TINJAUAN PUSTAKA
5
6
kelebihan kadar gula dalam darah dapat menyebabkan hal buruk terjadi pada
pederita diabetes, karena terlalu banyak insulin diambil atau disuntik, keadaannya
bisa hipoglisemia disebabkan kekurangan glukosa (Nugroho 2012).
dengan teratur dan mengatur pola makan, seingga kadar glukosa darah dapat
terkontrol dengan baik.
3. Stress kronis akan membuat orang cenderung untuk mengkonsumsi makanan
yang manis, hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan kadar lemak
serotonin otak. Serotonin memiliki efek penenang sementara dalam
meredakan stresnya, tetapi glukosa dan lemak akan berbahaya bagi mereka
yang memiliki resiko mengidap penyakit Diabetes Melitus tipe 2.
4. Pola makan yang salah pada penderita diabetes melitus tipe 2 akan
mengakibatkan terjadinya obesitas (gemuk berlebihan) yang akan berdampak
pada gangguan kerja insulin (resistensi insulin). Obesitas bukan terjadi karena
mengkonsumsi makanan yang manis atau kaya lemak, tetapi karena jumlah
konsumsi yang terlalu banyak, sehingga mengakibatkan cadangan glukosa
darah yang tersimpan di dalam tubuh akan sangat berlebihan. Sekitar 80%
pasien yang mengidap penyakit Diabetes Melittus tipe 2 adalah mereka yang
tergolong gemuk.
2. Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada orang-orang yang
termasuk kelompok risiko tinggi, yaitu mereka yang belum menderita DM, tetapi
berpotensi untuk menderita DM diantaranya:
a. Kelompok usia tua (>45tahun)
8
3. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat timbulnya
penyulit dengan tindakan deteksi dini dan memberikan pengobatan sejak awal
penyakit. Dalam pengelolaan pasien DM, sejak awal sudah harus diwaspadai dan
sedapat mungkin dicegah kemungkinan terjadinya penyulit menahun. Pilar utama
pengelolaan DM meliputi:
a. penyuluhan
b. perencanaan makanan
c. latihan jasmani
d. obat berkhasiat hipoglikemik.
4. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut
dan merehabilitasi pasien sedini mungkin, sebelum kecacatan tersebut menetap.
Pelayanan kesehatan yang holistik dan terintegrasi antar disiplin terkait sangat
diperlukan, terutama dirumah sakit rujukan, misalnya para ahli sesama disiplin
ilmu seperti ahli penyakit jantung, mata, rehabilitasi medis, gizi dan lain-lain
menderita diabetes mellitus adalah mengalami gangguan kulit: seperti gatal dan
bisul-bisul, mengalamin kelainan gen: seperti terjadi keputihan, pasien akan
mengalami kesemutan pada bagian tubuhnya, tubuh pasien yang menderit
diabetes mellitus akan lemah, apabila bagian tubuh pasie mengalami luka akan
susah untuk sembuh, dan pada pasien yang penderita diabetes mellitus akan
mengalami infeksi pada saluran kencing.
Pada penderita diabetes mellitus juga terdapat gejala-gejala lain yang perlu
diberikan perhatian khusus pada saat menegakkan diagnosis pada pasien penderita
diabetes melittus, berikut adalah gejala yang muncul pada penderita diabetes
mellitus:
1. Adanya gangguan penglihatan.
Fase permulaan terjadinya penyakit diabetes melittus sering dijumpai dengan
gangguan penglihatan pada penderitanya, hal ini membuat penderita
mengganti kaca matanya berulang kali supaya bisa melihat dengan baik.
Kejadian tersebut dalam jangka waktu yang pendek, menyebabkan
kecurigaan terhadap seseorang yang mengidap diabetes melittus.
2. Penurunan berat badan dan astenia.
Terjadinya penurunan berat badan yang drastis diikuti dengan kehilangan
jaringan lemak serta jaringan otot, hal tersebut terjadi karena kekurangan
insulin yang menyebabkan tubuh menjadi kehilangan glukosa secara terus-
menerus. Sedangkan astenia (rasa lemah) diakibatkan karena badan penderita
kehilangan air dan juga elektrolit yang menyertai glukosaria pada proses
diuresis melalui osmosis pada hiperglikemi.
3. Meningkatnya pengeluaran urin (poliuria) terjadi karena ginjal memproduksi
urin dengan jumlah banyak dan berlebihan, sehingga mengakibatkan sering
buang air kecil dalam jumlah yang banyak.
4. Meningkatnya rasa haus (polidipsi) diakibatkan karena volume urin dan
keluarnya air sangat besar sehingga menyebabkan terjadinya dehidrasi
ekstrasel.
5. Meningkatnya rasa lapar (polifagis) disebabkan oleh keadaan setelah
absorbtif yang kronis, katabolisme protein, katabolisme lemak dan kelaapran
yang mengakibatkan terjadi penurunan berat badan.
10
6. Rasa lelah seta kelemahan otot terjadi karena Sebagian sel dalam tubuh tidak
mampu untuk merubah glukosa menjadi energi, dan juga bisa disebabkan
oleh katabolisme protein pada otot. Rasa lelah pada penderita diabetes juga
dapat disebabkan oleh gangguan aliran darah.
7. Infeksi yang meningkat karena adanya gangguan imun, juga dapat disebabkan
oleh peningkatan kadar glukosa darah di bagian sekresi mucus.
8. Kelainan kulit gatal-gatal, bisul. Gatal biasanya terjadi di daerah ginjal,
lipatan kulit seperti di ketiak dan dibawah payudara, biasanya akibat
tumbuhnya jamur.
9. Kelainan ginekologis, keputihan dengan penyebab tersering yaitu jamur
terutama candida.
10. Kesemutan rasa baal akibat neuropati. Regenerasi sel mengalami gangguan
akibat kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari unsur protein.
Akibatnya banyak sel saraf rusak terutama bagian perifer.
11. Kelemahan tubuh
12. Penurunan energi metabolik/penurunan BB yang dilakukan oleh sel melalui
proses glikolisis tidak dapat berlangsung secara optimal.
13. Luka yang lama sembuh, proses penyembuhan luka membutuhkan bahan
dasar utama dari protein dan unsur makanan yang lain. Bahan protein banyak
diformulasikan untuk kebutuhan energi sel sehingga bahan yang diperlukan
untuk penggantian jaringan yang rusak mengalami gangguan.
14. Laki-laki dapat terjadi impotensi, ejakulasi dan dorongan seksualitas menurun
karena kerusakan hormon testosteron.
15. Mata kabur karena katarak atau gangguan refraksi akibat perubahan pada
lensa oleh hiperglikemia.
DM Tipe I DM Tipe II
Definisi Insulin
Katabolisme Protein
Hiperglekimia Liposis Meningkat
Meningkat
Perfusi Jaringan
Hipoksia Perifer
Perifer tidak Aktif
Nyeri
diagnosis DM tipe II. Apabila kadar glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dl
(plasma vena) maka penderita tersebut sudah dapat disebut DM. Pada
penderita ini tidak perlu dilakukan pemeriksaan tes toleransi glukosa
2. Pemeriksaan HbA1c
HbA1c merupakan reaksi antara glukosa dengan hemoglobin, yang tersimpan
dan bertahan dalam sel darah merah selama 120 hari sesuai dengan umur eritrosit.
Kadar HbA1c bergantung dengan kadar glukosa dalam darah, sehingga HbA1c
menggambarkan rata-rata kadar gula darah selama 3 bulan. Sedangkan
pemeriksaan gula darah hanya mencerminkan saat diperiksa, dan tidak
menggambarkan pengendalian jangka panjang. Pemeriksaan gula darah
diperlukan untuk pengelolaaan diabetes terutama untuk mengatasi komplikasi
akibat perubahan kadar glukosa yang berubah mendadak.
• HbA1c < 6.5 % Kontrol glikemik baik
• HbA1c 6.5 -8 % Kontrol glikemik sedang
• HbA1c > 8 % Kontrol glikemik buruk
2. Terapidiet
Berdasarkan pendapat Beck (2011) terapidiet bertujuan untuk menjaga kadar
glukosa dalam darah pada batas normal, mengurangi perubahan besarnya kadar
glukosa dalam darah, mempertahankan atau memulihkan berat badan pada kondisi
normal.
14
4. Pendidikan Kesehatan
Memberikan Pendidikan kepada masyarakat tentang diabetes mellitus
merupakan salah satu cara yang paling ampuh untuk mencegah terjadinya resiko
diabetes. Menurut pendapat Fatimah (2015) bahwa pencegahan ada 3 macam,
yaitu pencegahan primer ditunjukkan kepada masyarakat dengan resiko diabetes
mellitus tinggi, pencegahan sekunder ditujukan kepada pasien yang baru
mangalami diabetes mellitus dan pencegahan tersier ditujukan kepada pasien
dengan penyakit diabetes mellitus yang sudah lama.
5. Obat
Penggunaan obat dalam mengatasi diabetes mellitus sebaiknya dilakukan
apabila penggunaan metode relaksasi tidak berhasil dalam mengendalikan kadar
glukosa dalam darah (Fatimah, 2015).