Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN DAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DM


DI RS BEN MARI MALANG

OLEH :
NAMA : MACHRIENA FITRIANI
NIM : 2014314901023

STIKES MAHARANI MALANG


PROGRAM STUDI NERS
2020/2021

MACHRIENA FITRIANI ASKEP KMB 2021


LEMBAR PENGESAHAN
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDICAL BEDAH

Disusun Oleh : Machriena Fitriani

NIM : 2014314901023

Program Studi : Profesi Ners

Institusi : STIKes Maharani

Malang, 27 November 2021


Pembimbing Institusi Pembimbing Ruangan/CI

(Ns. Kurnia Laksana, S.Kep., M.Kep) (Wiwin Windiastuti Amd.Kep)

MACHRIENA FITRIANI ASKEP KMB 2021


a. KONSEP PENYAKIT
1. PENGERTIAN DIABETES MELITUS
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemi
yang berhubungan dengan abnormalitas metabolism karbohidrat, lemak dan protein yang
disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensivitas insulin atau keduanya
dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskular, dan neuropati (Amin,
Hadhi : 2015)
Menurut pendapat Smeltzer dan Bare (2008) menyatakan bahwa penyakit diabetes
mellitus merupakan yang menyebabkan kerusakan pada metabolisme tubuh, penyakit
diabetes mellitus mempunyai karakterisitik kadar glukosa darah yang tinggi dan melebihi
batas normal. Penyakit diabetes mellitus disebabkan oleh adanya gangguan pada sekresi
insulin dan atau adanya gangguan pada resistensi insulin yang beralangsung dalam waktu
yang lama. Hal tersebut mengakibatkan terjadi kerusana pada fungsi organ lain, seperti
pada organ mata, jantung, saraf, pembuluh darah dan ginjal (Hasriani, 2018). Sedangkan
menurut pernyataan American Diabetes Association (2010) diabetes mellitus tipe 2 dapat
terjadi apabila insulin yang diproduksi oleh pankreas tidak cukup atau dapat disebabkan
oleh sel lemak maupun sel otot tubuh menjadi kebal terhadap insulin, hal ini
mengakibatkan dapat terjadi gangguan terhadap pengirimin gula kepada sel tubuh (Amin,
Hardhi : 2015)

2. KLASIFIKASI
Diabetes Melitus diklasifikasikan menjadi
1. Klasifikasi klinis :
a. DM
 Tipe I : IDDM
Disebabkan oleh destruksi sel beta pulau langerhans akibat proses autoimun
 Tipe II : NIDDM
Disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin. Resistensi
insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan
glikosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati:
 Tipe II dengan Obesitas

MACHRIENA FITRIANI ASKEP KMB 2021


 Tipe II tanpa Obesitas
b. Gangguan Toleransi Obesitas
c. Diabetes Kehamilan
2. Klasifikasi resiko statistik :
a. Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa
b. Berpotensi menderita kelainan glukosa

3. ETIOLOGI
1. DM tipe I
Diabetes yang tergantung insulin yang ditandai dengan penghancuran sel-sel beta
pancreas yang disebabkan oleh :
- Faktor genetic penderita tidak diwarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi mewarisi
predisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe 1
- Faktor imunologi (autoimun)
- Faktor lingkungan : virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang
menimbulkan ekstruksi si beta.
2. DM tipe II
Diabetes ini disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin. Faktor
resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe 2 : usia, obesitas,
Riwayat dan keluarga
Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca pembedahan dibagi menjadi 3 yaitu:
1. < 140mg/dL Normal
2. 140 - < 200mg/dL Toleransi glukosa terganggu
3. ≥ 200mg/dL Diabetes
(Amin, Hadhi : 2015)

MACHRIENA FITRIANI ASKEP KMB 2021


4. MANIFESTASI KLINIS
Manifetasi klinis DM dikaitkan dengan konsekuensi metabolic defisiensi insulin
(price&Wilson 2006)
1. Kadar glucose puasa tidak normal
2. Hiperglikemia berat berakibat glucosuria yang akan menjadi dieresis osmotic yang
meningkatkan pengeluaran urin(polyuria) dan rasa haus (polydipsia)
3. Rasa lapar yang semakin besar
4. Lelah dan mengantuk
5. Gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemutan, gatal, mata kabur, impotensi, peruritas
vulva (Amin, Hardhi : 2015)

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG / DIAGNOSTIK


1. Kadar glucosa darah
2. Kriteria diagnostic WHO untuk diabetes melitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
- Glucose plasma sewaktu>200 mg/dl (11,1 mmol/L)
- Glucose plasma puasa >140mg/dl (7,8 mmol/L)
- Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam postpradial (pp)>200mg/dl)
3. Tes laboratorium DM
Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tesdiagnostik, tes pemantauan terapi
dan tes untuk mendeteksi komplikasi.
4. Tes saring
Tes-tes saring dalam DM adalah :
- GDP,GDS
- Tes glucose urin :
 Tes konvensional (metode reduksi/benedict)
 Tes carik celup (metode glucose oxidase/hexokinase)
5. Tes diagnostic
Tes-tes diagnostic pada dm adalah : GDP,GDS, GD@PP ( glucose darah 2 jam Post
prandial), Glucosa jam ke 2 TTGO

MACHRIENA FITRIANI ASKEP KMB 2021


6. Tes monitoring terapi
Tes-tes monitoring Dm adalah :
- GDP : plasma vena, darah kapiler
- GD2PP : plasma vena
- A1c : darah vena, darah kapiler
7. Tes untuk mendeteksi komplikasi
- Mikroalbuminuria : urin
- Ureum, kreatinin, asam urat
- Kolestrol total : plasma vena (puasa)
- Kolestrol LDL : plasma vena (puasa)
- Kolestrol HDL : plasma vena (puasa)
- Trigliserida :plasma vena ( puasa) (Amin, Hardhi : 2015)

MACHRIENA FITRIANI ASKEP KMB 2021


6. PATOFISIOLOGI
Gaktor genetic Gula dalam darah tidak dapat dibawa
- Inveksi Virus Kerusakan sel beta Ketidakseimbangan produksi insulin masuk dalam sel kebutuhan
- Pengerusakan imunologik

glukosuria Batas melebihi ambang ginjal hiperglikemia Metabolisme protein menurun


pembuluh darah
Diereksi osmotik Vikositas darah meningkat Syok hiperglikemik Kerusakan pada antibodi

Poliuri – retensi urine Aliran darah lambat Koma diabetik Kekebalan tubuh menurun

Kehilangan elektrolit dalam sel Iskemik jaringan Resiko infeksi Neuropati sensori perifer

Dehidrasi Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer


Nekrosis luka Klien tidak merasa sakit

Resiko syok Kehilangan kalori


gangrene Kerusakan integritas
jaringan
Merangsang hipotalamus Sel kekurangan bahan untuk metabolisme
Protein dan lemak dibakar BB menurun

Pusat lapar dan haus Katabolisme lemak


Pemecahan protein keletihan

Asam lemak
Polydipsia &polipagia Keton ureum

Ketidakseimbangan nutrisi keteasidosis


kurang dari kebutuhan
tubuh

MACHRIENA FITRIANI ASKEP KMB 2021


7. PENATALAKSANAAN
1. Melakukan Kontrol Tujuan jangka pendek dari kontrol yang dilakukan pada pasien
dengan diabetes mellitus yaitu untuk mengurangi maupun menghilangkan gejala dan
untuk mempertahankan perasaan nyaman serta perasaan sehat bagi penderita. Untuk
tujuan jangka Panjang dilakukan kontrol terhadap pasien diabaetes mellitus ialah untuk
mencegah miroangiopati dan neuropati, sehingga dapat menurunkan angka kematian
karena diabetes mellitus dan menurunkan angka individu yang terkena penyakit
diabetes mellitus. Cara paling ampuh untuk melakukan control terhadap diabetes
melitus adalah dengan memeberkan edukasi tentang diabetes mellitus kepada
masyarakat, meberikan edukasi dalam perencanaan makan dan memberikan edukasi
tentang obat yang berkhasiat menurunkan hipoglikemik.
2. Terapidiet Berdasarkan pendapat Beck (2011) terapidiet bertujuan untuk menjaga kadar
glukosa dalam darah pada batas normal, mengurangi perubahan besarnya kadar glukosa
dalam darah, mempertahankan atau memulihkan berat badan pada kondisi normal.
3. Exercise (latihan fisik/olahraga) Penderita diabetes mellitus dianjurkan untuk melakukan
olahraga selama 30 menitan dengan frekuensi 3-4 kali dalam satu pekan, olahraga yang
dilakukan harus sesuai dengan CRIPE (continuous, rhythmical, interval, progressive,
endurance). Contoh olahraga bagi pasien penderita diabetes mellitus seperti jalan kaki
(Fatimah, 2015).
4. Pendidikan Kesehatan Memberikan Pendidikan kepada masyarakat tentang diabetes mellitus
merupakan salah satu cara yang paling ampuh untuk mencegah terjadinya resiko diabetes.
Menurut pendapat Fatimah (2015) bahwa pencegahan ada 3 macam, yaitu pencegahan
primer ditunjukkan kepada masyarakat dengan resiko diabetes mellitus tinggi, pencegahan
sekunder ditujukan kepada pasien yang baru mangalami diabetes mellitus dan pencegahan
tersier ditujukan kepada pasien dengan penyakit diabetes mellitus yang sudah lama.
5. Obat Penggunaan obat dalam mengatasi diabetes mellitus sebaiknya dilakukan apabila
penggunaan metode relaksasi tidak berhasil dalam mengendalikan kadar glukosa dalam darah
(Fatimah, 2015).

Anda mungkin juga menyukai