Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

IDENTIFIKASI BAKTERI

A. JUDUL PRAKTIKUM

“Identifikasi Bakteri dan Pewarnaan Gram”

B. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Menerapkan pengetahuan mengenai morfologi sel serta ciri-ciri fisiologi sel


untuk mengidentifikasinya
2. Dapat melakukan prosedur pewarnaan gram
3. Dapat melakukan uji katalase

C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM

1. Kaca objek
2. Spidol
3. Biakan: S.Aureus, B.Cereus, K. Pnemu
4. Pembakar Bunsen
5. Alkohol 95% untuk membersihkan kaca-kaca objek
6. Pewarna Gram: Ungu Kristal,larutan iodium, alcohol 95% dan safranin
7. Bak pewarna
8. Aquades dalam botol pijit
9. Kertas serap
10. Minyak celup (minyak Imersi)
11. Kertas lensa
D. LANDASAN TEORI

Sel bakteri memiliki panjang yang beragam, sel beberapa spesies dapat  berukuran 100 kali lebih
panjang daripada sel spesies yang lain. Bakteri merupakan makhluk hidup dengan ukuran antara
0,1 sampai 0,3 µm. Bentuk bakteri bermacam -macam yaitu elips, bulat, batang dan spiral.
Bakteri lebih sering diamati dalam olesan terwarnai dengan suatu zat pewarna kimia agar mudah
diamati atau dilihat dengan  jelas dalam hal ukuran, bentuk, susunan dan keadaan struktur
internal dan butiran. Sel sel individu bakteri dapat berbentuk seperti bola/elips, batang (silindris),
atau spiral (heliks) (Pelczar & Chan, 2009). Bakteri merupakan organisme prokariot. Umumnya
ukuran bakteri sangat kecil, bentuk tubuh bakteri baru dapat dilihat dengan menggunakan
mikroskop dengan pembesaran 1.000 X atau lebih. Pada umumnya  bakteri bersifat tembus
cahaya, hal ini disebabkan karena banyak bakteri yang tidak mempunyai zat warna (Waluyo,
2008) . Zat warna adalah senyawa kimia berupa garam-garam yang salah satu ionnya  berwarna.
Garam terdiri dari ion bermuatan positif dan ion bermuatan negatif. Senyawa-senyawa kimia ini
berguna untuk membedakan bakteri-bakteri karena reaksinya dengan sel bakeri akan
memberikan warna berbeda. Perbedaan inilah yang digunakan sebagai dasar pewarnaan bakteri.
(Pelczar & Chan, 2009).
Pewarnaan bakteri bertujuan untuk memudahkan melihat bakteri dengan mikroskop,
memperjelas ukuran dan bentuk bakteri, untuk melihat struktur luar dan struktur dalam bakteri
seperti dinding sel dan vakuola, menghasilkan sifat-sifat fisik dan kimia yang khas daripada
bakteri dengan zat warna, serta meningkatkan kontras mikroorganisme dengan sekitarnya.
Teknik pewarnaan warna pada bakteri dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu pengecatan
sederhana, pengecatan diferensial dan pengecatan struktural. Pemberian warna pada bakteri atau
jasad- jasad renik lain dengan menggunakan larutan tunggal suatu pewarna pada lapisan tipis,
atau olesan, yang sudah difiksasi, dinamakan pewarnaan sederhana. Prosedur pewarnaan yang
menampilkan perbedaan di antara sel-sel mikroba atau bagian-bagian sel mikroba disebut teknik
pewarnaan diferensial (Pelczar & Chan, 2009)
Uji katalase merupakan suatu pengujian terhadap bakteri tertentu untuk mengetahui apakan
bakteri tersebut merupakan bakteri aerob, anaerob fakultatif, atau anaerob obligat. Bakteri yang
memerlukan oksigen menghasilkan hydrogen peroksida yang sebenarnya beracun bagi bakteri
sendiri. Namun mereka dapat tetap hidup dengan adanya antimetabolit tersebut karena mereka
menghasilkan enzim katalase yang dapat mengubah hidogen peroksida menjadi air dan oksigen
dengan rekasi.Volk dan Wheeler, 1993).
E. CARA KERJA

Langkah-langkah praktikum sebagai berikut:

1) Bersihkan seluruh kaca objek yang tersedia dengan alcohol 95%


2) Lakukan penyiapan olesan bakteri yang diikuti fiksasi panas untuk masing-masing
biakan. Berikan nama biakan pada setiap olesan dibagian sisi kaca sebaliknya
3) Letakkan kaca-kaca objek yang mengandung olesan bakteri yang akan diwarnai diatas
bak pewarna. Genangi olesan tersebut dengan ungu kristal selama 1-2 menit
4) Dengan menggunakan penjepit. Kaca objek di miringkan untuk membuang kelebhan
ungu kristal. Olesan dibilas dengan aquades.Kaca objek ditiriskan dengan cara
menegakkan salah satu sisinya diatas kaca serap. Letakkan Kembali kaca objek diatas
bak pewarna
5) Genangi olesan dengan iodium gram selama 2 menit. Ulangi Langkah 4 untuk membuang
kelebihan pewarna
6) Cucilah olesan dengan alcohol 95% tetes demi tetes selama 10 detik sampai pewarna
ungu kristal tidak tampak lagi mengalir dari kaca objek. Ulangi Langkah 4
7) Genangi olesan dengan safranin selama 30 detik. Miringkan kaca objek untuk membuang
kelebihan safranin. Bilas olesan dengan aquades
8) Tiriskan kaca objek, serap kelebihan air dengan kertas serap
9) Amati masing-masing preparate di bawah mikroskop pada perbesaran 400x dan 1000x.
Gunakan minyak celup untuk perbesaran 1000x

F. HASIL PENGAMATAN

Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil pengamatan sebagai berikut:

Tabel hasil pengamatan:

Pengujian Mikroorganisme

S. Aureus B. Cereus K. Pnemu


Pewarnaan Gram Bentuk bulat, warna Bentuk batang, warna Bentuk batang, warna
ungu (gram +) Ungu (gram +) merah (gram -)
katalase Ada gelembung Ada gelembung Ada gelembung
H. PEMBAHASAN

Pada praktikum pewarnaan gram ini bertujuan untuk mengelompokkan bakteri ke dalam
bakteri negative dan bakteri positif. Isolat bakteri pada sampel adalah dominan bakteri gram
negative dimana isolat tersebut tidak murni karena sedikit bakteri tersebut terdapat zat warna
kristal violet sewaktu proses pewarnaan gram, sehingga koloni bakteri tanpak berwarna ungu
atau biru. Warna merah yang muncul menandakan bakteri gram negative karena hilangnya
pewarna kristal violet pada waktu decolorisasi dengan alcohol kemudian sel bakteri menyerap
sapranin. Karena bakteri gram negative mengandung lipid lebih rendah sehingga dinding sel
bakteri akan lebih mudah terdehidrasi akibat perlakuan dengan alcohol pemberian alcohol
berfungsi untuk dekolorisasi bakteri sehigga menyebabkan zat utama dalam sel muncul.Dinding
sel yang terdehidrasi menyebabkan daya permeabilitasnya berkurang sehingga zat warna ungu
kristal kluar dari sel kemudian sel akan menyerat supranin. Salah satu kemungkinan laen yang
menyebabkan warna biru keunguuan dan merah muncul bersamaan mungkin di karenakan
kurangnya pembilasan dengan air.

Pemeriksaan gram diindikasikan untuk memperoleh karakteristik dan klasifikasi bakteri


yang berasal dari specimen yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan klinis lebih
lanjut. Bakteri gram positif memiliki lapisan peptidoglikan sehingga akan berwarnna biru sampai
ungu sedangkan bakteri gram negative memiliki lapisan peptidoglikan tipis sehingga akan
berwarna merah sampai merah muda, Pewanaan gram dapat bermamfaat untuk mengidentifikasi
species bakteri pada berbagai penyakit inveksi seperti pneumonia, tonsilitis bacterial,meningitis,
dan gonorrhea ( fitri ,2011)

Dari hasil praktikum diperoleh sebagai berikut:

S.Aurius B.Cereus K.Penemu

Bentuknya bulat Bentuk batang Bentuk batang pendek

Warna ungu Warna Ungu Warna Merah

Gram + Gram + Gram –

Uji katalase dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya enzim katalase pada bakteri. Pengujian ini
menggunakan H2O2 3% karena H2O2 merupakan salah satu hasil respirasi aerobic bakteri,
dimana hasil respirasi tersebut justru dapat menghambat pertumbuhan bakteri karena bersifat
toksik bagi bakteri itu sendiri sehingga komponen ini harus dipecah agar tidak bersifat toksik
lagi. Pada saat melakukan respirasi salah satu komponen yang dihasilkan bakteri adalah H2O2.
Bakteri yang memiliki kemampuan memecah H2O2 dengan enzim katalase segera membentuk
suatu sistem pertahanan dari toksik H2O2 yang dihasilkan sendiri. Hasil uji katalase pada
percobaan ini adalah timbulnya gelembung-gelembung gas beberapa saat setelah H2O2 3%
diteteskan pada masing-masing bakteri staphilocuccus. Timbulnya gelembung menandakana
bahwa ketiga bakteri tersebut positif pada uji katalase karena menghasilkan gelembung gas O2.
Hal ini menunjukkan bahwa stapilococcus memiliki enzim katalase yang dapat memecah H2O2
menjadi H2O dan O2.Dengan demikian berdasarkan dari hasil praktikum diperoleh dari semua
biakan terdapat adanya gelembung
I. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Dari percobaan pewarnaan yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan :
o Pewarnaan bakteri dipengaruhi faktor-faktor antara lain fiksasi, pelunturan warna,
substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup
o Perbedaan pada garam negatif dan gram positif terletak pada warnanya pada gram positif
berwarna ungu kareana dapat mempertahankan zat pewarna kristal violet serta perbadaan
terjadi pada dinding selnya
o Larutan zat warna yang digunakan pada percobaan perwarnaan antara lain : alkohol,
carbol fuchsin, crystal violet, lugol’s iodida, dan safranin.

Tes biokimia untuk identifikasi mikroba stapilococcus dilakukan dengan uji katalase dan
terbentuk gelembung udara.

B.SARAN

            Sebaiknya pada praktikum dilakukan percobaab yang lain seperti pewarnaan kapsul,
basil tahan asam, dan perwarnaan fulton, diharapkan dengan mempelajari berbagai macam
metode pewarnaan lebih banyak mengenai tentang proses dan metode pewarnaan.
J. DAFTAR PUSTAKA

Fitri, L., Yekki Y., 2011, Isolasi Dan Pengamatan Morfologi Koloni
B a k t e r i Kitinolitik,Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi, Vol. 3 , No. 2.

Dwidjoseputro. 2010.  Dasar-Dasar Mikrobiologi Jakarta : Penerbit Djembatan

Pelczar., Michael J. dan E. C. S. Chan, 2009. Dasar-Dasar Mikroorganisme. Jakarta :


Universitas Indonesia Press

Waluyo, Lud. 2008. Teknik Metode Dasar Mikrobiologi. Malang: UMM Press

Volk dan Wheeler, 1993, Mikrobiologi Dasar, Erlangga: Jakarta.


LAPORAN PRAKTIKUM
IDENTIFIKASI BAKTERI RHIZOBIUM
PADA BINTIL AKAR KACANG TANAH

A. JUDUL PRAKTIKUM

“Identifikasi Bakteri Rhizobium pada Bintil Akar Kacang Tanah”

B. TUJUAN PRAKTIKUM

Mengamati bentuk bakteri Rhizobium

C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM

 Alat Praktikum
 Pinset
 Kaca objek
 Kaca penutup Mikroskop
 Silet/cutter
 Bahan Praktikum
Bintil Kacang tanah
D. LANDASAN TEORI

Bakteri berasal dari kata bakterion (Bahasa Yunani) yang berarti tongkat atau batang.
Bentuk bakteri dibagi atas tiga golongan, yaitu golongan basil (tongkat atau batang), golongan
kokus (bulat) dan spiril (bengkok). Bentuk tubuh bakteri dipengaruhi oleh keadaan medium dan
usia bakteri (Dwijosep Putro, 2010)
Rhizobium merupakan bakteri yang mampu bersimbiosis dengan tanaman leguminosa.
Akar tanaman akan menguarkan suatu zat yang merangsang aktifitas bakteri Rhizobium. Apabila
bakteri bersinggungan dengan akar rambut, akar rambut akan mengeriting. Setdelah memasuki
akar, bakteri akan berkembangbiak ditandai dengan pembengkakan. Pembengkakan akan
semakin besar dan akhirnya terbelkah bintil akar ( Hidayat, 2006)
Holl (1975) Cit Surtiningsih et.all (2009) karakteristik bakteri rhizobium secara
makroskopis adalah warna koloni putih susu, tidak transparan, bentuk koloni sirkulir kompleks,
semitranluser. Secara mikroskopis sel bakteri Rhizobium berkembangbiak, aerobi, garam
negative, bersifat mofil pada media cair, umumya memiliki satu flagella, polar atau subpolar

E. CARA KERJA

Langkah-langkah praktikum sebagai berikut:

1) Ambil bintil kacang tanah dan bersihkan dari kepingan tanah


2) Buatlah beberapa potongan bintil kacang tanah dengan cara memotong bimtil kacang
tanah dengan menggunakan pisau/cutter setipis mungkin
3) Letakkan diatas kaca objek potongan bintil tadi, lalu tutup dengan kaca penutup
4) Tekan hati-hati kaca penutup dengan pangkal pinset sehingga irisan kutil remuk
5) Amatilah preparate di bawah mikroskop
6) Gambarkanlah bentuk bakteri yang anda lihat

F. HASIL PENGAMATAN

Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil pengamatan sebagai berikut:


G. PERTANYAAN-PERTANYAAN

1. Apakah perbedaan bentuk bakteri Rhizobium dengan bakteri lainnya?


2. Apakah bakteri Rhizobium merugikan tumbuhan inangnya? Jelaskan!

Jawab:

1. dilihat dari bentuknya bakteri Rhizobium berbentuk bulat dengan permukaan


seperti kubah/kerucut, berwarna putih dan berkoloni

Bermanfaat sebagai bakteri penambat N2, sehingga tanaman mampu


memenuhi Sebagian besar kebutuhan Nitrogennya.

Bakteri rhizobium bersimbiosis dengan tanaman familia leguminoceae yakni


tanaman kacang-kacangan dengan membentuk bintil akar yang mengandung
mikroorganisme dan tempat berlangsungnya proses penambatan N2 dari udara

2. Bakteri Rhizobium tidak merugikan tanaman inangnya. Karena symbiosis antara


bakteri rhizobium dengan akar tanaman kacang-kacangan adalah symbiosis
mutualisme. Bakteri rhizobium dapat mengikat Nitrogen dalam hidupnya.
Sedangkan bakteri Rhizobium akan mendapatkan nutrisi dari tumbuhan sebagai
timbal baliknya. Tanaman polong-polongan dapt menambah kesuburan tanah
karena adanya bakteri Rhizobium. Bakteri Rhizobium memiliki kemampuan
untuk menangkap Nitrogen bebas dari udara yang dapat digunakan oleh
tumbuhan.
H. PEMBAHASAN

Bakteri Rhizobium adalah salah satu gontoh kelompok bakteri yang mampu
menyediakan hara bagi tanaman. Apabila bersimbiosis dengan tanaman legum,
kelompok bakteri ini akan menginfeksi akar tanaman dan membentuk bintil akar
didalamnya/ Rhizobium hanya akan dapat memfiksasi nitrogen atmosfer bila
bearada dalam bintil akar dari mitra legumnta. Peranan Bakteri Rhizobium
terhadap pertumbuhan tanaman khusunya berkaitan dengan ketersediaan nitrogen
bagi tanaman inangnya.

Dari hasil percobaan yang dilakukan karakteristik Bakteri Rhizobium


berbentuk bulat seperti kerucut, berwarna putih dan berkoloni-koloni.

Hal ini di pertegas oleh Surtiningsih, et al, ( 2009) memnjelaskan


karakteristik Bakteri Rhizobium secara makroskopis adalah warna koloni putih
susu, tidak transparan, bentuk koloni sirkuler, konveks,semitranslusen diameter 2-4
mm dalam waktu 3-5 hari pada agar khamir, manitol, garam mineral. Secara
mikroskopis sel Bakteri Rhizobium berbentuk batang aerobic, gram negative,
dengan ukuran 0,5 -0,9 x,1,2 – 3mikrometer. Bersifat motil pada media cair

I. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Dari percobaan diatas dapat di simpulkan bahwa Bakteri Rhizobium
berbentuk bulat seperti kerucut, berwarna putih dan berkoloni-koloni.

B.SARAN

            Sebaiknya pada praktikum dilakukan percobaab yang lain seperti mengamati
Bakteri Rhizobium pada akar tanaman leguminosiae yang lainnya
J. DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro. 2010.  Dasar-Dasar Mikrobiologi Jakarta : Penerbit Djembatan

Surtiningsih, T.,Farida dan T. Nurhariyati, 2009. Biofertilisasi Bakteri Rhizobium pada


tanaman kedelai (Glycine max (L) Merr.)
LAPORAN PRAKTIKUM IPA

A. JUDUL PRAKTIKUM

“Jamur yang di jumpai pada bahan makanan”

B. TUJUAN PRAKTIKUM

Mengenal/mengamati bentuk jamur pada bahan makanan

C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM

 Alat Praktikum
 Pipet
 Kaca objek
 Kaca penutup
 Mikroskop
 Jarum pentul
 Bahan Praktikum
- Jamur Roti
- Jamur Tempe
- Jamur Bonggol Jagung
-

D. LANDASAN TEORI

Jamur merupakan tanaman yang tidak memiliki klorofil sehingga tidak dapat melakukan
proses fotosintesis untuk menghasilkan makanan sendiri. Jamur hidup dengan cara mengambil
zat-zat makanan seperti selulosa, glukosa, lignin, protein dan senyawa pati dari organisme lain.
Di alam, zat-zat nutrisi tersebut biasanya telah tersedia dari proses pelapukan oleh aktivitas
mikroorganisme (Parjimo, 2007 dan Nunung, 2001).

Menurut Pasaribu (2002), jamur dapat tumbuh diantara jasad hidup (biotik) atau mati (abiotik),
dengan sifat hidup heterotrof (organisme yang hidupnya tergantung dari organisme lain) dan
saprofit (organisme yang hidup pada zat organik yang tidak diperlukan lagi atau sampah).

Menurut Agrios (1996), jamur adalah organisme kecil, umunya mikroskopis, eukariotik, berupa
filament (bening), bercabang, menghasilkan spora, tidak mempunyai klorofil, dan mempunyai
dinding sel yang mengandung kitin, selulosa atau keduannya. Sebagian besar dari 100.000
spesies jamur yang telah diketahui sangat saprofit, hidup pada bahan organic mati, yaitu
membantu pelapukan. Beberapa diantaranya lebih kurang 50 spesies, menyebabkan penyakit
pada manusia, dan lebih kurang sebanyak itu menyebabkan penyakit pada hewan, sebagian besar
dari pada itu berupa penyakit yang tidak berarti pada kulit atau anggota tubuh. Akan tetapi, lebih
dari 8.000 spesies jamur dapat menyebabkan penyakit pada tanaman. Semua tumbuhan diserang
oleh beberapa jenis jamur, dan setiap jenis parasit dapat menyerang satu atau banyak jenis
tumbuhan.

Menurut Zedan (1992), jumlah spesies jamur yang sudah diketahui hingga kini adalah kurang
lebih 69.000 dari perkiraan 1.500.000 spesies yang ada didunia. Dan menurut Rifai (1995) di
Indonesia terdapat kurang lebih 200.000 spesies. Indonesia memiliki kekayaan akan diversitas
tumbuhan dan hewan juga memiliki diversitas fungi yang sangat tinggi mengingat
lingkungannya yang lembab dan suhu tropis yang mendukung pertumbuhan fungi (Gandjar,
2006).
Menurut Achmad (2012), jamur merupakan salah satu organisme tingkat rendah yang tidak
berklorofil yang memiliki tubuh buah berukuran besar sehingga dapat diamati dengan mata
secara langsung. Bentuk tubuh buah yang tampak umumnya seperti payung. Tubuhnya terdiri
atas bagian yang tegak yang berfungsi sebagai penyangga dan tudung. Tudung berbentuk
mendatar atau membulat. Bagian tubuh yang lainnya adalah jaring-jaring dibawah permukaan
media tumbuh berupa miselia yang tersusun dari berkas hifa. Morfologi jamur bervariasi
didasarkan pada bentuk tudungnya.

Tubuh jamur dapat berupa sel-sel yang lepas satu sama lain atau berupa beberapa sel yang
bergandengan dan dapat berupa benang. Helai benang itu disebut hifa, hifa jamur ada yang
bersekat-sekat dan ada pula yang tidak memiliki sekat. Pada umumnya hifa ini menghasilkan
alat-alat perkembangbiakan yang disebut spora (Heddy, 1987). Menurut morfologinya, jamur
dapat dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu akar (rhizoid), batang (stalk), dan tudung
(pileus). Namun, bagian-bagian tersebut bukanlah bagian yang sebenarnya melainkan hanya
bagian semu.

E. CARA KERJA

Langkah-langkah praktikum sebagai berikut:

1. Ambil secukupnya jamur pada roti, tempe dan bonggol jagung dengan menggunakan jarum
pentol
2. Letakkan pada kaca objek yang telah di tetesi dengan air, tutup dengan kaca penutup
3. Amati dibawah mikroskop dengan pembesaran lemah
4. Catat dan gambarkan jamur yang di lihat dan beri nama bagian-bagian yang dilihat pada
lembar pengamatan yang telah disediakan

F. HASIL PENGAMATAN

Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil pengamatan sebagai berikut:


Gambar 1. Jamur Pada Roti

Gambar 2. Jamur pada Tempe

Gambar 3. Jamur pada Bonggol Jagung

G. PERTANYAAN-PERTANYAAN

1. Sebutkan warna jamur yang anda amati

2. Mengapa makanan kita dapat berjamur

3. Bagaimana caranya (minimal 2 cara) mengatasi agar makanan tidak berjamur

Jawab:

1. warna jamur yang diamati

- Jamur roti berwarna hijau abu-abu

- Jamur Tempe berwarna abu-abu

- Jamur bonggol jagung berwarna kuning


2. karena, biasanya jamur pada makanan muncul karena kondisi ruang
penyimpanan yang tidak sesuai, seperti misalnya suhu yang lembab

3. cara mengatasi agar makanan tidak berjamur

- Hindari penyimpanan makana terlalu lama

- Tutup makanan dengan wadah plastic

- Hindari penyimpanan makanan dengan kaleng terbuka

- Menjaga kebersihan tempat menyimpan makanan misalnya kulkas, dll

H. PEMBAHASAN

Jenis jamur yang banyak ditemukan pada pembusukan roti adalah Rhizopus stolonifer,
Penicilium sp, Mucor sp, Geotrichum sp, dan Aspergilus sp. Jenis jamur pada roti yang diteliti
adalah jamur Aspergilus sp. Jamur ini memiliki hifa yang bercabang seperti pohon atau kipas
dan miselium bercabang, sedangkan hifa yang muncul diatas permukaan merupakan hifa
fertil, koloninya berkelompok, konidiofora berseptat, pada ujung hifa muncul sebuah
gelembung, pada sterigma muncul konidum-konidium berwarna hijau tua, adapula yang
hitam. Menurut Edyansyah (2013), jamur Aspergilus sp merupakan salah satu jamur yang
menghasilka aflatoksin, yaitu toksin yang dapat mematikan manusia karena dapat
menyebabkan kanker hati bila masuk ke dalam tubuh melalui makanan.

Jamur tempe adalah mikroorganisme semi anaerob dan orgenisme saprofit. Kelompok jamur
yang paling berperan dalam pembuatan tempe adalah genus Rhizopus. Jamur Rhizopus sp telah
diketahui sejak lama sebagai jamur yang memegang peranan utama pada proses fermentasi
kedelai menjadi tempe. Jamur Rhizopus sp akan membentuk padatan kompak berwarna putih
yang disebut sebagai benang halus/biomasa. Benang halus/biomasa disebabkan adanya miselia
jamur yang tumbuh pada permukaan biji kedelai dan menghubungkan biji-biji kedelai tersebut.

Pengamatan secara mikroskopis Jamur Rhizopus terlihat mempunyai tiga tipe hifa yakni stolon
(hifa yang membentuk jaringan pada permukaan substrat), rhizoid (hifa yang menembus substrat
dan berfungsi sebagai jangkar untuk menyerap makanan) sporangiofor (hifa yang tumbuh tegak
pada permukaan substrat dan memiliki sporangium globuler di ujungnya), dan miseliumnya tidak
bersekat. Jamur ini memiliki spora yang berwarna coklat. Menurut Fardiaz (1989) jamur
Rhizopus memiliki ciri-ciri sebagai berikut; hifa nonseptat, mempunyai stolon dan rhizoid yang
warnanya gelap jika sudah tua, sporangiofora tumbuh pada noda dimana terbentuk juga rhizoid,
sporangia biasanya besar dan berwarna hitam, kolumela agak bulat dan apofisis berbentuk
seperti cangkir, membentuk hifa negatif yang melakukan penetrasi pada subtrat dan hifa fertil
yang memproduksi sporangia pada ujung sporangiofora, pertumbuhannya cepat, dan membentuk
miselium seperti kapas.

Pada tongkol jagung terdapat jamur mikroskopis yaitu Aspergillus Flavus yang memiliki
hifa bersekat (senosit). Aspergillus Flavus merupakan kapang safrofit di tanah yang umumnya
memainkan peranan penting sebagai pendaur ulang nutrisi yang terdapat pada sisa-sisa tumbuhan
maupun binatang

I. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Dari percobaan diatas dapat di simpulkan bahwa :
- pada roti terdapat jamur Aspergilus sp.
- Pada tempe terdapat jamur Rhizopus sp
- Pada bonggol jagung terdapat jamur Aspergillus Flavus

B.SARAN

            Sebaiknya pada praktikum berikutnta dilakukan percobaan pada berbagai jenis
minuman
J. DAFTAR PUSTAKA

 Agrios, G. N. 1996. Plant Pathology 3rd Edition. Florida: Department of Plant


Pathology.
 Heddy.1987. Biologi Pertanian. CV Rajawali: Jakarta.
 Nunung dan Abbas. 2001. Budidaya Jamur Kuping. Yogyakarta: Kanisius.
 Parjimo & Andoko. 2007. Budidaya Jamur (Jamur Kuping, Jamur Tiram, dan Jamur
Merang). Jakarta: Agromedia.
 Pasaribu, Tahir dkk. 2002. Aneka Jamur Unggulan. Jakarta: PT Grasindo.
 .Zedan, H. 1992. The Economic Value of Microbial Diversity. IInd International
Conference on Culture Collections. October, 12-16, Beijing. China.

Anda mungkin juga menyukai