Anda di halaman 1dari 4

LETAK PERBEDAAN PELAKSANAAN KURIKULUM SEKOLAH BIASA

DENGAN SEKOLAH LUAR BIASA (INKLUSI)

Menurut Hilda Taba (Taba, 1962,pp. 10-11), kurikulum merupakan rencana


pembelajaran yang berkaitan dengan proses dan pengembangan individu anak didik.
Bagaimanapun polanya tiap kurikulum akan memeuat rencana-rencana yang mengarah pada
komponen-komponen tertentu yakni pernyataan tentang tujuan pembelajaran, seleksi dan
organisasi bahan pembelajaran, bentuk dan kegiatan belajar mengajar , serta evaluasi
pembelajaran.

Menurut J. Lioyd Trump dan Delmas E. Miller yang dikutip S. Nasution (Nasution ,
2001,p.6), kurikulum termasuk metode pembelajaran , cara mengevaluasi siswa dan program
pembelajaran, perubahan tenaga pengajar, bimbingan penyuluhan, supervise dan administrasi ,
alokasi waktu, jumlah ruangan, dan kemungkinan memilih mata pelajaran.

Adapun yang dimaksud dengan ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) dapat di definisikan
sebagai berikut :

Menurut Kuauffman, Hallahan dan Delphi bahwa anak-anak yang berkebutuhan khusus
dapat meliputi anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunalaras, dan tuna daksa, berbakat.
Sedangkan anak-anak berkesulitana belajar , serta anak dengan berkecacatan ganda merupakan
anak yang relative mengalami hambatan dalam perkembangan, maupun dalam kariernya.
Berbagai macam problem yang sering mereka hadapi, baik problem dibidang akademik,
psikologis, maupun problem-problem sosial (Delphie, 2006,p.15).

Menurut Aqila Smart, ABK adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda
dengan anak pada umumnya. Anak yang dalam proses pertumbuhannya mengalami kelainan dan
penyimpangan fisik, mental, intelektual, sosial dan emosional disbanding dengan anak-anak lain
seusianya, sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus (Aqila Smart, 2010,p.33).

Dari uraian di atas mengenai ABK, maka dapat disimpulkan bahwa ABK adalah anak
yang mengalami kelainan dengan karakteristik khusus yang membedakannya dengan anak
normal pada umumnya serta memerlukan pendidikan khusus sesuai dengan jenis kelainan yang
dimilikinya.

Kurikulum K13 adalah pengembangan dari kurikulum yang telah ada sebelumnya, yaitu
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006. Hanya saja yang menjadi titik
tekan pada kurikulum 2013 adalah adanya peningkatan dari keseimbangan soft skill dan hard
skill yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, sosial dan keterampilan.
Kurikulum2013 lebih menekankan pada pendidikan karakter, terutama pada tingkat
dasar, yang akan menjadi pondasi pada tingkta berikutnya. Melalui pengembangan kurikulum
yang berbasis karakter dan berbasis kompetensi, diharapakan bangsa ini menjadi bangsa yang
menciptakan generasi yang memiliki nilai tambah untuk dapat bersaing dengan Negara lain. Hal
ini dimungkinkan jika implementasi kurikulum 2013 benar- benar dapat menghasilkan insan
yang produktif, kreatif, inovatif, dan berkarakter.

Inti dari kurikulum 2013 ada pada upaya penyederhanaan dan tematik-intergratif.
Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan
beberapa mata pelajaran menjadi satu tema sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna
kepada siswa.

Penerapan kurikulum 2013 di Indonesia pada seluruh sekolah formal diterapkan tahun
2014 begitu juga penerapan di sekolah luar biasa. Dalam pendidikan tidak membedakan anak
yang memiliki IQ rendah pada kecacatan anak berkebutuhan khusus ataupun anak normal.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2013 pasal 11 ayat 1 dan 2 tentang hak dan kewajiban
pemerintah dan pemerintah daerah sebagai berikut :

Berdasarkan pasal 11 ayat 1:

“Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta
menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga Negara tanpa
diskriminasi”.

Berdasarkan pasal 11 ayat 2 :

“Pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib menjamin tersedianya dana guna
terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga Negara yang berusia 7-15 tahun.

Dalam hal memenuhi ha katas ABK (anak berkebutuhan khusus), maka dicetuskan
sekolah inklusi. Sekolah inklusi merupakan sekolah umum yang menyelenggarakan pendidikan
khusus. Khusus artinya sekolah inklusi menggabungkan penyelenggaraan bagi Anak
Berkebutuhan Khusus ( ABK ) dengan anak normal lainnya.

Dalam rangka pemenuhan hak asasi pendidikan secara memadai untuk ABK yang masih
belum terpenuhi haknya, maka pada tahun 2013 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
menyiapkan adaptasi kurikulum 2013 bagi ABK. Adapun bentuk adaptasi kurikulum tersebut
salah satunya dengan menggunakan media tiga dimensi.

Adapun pengembangan kurikulum 2013 untuk ABK disesuaikan dengan kemampuan


anak dan jenis hambatan atau kekurangannya. Anak harus dilatih kreatif, inisiatif dan kritis agar
potensi yang dimilikinya dapat berkembang. Guru lebih banyak berperan sebagai pembimbing
dan fasilator dalam proses pembelajaran.
Implementasi kurikulum 2013 pada sekolah biasa pada umumnya pasti akan berkaitan
dengan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), pada sekolah biasa silabus dan
RPP sudah lebih disederhanakan dan menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Penyusunan
silabus dilakukan oleh pemerintahan pusat yang juga bekerjasama dengan kementerian
pendidikan dan kebudayaan, para pendidik (guru), orang tua, dan oknum-oknum yang memiliki
peran penting di dalam pendidikan. Sedangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
sendiri disusun menyesuaikan dengan silabus, juga disusun oleh pihak sekolah, RPP juga lebih
disederhanakan menyesuaikan dengan kondisi di lapangan, baik kondisi sekolah, para guru,
siswa, orang tua, dan lingkungan di sekitar sekolah.

Sedangkan pada sekolah ABK, adapun silabus dan Rencana Pelaksanaan Pendidikan
(RPP) dalam kurikulum Anak Berkebutuhan Khusus diseseuaikan dengan ketidakmampuan yang
diderita oleh peserta didik. Guru harus dapat membedakan dalam hal ketidakmampuan anak,
sehingga penenganan bagi anak berkebutuhan khusus mengalami penangan secara khusus juga.
Dalam hal evaluasinya tidak mementingkan penilaian kognitif, tetapi guru selalu memberikan
contoh dalam hal afektif maupun psikomotorik.

Kesimpulan

Dari pemparan diatas tentang implemtasi kurikulum pada sekolah biasa dan sekolah
inklusi atau sekolah Anak berkebutuhan Khusus dapat disimpulkan bahwa kurikulum itu sama
saja bagi anak normal (sekolah biasa) dan Anak Berkebutuhab Khusus (sekolah Inklusi), tetapi
pada strategi atau metode dalam penyampaian kepada anak berkebutuhan khusus berbeda. Oleh
karena itu, guru bukan hanya professional dalam mengajar, tetapi juga harus mempunyai
kompetensi. Apa lagi anak berkebutuhan khusus mempunyai psikologi yang berbeda dari anak
normal.
DAFTAR PUSTAKA

Hilda Taba (Taba, 1962,pp. 10-11), E. Miller, dkk, S. Nasution (Nasution , 2001,p.6),
Delphie,dkk (Delphie, 2006,p.15), (Aqila Smart, 2010,p.33), Undang-undang Nomor 20 Tahun
2013 pasal 11 ayat 1 dan 2.

Anda mungkin juga menyukai