Anda di halaman 1dari 31

ASPEK HUKUM

PELAKSANAAN
ANGGARAN PENDAPATAN
DAN BELANJA NEGARA
(APBN)
TAHUN ANGGARAN
 Tahun Anggaran meliputi masa satu tahun mulai dari tanggal 1
Januari sampai dengan 31 Desember.
 APBN dalam satu tahun anggaran meliputi :
 Hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan
bersih;
 Kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan
bersih;
 Penerimaan yang perlu dibayar kembali dan atau pengeluaran yang akan
diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun
pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
 Semua penerimaan dan pengeluaran negara dilakukan melalui
Rekening Kas Umum Negara Treasury Single Account
(TSA)
Dokumen Pelaksanaan Anggaran

1) Setelah APBN ditetapkan, Menteri Keuangan memberitahukan kepada semua


menteri/pimpinan lembaga agar menyampaikan dokumen pelaksanaan anggaran untuk
masing-masing kementrian negara/lembaga.
2) Menteri/pimpinan lembaga menyusun dokumen pelaksanaan anggaran untuk kementrian
negara/lembaga yang dipimpinnya berdasarkan alokasi anggaran yang ditetapkan oleh
Presiden (Keppres Rincian APBN).
3) Di dalam dokumen pelaksanaan anggaran, diuraikan sasaran yang hendak dicapai,
fungsi, program dan rincian kegiatan, anggaran yang disediakan untuk mencapai
sasaran tersebut, dan rencana penarikan dana tiap-tiap satuan kerja, serta pendapatan
yang diperkirakan.
4) Pada dokumen pelaksanaan anggaran dilampirkan rencana kerja dan anggaran Badan
Layanan Umum dalam lingkungan kementrian negara yang bersangkutan.
5) Dokumen pelaksanaan anggaran yang telah disahkan oleh Menteri Keuangan
disampaikan kepada menteri/pimpinan lembaga, kuasa bendahara umum negara, dan
Badan Pemeriksa Keuangan.

Pasal 14 UU 1 Th 2004
Jenis-Jenis DIPA
a. DIPA Kementerian Negara/Lembaga :
1) DIPA Satker Pusat/Kantor Pusat
2) DIPA Satker Vertikal/ Kantor Daerah
3) DIPA Dana Dekonsentrasi (SKPD Provinsi)
4) DIPA Tugas Pembantuan (SKPD Prov/Kab/Kota)
b. DIPA Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan (DIPA
APP)
1) DIPA Belanja Pemerintah Pusat
2) DIPA Belanja Daerah
3) DIPA Pembiayaan
4) DIPA Khusus
DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN
ANGGARAN (DIPA)
1. Surat Pengesahan DIPA (SP DIPA), berisi informasi mengenai hal - hal yang
disahkan dari DIPA dan ditandatangani oleh DirjenPerbendaharaan atau
Kakanwil DJPB atas nama Menteri Keuangan.
2. DIPA halaman I (Umum), terdiri dari halaman IA dan halaman IB. Halaman IA
memuat informasi yang bersifat umum dari setiap satuan kerja. Halaman IB
memuat informasi umum tentang rincian fungsi, program dan sasarannya serta
indikator keluaran untuk masing2 kegiatan.
3. DIPA halaman II, berisi informasi setiap satuan kerja, uraian kegiatan / sub
kegiatan beserta volume keluaran yang hendak dicapai serta alokasi dana pada
masing-masing belanja yang dicerminkan dalam MAK
4. DIPA halaman III, berisi informasi tentang rencana penarikan dana dan
penerimaan negara bukan pajak yang menjadi tanggungjawab setiap satuan
kerja
5. DIPA halaman IV, berisi catatan-catatan yaitu hal-hal yang perlu menjadi
perhatian oleh pelaksana kegiatan
DIPA INDUK:
DIPA Induk adalah Dokumen Pelaksanaan
Anggaran Kantor Pusat Kementerian
Negara/Lembaga. Penelaahan DIPA dilakukan
secara bersama antara Direktorat Pelaksanaan
Anggaran Direktorat Jenderal Perbendaharaan
dengan Kementerian Negara/Lembaga terkait.
Menteri/Pimpinan Lembaga atau pejabat yang
ditunjuk menetapkan DIPA dan Direktur
Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri
Keuangan mengesahkan DIPA
DIPA PETIKAN:
DIPA Petikan adalah Dokumen pelaksanaan
anggaran Kantor Daerah/Instansi Vertikal
Kementerian Negara/Lembaga. Penelaahan DIPA
dilakukan secara bersama antara Kanwil Ditjen
Perbendaharaan dengan Kantor Daerah/Instansi
Vertikal Kementerian Negara/Lembaga. Kepala
Kantor Daerah/Instansi Vertikal Kementerian
Negara /Lembaga atau pejabat yang ditunjuk
menetapkan DIPA dan Kepala Kanwil Direktorat
Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri
Keuangan mengesahkan DIPA
DIPA dalam rangka Pelaksanaan
Dekonsentrasi :
DIPA dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi adalah
dokumen pelaksanaan anggaran dalam rangka
pelimpahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah
kepada Gubernur sebagai wakil Pemerintah dan/atau
kepada Instansi Vertikal di wilayah tertentu. Penelaahan
DIPA dilakukan secara bersama antara Kanwil
Direktorat Jenderal Perbendaharaan dengan Dinas
terkait atas nama Gubernur. Gubernur/Kepala Dinas
atau pejabat yang ditunjuk menetapkan DIPA dan
Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan
mengesahkan DIPA
DIPA dalam rangka Pelaksanaan Tugas
Pembantuan :
DIPA dalam rangka pelaksanaan Tugas Pembantuan adalah
dokumen pelaksanaan anggaran dalam rangka penugasan
dari Pemerintah kepada Daerah dan/atau Desa untuk
melaksanakan tugas tertentu. Penelaahan DIPA dilakukan
secara bersama antara Direktorat Pelaksanaan Anggaran
Ditjen Perbendaharaan dengan Kementerian
Negara/Lembaga terkait. Menteri/Pimpinan Lembaga atau
pejabat yang ditunjuk menetapkan DIPA dan Direktur
Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan
mengesahkan DIPA
DIPA ANGGARAN PEMBIAYAAN DAN
PERHITUNGAN
1) Cicilan Bunga Utang (BA 061)
2) Subsidi dan Transfer (BA 062)
3) Belanja Lain-Lain (BA 069)
4) Dana Perimbangan (BA 070)
5) Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian (BA 071)
6) Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negari (BA 096)
7) Pembayaran Cicilan Pokok Utang Dalam Negeri (BA 097)
8) Penerusan Pinjaman sebagai Pinjaman (BA 098)
9) Penyertaan Modal Negara (BA 099)
10) Penerusan Pinjaman sebagai Hibah (BA 101)
11) Penerusan Hibah sebagai Hibah (BA 102)

10
PELAKSANAAN
ANGGARAN
KETENTUAN UMUM
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan

 Setiap kementrian negara/lembaga/satuan kerja


perangkat daerah yang mempunyai sumber pendapatan
wajib mengintentifkan perolehan pendapatan yang
menjadi wewenang dan tanggung jawabnya.
 Penerimaan harus disetor seluruhnya ke Kas
Negara/Daerah pada waktunya yang selanjutnya diatur
dalam peraturan pemerintah.
 Penerimaan kementrian negara/lembaga/satuan kerja
perangkat daerah tidak boleh digunakan langsung
untuk membiayai pengeluaran.
 Penerimaan berupa komisi, potongan, ataupun bentuk
lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan
barang/jasa oleh negara/daerah adalah hak
negara/daerah
PELAKSANAAN ANGGARAN BELANJA

 Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna


Anggaran melaksanakan kegiatan sebagaimana
tersebut dalam dokumen anggaran yang telah
disahkan (DIPA)
 Untuk melaksanakan kegiatan tersebut, PA/KPA
berwenang mengadakan ikatan/perjanjian
dengan pihak lain dalam batas anggaran yang
telah ditetapkan.
WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB ATAS
PEMBEBANAN ANGGARAN
• Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran berhak untuk menguji,
membebankan pada mata anggaran yang telah disediakan, dan memerintahkan
pembayaran tagihan-tagihan atas beban APBN/APBD.
• Untuk melaksanakan ketentuan tersebut, Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna
Anggaran berwenang :
a. menguji kebenaran material surat-surat bukti mengenai hak pihak penagih;
b. meneliti kebenaran dokumen yang menjadi persyaratan/ kelengkapan
sehubungan dengan ikatan/perjanjian pengadaan barang/jasa;
c. meneliti tersedianya dana yang bersangkutan;
d. Membebankan pengeluaran sesuai dengan mata anggaran pengeluaran yang
bersangkutan;
e. Memerintahkan pembayaran atas beban APBN/APBD.
• Pejabat yang menandatangani dan/atau mengesahkan dokumen yang berkaitan
dengan surat bukti yang menjadi dasar pengeluaran atas beban
APBN/APBD bertanggung jawab atas kebenaran material dan akibat yang
timbul dari penggunaan surat bukti dimaksud.
PEMBAYARAN OLEH BUN/KUASA BUN

• Pembayaran atas tagihan yang menjadi beban APBN dilakukan


oleh Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara.
• Dalam rangka pelaksanaan pembayaran sebagaimana dimaksud
Bendahara Umum Negara /Kuasa Bendahara Umum Negara
berkewajiban untuk :
a. Meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran;
b. menguji kebenaran perhitungan tagihan atas beban APBN yang
tercantum dalam perintah pembayaran;
c. menguji ketersediaan dana yang bersangkutan;
d. memerintahkan pencairan dana sebagai dasar pengeluaran negara;
e. Menolak pencairan dana, apabila perintah pembayaran yang
diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran
tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
Kewajiban dan Tanggung Jawab Bendahara
Pengeluaran atas Uang Persediaan

• Bendahara Pengeluaran wajib menolak perintah


bayar dari Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna
Anggaran apabila persyaratan di atas tidak dipenuhi.
• Bendahara Pengeluaran bertanggung jawab secara
pribadi atas pembayaran yang dilaksanakannya.
• Pengecualian dari ketentuan dimaksud diatur dalam
peraturan pemerintah.
P E N G E LO L A A N UA N G
NEGARA
Pengelolaan Kas Umum Negara
• Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum
Negara berwenang mengatur dan
menyelenggarakan rekening pemerintah.
• Dalam rangka penyelenggaraan rekening
pemerintah sebagaimana dimaksud,
Menteri Keuangan membuka Rekening Kas
Umum Negara.
• Uang negara disimpan dalam Rekening Kas
Umum Negara pada bank sentral.
Pengelolaan Kas Umum Negara
 Dalam pelaksanaan operasional penerimaan
dan pengeluaran negara, Bendahara Umum
Negara dapat membuka Rekening Penerimaan
dan Rekening Pengeluaran pada bank umum.
 Rekening Penerimaan digunakan untuk
menampung penerimaan negara setiap hari.
 Saldo Rekening Penerimaan setiap akhir hari
kerja wajib disetorkan seluruhnya ke Rekening
Kas Umum Negara pada bank sentral.
Pengelolaan Kas Umum Negara
 Dalam hal kewajiban penyetoran tersebut secara
teknis belum dapat dilakukan setiap hari, Bendahara
Umum Negara mengatur penyetoran secara berkala.
 Rekening Pengeluaran pada bank umum diisi
dengan dana yang bersumber dari Rekening Kas
Umum Negara pada bank sentral.
 Jumlah dana yang disediakan pada Rekening
Pengeluaran sebagaimana dimaksud , disesuaikan
dengan rencana pengeluaran untuk membiayai
kegiatan pemerintahan yang telah ditetapkan dalam
APBN.
BUNGA DAN/ATAU JASA GIRO PADA
BANK SENTRAL
 Pemerintah Pusat memperoleh bunga
dan/atau jasa giro atas sana yang
disimpan pada bank sentral.
 Jenis dana, tingkat bunga dan/atau
jasa giro sebagaimana dimaksud , serta
biaya sehubungan dengan pelayanan
yang diberikan oleh bank sentral,
ditetapkan berdasarkan kesepakatan
Gubernur bank sentral dengan Menteri
Keuangan.
 Pemerintah Pusat/Daerah berhak memperoleh bunga
dan/atau jasa giro atas dana yang disimpan pada bank
umum.
 Bunga dan/atau jasa giro yang diperoleh Pemerintah
Pusat/Daerah sebagaimana dimaksud didasarkan pada
tingkat suku bunga dan/atau jasa giro yang berlaku.
 Biaya sehubungan dengan pelayanan yang diberikan oleh
bank didasarkan pada ketentuan yang berlaku pada bank
umum yang bersangkutan.
 Bunga dan/atau jasa giro yang diperoleh Pemerintah
merupakan Pendapatan Negara/Daerah.
 Biaya sehubungan dengan pelayanan yang diberikan oleh
bank umum dibebankan pada Belanja Negara/Daerah.
 Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara
dalam hal tertentu dapat menunjuk badan lain untuk
melaksanakan penerimaan dan/atau pengeluaran negara
untuk mendukung kegiatan operasional kementerian
negara/lembaga.
 Penunjukan badan lain dimaksud dilakukan dalam suatu
kontrak kerja.
 Badan lain yang ditunjuk berkewajiban menyampaikan
laporan secara berkala kepada Bendahara Umum
Negara mengenai pelaksanaan penerimaan dan/atau
pengeluaran sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.
Pelaksanaan Penerimaan Negara oleh K/L

1. Menteri/pimpinan selakuPengguna Anggaran dapat


membuka rekening untuk keperluan pelaksanaan
penerimaan di lingkungan kementerian
negara/lembaga yang bersangkutan setelah
memperoleh persetujuan dari Bendahara Umum
Negara.
2. Menteri/pimpinan lembaga mengangkat bendahara
untuk menatausahakan penerimaan negara di
lingkungan kementerian negara/lembaga.
3. Dalam rangka pengelolaan kas, Bendahara
Umum Negara dapat memerintahkan
pemindahbukuan dan/atau penutupan rekening
dimaksud.
Pengelolaan Uang Persediaan
1. Menteri/pimpinan lembaga dapat membuka rekening
untuk keperluan pelaksanaan pengeluaran di
lingkungan kementerian negara/lembaga yang
bersangkutan setelah mendapat persetujuan dari Menteri
Keuangan selaku Bendahara Umum Negara.
2. Menteri/pimpinan lembaga mengangkat bendahara untuk
mengelola uang yang harus dipertanggungjawabkan dalam
rangka pelaksanaan pengeluaran kementerian
negara/lembaga.
3. Dalam rangka pengelolaan kas, Bendahara Umum
Negara dapat memerintahkan pemindahbukuan dan/atau
penutupan rekening sebagaimana dimaksud.
P E NA TAU S A H A A N DA N
P E RTA N G G U N G JAWA B A N
APBN/APBD
Akuntansi Keuangan
Menteri Keuangan/Pejabat Pengelola Keuangan Daerah selaku
Bendahara Umum Negara/Daerah menyelenggarakan akuntansi
atas transaksi keuangan, aset, utang, dan ekuitas dana, termasuk
transaksi pembiayaan dan perhitungannya.
Menteri/pimpinan lembaga/kepala satuan kerja perangkat
daerah selaku Pengguna Anggaran menyelenggarakan akuntansi
atas transaksi keuangan, aset, utang, dan ekuitas dana,
termasuk transaksi pendapatan dan belanja, yang berada dalam
tanggung jawabnya.
Akuntansi dimaksud digunakan untuk menyusun laporan keuangan
Pemerintah Pusat/Daerah sesuai dengan standar akuntansi
pemerintahan.
PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN
 Bendahara Penerimaan/
Penerimaan/Bendahara Pengeluaran bertanggung jawab
secara fungsional atas pengelolaan uang yang menjadi tanggung
jawabnya kepada Kuasa Bendahara Umum Negara/Bendahara
Negara/Bendahara Umum
Daerah.
 Kuasa Bendahara Umum Negara bertanggung jawab kepada
Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara dari segi hak dan
ketaatan kepada peraturan atas pelaksanaan penerimaan dan
pengeluaran yang dilakukannya.
dilakukannya.
 Kuasa Bendahara Umum Negara bertanggung jawab kepada Presiden
dari segi hak dan ketaatan kepada peraturan atas pelaksanaan
penerimaan dan pengeluaran yang dilakukannya.
dilakukannya.
 Bendahara Umum Daerah bertanggung jawab kepada
gubernur/
gubernur/bupati/
bupati/walikota dari segi hak dan ketaatan kepada peraturan
atas pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran yang dilakukannya.
dilakukannya.
Laporan Keuangan
• Menteri Keuangan selaku pengelola
fiskal menyusun Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat untuk disampaikan
kepada Presiden dalam rangka
memenuhi pertanggungjawaban
pelaksanaan APBN.
PEMBATASAN DALAM ABN
 Jumlah dana yang dimuat dalam ABN merupakan batas
tertinggi untuk tiap-tiap pengeluaran
 Pimpinan dan atau pejabat departemen/lembaha/pemerintah
daerah tidak diperkenankan melakukan tindakan yang
mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran belanja
negara, jika dana untuk membiayai tindakan tersebut tidak
tersedia atau tidak cukup tersedia dalam ABN
 Pimpinan dan atau pejabat departemen/lembaga/pemerintah
daerah tidak diperkenankan melakukan pengeluaran atas
beban anggaran belanja negara untuk tujuan lain dari yang
ditetapkan dalam ABN
 Dalam penyediaan ABN diutamakan untuk penyediaan
belanja operasional dan pemeliharaan atas barang milik
negara.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai