Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN

PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI


Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Klinik Stase Jiwa

Disusun Oleh :

Nama : Wawan Agustono

NIM : 20160086

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA

2019
HALUSINASI

1. PENGERTIAN
Halusinasi adalah persepsi yang salah atau palsu tetapi tidak ada
rangsangan yang menimbulkan atau tidak ada objek (Suliswati, 2011)
Halusinasi adalah distorsi persepsi yang terjadi pada respon
neurobiological yang maladaptif. (Stuart dan Sudden, 2009).
Halusinsi adalah salah satu gejala yang gangguan jiwa pada individu yang
ditandai dengan perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu berupa
suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, dan penghiduan. Pasien merasakan
stimulus yang sebenarnya tidak ada (Keliat, dkk, 2010).
Jadi bisa diimpulkan halusinasi merupakan salah satu gangguan persepsi
dimana terjadi pengalaman pancaindra tanpa adanya rangsangan/objek.

2. RENTANG RESPON
Respon Adatif Respon Maladatif
1. Pikiran Logis 1. Pikiran kadang- 1. Gangguan pikiran
kadang
menyimpang
1. Persepsi Akurat 2. Ilusi 2. Halusinasi
2. Emosi konsisten 3. Reaksi emosional 3. Selit memproses
dengan berlebihan atau emosi
pengalaman berkurang
3. Prilaku sesuai 4. Perilaku ganjil atau 4. Ketidak teraturan
tak lazim
4. Hubungan sosial 5. Menarik diri 5. Isolasi sosial
Sumber: Stuart (2009)
3. JENIS
Menurut Kasim (2014) jenis halusinasi adalah sebagai berikut :
1. Halusinasi Auditorik/Akustik/Dengar
Gangguan ini sudah pasti meliputi organ pendengaran kita. Bisikan-
bisikan yang terdengar di telinga penderita menjadi faktor pendorong
perbuatan penderita. Suara ini tentu saja tidak ditemukan di lingkungan
sekeliling penderita. Misalnya penderita mendengar suara ancaman kepada
dirinya yang membuat penderita sangat ketakutan dan mungkin
memunculkan perilaku bersembunyi akut. Atau bisikan untuk mengakhiri
hidup sendiri atau hidup orang lain, atau pasien mendengar ada suara
ngakak mentertawakan dan menghina dirinya. Yah, intinya suara-
suara/bisikan-bisikan yang hanya pasien yang mendengarnya sedang
sumbernya tidak dijumpai.
2. Halusinasi Visual/Lihat
Halusinasi dari organ penglihatan (mata). Pasien melihat, sedang
orang di sekitar sama sekali tidak. Atau kenyataannya di mata orang lain
tidak ada apa-apa sedangkan pasien yakin sekali melihat. Misalnya,
melihat bentangan alam yang indah, melihat hewan-hewan, monster, dan
lain-lain.
3. Halusinasi Olfaktorik/Penciuman (Bau/Hidu)
Tidak ada sumber bau, tetapi penderita yakin menghirup bau-bau
tertentu. Misalnya bau parfum, bau busuk, bau menyengat, dan lain-lain.
Kelainan ini jarang terjadi, dan ada dugaan kelainan ini muncul dengan
kecenderungan adanya kerusakan otak organik.
4. Halusinasi Gustatorik/Kecap
Penderita merasakan sensasi rasa di mulutnya. Kelainan ini sering
terjadi bergan dengan adanya gangguan penghidu/pembau/olfaktorik.
5. Halusinasi Taktil/Raba-Rasa/Kinestetik
Penderita merasakan sensasi taktil/raba-rasa di tubuhnya yang tentu
saja tanpa sumber/stimulus/rangsangan/trigger. Misalnya penderita
merasakan sakit, merasakan seperti di setrum, merasa digebukin,
merasakan panas, merasakan kedinginan. Lebih khusus lagi dari gangguan
ke-5 ini: Jika sensasi raba yang dirasakan penderita adalah rangsangan
erotis (seksual) maka disebut sebagai halusinasi heptik; Jika pasien
melaporkan adanya perasaan sedang merasakan proses pembentukan
cairan tubuh, seperti merasakan pembentukan feses, urin, atau darah maka
disebut halusinasi cenesthetik; Sedangkan yang dimaksud halusinasi
kinestetik apabila pasien merasakan dirinya bergerak padahal posisinya
saat itu tidak bergerak sama sekali.
4. TANDA DAN GEJALA
Menurut Hartono (2010) tanda dan gejala yang sering pada pasien halusianasi
yaitu:
1. Data Subyektif
a. Mengatakan mendengar suara-suara atau kegaduhan, mendengar suara
yang mengajak bercakp-cakap, mendengar suara menyuruh
melakukan sesuatu yang berbahaya.
b. Mengatakan melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, kartun,
melihat hantu, atau monster.
c. Mengatakan membaui bau-bauan seperti bau darah, urine, feses, dan
terkadang bau-bau tersebut menyenangkan bagi klien.
d. Merasakan rasa seperti darah, urine, atau feses.
e. Mengatakan ada serangga dipermukaan kulit, merasa seperti tersengat
listrik.
2. Data Obyektif
a. Bicar, senyum dan tertawa sendiri
b. Pembicaraan kacau dan kadang tidak masuk akal
c. Tidak dapat membedakan hal nyata dan tidak nyata
d. Menarik diri dan menghindar dari orang lain
e. Disorientasi
f. Perasaan curiga
g. Takut
h. Gelisah
i. Bingung
j. Ekspresi wajah tegang
k. Mudah tersinggung
l. Tidak mampu melakukan aktivitas mandiri
m. Kurang bisa mengontrol diri
n. Menunjukkan perilaku merusak (diri sendiri, orang lain dan
lingkungan)
5. PENYEBAB
Menurut Stuart dan Sudden (2009), faktor predisposisi halusinasi adalah :
1. Faktor Predisposisi
a. Biologis
Abnormalitas yang menyebabkan respon neurobiology yang
maladaptif seperti lesi pada area frontal maupun temporal. Bisa juga
halusinasi bisa diturunkan dari genetic skizofrenia.
b. Psikologis
Halusinasi terjadi karena adanya isi alam tidak sadar yang
masuk ke alam sadar sebagai respon terhadap konflik psikologis.
c. Sosio budaya
Stress yang menumpuk dapat menunjang terhadap awitan
skizofrenia dan gangguan psikotik lain tapi tidak diyakini sebagai
penyebab utama gangguan.
2. Faktor presipitasi
Menurut Stuart dan Sudden (2009), faktor presipitasi halusinasi adalah :
a. Biologis
Stressor biologis yang berhubungan dengan respon neurobiologik
yang maladaptif termasuk:
1) Gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur proses
informasi.
2) Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan secara selektif menanggapi
rangsangan.
b. Stress Lingkungan
Secara biologis menetapkan ambang terhadap toleransi stress
yang berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan
terjadinya gangguan perilaku.
6. TAHAP HALUSINASI
Menurut Dalami, dkk (2009) tahap halusinasi adalah sebagai berikut :
1. Sleep Disorder
Sleep Disorder adalah halusinasi tahap awal sesorang sebelum muncul
halusinasi.
a. Karakteristik : Klien merasa banyak masalah, ingin menghindar dari
lingkungan, takut diketahui orang lain bahwa dirinya banyak masalah.
Masalah makin terasa sulit karena berbagai stressor terakumulasi dan
support system yang kurang dan persepsi terhadap masalah sangat
buruk. 
b. Perilaku : Klien susah tidur dan berlangsung terus menerus sehingga
terbiasa menghayal, dan menganggap menghayal awal sebagai
pemecah masalah.
2. Comforthing
Comforthing adalah halusinasi tahap menyenangkan: Cemas sedang.
a. Karakteristik : Klien mengalami perasaan yang mendalam seperti
cemas, kesepian, rasa bersalah, takut, dan mencoba untuk berfokus
pada pikiran yang menyenangkan untuk meredakan cemas. Klien
cenderung mengenali bahwa pikiran-pikiran dan pengalaman
sensori berada dalam kendali kesadaran jika cemas dapat
ditangani. 
b. Perilaku : Klien terkadang tersenyum, tertawa sendiri,
menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakkan mata yang cepat,
respon verbal yang lambat, diam dan berkonsentrasi.
3. Condemning
Condemning adalah tahap halusinasi menjadi menjijikkan: Cemas berat.
a. Karakteristik : Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan.
Klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil
jarak dirinya dengan sumber yang dipersepsikan. Klien mungkin
merasa dipermalukan oleh pengalaman sensori dan menarik diri
dari orang lain. 
b. Perilaku : Ditandai dengan meningkatnya tanda-tanda sistem syaraf
otonom akibat ansietas otonom seperti peningkatan denyut jantung,
pernapasan, dan tekanan darah. Rentang perhatian dengan
lingkungan berkurang, dan terkadang asyik dengan pengalaman
sensori dan kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan
realita.
4. Controling
Controling adalah tahap pengalaman halusinasi yang berkuasa: Cemas
berat.
a. Karakteristik : Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap
halusinasi dan menyerah pada halusinasi tersebut. Isi halusinasi
menjadi menarik. Klien mungkin mengalami pengalaman kesepian
jika sensori halusinasi berhenti.
b. Perilaku. Perilaku klien taat pada perintah halusinasi, sulit
berhubungan dengan orang lain, respon perhatian terhadap
lingkungan berkurang, biasanya hanya beberapa detik saja,
ketidakmampuan mengikuti perintah dari perawat, tremor dan
berkeringat.
5. Conquering
Conquering adalah tahap halusinasi panik: Umumnya menjadi melebur
dalam halusinasi.
a. Karakteristik : Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien
mengikuti perintah halusinasi. Halusinasi berakhir dari beberapa jam
atau hari jika tidak ada intervensi terapeutik. 
b. Perilaku : Perilaku panik, resiko tinggi mencederai, bunuh diri atau
membunuh. Tindak kekerasan agitasi, menarik atau katatonik, ketidak
mampuan berespon terhadap lingkungan
7. AKIBAT
Menurut Yosep (2011), halusinasi dapat berakibat ke masalah
keperawatan yang lain. Halusinasi bisa berakibat perhatian dengan
lingkungan berkurang sehingga dapat menjadi menarik diri dan berujung
isolasi sosial. Pasien dengan halusinasi yang menyenangkan dapat berimbas
ke masalah gangguan nutrisi kurang darikebutuhan akibat dari menurunnya
perhatian, dapat juga menjadi defisit hygiene diri. Akibat yang paling buruk
dari halusinasi adalah jika halusinanya mengganggu dapat terjadi perilaku
kekerasan. Halusianasi juga dapat menjadikan waham ataupun HDR
tergantung dari isi halusinasi yang dialami. Hal ini disebabkan karena pasien
dengan halusinasi mengalami penurunan kesadaran dan juga kehilangan
kemampuan untuk membdakan antara halusinasi dan realita.
8. PSIKOPATOLOGI
Psikopatologi dari halusinasi yang pasti belum diketahui. Banyak teori
yang diajukan yang menekankan pentingnya faktor-faktor psikologik,
fisiologik dan lain-lain. Ada yang mengatakan bahwa dalam keadaan terjaga
yang normal otak dibombardir oleh aliran stimulus yang yang datang dari
dalam tubuh ataupun dari luar tubuh. Input ini akan menginhibisi persepsi
yang lebih dari munculnya ke alam sadar. Bila input ini dilemahkan atau tidak
ada sama sekali seperti yang kita jumpai pada keadaan normal atau patologis,
maka materi-materi yang ada dalam unconsicisus atau preconscious bisa
dilepaskan dalam bentuk halusinasi.
Pendapat lain mengatakan bahwa halusinasi dimulai dengan adanya
keinginan yang direpresi ke unconsicious dan kemudian karena sudah
retaknya kepribadian dan rusaknya daya menilai realitas maka keinginan tadi
diproyeksikan keluar dalam bentuk stimulus eksterna (Yosep, 2011).
9. DIAGNOSIS KEPERWATAN UTAMA
Halusinasi
10. PENATALAKSANAAN
Menurut Setiono (2013) Penatalaksanaan pada pasien halusinasi yaitu dengan
cara :
1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dna ketakutan klien
akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan dilakukan secara
individual dan usahakan agar terjadi kontak mata, kalau bisa pasien
disentuh atau dipegang. Pasien jangan di isolasi baik secara fisik atau
emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau mendekati klien, bicaralah
dengan klien. Begitu juga bila akan meninggalkannya hendaknya klien
diberitahu. Klien diberitahu tindakan yang akan dilakukan. Di ruangan itu
hendaknya disediakan sarana yang dapat merangsang perhatian dan
mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam
dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah dan permainan.
2. Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali klien menolak obat yang diberikan sehubungan dengan
rangsangan halusinasi yang diterimanya. Pendekatan sebaiknya secara
persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang diberikan
betul ditelannya, serta reaksi obat yang diberikan.
3. Menggali permasalahan klien dan membantu mengatasi masalah yang ada
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat
menggali masalah klien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi
serta membantu mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga
dapat melalui keterangan keluarga klien atau orang lain yang dekat dengan
klien.
4. Memberi aktivitas pada klien
Klien diajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik,
misalnya berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini
dapat membantu mengarahkan klien ke kehidupan nyata dan memupuk
hubungan dengan orang lain. Klien diajak menyusun jadwal kegiatan dan
memilih kegiatan yang sesuai.
5. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
Keluarga klien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data
klien agar ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses
keperawatan, misalnya dari percakapan dengan klien diketahui bila sedang
sendirian ia sering mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi bila ada
orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas. Perawat
menyarankan agar klien jangan menyendiri dan menyibukkan diri dalam
permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan ini hendaknya
diberitahukan pada keluarga klien dan petugas lain agar tidak membiarkan
klien sendirian dan saran yang diberikan tidak bertentangan.
11. FOKUS INTERVENSI
1. Halusinasi
a. Tujuan Umum
Klien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya
b. Tujuan Khusus
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
2) Klien dapat mengenal halusinasi
3) Klien dapat mengendalikan halusinasinya
4) Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengendalikan
halusinasinya
5) Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
6) Tindakan modalitas
7) Tindakan kolaborasi
STRATEGI PELAKSANAAN
HALUSINASI

A. Kondisi Klien
1. Petugas mengatakan bahwa klien sering menyendiri di kamar.
2. Klien sering ketawa dan tersenyum sendiri.
3. Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang membisiki dan isinya
tidak jelas serta melihat setan-setan.
B. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori: halusinasi dengar
C. Tujuan
Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:
1) Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
2) Pasien dapat mengontrol halusinasinya
3) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal.
D. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
SP 1 Pasien : Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara
mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan
cara pertama: menghardik halusinasi
Orientasi:
”Selamat pagi bapak, Saya Mahasiswa keperawatan yang akan merawat bapak Nama
Saya Heribertus Tangul , biasa dipanggil Erik, Nama bapak siapa? Bapak Senang
dipanggil apa?”
”Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa keluhan bapak saat ini”
”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini bapak
dengar tetapi tak tampak wujudnya? Di mana kita duduk? Di ruang tamu? Berapa
lama? Bagaimana kalau 30 menit”.
Kerja:
”Apakah bapak mendengar suara tanpa ada ujudnya?Apa yang dikatakan suara itu?”
” Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering
bapak dengar suara? Berapa kali sehari bapak mendengar suara-suara tersebut? Pada
keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri atau saat bersama
dengan orang lain?”
” Apa yang bapak rasakan pada saat mendengar suara itu?”
”Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-
suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara
itu muncul?
” bapak , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan
menghardik atau membentak suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke
empat minum obat dengan teratur.”
”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik membentak”.
”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung bapak bilang, pergi
saya tidak mau dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-
ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba bapak peragakan! Nah begitu, …
bagus! Coba lagi! Ya bagus bapak sudah bisa”.
Terminasi:
”Bagaimana perasaan bapak setelah peragaan latihan tadi?” Kalau suara-suara itu
muncul lagi, silakan coba cara tersebut ! bagaimana kalu kita buat jadwal latihannya.
Mau jam berapa saja latihannya? (Saudara masukkan kegiatan latihan menghardik
halusinasi dalam jadwal kegiatan harian pasien). Bagaimana kalau kita bertemu lagi
untuk belajar dan latihan mengendalikan suara-suara dengan cara yang kedua? Jam
berapa pak?Bagaimana kalau dua jam lagi? Berapa lama kita akan berlatih?Dimana
tempatnya”
”Baiklah, sampai jumpa.”
DAFTAR PUSTAKA

Dalami, E., Suliswati., Rochimah., Suryati, K, R. & Lestari, W.(2009).Asuhan


Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa.Jakarta:Trans Media.
Hartono, Y.(2010).Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Jakarta:Salemba Medika.
Kasim, Lily.(2014).http://lilykasim-health-institute.blogspot.com/2011/02/jenis-
halusinasi.html di unduh tanggal 20 Desember 2018 jam 20.00 WIB.

Kelliat, dkk.(2010).Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.Jakarta:EGC.


Prasetiya, R.B.(2013).http://Laporan Pendahuluan Halusinasi _ Dunia
Keperawatan.htm Diunduh tanggal 20 Desember 2018 jam 20.00 WIB.
Setiono, Wiwing.(2013).http://Halusinasi/laporan pendahuluan halusinasi.htm
Diunduh tanggal 20 Desember 2018 jam 20.00 WIB.
Suliswati.(2011).Konsep Dasar Keperawatan Jiwa.Jakarta:EGC.
Stuart dan Sudden.(2009).Buku Saku Keperawatan Jiwa.Jakarta:EGC.
Yosep, I.(2011).Keperawatan Jiwa.Jakarta:Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai