Anda di halaman 1dari 21

“PRILAKU KESEHATAN DAN PENCARIAN PELAYANAN KESEHATAN,

DETERMINAN DAN PERSEPSI PRILAKU KESEHATAN DAN PENJELASAN


TENTANG KONSEP DAN PROGRAM KEPERAWATAN DIRUMAH”

KEPERAWATAN KOMUNITAS

DOSEN PENGAMU:
Ns.Ari Rahma Aziz.M.Kep

DISUSUN OLEH :
NAMA : NADIA AUFA
NIM : (180101147)

STIKes AL-Insyirah PEKANBARU


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
T/A2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kamiucapkan kepada Allah SWT karana atas rahmat dan hidayah-nya
kami dapat dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Prilaku Kesehatan Dan
Pencarian Pelayanan Kesehatan, Determinan Dan Persepsi Prilaku Kesehatan,
Penjelasan Tentang Konsep Dan Program Keperawatan Dirumah”sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan.Dalam penusunan makalah ini,kami menyadari masih
banyak kekurangan baik pada teknik penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi pemyempurnaan pembuatan
makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
dapat diterapkan dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang berhubungan dengan
judul makalah.

Penyusun 12 April 2021

(Nadia aufa)
BAB II
PEMBAHASAN

I. PRILAKU KESEHATAN DAN PENCARIAN PELAYANAN


KESEHATAN
A. Persepsi kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan

Menurut Kotler pelayanan adalah setiap kegiatan atas unjuk kerja yang
ditawarkan oleh salah satu pihak kepada pihak lain yang secara prinsip tidak
menyebabkan pemindahan kepemilikan apapun, produksinya bisa juga tidak
terikat pada suatu produk fisik.
Menurut Stanton yang dikutip oleh Alma, pelayanan adalah suatu yang
diidentifikasikan secara terpisah, tidak berwujut dan ditawarkan untuk
memenuhi kebutuhan, sehingga dapat diambil pengertian bahwapelayanan
merupakan suatu manfaat yang diberikan oleh satu pihak kepada pihak lain
dan biasanya tidak berwujud.
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa, system pelayanan
adalah suatu kesatuan usaha yang dinamis yang terdiri dari berbagai bagian
yang berkai tan secara teratur, diikuti dengan unjuk kerja yang di tawarkan
oleh satu pihak terhadap pihak lain denganmemberikan manfaat, guna
mencapai suatu tujuan.
Secara umum, pengertian kesehatan yaitu suatu kondisi atau keadaan
secara umum seseorang dari segi semua aspek. Dalam pengertian kesehatan
ini dimaksudkan yaitu tingkat keefisienan dari fungsional dengan atau tanpa
metabolisme dari suatu organisme dan juga termasuk manusia.
Pelayanan kesehatan merupakan proses layanan kesehatan oleh
masyarakat.  yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan adalah setiap upaya
yang dilaksanakan secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah, mengobati
penyakit serta memulihkan kesehatan seseorang, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
Pelayanan kesehatan  adalah setiap upaya yang diselenggarakan  sendiri
dan meningkatkan kesehtan, mencegah, menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat
(Azwar, 1996)

B. Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan

Menurut notoatmodjo, (2007;205-207) masyarakat atau anggota


masyarakat yang mendapat penyakit, dan tidak merasakan sakit (disease but
no illness) tidak akan bertindak apa-apa terhadap penyakitnya tersebut. Tetapi
bila mereka diserang penyakit dan juga merasakan sakit, maka baru akan
timbul berbagai macam perilaku dan usaha. Hal ini jelas bahwa persepsi
masyarakat terhadap sehat-sakit sangat berbeda pada setiap individu,
kelompok dan masyarakat.  Persepsi masyarakat terhadap sehat-sakit erat
hubungannya dengan perilaku pencarian pengobatan, berdasarkan perbedan
persepsi mempengaruhi atas dipakai atau tidak dipakainya fasilitas kesehatan
yang disediakan. Apabila persepsi sehat-sakit masyarakat belum sama dengan
konsep sehat-sakit kita, maka jelas masyarakat belum tentu atau tidak mau
menggunakan fasilitas yang diberikan, Notoatmodjo (2007:206)

Perilaku atau respon individu apabila sakit adalah sebagai berikut :

1. Tidak bertindak/kegiatan apa-apa (no action).


Alasannya antara lain bahwa kondisi yang demikian tidak mengganggu
kegiatan atau kerja mereka sehari-hari. anggapan bahwa tanpa bertindak 
gejala yang dideritanya akan lenyap dengan sendirinya, fasilitas kesehatan
yang diperlukan sangat jauh letaknya, para petugas kesehatan tidak
simpatik, judes, tidak responsive, dan sebagainya, akhirnya alasan takut
dokter, takut pergi ke rumah sakit, takut biaya,  dan sebagainya.
2. Tindakan mengobati sendiri (self treatment)
     Alasan   orang atau masyarakat percaya kepada diri sendiri, dan
karena pengalaman yang lalu usaha-usaha pengobatan sendiri sudah dapat
mendatangkan kesembuhan. Hal ini mengakibatkan pencarian pengobatan
keluar tidak diperlukan.
1. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional
(traditional remedy).
Masyarakat pedesaan khususnya, pengobatan tradisional ini masih
menduduki tempat teratas dibanding masih menduduki tempat teratas
disbanding dengan pengobatan-pengobatan yang lain. Pada masyarakat
yang masih sederhana, masalah sehat-sakit adalah lebih bersifat budaya
dari pada gangguan-gangguan fisik. Identik dengan  pencarian pengobatan
pun lebih berorientasi kepada sosial-budaya masyarakat dari pada hal-hal
yang dianggapnya masih asing. 
Dukun  yang melakukan pengobatan tradisional merupakan bagian
masyarakat, berada ditengah-tengah masyarakat, dekat dengan masyarakat,
dan pengobatan yang dihasilkan adalah kebudayaan masyarakat, lebih
diterima oleh masyarakat dari pada dokter, mantri, bidan, dan sebagainya
yang masih asing bagi mereka seperti juga pengobatan yang dilakukan dan
obatnya juga merupakan kebudayaan mereka.
2. Mencari pengobatan dengan membeli obat-obat ke warung-warung obat
(chemist shop) dan sejenisnya, termasuk ketukang-tukang jamu. Obat-
obat yang mereka dapatkan pada umumnya adalah obat  yang tidak
memakai resep sehingga sukar untuk dikontrol.
3. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan modern yang
diadakan oleh pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swasta,
yang dikategorikan kedalam balai pengobatan, Puskesmas, dan Rumah
Sakit.
4. Mencari pengobatan kefasilitas pengobatan modern yang
diselenggarakan oleh dokter praktek (private medicine).
Dari uraian-uraian di atas tampak jelas bahwa persepsi masyarakat
terhadap sehat-sakit sangat berbeda pada setiap individu, kelompok dan
masyarakat.  Persepsi masyarakat terhadap sehat-sakit erat
hubungannya dengan perilaku pencarian pengobatan, berdasarkan
perbedan persepsi mempengaruhi atas dipakai atau tidak dipakainya
fasilitas kesehatan yang disediakan. Apabila persepsi sehat-sakit
masyarakat belum sama dengan konsep sehat-sakit kita, maka jelas
masyarakat belum tentu atau tidak mau menggunakan fasilitas yang
diberikan, Notoatmodjo (2007:206)
C. Tipe Umum dari Model Penggunaan Pelayanan Kesehatan
Faktor-faktor penentu (determinan) penggunaan pelayanan kesehatan. dan
model-model  penggunaan pelayanan kesehatan dikembangkan antara lain  
Notoatmodjo (2007:210-214)
1. Model Demografi (kependudukan)
Model demografi yang dipakai adalah umur, seks, perkawinan,
besarnya keluarga. Variabel ini digunakan sebagai ukuran mutlak atau
indikator yang berbeda, dengan asumsi perbedaan derajad kesehatan dan
kesakitan dalam penggunan pelayanan kesehatan dipengaruhi variabel
demografi.
2. Model Struktur Sosial (Sosial Struktur models)
Dalam model ini variabel yang dipakai adalah pendidikan,
pekerjaan,dan kebangsaan. Variabel ini mencerminkan keadaan sosial
dari individu atau keluarga dimasyarakat. Penggunaan pelayanan
kesehatan  adalah salah satu dari aspek gaya hidup, yang ditentukan
lingkungan sosial, fisik,psikologis. Dengan kata lain pendekatan sruktur
sosial dIdasarkan pada asumsi orang dengan latar belakang struktur sosial
yang bertentangan akan mengunakan pelayanan kesehatan dengan cara
yang tertentu.
3. Model Psikologis ( Psycological models)
Model  yang dipakai adalah ukuran dari sikap dan keyakinan individu,
variabel  psikologs meliputi kerentanan terhadap penyakit, keseluruhan
penyakit, keuntungan yang diharapkan, pengambilan tindakan.
4. Model sumber keluarga ( family Resousce models)
Alam model ini va     Variabel yang dipakai adalah pendapatan
keluarga, cakupan asuransi keluarga, model ini adalah kesanggupan
individu untuk memperoleh  pelayanan kesehatan bagi anggotanya
berdasarkan model ekonomis.
5. Model Sumber daya masyarakat ( Comunity Resousce models)
Penyediaan pelayanan kesehatan dan sumber yang ada didalam
masyarakat  memindahkan pelayanan dari tingkat individu ke tingkat 
masyarakat
6. Model Organisasi (Organization models)
Model ini adalah perncerminan perbedaan bentuk sistem pelayanan
kesehatan  meliputi gaya praktik pengobatan, sifat pelayanan
(membayar langsung atau tidak) letak pelayanan ( tempat pribadi,
klinik, RS) Petugas kesehatan.
7. Model Sistem Kesehatan
Model yang menggabungkan atau atau mengintegrasikan keenam
model terdahulu kedalam model yang lebih sempurna.
8. Model Kepercayaan Kesehatan (Health belief model)
Model yang menjabarkan dari model sosio psikokogis
9. Model Sistem Kesehatan ( health sistem model) Anderson (1974)
Model kepercayaan kesehatan terbagi dalam 3 kategori
a. Predisposisi  bahwa tiap individu mempunyai kecenderungan    untuk
menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda 1) ciri demografi
(jenis kelamin, dan umur 2) struktur sosial (pendidikan, pekerjaan ras
suku) 3) Manfaat kesehatan, keyakinan bahwa pelayanan kesehatan
dapat menolong proses penyembuhan.
b. Karakteristik pendukung (enabling charakteristics) kemampuan
konsumen untuk membayar
c. Karakteristik kebutuhan ( need charakterstics) dirasakan sebagai satu
kebutuhan untuk mencari pengobatan
II. DETERMINAN DAN PERSEPSI PRILAKU KESEHATAN
A. Perilaku Kesehatan

Perilaku merupakan hasil dari karakteristik individu dan lingkungannya


yang tercipta apabila kepercayaan dan keyakinan terhadap suatu objek
mendukung perilaku tersebut serta terbentuk melalui suatu sikap yang positif
terhadap perilaku tersebut. Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah
faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau
masyarakat. Menurut Lawrence Green bahwa perilaku manusia berangkat dari
tingkat kesehatan dimana kesehatan ini dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni
faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior
causes).

B. Klasifikasi Perilaku Kesehatan


Menurut Notoatmodjo membagi perilaku kesehatan kedalam 2 kelompok,
yaitu:
1. Perilaku Sehat (healthy behaviour)
Perilaku orang sehat untuk mencegah dari penyakit dan meningkatkan
kesehatannya. Perilaku sehat (healthy behaviour) ini sering disebut dengan
perilaku preventif maupun perilaku promotif. Berperilaku sehat
bergantung pada motivasi dari individu khususnya yang berkaitan dengan
persepsi individu terhadap ancaman penyakit, nilai dalam perilaku untuk
mengurangi ancaman, dan daya tarik perilaku yang berlawanan. Sebagai
contoh dalam penelitian ini yaitu dengan melakukan deteksi dini kanker
payudara.
2. Perilaku Sakit (illness behaviour)
Perilaku orang sakit untuk memperoleh kesembuhan dan pemulihan
kesehatannya. Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap
sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang
penyebab dan gejala penyakit, dan sebagainya. Perilaku sakit ini disebut
juga perilaku pencarian pelayanan kesehatan atau pencarian masalah
kesehatan (health seeking behaviour).
C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan
Menurut model perubahan perilaku Precede-Proceed dari Lawrence Green
dan M. Kreuter (2005), menyatakan bahwa perilaku kesehatan dipengaruhi
oleh faktor-faktor individu maupun lingkungan. Lawrence Green mencoba
menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang
atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku
(behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non behavior causes).
Selanjutnya perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yang dirangkum dalam
akronim Precede: Predisposing, Enabling, dan Reinforcing Causes in
Educational Diagnosis and Evaluation. Precede ini adalah merupakan arahan
dalam menganalisis atau diagnosis dan evaluasi perilaku untuk intervensi
pendidikan (promosi) kesehatan. Precede adalah merupakan fase diagnosis
masalah.
Model Precede-Proceed merupakan salah satu model yang paling baik
untuk perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program promosi kesehatan.
Precede fase 1 sampai dengan 4 berfokus pada perencanaan program,
sedangkan bagian Proceed fase 5 sampai dengan 8 berfokus pada
implementasi dan evaluasi. Delapan fase dari model panduan dalam
menciptakan program promosi kesehatan, dimulai dengan hasil yang lebih
umum ke hasil yang lebih spesifik. Proses secara bertahap mengarah ke
penciptaan sebuah program, pemberian program, dan evaluasi program.
Pada fase ketiga penilaian edukasi dan ekologi (educational and
ecological assessment), faktor-faktor yang memiliki potensi untuk
mempengaruhi lingkungan dan determinan perilaku diklasifikasikan menurut
dampaknya. Tipe dampak tersebut diklasifikasikan menjadi tiga kelompok
utama, yaitu: faktor predisposisi, faktor pemungkin, dan faktor penguat.
1. Faktor Predisposisi (predisposing factors)
Faktor predisposisi merupakan faktor yang mempermudah dan
mendasari untuk terjadinya perilaku tertentu. Faktor predisposisi secara
umum dapat dikatakan sebagai pertimbangan-pertimbangan personal dari
suatu individu atau kelompok yang mempengaruhi terjadinya perilaku.
Pertimbangan tersebut dapat mendukung atau menghambat terjadinya
perilaku. Faktor yang termasuk kedalam kelompok faktor predisposisi
antara lain pengetahuan, sikap, nilai-nilai budaya, persepsi, dan beberapa
karakteristik individu seperti umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan
pekerjaan.
2. Faktor Pemungkin (enabling factors)
Faktor pemungkin merupakan faktor yang memungkinkan atau
memfasilitasi perilaku dan kemudahan untuk mencapainya. Faktor-faktor
ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan
bagi masyarakat seperti rumah sakit, puskesmas, poliklinik, posyandu,
polindes, dan sebagainya; ketercapaian pelayanan kesehatan baik dari segi
jarak maupun segi biaya dan sosial; adanya peraturan-peraturan dan
komitmen masyarakat dalam menunjang perilaku tertentu tersebut. Faktor
ini merupakan kondisi dari lingkungan, memfasilitasi dilakukannya suatu
tindakan oleh individu atau organisasi.
3. Faktor Penguat (reinforcing factors)
Faktor penguat merupakan faktor yang untuk terjadinya perilaku
tersebut. Faktor penguat merupakan faktor yang memperkuat suatu
perilaku dengan memberikan penghargaan secara terus menerus pada
perilaku dan berperan pada terjadinya suatu pengulangan. Faktor ini juga
meliputi konsekuensi dari tindakan yang menentukan apakah pelaku
menerima umpan balik yang positif dan akan mendapat dukungan sosial.
Kelompok faktor penguat meliputi pendapat, dukungan sosial, pengaruh
teman, kritik baik dari teman-taman atau lingkungan bahkan saran dan
umpan balik dari petugas kesehatan.
Model ini dapat digambarkan sebagai berikut:B= f (PF,EF,RF)

Keterangan:

B = behaviour

PF = predisposing factors
EF = enabling factors
RF = reinforcing factors
Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang
kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi,
dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan.
Disamping itu, ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku petugas
kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan
memperkuat terbentuknya perilaku.

III. PENJELASAN TENTANG KONSEP DAN PROGRAM


KEPERAWATAN DIRUMAH
A. Definisi Home Care

Pelayanan kesehatan di rumah adalah pelayanan keperawatan yang


diberikan kepada pasien di rumahnya, yang merupakan sintesa dari pelayanan
keperawatan komunitas dan keterampilan teknikal tertentu yang berasal dari
spesalisasi kesehatan tertentu, yang befokus pada asuhan keperawatan
individu dengan melibatkan keluarga, dengan tujuan menyembuhkan,
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan fisik, mental/ emosi pasien.

Menurut Depkes RI (2002) mendefinisikan bahwa home care adalah


pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif  diberikan
kepada individu, keluarga, di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk
meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan/memaksimalkan
kemandirian dan meminimalkan kecacatan akibat dari penyakit. Layanan
diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien/keluarga yang direncanakan,
dikoordinir, oleh pemberi layanan melalui staff yang diatur berdasarkan
perjanjian bersama.

Rice. R, (2001) mengidentifikasi jenis kasus yang dapat dilayani pada


program home care yang meliputi kasus-kasus yang umum pasca perawatan di
rumah sakit dan kasus-kasus khusus klinik dan yang biasa dijumpai di
komunitas. Kasus umum yang merupakan pasca perawatan di RS adalah :
1. Klien dengan COPD
2. Klien dengan penyakit gagal jantung
3. Klien dengan gangguan oksigenasi
4. Klien dengan mengalami perlukaan kronis
5. Klien dengan diabetes
6. Klien dengan gangguan fungsi perkemihan
7. Klien dengan kondisi pemulihan kesehatan ( rehabilitasi )
8. Klien dengan terapi cairan infus di rumah
9. Klien dengan gangguan fungsi persyarafan
10. Klien dengan AIDS

Sedangkan kasus dengan kondisi khusus, meliputi :

1. Klien dengan post partum 


2. Klien dengan gangguan kesehatan mental 
3. Klien dengan kondisi Usia Lanjut
4. Klien dengan kondisi terminal ( Hospice and Palliative care)

B. Tujuan Diadakannya Home Care


1. Terpenuhi kebutuhan dasar ( bio-psiko- sosial- spiritual ) secara
mandiri.
2. Meningkatkan kemandirian keluarga dalam pemeliharaan kesehatan.
3. Meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan kesehatan di rumah.

C. Manfaat Home Care

Bagi Klien dan Keluarga :

1. Program Home Care (HC) dapat membantu meringankan biaya rawat


inap yang makin mahal, karena dapat mengurangi biaya akomodasi
pasien, transportasi dan konsumsi keluarga
2. Mempererat ikatan keluarga, karena dapat selalu berdekatan pada saat
anggoa keluarga ada yang sakit
3. Merasa lebih nyaman karena berada dirumah sendiri
4. Makin banyaknya wanita yang bekerja diluar rumah, sehingga tugas
merawat orang sakit yang biasanya dilakukan ibu terhambat oleh
karena itu kehadiran perawat untuk menggantikannya

Bagi Perawat :

1. Memberikan variasi lingkungan kerja, sehingga tidak jenuh dengan


lingkungan yang tetap sama
2. Dapat mengenal klien dan lingkungannya dengan baik, sehingga
pendidikan kesehatan yang diberikan sesuai dengan situasi dan
kondisi rumah klien, dengan begitu kepuasan kerja perawat akan
meningkat.

Bagi Rumah Sakit :

1. Membuat rumah sakit tersebut menjadi lebih terkenal dengan adanya


pelayanan home care yang dilakukannya.
2. Untuk mengevaluasi dari segi pelayanan yang telah dilakukan
3. Untuk mempromosikan rumah sakit tersebut kepada masyarakat

D. Jenis Pelayanan Keperawatan Di Rumah

Jenis pelayanan keperawatan di rumah di bagi tiga kategori yaitu :

1. Keperawatan klien yang sakit di rumah merupakan jenis yang paling


banyak dilaksanakan pada pelayanan keperawatan di rumah sesuai
dengan alasan kenapa perlu di rawat di rumah. Individu yang sakit
memerlukan asuhan keperawatan untuk meningkatkan kesehatannya
dan mencegah tingkat keparahan sehingga tidak perlu di rawat di
rumah sakit.
2. Pelayanan atau asuhan kesehatan masyarakat yang fokusnya pada
promosi dan prevensi. Pelayanannya mencakup mempersiapkan
seorang ibu bagaimana merawat bayinya setelah melahirkan,
pemeriksaan berkala tumbuh kembang anak, mengajarkan lansia
beradaptasi terhadap proses menua, serta tentag diet mereka.
3. Pelayanan atau asuhan spesialistik yang mencakup pelayanan pada
penyakit-penyakit terminal misalnya kanker, penyakit-penyakit kronis
seperti diabetes, stroke, hpertensi, masalah-masalah kejiwaan dan
asuhan paa anak. 

E. Home Health Care Provider (HCCP) / Pemberi Perawatan Kesehatan


di Rumah

Ada tiga cara utama pemberian pelayanan perawatan kesehatan dirumah:


lembaga kesehatan-di-rumah bersertifikat (certified home health agency /
CHHA), program perawatan kesehatan-di-rumah jangka-panjang (the long-
term home health care program (LTHHCP), dan lembaga berlisensi. Tujuan
setiap program ini adalah mempertahankan individu di rumah masing-masing.
Tidak ada metode perawatan terbaik. Metode harus didasarkan pada sumber di
komunitas, mampuan mengembangkan sumber melalui hubungan dan jaringan
kerja serta kebutuhan klien.

1. Lembaga Kesehatan di Rumah Bersertifikat (CHHA)

Dasar pemikiran CHHA adalah untuk memberikan kesempatan bagi


individu yang mengalami penyakit akut untuk menerima perawatan terampil
yang dibutuhkan di rumah mereka sendiri. CHHA memenuhi kebutuhan
individu dengan memberi berbagai jenis pelayanan, termasuk pelayanan
keperawatan terampil, terapi wicara, terapi fisik dan terapi okupasi, pelayanan
sosial medis, asisten perawatan kesehatan di rumah (HHA), konseling nutrisi,
transportasi, peralatan, dan terapi pernapasan. Selain itu, CHHA memiliki
program khusus, seperti pelayanan kesehatan mental, pelayanan pediatrik,
program untuk anak dan ibu, dan program AIDS, terdapat juga pelayanan
berteknologi tinggi seperti terapi intravena, kemoterapi-di-rumah, dan
penatalaksanaan nyeri. CHHA juga dikenal sebagai program jangka-pendek
karena pelayanan yang diberikan biasanya singkat.
2. Program Perawatan Kesehatan di-Rumah Jangka Panjang (LTHHCP)

Program Perawatan Kesehatan-di-Rumah Jangka-Panjang atau “rumah


perawatan tanpa dinding,” dibentuk untuk memenuhi kebutuhan individu yang
menderita penyakit kronis di rumah. Program Perawatan Kesehatan di-Rumah
Jangka Panjang adalah suatu program yang memberikan pelayanan sosial dan
kesehatan kepada masyarakat yang membutuhkan perawatan kesehatan-di-
rumah dalam waktu yang lama. Biaya pelayanan kesehatan klien tidak boleh
lebih dan 75% dan biaya rata-rata perawatan institusional jangka panjang di
wilayah setempat. Program Perawatan Kesehatan-di-Rumah Jangka-Panjang
memberikan pelayanan keperawatan terampil minimal dua minggu sekali,
meliputi terapi fisik, okupasi, dan wicara, pelayanan sosial medis, dukungan
nutrisi serta pelayanan perawatan personal.

3. Lembaga berlisensi

Lembaga perawatan-di-rumah berlisensi menawarkan berbagai pelayanan


yang mencerminkan pelayanan yang diberikan oleh CHHA. Kriteria
pendaftaran, pembagian pelayanan terampil, dan proses rujukan pada
hakikatnya sama. Namun, ada juga perbedaan yang nyata. Lembaga berlisensi
bukan merupakan lembaga Medicare bersertifikat. Lembaga berlisensi dapat
memiliki komponen pelayanan professional yang menyediakan pelayanan
terampil yang diberikan CHHA. Lembaga ini juga dapat meniru banyak
program khusus CHHA. Bagian perawatan.

terbesar yang diberikan berasal dan pelayanan perawatan personal.


Lembaga berlisensi menyediakan pelayanan profesional, termasuk pengaturan
rumah, ibu rumah tangga, pegawai perawatan personal (Personal Care
Workers /PCW), dan perawatan seperti yang diberikan HHA.

F. Bentuk- Bentuk Pelayanan Home Care

Berbicara tentang perawatan non medis yang bisa memberikan layanan


home cae mungkin anda sedang berfikir sebenarnya apa saja bentuk pelayanan
home care yang akan diberiak sehingga perawat non medispun mampu untuk
melakukan perawatan. Berikut ini adalah jenis-jenis pelayanan home care:

1. Perawatan medis pasca operasi

Ada banyak kasus perawatan pasca operasi yang membutuhkan


penanganan medis dengan serius. Maka hadirlah layanan jasa perawatan ini
untuk emberikan perawatan dan menemani selama proses perawatan dengan
baik dan terarah. Terarah disini maksudnta adalah proses perawatam
dilakukan dengan cara yang benar sehingga pasien mendapatkan hasil yang
maksimal, maka dari itu perawat yang menangani perawatan medis pasca
operasi sebaiknya adalah perawat yang memang sudah sangat profesional dan
bersertifikat dibidangnya.

Kasus-kasus perawatan pasca operasi harus didampingi karena kasus yang


ditangani cukup berat seperti pasien dengan penyakit obstruktif paru kronis,
penyakit gagal jantung, pasien dengan gangguan oksigenasi, pasien yang
memiliki luka kronis, pasien dengan permasalahan fungsi kemih, pasien yang
membutuhkan terapi cairan infuse atau fisioterapi pada pasien stroke, pasien
dengan gangguan fungsi saraf, dan pasien pengidap HIV/AIDS. Maka dar itu
butuh perawatn yang sudah sangat profesional dan terlatih untuk menemani
pasien dan memberikan perawatan kepada pasien.

2. Perawatan Bayi

Untuk perawatan bayi bisa ditangani oleh perawat nonmedis, yakni


diberikan kepada bayi yag baru lahir tanpa ada kendala penanganan medis
serius. Hal ini biasanya disebut dengan pelayanan Baby Sitter. Pada
hakikatnya layanan ini termasuk kedalam betuk pelayanan hoecare. Namun
berbeda jika bayi tersebut mendapat suatu gejala atau penyakit serius maka,
perawat yang menanganinya pun harus perawat yang sudah profesiona dalam
memberikan perawatan kepada bayi. Contoh kasusnya adalah bayi dengan
indikasi gangguan pernafasan, jika hanya diserahkan oleh baby sitter maka hal
ini sangat berisiko tinggi untuk keselamatan bayi itu sendiri, maka dari itu
gunakanlah layanan jasa perawat medis yang sudah profesional untuk
memberikan perawatan kepada bayi dengan kasus seperti itu, ataupun kasus-
kasus yang lain seperti perwatan luka pada bayi, pasien bayi diagnosa falure to
thrive dan lain-lain yang kiranya dengan kasus serius dan berbahaya.

3. Perawatan Lansia

Perawatan kepada lansia bisa juga dilakukan oleh perawat non profesional
namun dengan kasus-kasus yang masih ringan seperti damensia ringan, stroke
ringan, dan lain-lain. Namun jika kasus dan diagnosa dokter sudah
menyatakan lansia itu sudah lumph, terdapat luka ganggren, stroke total dan
gejala-gejala lain yang memang dibutuhkan perawatan dengan kasus ang
berbahaya.

4. Perawatan Luka

Untuk kasus perawatan mutlak dan harus ditangani oleh perawat yag
sudah profesional, hal ini bertujuan untuk progress perawatann mendapatkan
hasil yang maksimal. Disarankan untuk anda yang menggunakan jasa layanan
perawat untuk perawatan luka pastikan perawat itu sudah mendapatkan
pelatihan sebelumnya. Tujuannya agar proses perawatan lebiih baik dan
mendapat hasil yang memuaskan.

Dan dilihat dari penyelenggaraanya, layanan homecare terbentuk oleh:

1. Homecare Rumah Sakit

Homecare ini dibentuk dan didirikan atas dasar kebjakan manajemen


rumah sakit. Biasanya ada pihak rumah sakit yang menyediakan fasilitas
perawat homecare untuk menemani pasiennya dirumah.. namun ada juga
rumah sakit yang tidak megizinkan perawatnya untuk mendirikan pelayanan
homecare.

Alasan munculnya jenis program ini selain apa yang telah dikemukakan
dalam alasan Home Care (HC), adalah :
a. Ambulasi dini dengan resiko memendeknya hari rawat, sehingga
kesempatan untuk melakukan pendidikan kesehatan sangat kurang
(misalnya ibu post partum normal hanya dirawat 1-3 hari, sehingga
untuk mengajarkan bagaimana cara menyusui yang baik, cara merawat
tali pusat bayi, memandikan bayi, merawat luka perineum ibu, senam
post partum, dll) belum dilaksanakan secara optimum sehingga
kemandirian ibu masih kurang.
b. Menghindari resiko infeksi nosokomial yang dapat terjadi pada klien
yang dirawat dirumah sakit.
c. Makin banyaknya penyakit kronis, yang bila dirawat di RS tentu
memerlukan biaya yang besar.
d. Perlunya kesinambungan perawatan klien dari rumah sakit ke rumah,
sehingga akan meningkatkan kepuasan klien maupun perawat. Hasil
penelitian dari “Suharyati” staf dosen keperawatan komunitas PSIK
Univ. Padjajaran Bandung di RSHS Bandung menunjukkan bahwa
konsumen RSHS cenderung menerima program HHC (Hospital Home
Care) dengan alasan ; lebih nyaman, tidak merepotkan, menghemat
waktu & biaya serta lebih mempercepat tali kekeluargaan (Suharyati,
1998)
2. Homecare Intitusi Pemerintah

Pemerintah juga berkontribusi besar dalam hal ini, pemerintah


menyediakan layanan puskesmas (pusat kesehatan masyarakat) yang didirikan
didesa-desa untuk menjakau warga-warga yang membutuhkan pelayanan
kesehatan hal ini sangat disambut positif oleh warga karena dinilai sangat
membantu oleh sebagian warga yang kurang mampu untuk melakukan
pengobatan di klinik atau rumah sakit.

3. Homecare Institusi Swasta

Merupakan bisnis bagi mereka yang mampu menyediakan jasa layanan


perawat. Hal ini banyak diminati oleh mereka-mereka yang membutuhkan
perawatan secara optimal, karena sebagian besar dari kliennya merupakan
orang-orang yang menginginkan perawatan secara optimal dan mereka sudah
membayar jasa perawat kepada pihak penyedia atau institusi swasta itu
sendiri. Pihak swasta pendiri layanan homecare akan mendapatkan imbalan
dari klien baik secara langsung ataupun dari pihak asuransi yang akan
mengurusnya.

4. Homecare Instisusi Sosial

Bentuk pelayanan homecare selanjutnya berasal dari institusi sosial,


layanan ini dibantu oleh lembaga masyarakat yang berifat sosial dan adanya
rasa ingin membantu biasanya penyelenggara termasuk dalam urusan
keagamaan atau panti sosial yang mendapat batuan dari para donatur yang
membantu lembaga itu sendiri

5. Homecare Perawat Mandiri

Dengan disahkan undang-undang praktik perawat mandiri yakni undang-


undang keperawatan (UUK) No. 38 tahun 2014 yang menjelaskan bahwa
perawat diperbolehkan untuk mendirikan paktek perawat mandiri dengan
persyaratan-persyaratan yang harus dilengkapi. Hal ini sangat membantu
perawat sebagai landasan hukum untuk memberi pelayanan homecare kepada
pasien yang membutuhkan perawaan baik secara individu, keluarga, kelompok
atau masyarakat.

Pada hakikatnya pihak penyedia layanan homecare memiliki maksud dan


tujuan yang baik yaitu ingin memberikan asuhan keperawatan kepada siapa
saja yang membutuhkannya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Menurut notoatmodjo, (2007;205-207) masyarakat atau anggota


masyarakat yang mendapat penyakit, dan tidak merasakan sakit (disease but
no illness) tidak akan bertindak apa-apa terhadap penyakitnya tersebut. Tetapi
bila mereka diserang penyakit dan juga merasakan sakit, maka baru akan
timbul berbagai macam perilaku dan usaha.

Model pelayanan kesehatan merupakan suatu model kepercayaan


kesehatan yang disebut sebagai model perilaku pemanfaatan pelayanan
kesehatan (behaviour model of health service utilization). dimana
Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah hasil dari proses pencarian
pelayanan kesehatan oleh seseorang maupun kelompok. Model pelayanan itu
sendiri terdiri dari model demografis, struktur sosial, sosial psikologis,
sumber keluarga dan sumber daya masyarakat.

B. Saran
Dengan melalui makalah ini saya selaku penyusun  mengharapkan 
khususnya semua mahasiswa keperawatan STIKes AL INSYIRAH dapat
mengetahui serta memahami tentang kosep promosi kesehatan dan program
promosi kesehatan dalam keperawatan komunitas.
DAFTAR PUSTAKA

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. “Ilmu Perilaku Kesehatan”. Jakarta. Rineka Cipta.


WHO. The Otta wa Charter for Health Promotion,2010
Paradigma Sehat, Pola Hidup Sehat, dan Kaidah Sehat.Pusat Penyuluhan
Kesehatan Masyarakat. Departemen Kesehatan RI, 2011

Anda mungkin juga menyukai