Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
hidayah-Nya kami bisa menyelesaikan tugas dari mata kuliah pengantar pendidikan.
Meskipun banyak hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami berhasil
menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini merupakan hasil dari diskusi dan rangkuman dari berbagai macam
sumber dari internet dan buku-buku perguruan tinggi. Makalah ini merupakan makalah yang
sederhana, namun dari kesederhanaan ini diharapkan akan memberikan pengetahuan dan
manfaat yang besar bagi pembaca..

Makalah ini kami susun dalam rangka memenuhi tugas pengantar pendidikan yang
diberikan oleh dosen, sekaligus untuk memaparkan tentang landasan dan asas-asas
pendidikan dengan penyusunan yang praktis dan sistematis sehingga mudah dipahami untuk
menambah wawasan Pembaca.

Kami berharap agar Pembaca dapat memberikan kritik maupun saran yang
membangun untuk membantu kami dalam menyempurnakan hasil laporan ini. Akhir kata
kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini, dan kami memohon maaf jika terdapat kesalahan dalam laporan
kami.

Yogyakarta, November 2016

Penyusun,

Kelompok 7

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR-------------------------------------------------------------- 1

DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------ 2

BAB I PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG---------------------------------------------------------3

BAB II PEMBAHASAN

I. SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DAN HEIRACHINYA-------------3

A. Kelembagaan program dan pengelolaan pendidikan------3

1. Kelembagaan Pendidikan ---------------------------------------4

a. Jalur Pendidkan-----------------------------------------------------4

b. Jenjang Pendidikan------------------------------------------------5

B.PROGRAM DAN PENGELOLAAN PENDIDIKAN--------------------8

a. Jenis Program Pendidikan -------------------------------------8

C. Hirarki Tujuan Pendidikan Nasional dan Ciri-cirinya---------17


a. Hararki Tujuan Pendidikan Nasional-------------------------17
b.Ciri-ciri Pendidikan Nasional-----------------------------------18

BAB III PENUTUP

A.KESIMPULAN --------------------------------------------------------19

B.PENUTUP-------------------------------------------------------------19

2
BAB I

LATAR BELAKANG

Setiap bangsa memiliki sistem pendidikan nasioal. Pendidikan nasional masing-


masing bangsa berdasarkan kebudayaannya. Kebudayaan tersebut sarat dengan nilai-nilai
yang tumbuh dan berkembang melalui sejarah sehingga mewarnai seluruh gerakan hidup
suau bangsa.

Sistem pendidikan nasional Bangsa Indonesia disusun berdasarkan kepada


kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan pancasila dan UUD 1945 sebagai kristaisasi
nilai-nilai hidup bangsa Indonesia.penyelenggaraan sistem pendidikan di susun sedemikian
rupa sehingga secara garis besar ada persamaan dengan sistem pendidikan nasional banga
lain, sehngga sesuia dengan kebutuhan akan pendidian dari bangsa Indonesia yang secara
geografis, demografis, historis dan kultural berciri khas.

BAB II

PEMBAHASAN

I. SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DAN HEIRERCHINYA

A. Kelembagaan Program dan Pengelolaan Pendidkan

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar dapat berperan
aktif dan positif dalam hidupnya sekarang dan yang akan datang.

Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa


indonesia dan berdasar kepada pencapaian tujuan pembangunan nasional Indonesia. Sistem

3
pendidikan nasiona (sisdiknas) merupakan satu kesatuan yang terpadu dari semua saruan dan
kegiatan pendidikan yang saling berkaitan untuk mengusahakan pencapaian tujuan
pendidikan nasional. Sistem pendidikan nasional diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta
dibawah tanggung jawab Menteri pendidikan dan kebudayaan dan menteri lainnya, seperti
menteri agama oleh menteri agama, akabri oleh menteri pertahanan dan keamanan. Juga
departemen lainnya menyelenggrakan pendidikan yang siseput diklat

Penyelenggaraan sistem pendidikan nasional dilaksanakan melalui bentuk-bentuk


kelembagaan beserta program-program. Butir-butir

1. KELEMBAGAAN PENDIDIKAN

Pendidikan nasional dilaksanakan melalui lembaga-lembaga pendidikan baik dalam


bentuk sekolah maupun dalam bentuk kelompok belajar.

Berdasarkan UU RI No. 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan Nasional,


kelembagaan pendidikan dapat dilihat dari segi jalur pendidikan dan program serta
pengelolaan pendidikan

a. JALUR PENDIDIKAN
Penyelenggaraan sisdiknas dilaksanakan melalui dua jalur yaitu;

1. JALUR PENDIDIKAN SEKOLAH


Jalur pendidikan sekolah , pendidikan yang diselenggarakan
disekolah melalui kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dan
bersinambungan (pendidikan dasar, pendidikan menengah dan
pendidikan tinggi ) sifatnya formal, diatur berdasarkan ketentuan-
ketentuan pemerintah dan mempunyai keseragaman pola yang bersifat
nasional.

2. JALUR PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

4
Pendidikan luar sekolah (PLS) merupakan pendidikan yang
bersifat kemasyarakatan yang diselenggarakan diluar sekolah melalui
kegiatan belajar mengajar yang tidak berjenjang dan tidak
bersinambungan, seperti kepramukaan, berbagai kursus dan lain-lain.
PLS memberikan kemungkinan perkembangan sosial kultural seperti
bahasa dan kesenian, keagamaan dan ketrampilan yang dapat
dimanfaatka oleh anggota masyarakat untuk mengebangkan dirinya
dan membangun masyarakatnya.
Pendidikan luar sekolah bersifat tidak formal dalam arti tidak
ada keseragaman pola yang bersifat nasional. Modelnya sangat
beragam. Dalam hubungan ini pendidikan keluarga merupakan bagian
dari jakur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam
keluarga yang fungsi utamanya menanamkan keyakinan agama, nilai
budaya dan moral serta keterampilan praktis.

b. JENJANG PENDIDIKAN

Jenjang pendidikan adalah satuan tahap dalam pendidikan berkelanjtan yang


ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik serta keluasan dan kedalaman
bahan pengajaran ( UU Ri No 02 Tahun 1989 Bab I, pasal I Ayat 5)

Jalur pendidikan sekolah dilaksankan secara berjenjang yang terdiri dari jenjang
sekolah dasar, sekolah menengah dan sekolah tinggi. Sebagai perispan untuk memasuki
pendidikan dasar diselenggarakan kelompok belajar yang disebut pendidikan prasekolah (UU
RI No. 2 Tahun 1989 Bab V, pasal 2). Pendiikan prasekolah termasuk jenjang pendidikan
formal, tetapi baru merupakan kelompok sepermainan yang menjembatani anak antara
kehidupan dalam keluarga dan sekolah.

1) JENJANG PENDIDIKAN DASAR

Jenjang ini diselenggarakan untuk memberi bekal dasar yang diperlukan


untuk hidup dalam masyarakat berupa pengembangan sikap, pengetahuan dan
ketrampilan dasar.dan berfungsi mempersiapkan peserta didik yang memenuhi
persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah. Oleh karena itu seluruh
warga negara untuk memperoleh pendiadikan yang bersifat dasar dan tiap-tiap

5
warga negara diwajibkan menempu pendidikan dasar sampai pemdidikan tinggi.
UU RI No. 2 Tahun 1989 menyatakan dasar dan wajib belajar pada pasal 14 ayat
1 bahwa “warga negara yang berumur 6 tahun berhak mengikuti pendidikan
dasar” dan ayat 2 menyatakan bahwa “ warga negara berumur 7 tahun
berkewajiban mengikuti pendidikan dasar atau pendidikan yang setara sampai
tamat.” Dalam pengertian setara ini termasuk juga pendidikan luar biasa ( PLB) ,
prndidikan keagamaan dan atau pendidikan luar sekolah.

2) JENJANG PENDIDIKAN MENENGAH

Pendidikan menengah yang lamanya 3 tahun sesudah pendidikan dasar,


diselenggarakan di SLTA ( sekolah lanjutan tingkat atas) atau satuan pendidikan
yang sederajat. Pendidikan menengah dalam hubungan ke bawah berfungsi
sebagai lanjutan da perluasan pendidikan dasar, dan dalam hubungan keatas
mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan tinggi ataupun
memasuki lapngan kerja.

Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum,


pendidikan menengah kejuruan , dan pendidikan menengah luar biasa. Pendidikan
menengah kedinasan dan pendidikan menengah keagamaan.

3) JENJANG PENDIDIKAN TINGGI

Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah, yang


diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat
yang memiliki kemampuan akademik atau profesional yang dapat menerapkan,
mengembangkan atau menciptakan ilmu pengetahuan teknologi atau kesenian.

Pendidikan dapat mencapai tujuan tersebut lembaga-lembaga pendidikan


tinggi melaksanakan misi “Tridharma” pendidikan tinggi yang meliputi
pendidikan penelitian dan pengamdian kepada masyarakat dalam ruang lingkup
tanah air Indonesia sebagai kesatuan wilayah pendidikan nasional. Pendidikan
tinggi memiliki fungsi sebagai jembatan antara pengembangan bangsa dan
kebudayaan nasional dengan perkembangan internasional. Untuk itu dengan

6
tujuan kepentingan nasional, pendidikan tinggi secara terbuka dan selektif
mengikuti perkembangan kebudayaan yang terjadi diluar indonesia untuk
menggambil manfaatnya bagi perkembngan bangsa dan kebudayaan nasional. Dan
untuk mencapai tujuan kebebasan akademik, melaksankan misi nya, pada
lembaga pendidikan tinggi berlaku kebebasan mimbar akademik serta otonomi
dalam pengelolaan lembaganya.

Satuan pendidikan menyelenggarakan pendidikan tinggi disebut Perguruan


tinggi yang dapat terbentuk akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut dan
universitas.

Akademik merupakan perguruan tinggi yang menyelenggarakan


pendidikan terapan dalam satu cabang atau sebagai cabang ilmu pengetahuan
teknologi dan kesenian tertentu.

Politeknik merupakan perguruan tinggi yang menyelegarakanpendidikan


terapan dalam sejumlahbidang pengetahuan pengetahuan khusus.

Sekolah tinggi meruapakn perguruan tinggi yang menyelenggarakan


pendidikan akademik atau profesional dalam satu disiplin ilmu atau bidang
tertentu.

Institut merupakan perguruan tinggi yang terdiri atas sejumlah fakultas


yang menyelenggarakan pendidikan akademik atau profesional dalam sekelompok
disiplin ilmu yang sejenis.

Universitas merupakan perguruan tinggi yang terdiri atas sejumlah


fakultas yang menyelenggrakan pendidikan akademik atau profesional dalam
sejumlah disiplin ilmu tertentu.

Pendidikan yang bersifat akademik dan pendidikan profesional


memusatkan perhatian terutama pada usaha penerusan, peestarian dan
pengembangan, peradapan, ilmu dan teknologi sedangkan pendidikan yang
bersifat profesional memusatkan perhatian pada usaha pengolahan peradapan serta
penerapan ilmu dan teknologi. Dalam pengembangan diri bangsa dan negara.

7
Output pendidikan tinggi diharapkan dapat mengisi kebutuhan yang beraneka
ragam dalam masyaratakat. Dari peserta didik menunjukan bahwa minat mereka juga
beragam, berdasarkan faktor tersebut , maka perguruan tinggi dapat
menyelenggarakan satu srata atau lebih. Srata yang disebut terdiri dari SO ( non
srata ) atau program ploma,lama belajarnya 2 tahun ( D2) atau tiga tahun ( D3),juga
disebut program non gelar. SI ( program srata satu) lama belajarnya 4 tahun , dengan
gelar sarjana, S2 ( program strata dua) atau program pasca sarjana lama belajaranya 2
tahun sesudah S1, dengan gelar magister ; S3 ( program srata tiga atau program
doktr ), lama belajarnya tga tahun sesudah S2 dengan gelar doktor.

Program diploma atau program nongelar memberi tekanan pada aspek praktis
profesional sedangkan program gelar memberi tekanan pada aspek akademik ataupu
aspek akademik profesional

Disamping program diploma dan program sarjana, pendidikan tinggi(dalam


hal ini LPTK atau lembaga pendidikan tenaga kependidikan) dapat juga
menyelenggarakan program akta mengajar yaitu akta III, akta IV dan akta V.
Program ini diadakan untuk melayani kebutuhan akan tenaga mengajar di satu
sisi dan pada sisi yang lain untuk melindungi profesi guru ( tenaga
kependidikan )dengan ini dimaksudkan bahwa seseorang dianggap sah
memiliki kewenangan mengajar jika memiliki serfitikat akta mengajar.
Program akta mengajar program paket kepedidikan sebesar 20 SKS atau untuk
lama studi satu semester ( 6 bulan ) bagi masing-masing jenjang Akta.

 A3 setara dengan D3
 A4 setara dengan D4
 A5 setara dengan sarjana plus sejumlah pegalaman

2.PROGRAM DAN PENGELOLAAN PENDIDIKAN

a. JENIS PROGRAM PENDIDIKAN

8
jenis pendidikan adalah pendidikan yang dikelompokan sesuai dengan sifat
dan kekhususan tujuannya ( UU RI No 2 Tahun 1989 Bab I Pasal 1 Ayat 4 No 2 Tahun
1989).

Program pendidikan yang termasuk jalur pendidika sekolah terdiri atas pendidikan
umum, pendidikan kejuruan, dan pendidikan lainnya.

1. PENDIDIKAN UMUM

Pendidikan umum adalah pendidikan yang mengutamakan perluasan pengetahuan dan


ketrampilan peserta didikdengan kekhususan yang diwujudkan pada tingkat-tingkat akhir
masa pendidikan. Pendidikan umum berfungsisebagai acuan umum bagi jenis pendidikan
lainnya. Yang termasuk pendidikan umum adalah SD,SMP,SMA dan Universitas.

2. PENDIDIKAN KEJURUAN

Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk


dapat bekerja dalam bidang pekerjaan tertentu seperti bidak teknik, jasa boga, busana,
perhotelan, kerajinan, seperti STM, SMTK,SMIP,SMIK,SMEA.

3. PENDIDIKAN LUAR BIASA

Pendidika luar biasa merupakan pendidikan khusus yang diselenggarakan untuk


peserta didik yang menyandang kelainan fisik atau mental. Yang termasuk pendidikan
luar biasa adalah SDLB ( Sekolah Dasar Luar Biasa) untuk jenjang pendidikan
menengah masing-masing memiliki program khusus yaitu program untuk anak tuna netra,
tuna rungu, dan tukna daksa serta tuna grahita. Untuk pengadaan gurunya disediakan
SGPLB (Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa) serata dengan diploma III.

9
4. PENDIDIKAN KEDINASAN

Pendidikan kedianasan merupan pendidikan khusus yang diselenggarakan untuk


meningkatkan kemampuan dalam pelaksanaan tgas kedinasan bagai pegawai atau calon
pegawai suatu departemen pemintah atau lemabaga pemirintah nondepartemen.

Pendidikan kedinasan daat terdiri dari pendidikan tingkat menengah dan pendidikan
tingkat tinggi. Yang termasuk pendidikan tengkat menengah dan pendidikan tinggi seperti
SPK ( Sekolah Perawat Keseahatan) dan yang termasuk pendidikan tingkat tinggi seperti
APDN ( Akademik pemerintah Dalam Negri)

5. PENDIDIKAN KEAGAMAAN
Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan yang mempersiapka peserta didik
untuk dapat melaksanakan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan khusus
tentang ajaran agama. Pendidikan keagamaan dapat terdiri dari tinkat pendidikan
tinggi, yang termasuk tingkat pendidikan dasar misalnya : madrasah ibtidaiyah,
tingkat pendidikan menengah seperti tsanawiyah PGAN ( Pendidikan Guru Agama
Negeri) dan pendidikan tingkat tinggi seperti sekolah theologia, IAIN (istitut Agama
Islam Negeri) dan IHD (insitut Hindu Dharma)
Untuk pengadaan guru, disediakan lembaga pendidikan seperti PGAN
( pendidikan guru agama negeri) untuk agama islam atau sekolah theologi untuk
agama kristen.

b.kurikulum program pendidikan


konsep system pendidikan nasional direalisir melalui kurikulum.
Kurikulum memberi bekal pengetahuan, sikap, dan keterampilan kepada peserta
didik.
Makna nya ada di dalam arti kata dan deskripsi kurikulum yang diberikan oleh para
ahli. Istilah kurikulum asal mulanya dari dunia olahraga pada zaman Yunani Kuno.
Curir dalam bahasa Yunani Kuno berarti ‘pelari’ dan Curere artinya ‘tempat
berpacu’. Kurikulum kemudian diartikan ‘jarak yang harus ditempuh’ oleh pelari.
(Nana Sujana,1989: 4). Berdasarkan arti yang terkandung didalam rumusan tersebut
kurikulum dalam pendidikan dianalogikan sebagai arena tempat peserta didik ‘berlari’

10
untuk mencapai ‘finish’, berupa ijazah, diploma, atau gelar (Zais, 1976 yang dikutip
oleh Mohammad Ansyar dan H.Nurtain, 1992:7).
Selanjutnya deskripsi yang diberikan oleh beberapa penulis, kurikulum diartikan
sebagai :
 Seperangkat mata pelajaran dan materi pelajaran yang terorganisir (Hyemen,
1973).
 Rencana kegiatan untuk menentukan pengajaran (Macdonald, 1965)
 Rencana untuk membelajarkan peserta didik (Taba, 1962).
 Pengalaman belajar (Krug dan Edward A., 1956)

Dalam hubungan dengan pembangunan nasional, kurikulum pendidikan nasional


mengisi upaya pembentukan sumber daya manusia untuk pembangunan. Dalam kaitan
ini, kurikulum mengandung dua aspek yaitu :

 Aspek kesatuan nasional, yang memuat unsur-unsur penyatuan bangsa.


 Aspek lokal, yang memuat sifat-sifat kekhasan daerah, baik yang berupa unsur
budaya, social maupun lingkungan alam, yang menghidupkan sifat
kebhinekaan dan kekayaan nasional.

UU RI NO. 2 Tahun 1989 Pasal 38 ayat 1 menyatakan adanya dua aspek nasional dan
local itu sebagai berikut : Pelaksanaan kegiatan pendidikan dalam suatu satuan
pendidikan didasarkan atas kurikulum yang berlaku secara nasional dan kurikulum
yang disesuaikan dengan keadaan serta kebutuhan lingkungan dan cirri khas suatu
pendidikan yang bersangkutan.

1) Kurikulum Nasional

Tujuan pendidikan nasional dinyatakan dalam UU RI NO. 2 tahun 1989 pasal 3, yaitu :

a) Terwujudnya bangsa yang cerdas.


b) Manusia yang utuh, beriman, dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
c) Berbudi pekerti luhur.
d) Terampil dan berpengetahuan.
e) Sehat jasmani dan rohani.
f) Berkepribadian yang mantap dan mandir.

11
g) Bertanggung jawab pada kemasyarakatan dan kebangsaan. Yang menjadi pertanyaan
ialah bagaimana tujuan nasional tersebut dapat dicapai melalui masing-masing satuan
pendidikan.

Masing-masing satuan pendidikan (menurut jalur, jenjang, dan jenis) mempunyai tugas untuk
mencapai tujuan nasional tersebut, disamping tujuan institusional yang diemban oleh masing-
masing satuan pendidikan. Ini berarti bahwa tujuan pendidikan nasional itu menjadi bagian
yang tak terpisahkan dari kurikulum masing-masing satuan pendidikan.
Kaitan antara tujuan pendidikan nasional dengan tujuan satuan pendidikan tersebut dapat
dilihat dalam bagan :

Filsafat/ Tujuan Tujuan Tujuan Tujuan


Dasar pendidikan Institusional Kulikuler instruksio
Negara nasional nal

Kurikulum menjembatani tujuan tersebut dengan praktek pengalaman belajar riil di


lapangan/sekolah. Dalam hubungan ini Soedijarto (Soedijarto, 1991: 145) merinci kurikulum
atas lima tingkatan, yaitu :

 Tujuan Institusional, yang menggambarkan berbagai kemampuan (pengetahuan,


keterampilan, nilai, dan sikap) yang harus dikuasai oleh peserta didik dari suatu
satuan pendidikan.
 Kerangka materi yang memberikan gambaran tentang bidang-bidang pelajaran yang
perlu dipelajari peserta didik untuk menguasai serangkaian kemampuan yang disebut
struktur program kurikulum.
 Garis besar materi dari suatu bidang pelajaran yang telah dipilih, biasa disebut GBPP
atau silabi.
 Panduan dan buku-buku pelajaran yang disusun untuk menunjang terjadinya proses
pembelajaran (pedoman guru dan buku paket belajar).
 Bentuk dan jenis kegiatan pembelajaran yang dialami oleh peserta didik, yaitu strategi
belajar mengajar.

Lima komponen kurikulum tersebut jika dilihat secara keseluruhan dapat dikelompokkan atas
: Tujuan pendidikan (butir 1), materi pendidikan (butir 2 s.d. 4), dan metodologi (butir 5).

Soedijarto menamakan butir 1 s.d. 4 sebagai kurikulum nasional, sedangkan butir 5 sebagai
implementasi kurikulum yang dianggap menjadi tanggung jawab guru dan kepala sekolah.

12
Disebut kurikulum nasional oleh karena tujuan dan materi pendidikan (butir 1 s.d. 4) tersebut
diperlukan sama pada setiap macam satuan pendidikan di seluruh Indonesia.

Mengenai isi kurikulum nasional itu di dalam UU RI No. 2 Tahun 1989 Pasal 30 ayat 1
dinyatakan : Isi kurikulum merupakan susunan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai
tujuan penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan dalam rangka upaya
pencapaian tujuan pendidikan nasional.

Ayat 2 menyatakan bahwa isi kurikulum setiap jenis jalur dan jenjang pendidikan wajib
memuat :

a) Pendidikan pancasila
b) Pendidikan agama, dan
c) Pendidikan kewarganegaraan.

Ayat 3 menyatakan bahwa isi kurikulum pendidikan dasar memuat sekurang-kurangnya


bahan kajian dan pelajaran tentang :

a) Pendidikan pancasila
b) Pendidikan agama
c) Pendidikan kewarganegaraan
d) Bahasa Indonesia
e) Membaca dan menulis
f) Matematika (termasuk berhitung)
g) Pengantar sains dan teknologi
h) Ilmu bumi
i) Sejarah nasional dan sejarah umum
j) Kerajinan tangan dan kesenian
k) Pendidikan jasmani dan kesehatan
l) Menggambar, serta
m) Bahasa inggris

Kemudian pasal 38 ayat 2 menyatakan “kurikulum yang berlaku secara nasional ditetapkan
oleh menteri, atau menteri lain, atau pimpinan lembaga pemerintahan non departemen
berdasarkan pelimpahan wewenang dan menteri.”

13
Dari uraian diatas menjadi jelas bahwa yang dimaksud dengan kurikulum nasional itu adalah
kurikulum yang mengandung cirri-ciri sebagai berikut :

 Diberlakukan sama pada setiap macam satuan pendidikan di seluruh Indonesia.


 Ditetapkan oleh pemerintah (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan atau Menteri lain
atau pimpinan lembaga pemerintahan non departemen berdasarkan pelimpahan
wewenang dari Menteri pendidikan dan kebudayaan).
 Tujuannya untuk menggalang kesatuan nasional dan pengendalian mutu pendidikan
secara nasional.

2) Kurikulum Muatan Lokal


a) Latar Belakang
Kenyataan menunjukkan bahwa setiap daerah di wilayah tanah air Indonesia memiliki cirri
khas mengenai adat istiadat, tata cara dan tata karma pergaulan, kesenian, bahasa, lisan
maupun tulisan, kerajinan, dan nilai-nilai kehidupannya masing-masing. Bahkan karena
keanekaragamannya itu bukan saja mengenai kebudayaannya, melainkan juga kondisi alam
dan lingkungan sosialnya.
Keanekaragaman budaya, lingkungan social, dan kondisi alam itu merupakan kekayaan hidup
bangsa Indonesia, oleh karena itu perlu dilestarikan dan dikembangkan melalui upaya
pendidikan. Sekolah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat, dan bertugas
menyiapkan peserta didik untuk tujuan kemasyarakatan.
Karena itu program pendidikan sekolah harus bermuatan unsur-unsur lingkungan yang
disebut muatan local, yang akan memelihara jalinan antara sekolah dengan lingkungannya.
Kenyataan sampai dengan tahun 80-an kurikulum di susun seluruhnya secara terpusat dan
tidak memberi peluang untuk dijalinnya muatan local yang beraneka ragam yang
mencerminkan kekhasan daerah.
Dilihat dari segi peserta didik kemungkinan untuk memahami materi kurikulum yang sifatnya
terpusat itu akan rendah karena isi program dirasakan dan tidak sesuai dengan kebutuhan
belajarnya, serta menjadikan peserta didik asing terhadap lingkungannya.
Kesungguhan pemerintah dalam merealisasikan pemikiran mengenai muatan local tersebut,
yang dimulai pada sekolah dasar, diwujudkan dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan RI No. 0412/U/1987 Tanggal 11 Juli 1987 tentang Penerapan Muatan Lokal
Sekolah Dasar.

14
Kemudian disusul dengan penjabaran pelaksanaanya dalam keputusan Direktur Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah No.173/C/Kep/M/87 Tanggal 7 Oktober 1987. Dalam
kata sambutan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada Buku Petunjuk Penerapan
Kurikulum Sekolah dasar sebagai berikut : “Dalam hal ini harus diingat bahwa adanya
muatan local dalam kurikulum bukan bertujuan agar anak terjerat dalam lingkungannya
semata-mata. Semua anak sekolah berhak mendapat kesempatan guna lebih terlibat dalam
mobilitas yang melampaui batas lingkungannya sendiri.”

b) Pengertian Muatan Lokal


Muatan local adalah program pendidikan yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan
dengan lingkungan alam, lingkungan social, dan lingkungan budaya serta kebutuhan daerah.
Yang dimaksud dengan isi dalam penjelasan tersebut adalah materi pelajaran yang dipilih
dari lingkungan dan dijadikan program untuk dipelajari oleh murid dibawah bimbingan guru
guna mencapai tujuan muatan local. Dan yang dimaksud dengan media penyampaian ialah
metode dan berbagai alat bantu pembelajaran yang digunakan dalam menyajikan isi muatan
local. Jadi isi program dan media penyampaian muatan local diambil dari dan menggunakan
sumber lingkungan yang dekat dengan kehidupan peserta didik.
Yang dimaksud lingkungan alam adalah lingkungan yang terdiri dari lingkungan hidup
(biotic) yang meliputi tumbuh-tumbuhan, hewan,manusia,dan lingkungan tak hidup (abiotik)
yang meliputi tanah (daratan),air (kolam,danau,sungai,waduk,laut) dan udara. Antara
lingkungan biotic dengan lingkungan abiotik terjadi interaksi dan saling bergantung. Dilihat
dari letak geografisnya, lingkungan alam meliputi :
1) Daerah pantai
2) Daratan rendah
3) Daratan Tinggi
4) Pegunungan/gunung.
Selanjutnya lingkungan sosial dalam pola kehidupan tertentu di daerah adalah lembaga-
lembaga masyarakat dan peraturan-peraturan yang ada dan berlaku di daerah dimana murid
dan sekolah itu berada. Contoh lembaga masyarakat seperti RT, RW, Kelurahan, LKMD,
puskesmas, dan lain-lain.
Adapun yang dimaksud dengan lingkungan budaya daerah dalam suatu pola kehidupan
meliputi bahasa daerah, kesenian daerah, adat istiadat, tata krama daerah, keterampilan
fungsional yang khas daerah. Selanjutnya, lingkungan sosial dan budaya yang terdapat dalam

15
pola kehidupan daerah karena keanekaragamannya disederhanakan dan diklasifikasikan
menjadi delapan kelompok. Pola kehidupan tersebut, yaitu :
1) Perikanan darat dan laut
2) Peternakan
3) Persawahan
4) Perladangan dan perkebunan
5) Perdagangan, termasuk didalamnya jasa
6) Industri kecil, termasuk didalamnya industri rumah tangga
7) Industri besar
8) Pariwisata

Kemudian jika lingkungan alam digabungkan (dipasangkan) dengan pola kehidupan akan
membentuk 4x8=32 variasi. Dapat dipastikan bahwa salah satu dari variasi tersebut pasti
terdapat pada setiap daerah di Indonesia.

c) Tujuan muatan lokal


Tujuan dilaksanakannya muatan lokal dalam kurikulum SD dapat dilihat dari segi
kepentingan nasional dan kepentingan peserta didik. Dalam hubungannya dengan
kepentingan nasional, muatan lokal dapat :
1) Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan yang khas daerah.
2) Mengubah nilai dan sikap masyarakat terhadap lingkungan ke arah yang positif.

Dari sudut kepentingan peserta didik muatan lokal dapat :


1) Meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap lingkungannya (lingkungan alam,
sosial, dan budaya).
2) Mengakrabkan peserta didik denga lingkungannya sehingga mereka tidak asing
dengan lingkungannya.
3) Menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari untuk memecahkan
masalah yang ditemukan di lingkungan sekitarnya.
4) Memanfaatkan sumber belajar yang kaya yang terdapat di lingkungannya.
5) Mempermudah peserta didik menyerap mereka materi pelajaran

16
C. Hirarki Tujuan Pendidikan Nasional dan Ciri-cirinya

a.  Hirarki Tujuan Pendidikan Nasional


Tujuan pendidikan dan pengajaran dapat dibedakan dan disusun menurut hirarki
sebagai berikut: tujuan umum, tujuan institusional, tujuan kurikuler, dan tujuan intruksional.
1.      Tujuan umum pendidikan nasional Indonesia
Yaitu manusia yang berjiwa pancasila.
2.      Tujuan Institusional
Yaitu tujuan pendidikan yang akan dicapai menurut jenis dan tingkatan sekolah atau
lembaga pendidikan masing-masing, biasanya tercantum dalam kurikulum sekolah atau
lembaga pendidikan yang harus dicapai setelah selesai belajar, Tujuan Institusional ini
berbentuk Standar Kompetensi Lulusan. Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan
pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai pedoman penilaian dalam menentukan
kelulusan peserta didik.
Standar Kompetensi Lulusan tersebut meliputi standar kompetensi lulusan minimal
satuan pendidikan dasar dan menengah, standar kompetensi lulusan minimal kelompok
mata pelajaran, dan standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 23 Tahun 2006
menetapkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah. Lampiran Permen ini meliputi :
·         SKL Satuan Pendidikan & Kelompok Mata Pelajaran
·         SKL Mata Pelajaran SD-MI
·         SKL Mata Pelajaran SMP-MTs
·         SKL Mata Pelajaran SMA-MA
·         SKL Mata Pelajaran PLB ABDE
·         SKL Mata Pelajaran SMK-MAK 7
   
3.      Tujuan kurikuler
Yaitu tujuan kurikulum sekolah yang telah diperinci menurut bidang studi atau mata
pelajaran atau kelompok mata pelajaran.

4.      Tujuan intruksional

17
Yaitu tujuan pokok bahasan atau tujuan sub pokok bahasan yang diajarkan oleh
guru. Tujuan intruksional dibedakan menjadi dua macam yaitu tujuan intruksional umum
(TIU) dan tujuan intruksional khusus (TIK).
i.       Umumnya tujuan intruksional umum berada pada tiap-tiap pokok bahasan yang telah
dirumuskan didalam kurikulum sekolah, khususnya didalam Garis-Garis Besar Program
Pengajaran (GBPP).
ii.      Tujuan intruksional khusus adalah tujuan pengajaran yang diharapkan dapat dicapai oleh
siswa pada akhir tiap jam pelajaran, biasanya dibuat oleh guru yang dimuatkan didalam
satuan pelajaran (satpel).

b.    Ciri-ciri Pendidikan Nasional


Cara melaksanakan sistem pendidikan di Indonesia sudah tentu tidak terlepas dari
tujuan pendidikan di Indonesia, sebab pendidikan Indonesia yang dimaksud di sini ialah
pendidikan yang dilakukan di bumi Indonesia untuk kepentingan bangsa Indonesia.
Pengembangan pikiran sebagian besar dilakukan di sekolah-sekolah atau perguruan-
perguruan tinggi melalui bidang studi yang mereka pelajari. Pikiran para siswa/mahasiswa
diasah melalui pemecahan soal-soal, pemecahan berbagai masalah, menganalisis sesuatu
serta menyimpulkannya.
.

18
BAB III
KESIMPULAN

Pendidikan selalu berkaitan dengan manusia, dan hasilnya tidak segera


tampak. Diperlukan satu generasi untuk melihat suatu akhir dari pendidikan itu. Oleh
karena itu apabila terjadi suatu kekeliruan yang berakibat kegagalan, pada umumnya
sudah terlambat untuk memperbaikinya. Kenyataan ini menuntut agar pendidikan itu
dirancang dan dilaksanakan secermat mungkin dengan memperhatikan sejumlah
landasan dan asas pendidikan.
Semoga apa yang kami sampaikan berguna bagi kedepannya, dan menjadi
tolak ukur bagi kita untuk menuju sebuah kemajuan dalam dunia pendidikan kita.

PENUTUP

Demikian makalah ini penulis buat guna memenuhi tugas mata Kuliah
Pengantar Pendidikan, semoga dapat bermanfaat bagi bangsa dan Negara pada
umumnya dan mahasiswa FKIP UPY Fakultas Matematika serta rekan-rekan kelas
1A1 Pada khususnya. Saran dan keritik yang sifatnya membangun sangat penulis
harafkan guna kesempurnaan penyusunan makalah selanjutnya.

19

Anda mungkin juga menyukai