Anda di halaman 1dari 4

HEMATOKOLPOS

1. Definisi
Hematokolpos berasal dari kata Yunani “Hemato” dan “colpos” yang artinya
darah dan vagina. Hematokolpos adalah suatu kondisi obstruksi pada aliran darah
mestruasi pada vagina yang di sebabkan oleh Himen Imperforata.
Hematokolpos merupakan suatu keadaan dimana darah terkumpul di dalam
vagina dan berangsur-angsur dapat bertambah banyak membentuk gumpalan yang
mirip kista dan biasanya di temukan pada penderita dengan Himen Imperforata yang
merupakan kelainan kongenital akibat atresia himen, yaitu selaput dara tanpa adanya
hiatus himen.

2. Etiologi
Himen imperforata merupakan suatu malformasi kongenital. Himen
Imperforata tanpa mukokolpos yang berasal dari jaringan fibrous dan jaringan lunak
antara labium minora sulit di bedakan dengan tidak adanya vagina. Aplasia dan
atresia vagina terjadi karena kegagalan perkembangan duktus mullerian, sehingga
vagina tidak terbentuk dan lubang vagina hanya berupa lekukan kloaka.
Kelainan kongenital Himen Imperforata secara pasti belum jelas, akan tetapi
beberapa peneliti, ada yang menganggap karenaadanya gangguan pada gen autosomal
resesif, gangguan pada transmited sex-linked autosomal dominan. Penyebab lainnya
mungkin berhubungan dengan kegagalan apoptosis atau berkaitan dengan gangguan
hormonal seperti kurangnya reseptor esterogen, selain itu bisa pengaruh keluarga dan
bahan teratogenik.

3. Patofisiologi
Darah menstruasi dari satu siklus menstruasi pertama atau kedua yang
terkumpul di vagina belum menyebabkan peregangan vagina dan belum menimbulkan
gejala. Darah yang terkumpul di dalam vagina (hematokolpos) menyebabkan himen
tampak kebiruan dan menonjol (himen buldging) akibat meregangnya mukosa himen.
Bila keadaan ini di biarkan berlanjut maka darah haid akan mengakibatkan over
distensi vagina dan kanalis serviks, sehingga terjadi dilatasi dan darah haid akan
mengisi kavum uteri (Hematometra). Tekanan intrauterin mengakibatkan darah dari
kavum uteri juga dapat memasuki tuba falopi dan menyebabkan hematosalping karena
terbedntuknya adhesi (perlekatan) pada fimbriae dan ujung tuba, sehingga darah tidak
masuk atau hanya sedikit yang dapat masuk ke kavum peritoneum membentuk
hematoperitoneum bahkan dapat terjadi iritasi yang dapat menyebabkan peritonitis.

4. Gambaran klinis
 Tanda dan gejala dari kelainan ini sering di jumpai pada usia 11-15 tahun saat
anak perempuan tersebut sudah mulai mengalami menarke
 Adanya rasa nyeri yang hebat pada bagian bawah abdomen.
 Nyeri berkala yang kurang jelas dan kadang di sertai sakit perut menetap.
 Penderita dengan Hematokolpos menunjukan gejala amenorea.
 Pada amenorea primer dengan keluhan yang tidak jelas, harus di pikirkan
kemungkinan atresia himen.
 Keluhan khas, pada Himen Imperforata yaitu sekali sebulan selama beberapa
hari mengalami sakit perut.
 Keluhan miksi mungkin berupa polakisuri karena kapasitas buli-buli menjadi
kecil
Pada pemeriksaan perut, di dapatkan benjolan perut bagian bawah yang tidak
jelas asalnya. Kadang hematometra, atau hematosalphing dapat di raba melalui
palpasi perut. Pada ispeksi vulva, terlihat atresia himen yang berwarna kebiruan dan
biasanya menonjol. Pada pemeriksaan colok dubur dapat di tentukan besar dan
luasnya gumpalan darah di alat kelamin bawah.
Untuk menentukan ada dan luasnya perdarahan di uterus, tuba, dan rongga perut, di
lakukan pemeriksaan ultrasonografi.

5. Diagnosa
Ada beberapa pemeriksaan yang dapat mendiagnosa Himen Imperforata yaitu :

 Anamnesa dan pemeriksaan fisik


Pada anamnesa dapat di ketahui bahwa pasien merupakan wanita usia
pubertas, namun belum pernah menarke. Selain itu pasien mengeluh nyeri
perut bagian bawah setiap bulannya dan gangguan saat BAK dan BAB serta
pasien tidak pernah di diagnosa penyakit kista atau tumor. Pada pemeriksaan
fisik dapat di jumpai adanya hiatus himenalis, hematokolpos atau himen
buldging serta hematometra yang di tandai adanya masa yang teraba di
suprapubik.
 Pemeriksaan imaging
Pada USG dapat segera di diagnosa hematokolpos atau hematometra. Pada
hematometra terdapat gambaran hipoechoic di dalam cavum uteri. Sedangkan
pada hematokolpos dapat gambaran hipoechoic pada kanalis servikalis dan
vagina. Apabila dengan USG tidak jelas, di perlukan pemeriksaan MRI untuk
mengetahui apakah ada anomali kongenital traktus urinaria yang menyertai.

6. Tata laksana
Terapi Himen Imperforata ialah himenektomi. Sesudah pembedahan,
penderita di rawat dalam posisi setengah duduk Fowler selama 2-3 hari jika di
temukan banyak gumpalan darah tua kental. Apabila himen imperforata di jumpai
sebelum pubertas, membran himen di lakukan insisi/ himenotomi dengan cara
sederhana dengan melakukan insisi silang atau do lakukan pada posisi 2, 4, 8 dan dan
arah jarum jam di sebut insisi stellate.
Bila di jumpai himen imperforata pada anak kecil atau balita tanpa
menimbulkan gejala, maka keadaan di awasi sampai anak lebih besar dan keadaan
anatomi lebih jelas, dengan demikian dapat di ketahui apakah yang terjadi adalah
himen imperforata atau aplasia vagina.
Pada insisi silang, tdak di lakukan insisi pada membrane himen, sementara
pada insisi stellate setelah insisi di lakukan eksisi pada kuadran himen dan pingir
mukosa himen di proksimasi dengan jahitan mempergunakan benang delayed-
absorbable. Setelah di lakukan insisi akan keluar darah berwarna merah tua kehitaman
yang kental, tindakan insisi saja tanpa di sertai eksisi dapat mengakibatkan membran
himen menyatu kembali dan obstruksi membran himen terjadi kembali.
Untuk mencegah terjadinya jaringan parut dan stenosis yang menyebabkan
dispareunia, eksisi jaringan jangan di lakukan terlalu dekat dengan mukosa vagina.
Sebaiknya sesudah tindakan penderita di baringkan dalam letak fowler. Selama 2-3
hari setelah pembedhan darah tetap akan mengalir, di sertai dengan pengecilan vagina
dan uterus. Kemudian vagina di dilatasi dengan menggunakan Busi Hedgar. Selain itu
pemberian antibiotik profilaksis juga di perlukan.
Evaluasi vagina dan uterus perlu di lakukan sampai 4-6 pasca pembedahan,
bila uterus tidak mengecil perlu di lakukan pemeriksaan inspeksi dan dilatasi serviks
unuk memastikan drainase uterus berjalan dengan lancar. Bila hematokolpos belum
keluar, instrumen intra uterin jangan di pergunakan karena bahaya perforasi dapat
terjadi akibat peregangan uterus yang berlebihan. Perdarahan, jaringan parut dan
stenosis dari lubang vagina adalah komplikasi utama dari prosedur ini.

7. Komplikasi
Penanganan dengan teknik operasi yang baik jarang menimbulkan komplikasi, namun
dapat juga terjadi komplikasi sebagai berikut :
 Infertilitas
 Nyeri pelvis
 Endometriosis
 Abses tuba ovarium
 Peritonitis
 Infeksi saluran kemih

Referensi
1. Cecutti A. Hematocolpos With Imperforate Hymen. Can Med Assoc J.
1964;90(25):1420–1421.
2. Ipyana HM, Baraka AM Imperforate hymen presenting with massive haematocolpos
and acute urinary retention in a teenage girl: A case report. Tanzania Journal of
Health Research 2012; 14:4.
3. Temizkan O, Kucur SK, Agar S, Gözükara I, Akyol A, et al. Virginity sparing surgery
for imperforate hymen: report of two cases and review of literature. J Turk Ger
Gynecol Assoc 2012; 13:278-280.
4. Nazir Z, Rizvi RM, Qureshi RN, Khan ZS, Khan Z. Congenital vaginal obstructions:
varied presentation and outcome. Pediatr Surg Int 2006; 22:749-53.
5. Wang W, Chen MH, Yang W, Hwang DL. Imperforate hymen presenting with
chronic constipation and lumbago: report of one case. Acta Paediatr Taiwan 2004;
45:340-2.
6. Liang CC, Chang SD, Soong YK. Long-term follow-up of women who underwent
surgical correction for imperforate hymen. Arch Gynecol Obstet 2003; 269:5-8

Anda mungkin juga menyukai