitatum tapi sering karena reaktifasi proses laten yang terjadi pada peritoneum
yang diperoleh melalui penyebaran hematogen proses primer terdahulu (infeksi laten
“Dorman infection”)2. Seperti diketahui lesi tuberkulosa bisa mengalami supresi dan
menyembuh. Infeksi masih dalam fase laten dimana ia bisa menetap laten selama hidup
namun infeksi tadi bisa berkembang menjadi tuberkulosa pada setiap saat. Jika organism
Patologi :
1. Bentuk eksudatif
Bentuk ini dikenal juga sebagai bentuk yang basah atau bentuk asites yang banyak, gejala
menonjol ialah perut membesar dan berisi cairan (asites). Pada bentuk ini perlengketan
tidak banyak dijumpai. Tuberkel sering dijumpai kecil-kecil berwarna putih kekuning-
kuningan milier, nampak tersebar di peritoneum atau pada alat-alat tubuh yang berada di
lebih besar sampai sebesar kacang tanah. Disekitar tuberkel terdapat reaksi jaringan
peritoneum berupa kongesti pembuluh darah. Eksudat dapat terbentuk cukup banyak,
menutupi tuberkel dan peritoneum sehingga merubah dinding perut menjadi tegang,
2. Bentuk adhesif
Disebut juga sebagai bentuk kering atau plastik dimana cairan tidak banyak dibentuk
Pada jenis ini lebih banyak terjadi perlengketan. Perlengketan yang luas antara usus dan
fistel, hal ini disebabkan karena perlengketan dinding usus dan peritoneum parintel
kemudian timbul proses necrosis. Bentuk ini sering menimbulkan keadaan ileus
3. Bentuk campuran
Bentuk ini kadang-kaadang disebut juga kista, pembengkakan kista terjadi melalui proses
perlengketan tersebut. Beberapa penulis menganggap bahwa pembagian ini lebih bersifat
untuk melihat tingkat penyakit, dimana pada mulanya terjadi bentuk exudatif dan
memperlihatkanjaringan granulasi tuberkulosa yang terdiri dari sel-sel epitel dan sel datia
Gejala Klinis
Gejala klinis bervariasi, pada umumnya keluhan dan gejala timbul perlahanlahan sampai
berbulan-bulan, sering penderita tidak menyadari keadaan ini. Pada penelitian yang
dilakukan di Rumah Sakit Dr.Cipto Mangunkusumo lama keluhan berkisar dari 2 minggu
s/d 2 tahun dengan rata-rata lebih dari 16 minggu 1,2,10. Keluhan terjadi secaraa perlahan-
lahan sampai berbulan-bulan disertai nyeri perut, pembengkakan perut, disusul tidak
nafsu makan, batuk dan demam1,2,7-13. Pada yang tipe plastik sakit perut lebih terasa dan
4. Patofisiologi
Ketika kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam
udara yang dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada
tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang baik dan kelembaban. Bila partikel infeksi ini
terhisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada jalan napas atau paru-paru.
Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag keluar dari cabang
permukaan yang disebabkan oleh baksil tersebut adalah reaksi inflamasi, leukosit
tidak dapat dimatikan. Sesudah hari-hari pertama terjadi perubahan yaitu leukosit diganti
tuberculosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau afek primer. Sarang primer
ini dapat terjadi di bagian jaringan paru mana saja. Dari sarang primer timbul peradangan
saluran getah bening menjadi hilus, dan juga diikuti peradangan getah bening (KGB)
hilus hingga menjadi kompleks primer, kompleks primer ini dapat langsung
berkomplikasi dan menyebar secara limfogen dan hematogen ke organ tubuh lainnya,
atau bersifat dormant. Kuman yang dormant dapat muncul bertahun-tahun kemudian
sebagai infeksi endogen menjadi tuberculosis dewasa. Tuberculosis ini dapat dimulai
dengan sarang dini di region atas paru-paru (bagian apical posterior lobus superior atau
inferior).
Invasi pada daerah parenkim paru-paru sarang dini mula-mula berbentuk sarang
pneumonia kecil. Dalam waktu 3-10 minggu sarang ini menjadi tuberkel, yaitu suatu
granuloma yang terdiri dari sel-sel histiosit dan sel Datia-langhans (sel besar dengan
banyak luti) yang dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan bermacam-macam jaringan ikat.
jaringan di sekitarnya dan bagian tengahnya mengalami nekrosis dan lembek membentuk
jaringan keju, bila jaringan keju dibatukkan akan terjadi kavitas yang berdinding tipis,
lama-lama dindingnya menebal karena infiltrasi jaringan fibroblast dalam jumlah besar,
sehingga menjadi kavitas sklerotik. Kavitas ini meluas kembali dan menimbulkan sarang
(pembesaran kelenjar getah bening). Organisme yang lolos dari kelenjar getah bening
berada di dalam rongga peritoneum. Selain tuberkel yang kecil terdapat juga tuberkel
yang besar. Di sekitar tuberkel terdapat reaksi jaringan peritoneum berupa kongesti
pembuluh darah. Eksudat dapat terbentuk banyak, menutupi tuberkel dan peritoneum
Komplek primer
Cemas
Sarang dari daerah parenkim paru
Peradangan
Ascites
Merangsang vomiting
center
Merangsang pengeluaran
neurotransmitter, bradikinin,
Kekurangan histamine dan prostaglandin
volume cairan
Mual/nafsu makan
menurun
Tidak kuat
Spinotalamic track (STT)
Metabolisme glukosa pertahanan
terganggu sekunder
Thalamus
Pembentukan ATP<, Resiko infeksi
energi<
Cortex cerebri
Kelemahan
Nyeri akut
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium
3) Laju Endap Darah (LED) pada umumnya meninggi, jarang ditemukan yang
normal;
Ultrasonografi :
Pada pemeriksaan ultrasonografi (USG) dapat dilihat adanya cairan dalam rongga
peritoneum yang bebas atau terfiksasi (dalam bentuk kantong-kantong) menurut Rama &
Walter B, gambaran sonografi tuberculosis yang sering dijumpai antara lain cairan yang
bebas atau terlokalisasi dalam rongga abdomen, abses dalam rongga abdomen, masa
mesenterium, perlengketan lumen usus dan penebalan omentum, mungkin bisa dilihat
dan harus diperiksa dengan seksama Mizzunoe dkk berhasil menggunakan USG sebagai
alat Bantu biopsy secara tertutup dalam menegakkan diagnosa peritonitis tuberkulosa.
CT Scan :
Pemeriksaan CT Scan untuk peritoneal tuberculosis tidak ada ditemui suatu gambaran
yang khas, namun secara umum ditemui adanya gambaran peritoneum yang berpasir dan
untuk pembuktiannya perlu dijumpai bersamaan dengan adanya gejala klinik dari
tuberculosis peritoneal (25). Rodriguez E dkk yang melakukan suatu penelitian yang
membandingkan tuberculosis peritoneal dengankarsinoma peritoneal dan karsinoma
peritoneum yang licin dengan penebalan yang minimal dan pembesaran yang jelas
menunjukkan suatu peritoneum tuberculosis sedangkan adanya nodul yang tertanam dan
Peritonoskopi (Laparoskopi)
Peritonoskopi / laparoskopi merupakan cara yang relatif aman, mudah dan terbaik untuk
mendiagnosa tuberculosis peritoneal terutama bila ada cairan asites dan sangat berguna
untuk mendapat diagnosa pasien-pasien muda dengan simtom sakit perut yang tak jelas
penyebabnya (27,28) dan cara ini dapat mendiagnosa tuberculosis peritoneal 85% sampai
95% dan dengan biopsy yang terarah dapat dilakukukan pemeriksaan histology dan bisa
menemukan adanya gambaran granuloma sebesar 85% hingga 90% dari seluruh kasus
dan bila dilakukan kultur bisa ditemui BTA hampir 75%. Hasil histology yang lebih
penting lagi adalah bila didapat granuloma yang lebih spesifik yaitu jika didapati
1. Tuberkel kecil ataupun besar dengan ukuran yang bervariasi yang dijumpai tersebar
luas pada dinding peritoneum dan usus dan dapat pula dijumpai permukaan hati atau
2. Perlengketan yang dapat berpariasi dari ahanya sederhana sampai hebat(luas) diantara
alat-alat didalam rongga peritoneum. Sering keadaan ini merubah letak anatomi yang
normal. Permukaan hati dapat melengket pada dinding peritoneum dan sulit untuk
dikenali. Perlengketan diantara usus mesenterium dan peritoneum dapat sangat ekstensif.
3. Peritoneum sering mengalami perubahan dengan permukaan yang sangat kasar yang
4. Cairan asites sering dujumpai berwarna kuning jernih, kadang-kadang cairan tidak
jernih lagi tetapi menjadi keruh, cairan yang hemoragis juga dapat
dijumpai.
Biopsi dapat ditujukan pada tuberkel-tuberkel secara terarah atau pada jaringan
peritonitis tuberculosis dapat dikenal dengan mudah, namun gambaran gambarannya bisa
menyerupai penyakit lain seperti peritonitis karsinomatosis, karena itu biopsy harus
selalu diusahakan dan pengobatan sebaiknya diberikan jika hasil pemeriksaan patologi
Peritonoskopi tidak selalu mudah dikerjakan dan dari 30 kasus, 4 kasus tidak
dilakukan peritonoskopi karena secara tehnis dianggap mengandung bahaya dan sukar
dikerjakan.
Adanya jaringan perlengketan yang luas akan merupakan hambatan dan kesulitan dalam
memasukkan trokar dan lebih lanjut ruangan yang sempit di dalam rongga abdomen juga
menyulitkan pemeriksaan dan tidak jarang alat peritonoskopi terperangkap didalam suatu
rongga yang penuh dengan perlengketan, sehingga sulit untuk mengenal gambaran
anatomi alat-alat yang normal dan dalam keadaan demikian maka sebaiknya dilakukan
laparotomi diagnostic
Laparatomi
namunsaat ini banyak penulis menganggap pembedahan hanya dilakukan jika dengan
cara yang lebih sederhana tidak meberikan kepastian diagnosa atau jika dijumpai indikasi
yang mendesak seperti obstruksi usus, perforasi, adanya cairan asites yang bernanah.2
Pengobatan :
Pada dasarnya pebngobatan sama dengan pengobatan tuberculosis paru, obat-obat seperti
Streptomisin, INH, Etambutol, Ripamficin dan Pirazinamid memberikan hasil yang baik,
dan perbaikan akan terlihat setelah 2 bulan pengobatan dan lamanya pengobatan biasanya
mencapai sembilan bulan sampai 18 bulan atau lebih. Beberapa penulis berpendapat
bahwa kortikosteroid dapat mengurangi perlengketan peradangan dan mengurangi
terjadinya asites.
Dan juga terbukti bahwa kortikosteroid dapat mengurangi angka kesakitan dan
kematian,namun pemberian kortikosteroid ini harus dicegah pada daerah endemis dimana
mengurangi insidensi sdakit perut dan sumbatan pada usus. Pada kasus-kasus yang
Prognosis :
Kesimpulan :
lain
2. Oleh karena itu gejala klinis yang bervariasi dan timbulnya perlahan-lahan sering
4. Dengan pemberian obat anti tuberkulosa yang adekuat biasanya pasien akan sembuh.
BAB II
LAPORAN KASUS
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
RSUD KOTA BEKASI
STATUS PASIEN KASUS I